• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PENYAJIAN ANALISIS DATA

V.2.1. Analisis koordinasi program sistem kewaspadaan pangan dan gizi

Secara umum pelaksanaan program sistem kewaspadaan pangan dan gizi di pegang kendali oleh Badan Pelaksana penyuluhan dan ketahanan pangan sendiri. Hal itu dapat kita lihat melalui SK Kepala Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan nomor: 18.29/800/11.4/BP2KP/I/2014. Didalam SK tersebut memuat 7 (tujuh) nama anggota tim Pengelola pelaksana kegiatan penanganan dan operasionalisasi sistem kewaspadaan pangan dan gizi (SKPG) Kabupaten Serdang Bedagai. Hal itu juga dibenarkan oleh Bapak Bliher Sinaga, SP yang menyatakan

“Tim SKPG itu berisikan orang yang dari instansi kita sendiri, tapi walaupun begitu tim ini meminta bantuan kepada dinas-dinas maupun SKPD yang lainnya untuk memberikan data-data. Seperti dinas kesehatan yang memberikan data mengenai

berapa banyak jumlah penduduk yang mengalami kekurangan pangan dan gizi yang cukup. Kemudian misalnya dari dinas pertanian berapa banyak angka produksi setiap kecamatan. Nah data inilah nanti yang kita kumpulkan dan kita olah untuk menetapkan daerah mana yang mengalami rawan pangan.” ( Sumber: Wawancara dengan Kepala Bidang Ketersediaan, Distribusi dan Kewaspadaan Pangan, Bapak Bliher Sinaga, SP, jumat, 29 Mei 2015)

Hal yang sama juga dikatakan oleh Bapak Nurhadi, SP,

“BP2KP ini memiliki tim SKPG yang dimana anggotanya dipilih dari pegawai -pegawai bidang ketersediaan, Distribusi dan Kewaspadaan pangan.” (Sumber: Wawancara dengan Kepala Sub Bidang Distribusi dan Kewaspadaan Pangan, Bapak Nurhadi, SP, Jumat, 15 Mei 2015)

Secara umum Tim SKPG ini hanya melakukan koordinasi internal dan waluapun demikian terdapat juga koordinasi eksternal yang dilakukan. Hal itu dibuktikan dengan pernyataan informan diatas yang menyebutkan bahwa anggota tim SKPG hanya terdiri dari anggota BP2KP. Sejalan dengan itu Sugandah (1991:25) menyebutkan koordinasi intern merupakan koordinasi antar pejabat atau unit di dalam suatu organisasi. Dan apabila didalam tim hanya terdiri dari anggota BP2Kp itu sendiri maka koordinasi yang berlangsung di dalamnya disebut sebagai koordinasi intern.

A. Pendelegasian Wewenang/Pembagian Tugas

Jika melihat pernyataan dari Brech (dalam Hasibuan, 2011) yang mengartikan koordinasi sebagai penyeimbang dan penggerak tim dengan memberikan lokasi kegiatan pekerjaan yang cocok kepada masing-masing dan menjaga agar kegiatan itu dilaksanakan dengan keselarasan yang semestinya di antara para anggota itu sendiri. Sejalan dengan itu pernyataan tersebut, hal itu dapat kita lihat pada Tim SKPG. Di

dalam tim SKPG ini terdapat terdapat anggota yang telah masing-masing diberikan tugas yang berbeda-beda. Hal itu dapat kita lihat pada SK pembentukan Tim SKPG tersebut. Di dalam SK tersebut tercatat 7 orang yang menjadi bagian dari tim tersebut. Ketujuh orang tersebut yakni Bapak Setiyarno, SP (Kepala Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan) bertugas sebagai Pembina. Sementara Bapak Bliher Sinaga, SP (Kepala Bidang Ketersediaan, Distribusi dan Kewaspadaan) bertugas sebagai ketua pelaksana, Bapak Nurhadi, SP (Kasubbid Distribusi dan Kewaspadaan Pangan) selaku sekretaris yang ditugasi mempersiapkan kegiatan, Bapak Denny (Staf BP2KP) selaku Bendahara yang bertugas membantu mengeluarkan dana APBD,dan sementara Ibu Nurhalima (Staf BP2KP), Ibu Ratih (Staf BP2KP), serta Bapak Surya (Staf BP2KP) ketiganya bertugas membantu dalam pelaksanaan kegiatan.

