PENGENDALIAN HAMA BAWANG MERAH Trizelia dan Novri Nelly
ANALISIS KUALITAS AIR TANAH DI KAWASAN TEMPAT PEMROSESAN AKHIR (TPA) SAMPAH KULO TONDANO
Verry R. Ch. Warouw, J. E. Lengkong, Dj. Kaunang
Fakultas Pertanian Universitas Sam Ratulangi
ABSTRAK
Salah satu bentuk penggunaan lahan yaitu untuk aktivitas TPA sampah, namun kehadiran tempat pemrosesan akhir (TPA) sampah seringkali menimbulkan dilema. TPA dibutuhkan, tetapi sekaligus tidak diinginkan kehadirannya di ruang pandang. Permasalahan adalah bahwa lokasi TPA berada dalam kawasan rawan secara hidrogeologi, maksudnya berpotensi rawan terjadi pencemaran lingkungan. Selain lindi sangat berpotensi menyebabkan pencemaran air, baik air tanah maupun air permukaan, juga jarak antara sumber air baku dengan saluran drainase lindi TPA adalah kurang dari 100 m. Penelitian ini dilaksanakan di desa Kulo kecamatan Tondano Utara kabupaten Minahasa provinsi Sulawesi Utara. TPA sampah ini telah beroperasi sejak 2008 seluas 3 Ha. Luasan TPA yang sudah terpakai adalah sebesar 1,3 Ha. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kualitas air tanah dan mikrobiologi air tanah di sekitar kawasan TPA sampah Kulo Tondano.dengan menggunakan status mutu air tanah berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416 tahun 1990. Penelitian ini menggunakan metode survei, observasi lapangan dan analisis di laboratorium. Parameter kualitas air tanah dan mikrobiologi meliputi: pH, BOD, COD, TDS, TSS, NH3-N, NO3-N, N-NO2, Fe, Mn, Zn, Al, dan total coliform .serta coli tinja Hasil penelitian menunjukan bahwa ada 12 parameter yang diuji, 8 parameter yaitu pH (7,2), TSS (7.6 mg/L), TDS (328.4 mg/L ), Nitrat (5.074 mg/L), Nitrit (0.610 mg/L), Mn (tt* ), Zn (0.021 mg/L), dan Al (tt*) memenuhi baku mutu yang diperbolehkan, Sekalipun hasil pengujian sebagian parameter air ini masih berada di bawah baku mutu, namun hal ini tetap perlu diperhatikan. Sebaliknya 4 parameter yaitu Ammonia-N-NH3 (1.899 mg/L), Fe (0.349 mg/L), Total coliform, (21 MPN/100 ml ) dan coli tinja (7 MPN/100 ml) tidak memenuhi baku mutu berdasarkan Permenkes No. 416 tahun 1990 tentang persyaratan kualitas air bersih.. Parameter air tanah yang masih melampaui baku mutu perlu upaya pengolahan air tanah lebih lanjut sebelum dikonsumsi. Hasil penelitian menunjukan aspek jarak antara sumber air baku dengan saluran drainase lindi TPA sampah adalah 65 m, hal ini nenunjukkan perlu diperhatikan dalam penentuan lokasi, karena sangat berisiko tinggi. Saran bahwa diperlukan upaya-upaya untuk memperbaiki pengelolaan situs TPA untuk mencegah terjadinya kontaminasi air tanah yang lebih parah.
Kata kunci: landfill, groundwater, air lindi, kimia air tanah
PENDAHULUAN
Meningkatnya laju pertumbuhan penduduk perkotaan akan meningkatkan aktivitas pembangunan berbagai sektor, seperti perumahan, industri, dan perdagangan yang tentunya akan meningkatkan volume timbulan sampah (Setiawan, 2010). Kota dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi dapat mengakibatkan semakin bertambahnya volume sampah dan semakin beragamnya jenis sampah yang dihasilkan (Abdullah dan Gunawan, 2011).
