• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. HASIL PEMBAHASAN

5.6 Analisis Sumber-Sumber Pertumbuhan Ekonomi

5.6.2 Analisis Kontribusi Sumber Pertumbuhan Output

Analisis kontribusi juga dilakukan dengan cara membagi periode analisis ke dalam 2 (dua) periode, yaitu periode I (tahun 1993-2000) dan periode II (tahun 2000-2006). Pada bagian ini akan dijelaskan kontribusi sumber pertumbuhan output

terhadap 5 (lima) sektor perekonomian pada setiap periode. 5.6.2.1. Kontribusi Perubahan Permintaan Domestik

Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai sektor-sektor perekonomian yang berperan besar dalam memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat DKI Jakarta dan hal ini merupakan kontribusi terhadap sumber pertumbuhan output. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa permintaan domestik menduduki peringkat kedua terhadap pertumbuhan output sektoral pada periode I maupun periode II. Adapun besarnya peran permintaan domestik pada periode I adalah sebesar 36,37% dan pada periode II sebesar 41,36% (lihat Gambar 5.3).

Dari hasil pengolahan data tabel Input-Output menunjukkan bahwa 5 (lima) sektor yang banyak dipengaruhi oleh perubahan permintan domestik selama 2 (dua) periode analisis seperti ditampilkan pada Tabel 5.7. yang menunjukkan bahwa jenis sektor yang pertumbuhan outputnya banyak dipengaruhi oleh perubahan permintaan domestik adalah sektor Bank, Lembaga Keuangan dan Asuransi (BLKAS), sektor Real Estate dan Jasa Perusahaan (REJP), Perdagangan Besar dan Eceran (PDGN), Industri Logam, Mesin, dan Elektronik (LME), Industri Kendaraan & Alat Angkutan (KENDAL), sektor Jasa Komunikasi (JKOM), dan sektor Bangunan (BNGN). Hal ini menunjukkan bahwa sektor-sektor di atas mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat di wilayah DKI Jakarta.

Tabel 5.7 Kontribusi Permintaan Domestik Terhadap Output Sektoral (%)

KODE SEKTOR Periode I Periode II

BLKAS Bank, Lemb. Keu., dan Asuransi 5,25 8,82 REJP Real Estate dan Jasa Perusahaan 4,93 6,45

PDGN Perdagangan Besar dan Eceran 4,90 6,05

LME Industri Logam, Mesin, dan Elektronik 3,05 KENDAL Industri Kendaraan & Alat Angkutan 2,61

JKOM Komunikasi 3,44

BNGN Bangunan 3,03

Sumber: Data diolah

Tabel 5.7. juga memperlihatkan bahwa kontribusi perubahan permintaan akhir berupa permintaan domestik pada periode I (tahun 1993-2000) secara keseluruhan relatif lebih kecil dibandingkan dengan periode II. Dominasi terbesar terjadi atas kontribusi perubahan permintaan domestik akhir terhadap sektor Bank, Lemb. Keuangan dan Asuransi (BLKAS) terlihat memiliki peran 5,25% pada periode I. Sumber pertumbuhan berasal dari perubahan permintaan domestik akhir ini ternyata masih berperan pada periode II dengan kontribusi yang meningkat 3,57% atau naik menjadi 8,82%.

Peran dari sumber pertumbuhan perubahan permintaan akhir selama dua periode berturut-turt terlihat juga terjadi pada sektor Real Estate dan Jasa Perusahaan (REJP) dan sektor Perdagangan Besar dan Eceran (PDGN). Sektor (REJP) terlihat menerima peran 4,93% pada periode I, kemudian meningkat menjadi 6,45% pada periode II. Sektor Perdagangan Besar dan Eceran juga mengalami peningkatan peran yang sama, yaitu 4,90% pada periode I dan 6,05 pada periode II.

Jika tiga sektor sebelumnya terjadi pada periode I dan II, kontribusi dari perubahan permintaan akhir terhadap sektor Industri Logam, Mesin, dan Elektronik (LME) dan Industri Kendaraan & Alat Angkutan (KENDAL) terlihat hanya terjadi pada periode I saja. Sektor LME menerima peran sebesar 3,05% dan sektor KENDAL menerima peran 2,61%. Kemudian pada perode II, kontribusi dari permintaan akhir hanya terjadi terhadap sektor Jasa Komunikasi (JKOM) dan sektor Bangunan (BNGN). Sektor jasa komunikasi berperan sebesar 3,44% sementara sektor Bangunan berperan sebesar 3,03%.

5.6.2.2. Kontribusi Perubahan Ekspansi Ekspor

Pada bagian ini akan dijelaskan peran perubahan ekspansi ekspor terhadap pertumbuhan output pada 5 (lima) sektor perekonomian pada periode I (1993-2000) dan periode II (2000-2006). Peran perubahan ekspansi ekspor terhadap pertumbuhan

output terlihat pada Tabel 5.8.