Sebagaimana juga disampaikan oleh Sugandha (1991:13) bahwa salah satu unsur-unsur dalam usaha koordinasi itu adalah unit-unit. Dimana unit-unit ini adalah kelompok-kelompok kerja didalam suatu organisasi yang tentu mempunyai fungsi yang berbeda. Di dalam tim SKPG ini juga telah dibagi tugas masing-masing tugas sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Tentu saja kemampuan yang dimaksudkan adalah sesuai dengan jabatan dan spesialisasinya pada jabatan formal pada instansi ini. Hal itu dapat kita lihat dengan pemilihan Jabatan Pembina pada Tim SKPG menempatkan Bapak Setiyarno, SP yang juga merupakan Kepala BP2KP. Alasan penempatan Bapak kepala Badan sebagai Pembina tentu mempunyai alasan yang kuat. Seperti yang kita ketahui bahwa Bapak Setiyarno selaku kepala BP2KP

bertanggung jawab atas seluruh kegiatan yang berada di instansinya tersebut. Utamanya permasalahan pangan merupakan tugas utama dari beliau. Selain itu, sebagai Pembina beliau juga dapat berperan dalam mengkoordinasikan seluruh kegiatan Tim SKPG agar tidak berbenturan dengan program kegiatan lainnya di lingkungan BP2KP.

Sementara saat Peneliti bertanya Siapakah yang menentukan atau menyusun orang-orang didalam tim SKPG tersebut, Bapak Bliher selaku ketua Mengatakan bahwa

“Sebenarnya tim SKPG ini adalah pegawai-pegawai di Bidang Ketersediaan, Distribusi dan Kewaspadaan, Sebelum adanya SK tersebut. SK tersebut hanya dibuat pada saat Tim kita ini bergerak kelapangan untuk menindaklanjuti hasil dari temuan kita. Seperti yang saya bilang tadi, tim SKPG inilah yang meneliti dan memetakan keadaan Pangan di Kabupaten Serdang Bedagai baik dalam waktu per bulan maupun pertahun. Sementara SK yang keluar itu hanya sebagai jalan untuk pelaksanaan kegiatan dan pencairan anggaran. Ya..penyusunnya kami lah dari bidang kami, baru kami sampaikan ke Bapak kepala Badan.” ( Sumber: Wawancara dengan Kepala Bidang Ketersediaan, Distribusi dan Kewaspadaan Pangan, Bapak Bliher Sinaga, SP, jumat, 29 Mei 2015)

Lebih lanjut lagi saat peneliti memperdalam pertanyaan, dengan menanyakan apa dasar pertimbangan untuk menetapkan posisi masing-masing anggota dalam tim SKPG ini, Beliau menjawab,

“Kita menetapkan masing-masing anggota sesuai dengan jabatan yang selama ini dipegang pada bidang kita, misalnya pak Nurhadi sebagai sekretaris yang bertugas untuk melaksanakan kegiatan ini, tentunya kan karena pak Nurhadi ini memang sebagai Kasubbid Distribusi dan Kewaspadaan Pangan. Sehingga memang sudah tanggung jawab beliau sebagai mana tupoksinya. Dan tim ini merupakan pelaksanaan tupoksi itulah sebenarnya dan begitu juga dengan saya.” ( Sumber: Wawancara dengan Kepala Bidang Ketersediaan, Distribusi dan Kewaspadaan Pangan, Bapak Bliher Sinaga, SP, jumat, 29 Mei 2015)

Senada dengan Hal tersebut Salah satu Staff yang menjadi bagian dari Tim SKPG ini mengatakan

“Sebenarnya kurang tahu juga sih dik…tapi mungkin pak Nurhadi lah yang bikin biasanya dia sih yang bikin yang kek gitu baru di Kasi ke Bapak. Kalau kami Cuma ikuti perintah aja.” ( Sumber: Wawancara dengan salah satu Staf di Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan, Ibu Ratih Pane , Jumat, 29 Mei 2015)

Lebih lanjut, Bapak Setiyarno, SP (Kepala Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan) mengatakan bahwa:

“Nama-nama anggota pada tim SKPD ini memang berasal dari Bidang Ketersediaan, Distribusi dan Kewaspadaan itu sendiri. Mereka yang menyusunnya, lalu diserahkan kepada saya untuk mendapat persetujuan. Secara umum, anggota yang ada di dalam tim SKPG ini memang merupakan orang yang pada jabatan formalnya menanggung tugas yang sama. Karena tim SKPG ini merupakan program yang dirancangan sesuai dengan tupoksi mereka masing-masing.