Kondisi ini bisa terjadi karena pola hidup masyarakat yang semakin konsumtif mengakibatkan bertambahnya jumlah timbulan sampah sehingga meningkatkan beban Tempat Pengelolaan Akhir (TPA) Sampah yang pada akhirnya timbul masalah ketidaksanggupan TPA Sampah menampung jumlah timbulan sampah yang semakin hari semakin bertambah. Permasalahan ini semakin dipersulit dengan terbatasnya TPA Sampah yang tersedia.
Kondisi TPA Sampah di berbagai kota di Indonesia pada umumnya tidak memadai. Berdasarkan hasil evaluasi Tim Pemantau Program Adipura (2007) diketahui bahwa rata-rata skor yang diperoleh untuk berbagai komponen utama pada umumnya berada antara rentang 46 dan 60 dengan kualifikasi jelek.
Pencemaran air pada umumnya dapat berasal dari limbah industri, rumah tangga, TPA Sampah, dan lain-lain, Apabila air sudah tercemar maka kehidupan manusia dapat terganggu, karena apabila air digunakan dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti folio, kolera, typus, dysentri amoeba dan cacingan. Selain itu dampak pencemaran air dapat menimbulkan keracunan yang biasanya terdapat pada limbah air Iindi yang berasal dari TPA (landfill).
Dampak pencemaran lingkungan tidak hanya berpengaruh dan berakibat kepada lingkungan alam saja, tetapi berakibat dan berpengaruh pada kehidupan tanaman, hewan dan juga manusia.
Salah satu bentuk penggunaan lahan yaitu untuk aktivitas TPA Sampah. Namun kehadiran tempat pemrosesan akhir (TPA) sampah seringkali menimbulkan dilema. TPA dibutuhkan, tetapi sekaligus tidak diinginkan kehadirannya di ruang pandang. Sering terjadi dalam menentukan perencanaan penggunaan lahan hanya didasarkan pada pertimbangan ekonomis saja yang biasanya berjangka pendek. Padahal lahan merupakan salah satu komponen dari daya dukung lingkungan.
Pengembangan penyediaan TPA Sampah tidak dapat dipisahkan dengan lahan, oleh karena itu untuk menilai suatu lahan yang dapat dipergunakan untuk kegiatan TPA Sampah, tidak dapat langsung mengadakan suatu batasan wilayah yang selanjutnya didirikan atau dijadikan suatu lokasi TPA Sampah, namun tetap memperhatikan faktor fisik dan non fisik. Faktor fisik seperti geologi dan geomorfologi, jenis tanah, bentuk lahan, hidrologi, Iklim, dan penggunaan lahan. Sedangkan faktor non fisik meliputi masyarakat sekitar, mata pencaharian penduduk sekitar, dan kebijakan pemerintah (Sutanto, 2002).
Hasil observasi awal terhadap permasalahan pengelolaan TPA sampah Kulo Tondano adalah bahwa tanah penutup dianjurkan dan wajib dilakukan setiap minggu sekali pada akhir operasional setelah pembuangan sampah dengan metode lahan urug terkendali (controlled landfill) belum dilaksanakan, sehingga hal ini dapat menimbulkan beberapa dampak negatif terhadap lingkungan. Dalam proses pembuangan sampah dengan metode ini akan timbul lindi di dalam lapisan timbunan dan akan meresap ke dalam lapisan tanah di bawahnya. Lindi ini sangat merusak dan dapat menimbulkan bau tidak enak. Lindi sangat berpotensi menyebabkan pencemaran air, baik air tanah maupun air permukaan sehingga perlu ditangani dengan baik. Oleh karena itu aspek penting dan juga yang perlu menjadi perhatian adalah jenis batuan dan karakteristik tanah sangat berperan dalam mencegah atau mengurangi pencemaran air tanah dan air permukaan secara alami yang berasal dari leachate (air lindi) (Dubey, Singh dan Panday, 2014). Menurut Ifemeje, et al., (2014), bahwa tingkat peredaman sangat tergantung pada kemampuan peredaman (attenuation capacity) dari batuan dan karakteristik tanah. Kemampuan peredaman mencakup permeabilitas, daya filtrasi, pertukaran ion, absorbs, dan lain-lain (Idehai dan Akujieze, 2014). Material batuan berbutir halus seperti batu lempung dan napal, material tanah yang bertekstur halus (berliat), mempunyai daya peredaman yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan material berbutir kasar (Urbini, Viotti dan Gavasci, 2014).