Tabel 5.8 Kontribusi Ekspansi Ekspor Terhadap Output Sektoral (%)

KODE SEKTOR Periode I Periode II

TPTK Industri Tekstil & Kulit 11,10 LME Industri Logam, Mesin, dan Elektronik 7,34

REJP Real Estate dan Jasa Perusahaan 5,31 11,12 PDGN Perdagangan Besar dan Eceran 4,97

KENDAL Industri Kendaraan & Alat Angkutan 4,49

BLKAS Bank, Lemb. Keu., dan Asuransi 19,76

JSLN Jasa-Jasa Lainnya 11,09

ANKRIM Angkutan, Pergudangan, dan Pengiriman 6,75

REST Restoran 5,93

Sumber: Data diolah.

Pada bagian sebelumnya telah diungkapkan bahwa peran ekspansi ekspor terhadap pertumbuhan output di Provinsi DKI Jakarta menduduki peringkat pertama, yaitu sebesar 61,34% pada periode I dan 72,41% pada periode II. Tabel 5.8 mengungkapkan bahwa sektor-sektor perekonomian yang dipengaruhi oleh ekspansi ekspor adalah meliputi sektor Industri Tekstil & Kulit (TPTK), Industri Logam, Mesin, dan Elektronik (LME), sektor Real Estate dan Jasa Perusahaan (REJP), sektor Perdagangan Besar dan Eceran (PDGN), Industri Kendaraan & Alat Angkutan (KENDAL), Bank, Lemb. Keuangan dan Asuransi (BLKAS), sektor Jasa-Jasa Lainnya (JSLN), sektor Angkutan, Pergudangan, dan Pengiriman (ANKRIM),

dan sektor Restoran (REST). Hal ini menunjukkan bahwa sektor-sektor tersebut outputnya selain dikonsumsi masyarakat DKI Jakarta juga diekspor ke luar wilayah DKI Jakarta.

Pada Tabel 5.8 terlihat pengaruh perubahan ekspansi ekspor pada periode I (tahun 1993-2000) terhadap output yang paling dominan terjadi pada sektor Industri Tekstil & Kulit (TPTK), yaitu memiliki peran sebesar 11,10%. Pada periode I tersebut kontribusi faktor ekspansi ekspor juga memiliki peran sebesar 7,34% untuk sektor Industri Logam, Mesin, dan Elektronik (LME), sebesar 5,31% untuk sektor Real Estate dan Jasa Perusahaan (REJP), 4,97% untuk sektor Perdagangan Besar dan Eceran (PDGN), dan 4,49% untuk sektor Industri Kendaraan & Alat Angkutan (KENDAL).

Pada periode II perubahan ekspansi ekspor terlihat masih berpengaruh pada sektor Real Estate dan Jasa Perusahaan (REJP) dengan peran sebesar 11,12%. Kemudian pada periode II ditunjukkan peran perubahan ekspansi ekspor juga terjadi pada sektor Bank, Lemb. Keuangan dan Asuransi (BLKAS) sebesar 19,76%, sektor Jasa-Jasa Lainnya (JSLN) sebesar 11,09%, sektor Angkutan, Pergudangan, dan Pengiriman (ANKRIM) sebesar 6,75, dan sektor Restoran (REST) sebesar 5,93%. 5.6.2.3. Kontribusi Perubahan Permintaan Antara atau Teknologi

Kontribusi perubahan teknologi terhadap pertumbuhan output pada 5 (lima) sektor perekonomian dalam 2 (dua) periode analisis ditunjukkan pada Tabel 5.9. Tabel 5.9: Kontribusi Perubahan Teknologi Terhadap Output Sektoral (%)

KODE SEKTOR Periode I Periode II

LGAB Listrik, Gas, dan Air Bersih 0,69 PDGN Perdagangan Besar dan Eceran 0,62 BLKAS Bank, Lemb Keu., dan Asuransi 0,44 KRKK Industri Karet, Kaca, dan Keramik 0,22

JKOM Komunikasi 0,22

JSLN Jasa-Jasa Lainnya 0,18

KENDAL Industri Kendaraan & Alat Angkutan 0,14

KIMOB Industri Kimia, Obat, dan Kosmetik 0,14

LME Industri Logam, Mesin, dan Elektronik 0,10 MKMN Industri Makanan, Minuman & Rokok 0,06

Dampak perubahan teknologi terhadap pertumbuhan output di Provinsi DKI Jakrata pada periode I (1993-2000) dan periode II (2000-2006) secara keseluruhan sangat rendah, yaitu sebesar 1,05% (periode I) dan bahkan tidak memiliki pengaruh karena perannya hanya sebesar minus 5,79% (periode II). Namun sektor-sektor perekonomian yang mendapatkan pengaruh dari perubahan teknologi cukup banyak, antara lain: Pada periode I meliputi sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih (LGAB), sektor Perdagangan Besar dan Eceran (PDGN), sektor Bank, Lemb Keuangan dan Asuransi (BLKAS), sektor Industri Karet, Kaca, dan Keramik (KRKK), dan sektor Jasa Komunikasi (JKOM). Kemudian pada periode II meliputi sektor Jasa-Jasa Lainnya (JSLN), Industri Kendaraan & Alat Angkutan (KENDAL), Industri Kimia, Obat, dan Kosmetik (KIMOB), Industri Logam, Mesin, dan Elektronik (LME), dan Industri Makanan, Minuman & Rokok (MKMN).