Mengenai pendelegasian Urwik (dalam Sugandha, 1991:19) mempertegas bahwa dasar koordinasi adalah kewenangan yang diterapkan melalui proses bertingkat, dan menghasilkan defenisi-defenisi kewajiban-kewajiban individu. Dari penjelasan diatas maka dapat kita nyatakan bahwa secara umum pembentukan Tim SKPG ini sudah memperlihatkan alur-alur lukisan koordinasi yang dapat dijalankan. Kejelasan tugas yang telah dibagi dan siapa yang menjadi pemimpinnya tentu merupakan sebuah syarat mutlak untuk menjalankan sebuah koordinasi. Lebih rinci lagi Barnard (dalam Sugandha, 1991:20) mengatakan faktor yang paling Strategis dan penting adalah pemimpin organisasi dalam memainkan peran koordinasi. Sejalan dengan itu, maka cukup tepat apabila yang dijadikan sebagai ketua pelaksana dalam tim SKPG tersebut adalah seorang kepala Bidang Ketersediaan, Distribusi dan Kewaspadaan karena anggota tim ini adalah pegawai bawahannya.

Selain itu, kepala Bidang Ketersediaan, Distribusi dan Kewaspadaan juga yang telah diberikan tugas dan wewenang sebagaimana telah dipaparkan pada Bab sebelumnya dan salah satu tugasnya adalah Membina monitoring ketersediaan pangan dan cadangan pangan masyarakat dan Menyiapkan bahan perumusan kebijakan untuk ketersediaan pangan dan cadangan pangan. Maka dapat dikatakan bahwa pemilihan dan penetapan setiap jabatan dan penugasan setiap anggota tim SKPG ini telah tepat sesuai dengan spesialisasinya masing-masing dan hal ini tentunya akan mempermudah jalannya komunikasi. Dan bila komunikasi telah berjalan baik maka dapat dikatakan bahwa program tim SKPG ini dapat berkemungkinan berhasil di implementasikan. Hal ini senada dengan pendapat dari Van Meter dan Van Horn yang mengatakan salah satu variabel keberhasilan implementasi adalah komunikasi.

B. Perumusan dan Pelaksanaan Kegiatan

Sebagai Kerangka berpikir Mooney dan Reiley (dalam Sugandha, 1991:17) yang merangkum koordinasi pada 3 konsepsi yaitu Prinsip Proses Efek. Saat kewenangan telah di bagi dan padasaat tugas sudah di delegasikan maka akan menghasilkan proses bertingkat yang pada akhirnya membutuhkan kepemimpinan (Leadership) pada para bawahan. Para anggota yang telah ditempatkan pada posisi yang lebih tinggi harus mampu memainkan peranannya sebagai leader. Posisi leader ini yang memberikan kesempatan kepada para atasan kewenangan atau kekuasaan untuk mengkoordinasikan. Pada saat SK pembentukan Tim SKPG telah dikeluarkan maka setiap anggota tim ini harus menjalankan tugas dan fungsinya masing-masing.

Saat Peneliti bertanya kepada Bapak Bliher Sinaga selaku ketua pada tim SKPG ini, Apa yang pertama kali bapak lakukan saat keluarnya SK pembentukan Tim SKPG ini, beliau mengatakan

“Pada waktu SK nya sudah dikeluarkan oleh Pimpinan Saya, yang saya lakukan pertama kali adalah mensosialisasikan SK tersebut kepada para anggota yang lainnya agar mereka tahu siapa saja yang bergabung dalam tim SKPG ini. Lalu kemudian saya merancang pertemuan untuk mengadakan rapat bersama.” ( Sumber: Wawancara dengan Kepala Bidang Ketersediaan, Distribusi dan Kewaspadaan Pangan, Bapak Bliher Sinaga, SP, jumat, 29 Mei 2015)