Selain itu kedudukan muka air tanah merupakan parameter penting, semakin dangkal muka air tanah, semakin mudah pencemaran terjadi (Isinkaye dan Oyedele, 2014).
TPA Sampah Kulo Tondano saat ini beroperasi dengan sistim pembuangan secara controlled landfill yang menampung sampah sebanyak 40,13 m3 per hari, walaupun kenyataan dalam pelaksanaan operasionalisasi pengelolaan TPA belum dilakukan sesuai kriteria persyaratan standar sistim controlled landfill. Kota Tondano adalah ibukota kabupaten Minahasa yang terletak di tepi danau Tondano dan di hulu sungai Tondano yang bermuara di kota Manado. Pesatnya pembangunan di berbagai bidang mempengaruhi laju pertumbuhan penduduk Kota Tondano. Menurut Bapeda Minahasa (2011), luas wilayah administrasi kota adalah 114,55 km2 dengan jumlah penduduk di wilayah perkotaan 63.537 jiwa. Sementara itu, menurut hasil sensus BPS
Kabupaten Minahasa (2011), bahwa laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Minahasa dari tahun 2000-2010 cenderung mengalami peningkatan. Peningkatan jumlah penduduk secara signifikan terjadi pada rentang tahun 2008-2010 yaitu 1,88 persen. Pertambahan jumlah penduduk tersebut mengakibatkan terjadinya peningkatan kebutuhan hidup yang berdampak terhadap peningkatan sisa-sisa buangan atau sampah dari aktivitas yang dilakukan. Jika diasumsikan bahwa setiap penduduk kota Tondano menghasilkan sampah seberat 0.8 kg maka timbulan sampah yang dihasilkan kota Tondano sekitar 50 ton setiap hari.
Kenyataan bahwa dari hasil observasi awal menunjukkan bahwa lokasi TPA Kulo terletak di wilayah dengan topografi bergelombang dan berlereng agak curam sampai curam, serta berada dalam kawasan rawan hidrogeologi. Hal ini karena di sekitar TPA terdapat beberapa sumber air baku seperti mata air “Kinembengan” (< 100 m), mata air “Sumaroingsong”(200 m dari TPA), dan sumber air panas “Ranopasu Sumarongsong”(500 m dari TPA). Aliran sungainya akan menuju desa Kembuan (penduduk sekitar 1000 jiwa) dan bertemu dengan sungai “Dua-Dua” (1500 m dari TPA) di desa Uluan (penduduk sekitar 1500 jiwa) kecamatan Kembes. Penggunaan lahan sepanjang aliran sungai adalah kebun lahan kering, telaga, sawah dan pertanian lainnya. Selain itu masyarakat di kedua desa tersebut memanfaatkan air sungai untuk kebutuhan MCK, air minum dan ternak.
Hasil observasi awal juga menunjukkan bahwa NSPM belum diimplementasikan. Misalnya, peralatan prasarana pengomposan yang sudah ada tidak pernah dioperasikan serta kelengkapan infrastrukturnya masih belum memadai. Bahkan, di lokasi TPA sudah ada bak pengolahan lindi TPA, seperti bak sedimentasi, dan bak maturasi, akan tetapi lindi TPA tidak masuk ke bak pengolahan lindi, melainkan hanya mengalir ke saluran drainase dan meresap ke dalam tanah sekitar. Hal ini berpotensi menimbulkan pencemaran lingkungan air.dan tanah.