Pada Tabel 5.9. tersebut nampak kontribusi perubahan teknologi untuk periode I (tahun 1993-2000) secara keseluruhan relatif kecil. Perubahan teknologi terlihat memiliki peran 0,35% terhadap sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih (LGAB), 0,62% terhadap sektor Perdagangan Besar dan Eceran (PDGN), 0,44% terhadap sektor Bank, Lemb Keuangan dan Asuransi (BLKAS), dan terakhir 0,22% terhadap sektor Industri Karet, Kaca, dan Keramik (KRKK) dan sektor Jasa Komunikasi (JKOM).

Pada periode II kontribusi perubahan teknologi terlihat lebih kecil terhadap lima sektor perekonomian. Perubahan teknologi terlihat memiliki peran 0,18% terhadap sektor Jasa-Jasa Lainnya (JSLN), 0,14% terhadap sektor Industri Kendaraan & Alat Angkutan (KENDAL) dan sektor Industri Kimia, Obat, dan Kosmetik (KIMOB), sebesar 0,10% terhadap sektor Industri Logam, Mesin, dan Elektronik (LME), dan sebesar 0,06% terhadap sektor Industri Makanan, Minuman & Rokok (MKMN).

5.6.2.4. Kontribusi Perubahan Subtitusi Impor

Peran subtitusi impor dalam 2 (dua) periode analisis, yaitu periode I tahun 1993-2000 dan periode II tahun 2000-2006 terhadap sektor perekonomian terdapat pada Tabel 5.10. Pengaruh dari Subtitusi Impor terhadap pertumbuhan output di Provinsi DKI Jakarta pada periode I (1993-2000) dan periode II (2000-2006) secara keseluruhan sangat rendah, yaitu sebesar 1,24% (periode I) dan bahkan tidak memiliki pengaruh karena perannya mencapai minus 7,97% (periode II). Namun

sektor-sektor perekonomian yang mendapatkan pengaruh dari kontribusi impor cukup banyak, antara lain: Pada periode I meliputi sektor Perdagangan Besar dan Eceran (PDGN), sektor Bank, Lembaga Keuangan dan Asuransi (BLKAS), sektor Bangunan (BNGN), Industri Tekstil dan Kulit (TPTK), sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih (LGAB). Berikutnya pada periode II meliputi sektor Industri Kendaraan & Alat Angkutan (KENDAL), Industri Logam, Mesin, dan Elektronik (LME), Industri Kimia, Obat, Kosmetik (KIMOB), Industri Makanan, Minuman & Rokok (MKMN), dan sektor Jasa-Jasa Lainnya (JSLN).

Tabel 5.10 Kontribusi Subtitusi Impor Terhadap Output Sektoral (%)

KODE SEKTOR Periode I Periode II

PDGN Perdagangan Besar dan Eceran 2,44 BLKAS Bank, Lemb. Keu., dan Asuransi 1,19

BNGN Bangunan 0,99

TPTK Industri Tekstil & Kulit 0,84 LGAB Listrik, Gas, dan Air Bersih 0,77

KENDAL Industri Kendaraan & Alat Angkutan 1,00 LME Industri Logam, Mesin, dan Elektronik 0,88

KIMOB Industri Kimia, Obat, Kosmetik 0,71

MKMN Industri Makanan, Minuman & Rokok 0,69

JSLN Jasa-Jasa Lainnya 0,57

Sumber: Data diolah.

Pada Tabel tersebut terlihat pengaruh subtitusi impor pada periode I (tahun 1993-2000) terhadap output terjadi pada sektor Perdagangan Besar dan Eceran (PDGN) sebesar 2,44%, sektor Bank, Lembaga Keuangan dan Asuransi (BLKAS) sebesar 1,19%, sektor Bangunan (BNGN) sebesar 0,99%, sektor Industri Tekstil & Kulit (TPTK) sebesar 0,84%, dan sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih (LGAB) hanya sebesar 0,77%. Berikutnya pada periode II pengaruh subtitusi impor juga sangat kecil, yaitu terhadap sektor Industri Kendaraan & Alat Angkutan (KENDAL) sebesar 1%, sektor Industri Logam, Mesin, dan Elektronik (LME) sebesar 0,88%, Industri Kimia, Obat, Kosmetik (KIMOB) sebesar 0,71, sektor Industri Makanan, Minuman & Rokok (MKMN) sebesar 0,69, dan sektor Jasa-Jasa Lainnya (JSLN) hanya 0,57%.

Dokumen terkait