Pada pernyatakan diatas dapat kita lihat bahwa penting adanya kejelasan posisi sebelum melangsungkan kegiatan ke tahap berikutnya. Maka tidak Salah Mooney dan Reiley menempatkan konsep dasar suatu koordinasi pada prinsip koordinasi itu sendiri yang dimana didalamnya terdapat kejelasan pembagian wewenang. Hal ini mungkin yang disadari oleh ketu tim SKPG, setelah menda pat mandat sebagai ketua ia langsung mengadakan sosialisasi. Tujuannya tentu saja agar memperkenalkan posisinya pada anggota yang lain dan member pesan terhadap anggota yang lain bahwa mereka berada pada pimpinannya. Koordinasi yang ingin digambarkan oleh ketua tim SKPG ini adalah Koordinasi vertikal (koordinasi antaraa pejabat-pejabat dan unit-unit tingkat bawah oleh pejabat aasannya atau unit tingkat atasnya langsung).

Tim SKPG ini sebagaimana yang telah disampaikan oleh Pak Bliher bahwa sebenarnya tim ini merupakan tim yang telah ada sebelum SK itu dikeluarkan. Hal ini diperjelas kembali saat peneliti bertanya bagaimana berlangsungnya kegiatan tim SKPG ini? Dan pada saat itu, Pak Bliher mengatakan bahwa

“ Seperti yang sudah saya katakana diawal bahwa tim SKPG ini sebenarnya telah ada sebelum keluarnya SK. Dimana tim yang saya maksudkan itu tadi adalah anggota saya di bidang Kertersediaan, Distribusi dan Kewapadaan Pangan. Kami setiap bulannya membuat peta kerawanan pangan di setiap Kecamatan. Jadi tim SKPG inilah yang memuat peta kerawanan pangan setiap bulan dan juga setiap tahunnya.” ( Sumber: Wawancara dengan Kepala Bidang Ketersediaan, Distribusi dan Kewaspadaan Pangan, Bapak Bliher Sinaga, SP, jumat, 29 Mei 2015)

Hal serupa juga disampaikan oleh Nurhadi beliau juga mengatakan

“Tim SKPG itu sebenarnya kami pegawai yang ada di sini, nah..kalau ditanya apa yang kamilah lakukan, iya kami itu melakukan tugas kami seperti biasanya.” (Sumber: Wawancara dengan Kepala Sub Bidang Distribusi dan Kewaspadaan Pangan, Bapak Nurhadi, SP, Jumat, 15 Mei 2015)

Dan saat Peneliti bertanya apa tugas yang biasanya dilakukan oleh tim SKPG tersebut, beliau menjawab,

“Tugas biasa yang kami lakukan itu adalah mengumpulkan data-data dan informasi dari setiap dinas-dinas, badan-badan, maupun instansi lainnya yang berkaitan dengan penghitungan komposit kerawanan pangan tiap kecamatan.” (Sumber: Wawancara dengan Kepala Sub Bidang Distribusi dan Kewaspadaan Pangan, Bapak Nurhadi, SP, Jumat, 15 Mei 2015)

Hal senada juga disampaikan oleh Ibu Ratih Pane, salah seorang anggota tim SKPG, ia mengatakan

“Tim SKPG itu awalnya kerjaannya mengumpulkan data-data. Kayak dari dinas pertanian kan, berapa produksi padi, jagung, ubi pokoknya makanan pokok yang ada di kecamatan itu. Terus dari dinas kesehatan berapa Data Status gizi di kecamatan itu, terus dari BPS berapa jumlah keluarga yan miskin, dari Pemberdayaan Perempuan dan KB kita dikasi data tentang situasi pangan dan Gizi tiap kecamatan. Nah.. ! data -data inilah yang kita kumpulakan, terus kami olah pake komputer. Setelah diolah nanti baru kita dapat Skor komposit dan indeks komposit situasi pangan dan Gizi tiap kecamatan.” ( Sumber: Wawancara dengan salah satu Staf di Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan, Ibu Ratih Pane , 29 Mei 2015)

Pada saat melakukan tugas mengumpulkan data, tim SKPG dari BP2KP ini tentu akan melakukan koordinasi dengan instansi pemerintah daerah lainnya. Untuk mendapat data-data tersebut dibutuhkan kerjasama dengan pihak-pihak tersebut. Pada saat peneliti menanyakan bagaimana cara tim SKPG memperoleh data tersebut apakah langsung keinstansi terkait, atau melalui alat komunikasi atau dalam pertemuan rapat. Pertanyaan ini dijawab oleh ibu Ratih Pane,