Menurut Tchobanoglous, et al.,(1993), lindi adalah limbah cair yang timbul dari TPA akibat masuknya air eksternal ke dalam timbunan sampah, melarutkan dan membilas materi bahan terlarut, termasuk dengan bahan organic hasil proses dekomposisi secara biologi. Dengan demikian menjadi pertimbangan penting untuk mengelola TPA sampah yang saat ini dengan sistim yang sudah dipilih yaitu controlled
landfill, karena itu masalah-masalah tersebut di atas dicoba diselesaikan dengan
menjawab pertanyaan penelitian, yakni: (i) apakah kegiatan operasional TPA sampah Kulo Tondano menimbulkan dampak negatif terhadap pencemaran air dan tanah di sekitar kawasan tersebut?, dan (ii) bagaimana proses pengelolaan TPA Kulo Tondano dikaitkan dengan implementasi SNI dan pengelolaan pencemaran air dan tanah.
Menurut Sutrisno, (2008), air tanah terdiri atas: (i), Air tanah dangkal yaitu air yang terjadi karena proses peresapan air dari permukaan tanah. Lumpur akan tertahan juga bakteri dan susunan unsur-unsur kimia tertentu pada masing-masing lapisan tanah. Pengotoran juga masih terus berlangsung terutama pada muka air yang dekat dengan tanah. Air tanah ini digunakan sebagai sumber air minum melalui sumur-sumur dangkal. (ii), Air tanah dalam yaitu air tanah terdapat setelah lapisan rapat air yang pertama. Pengambilan air tanah dalam ini tidak semudah pengambilan air tanah dangkal. Biasanya air tanah dalam ini berada pada kedalaman antara 200-300 meter. Kualitas air tanah dalam lebih baik dari air tanah dangkal karena penyaringannya lebih sempurna dan bebas dari bakteri. Susunan unsur-unsur kimia tergantung pada lapis-lapis tanah yang dilalui jika melalui tanah kapur maka air menjadi sadah karena mengandung Ca (HCO3)2 dan Mg(HCO3)2. dan (iii) Mata air yaitu air tanah yang keluar dengan sendirinya ke permukaan tanah. Mata air yang berasal dari tanah dalam hampir tidak terpengaruh oleh musim dan kualitasnya sama dengan air tanah dalam.
Pencemaran air dapat merupakan masalah regional maupun lingkungan global, dan sangat berhubungan dengan pencemaran udara serta penggunaan tanah atau lahan. Walaupun air merupakan sumber daya alam yang dapat diperbaharui, tetapi air akan dapat dengan mudah terkontaminasi oleh aktivitas manusia untuk tujuan yang bermacam-macam sehingga dengan mudah dapat tercemar (Darmono, 1995).
Menurut Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 bahwa pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen
lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya.
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka diajukan pertanyaan penelitian yang menjadi fokus utama dalam penelitian ini, yaitu: bagaimana karakteristik kimia dan mikrobiologi air tanah di sekitar kawasan TPA Kulo Tondano memenuhi Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990 tentang Persyaratan Kualitas Air Bersih. Dengan demikian berdasarkan pada rumusan permasalahan di atas maka tujuan penelitian ini adalah menganalisis kualitas air tanah (kimia dan mikrobiologi) di sekitar kawasan tempat pemrosesan akhir (TPA) sampah Kulo Tondano.
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kelurahan Kulo, kecamatan Tondano Utara, Kabupaten Minahasa provinsi Sulawesi Utara sebagai lokasi tempat pemrosesan akhir (TPA) sampah kota Tondano. Pemilihan lokasi penelitian didasarkan pada pertimbangan operasional pengelolaan TPA sampah yang sudah dimulai sejak tahun 2008 dan umur TPA adalah sembilan tahun dengan luasan TPA yang sudah terpakai sekitar 1,3 Ha, sehingga kemampuan TPA diperkirakan hanya sampai tahun 2018. Lokasi penelitian berada dalam wilayah sub das Kuala Rurukan, dan dilihat dari letak geografis lokasi TPA Kulo Tondano terletak pada: 01o 19.999᾽LU dan 124o 53.94᾽BT.
Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan dan peralatan terkait dengan tujuan penelitian antara lain mancakup: identifikasi lingkungan TPA, dan pengukuran air tanah dan miobiologi di sekitar situs TPA. Untuk identifikasi biofisik lingkungan maka dalam survei lapangan digunakan alat dan bahan antara lain, yakni: Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) Lembar Tanawangko skala 1: 50.000 (1991), GPS (Global Positioning System) tipe GPS 76 merek Garmin, Digital kamera merek Nikon seri coolpix dengan resolusi 12,0 Megapixel dan optical zoom 3,6x, Altimeter, Clinometer, Kompas, serta bahan dan alat-alat lain yang digunakan di laboratorium.
Untuk mengetahui aspek kondisi fisik lingkungan TPA dan kondisi perairan, mata air tanah di sekitar kawasan TPA sampah diperlukan pengambilan data sampel/sampling. Secara garis besar ada dua komponen data yang harus diambil, yaitu: (i) komponen data fisik, dan (ii) komponen data sosial ekonomi masyarakat.
Cara pelaksanaan penelitian ini digunakan metode survei melalui pendekatan observasi lapangan, analisis laboratorium, maupun kuisioner survei sosial masyarakat. Observasi lapangan dilakukan untuk mengkaji aspek biofisik tapak TPA sebagai sarana fisik pengelolaan tempat pemrosesan akhir sampah, dan analisis laboratorium untuk mengkaji kualitas air di sekitar wilayah TPA. Seluruh variabel diamati dan dianalisis secara deskriptif. Untuk gambaran inset peta situasi lokasi penelitian disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1. Peta situasi lokasi penelitian
Secara ringkas alat yang digunakan dalam analisis parameter kualitas air serta metode analisis mikrobiologi, di TPA Kulo Tondano disajikan dalam Tabel 1
Tabel 1. Parameter kualitas air yang diukur, metode analisis dan alat-alat pengukuran
No Parameter Satuan Metode Analisis Peralatan
1 pH - QI/LKA/08
(Elektrometri)
Wadah polietilen 500-1000 ml, pH meter
2 BOD mg/L APHA. 5210 B-1998 Wadah polietilen 1000 ml, buret
3 COD mg/L QI/LKA/19 (Spektrofotometri)
Wadah polietilen 100 ml, buret
4 TSS mg/L APHA. 2540 D-2005 Wadah polietilen 1000 ml, timbangan analitik
5 TDS mg/L APHA. 2540 C-2005 Wadah polietilen 1000 ml, timbangan analitik,
6 Nitrat
(NO3_N) mg/L QI/LKA/65
Wadah polietilen 250 ml, spektrofotometer
(NO2_N) 2005 spektrofotometer 8 Ammonia (NH3_N) mg/L APHA. 4500-NH3 F-2005 Wadah polietilen 250 ml, spektrofotometer
9 Besi mg/L APHA. 3111 B-2005 Wadah polietilen 500-1000 ml, spektrofotometer 10 Mangan mg/L APHA. 3111 B-2005 Wadah polietilen 500-1000
ml, spektrofotometer 11 Seng mg/L APHA. 3111 B-2005 Wadah polietilen 500-1000
ml, spektrofotometer 12 Aluminium mg/L APHA. 3111 B-2005 Wadah polietilen 500-1000
ml, spektrofotometer 13 Total Coliform MPN/100 ml QI/LKA/18 (Tabung Ganda) Wadah polietilen 50 ml, Tabel MPN 14 Coli tinja MPN/100 ml QI/LKA/53 (Tabung Ganda) Wadah polietilen 50 ml. Tabel MPN
Pengumpulan data kualitas air tanah sekitar TPA dilakukan dengan metode survei terhadap parameter untuk mata air, meliputi: pH, COD, BOD, TDS, TSS, NO3, NH3, NO2, Fe, Mn, Zn, Al, dan total coliform dan coli tinja. Sampling air dilakukan di lapangan (di lokasi TPA sampah Kulo Tondano dan sekitarnya) dan dianalisis di laboratorium.