“Kami mendapatkan data itu ga susah-susahlah harus pake rapat segala. Cukup hanya menghubungi lewat telpon supaya dikirim lewat email atau kadang kalau datanya terlalu sulit untuk dikirim ya, berarti harus langsung ke kantornya. Dan biasanya enggak susah sih mendapatkan datanya. Karena memang kitakan saling membutuhkan. Kadang kita butuh data tapi nanti mereka juga perlu data kita. Jadi enggak ada masalah kalau ngumpulkan datanya.” ( Sumber: Wawancara dengan salah satu Staf di Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan, Ibu Ratih Pane ,jumat, 29 Mei 2015)

Hal yang sama juga disampaikan oleh Pak Bliher, ia mengatakan

“Setiap SKPD di Kabupaten ini bebas bekerjasama dan saling membantu dan mendukung. Saat kita butuh data mereka wajib untuk sediakan. Sebaliknya apabila mereka butuh data kita ya..kita yang menyiapkannya. Tinggal pergi kedinas tau SKPD lainnya langsung kita bias dapat data yang kita mau.” ( Sumber: Wawancara dengan Kepala Bidang Ketersediaan, Distribusi dan Kewaspadaan Pangan, Bapak Bliher Sinaga, SP, jumat, 29 Mei 2015)

Sebagaimana dijelaskan oleh

C. Hasil Pencapaian

Adapun pencapaian yang dimaksudkan dalam tima SKPG ini adalah bagaimana keefektifan dari koordinasi yang dijalankan untuk meningkat aksesibilitas pangan di daerah rawan pangan. Lebih tepatnya kita dapat melihat bagaimana efek

fungsional tersebut dalam tim SKPG ini untuk mencapai sasaran yang ingin dicapai. Adapun pengertian efek fungsional yang dimaksud disini adalah hasil akhir dari prinsip koordinasi ( Pelaksanaan kewajiban dan tanggung jawab orang-orang yang berada dalam tim tersebut). Seperti yang kita ketahui Mooney dan Reiley (dalam Sugandha, 1991:17) dengan kerangka berpikirnya membagi koordinasi pada 3 konsepsi yakni Prinsip, Proses dan Efek.

Jika kita kembali memakai istilah diatas, maka pada dasarnya pada saat pembagian tugas dan wewenang merupakan sebuah tahapan peletakan prinsip. Setiap individu diberikan kewajiban dan tanggung jawab agar dapat mengerti batasan wewenang dan selanjutnya apa saja yang menjadi tugasnya. Pada tahap proses maka setiap anggota tim harus bekerja sesuai dengan dengan kewajiban dan tugas yang telah diberikan dengan sebaik-baik. Namun pada akhirnya kita dapat memasuki tahap akhir dari koordinasi yaitu tahap interpretatif. Pada tahapan ini berhubungan dengan analisis tentang apa yang telah dicapai dibandingkan dengan apa yang sesungguhnya diharapkan.

Adapun yang diharapkan melalui pembentukan tim SKPG ini adalah meningkatkan akses pangan di daerah rawan pangan atau dapat juga dikatakan mengatasi masalah pangan di daerah rawan pangan. Setelah melakukan pengkajian dan pemetaan tim SKPG ini kemudian melakukan tindaklanjut atas penemuan tersebut. Adapun tindaklanjut yang dilakukan adalah dengan cara memberikan bantuan pangan ke daerah sasaran. Pada tahun 2013 terdapat 5 daerah yang tergolong sebagai daerah rawan pangan. Hal ini disampaikan juga oleh Pak Nurhadi pada saat

menunjukkan peta rawan pangan Kabupaten Serdang Bedagai kepada peneliti, ia mengatakan

“Ni peta rawan pangan kita! Kalau kecamatan yang warna merah itu berarti rawan dan kalau kuning itu waspada tapi kalau yang ijo itu aman-aman aja berarti. Di tahun 2013 itu ada 5 kecamatan yang merah. Tapi yang bisa kita bantu hanya 3 kecamatan aja. Cuma kecamatan Pantai Cermin, Tanjung beringin dan Pegajahan yang mendapat bantuan.” ( Sumber: Wawancara dengan salah satu Staf di Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan, Ibu Ratih Pane , 29 Mei 2015)

V.2.2 Analisis koordinasi program Distribusi Pangan Masyarakat dalam

Dokumen terkait