Pengambilan sampel kualitas air tanah dilakukan pada 2 titik pengamatan yaitu pada mata air Kinembengan berjarak < 50 m (20004.3’ LU – 1240 54.01’ BT), di bawah dari saluran drainase lindi TPA dan mata air Sumaroinsong berjarak < 300 m (01020.137’ LU – 1240 54.147’ BT) di bawah dari saluran drainase lindi TPA sampah. Adapun lokasi pengambilan sampel penelitian disajikan pada Gambar 2
Pengambilan sampel air untuk analisis kimia di laboratorium sedikitnya diperlukan sebanyak 1500 ml serta tidak mengandung gelembung udara di dalamnya. Botol sampel kemudian ditutup rapat, disegel dan ditutup dengan alumunium foil agar terhindar dari cahaya matahari.
Sampel air juga digunakan untuk pemeriksaan mikrobiologi sedikitnya diperlukan air sebanyak 200 ml untuk analisis mikrobiologi. Sampel di simpan dalam suhu 40C dan diperiksa dalam kurun waktu 24 jam. Botol sampel untuk pemeriksaan mikrobiologi harus memiliki tutup yang rapat untuk menghindari kontaminasi dan tahan terhadap proses sterilisasi. Lakukan analisis secepatnya selama organisme masih hidup. Apabila tidak dapat melakukan pemeriksaan secepatnya, lakukan pengawetan/ preservasi sampel menggunakan 3% phosphat buffered glutaraldehyde, 2% formalin atau larutan lugol (100g Kl, 1000 ml aquades, 50 g kristal iodine dan 100 ml asam asetat gladal).
Evaluasi air sumur dan mata air mengacu kepada Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990 tentang Persyaratan Kualitas Air Bersih. Menurut Permenkes No. 416 Tahun 1990 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air, yang dimaksud dengan air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak, sementara untuk evaluasi kualitas air minum mengacu kepada Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Menurut Keputusan Menkes RI No. 907 Tahun 2002 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum, yang dimaksud dengan Air Minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Secara geografis lokasi penelitian berada dalam wilayah sub das kuala Rurukan yang terletak antara 124o 53’ 20’’ dan 124o 54’ 20’’ bujur timur, dan antara 1o 20’ 0’’ dan 1o 20’ 20’’ lintang utara dengan referensi Peta Rupa Bumi Indonesia lembar 2417-23 Manado (skala 1 : 50.000 BAKOSURTANAL, 1991). Ketinggian dari permukaan laut (± 808 m). Daerah penelitian berlokasi di sub Das Kuala Rurukan. Sub Das Kuala Rurukan merupakan bagian dari DAS Rurukan. Sub Das adalah bagian dari DAS yang menerima air hujan dan mengalirkannya melalui anak sungai ke sungai utama.
Secara administrasi daerah ini bagian dari wilayah kabupaten Minahasa induk yang terletak di sebelah utara kotaTondano (± 3 km). Daerah penelitian dikelilingi oleh lereng-lereng curam membujur ke arah Timur – Barat yang berbatasan dengan kecamatan Tondano di sebelah selatan, berbatasan dengan Kecamatan Rurukan di sebelah barat dan kecamatan Tombulu (desa Suluan) serta Kecamatan Airmadi yang secara berturutan merupakan, batas utara, serta batas timur wilayah penelitian.
Data parameter kualitas air tanah yang diperoleh di kedua mata air dibandingkan dengan baku mutu yang berlaku sesuai dengan peraturan peruntukan untuk menentukan status mutunya. Penentuan status mutu air tanah dilakukan dengan menggunakan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990 tentang Persyaratan Kualitas Air Bersih
Untuk mengetahui status mutu air tanah, telah dilakukan pengukuran parameter air tanah-di mata air Kinembengan dan di mata air Sumaroinsong meliputi: pH, BOD, COD, TSS, TDS, Nitrat (N-NO3), Nitrit (N-NO2), dan Amonia bebas ( N-NH3), dan parameter mikrobiologi meliputi kandungan Total Coliform dan Coli Tinja. Hasil analisis laboratorium contoh air tanah di kedua lokasi mata air seperti tertera di hasil penelitian (Tabel 2 dan Tabel 3).
Tabel 2. Hasil analisis laboratorium terhadap contoh air-tanah di Mata Air Kinembengan
No Parameter Satuan Hasil Kadar maksimum yang
diperbolehkan 1 pH - 7.2 6.5 – 8.5 2 BOD mg/L 11.78 -3 COD mg/L 32.93 -4 TSS mg/L 7.6 50 5 TDS mg/L 328.4 500 6 Nitrat (N-NO3) mg/L 5.074 50 7 Nitrit (N-NO2) mg/L 0.610 3 8 Ammonia (N-NH3) mg/L 1.899 1.5 9 Besi mg/L 0.349 0.3 10 Mangan mg/L tt*) 0.4 11 Seng mg/L 0.021 3 12 Aluminium mg/L tt*) 0.2 13 Total Coliform MPN/100 ml 21 0 14 Coli tinja MPN/100 ml 7 0
Ket: *) tidak terdeteksi
Sumber: Pemenuhan baku mutu berdasarkan Permenkes No. 416 tahun 1990
Hasil pada Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 12 parameter yang diuji, 8 parameter yaitu pH (7,2), TSS (7.6 mg/L), TDS (328.4 mg/L ), Nitrat (5.074 mg/L), Nitrit (0.610 mg/L), Mn (tt* ), Zn (0.021 mg/L), dan Al (tt*) memenuhi baku mutu yang diperbolehkan, sebaliknya 4 parameter yaitu Ammonia-N-NH3 (1.899 mg/L), Fe (0.349 mg/L), Total coliform, (21 MPN/100 ml ) dan coli tinja (7 MPN/100 ml) tidak memenuhi baku mutu berdasarkan Permenkes No. 416 tahun 1990 tentang persyaratan kualitas air bersih. Walaupun hasil pengujian sebagian parameter air masih berada di bawah baku mutu, namun hal ini tetap perlu diperhatikan. sementara itu parameter air tanah yang masih melampaui baku mutu perlu upaya pengolahan air tanah lebih lanjut. Artinya perlu terlebih dahulu pengolahan air tanah sebelum dikonsumsi, karena sangat berisiko tinggi. Hasil penelitian juga menunjukan bahwa menunjukan aspek jarak antara sumber air baku dengan saluran drainase lindi TPA sampah adalah 65 m, hal ini nenunjukkan perlu diperhatikan dalam penentuan lokasi, karena sangat berisiko tinggi. Upaya-upaya untuk meminimalkan pencemaran air-tanah oleh lindi TPA sampah dilakukan dengan penggunaan sistem-liner, sistem pengumpulan dan pengolahan lindi, dan regulasi pengelolaan TPA sampah (Roy, 1994).
Air-tanah adalah sumberdaya air yang sangat berharga sering digunakan untuk keperluan industri, perdagangan, pertanian dan yang paling penting adalah untuk air baku -air-minum. Seringkali, air baku yang digunakan untuk keperluan rumah-tangga rentan terhadap kontaminasi akibat kegiatan manusia.
Pencemaran air-tanah (groundwater) dari TPA sampah banyak terjadi di kota-kota di Amerika Serikat (Roy, 1994). Faktor komposisi sampah kota-kota, lindi TPA dan perilaku lindi ternyata bervariasi di antara TPA satu dengan lainnya. Tingkat pencemaran air-tanah juga bervariasi di antara lokasi-lokasi TPA sampah. Beberapa lokasi TPA sampah ternyata menyebabkan kontaminasi serius air tanah.
Tabel 3. Hasil analisis laboratorium terhadap contoh air tanah- mata air Sumaroinsong
No Parameter Satuan Hasil Kadar maksimum yang diperbolehkan 1 pH - 6.80 6.5 – 8.5 2 BOD mg/L 8.78 -3 COD mg/L 22.60 -4 TSS mg/L 43.90 50 5 TDS mg/L 22.60 500 6 Nitrat (N-NO3) mg/L 1.773 50
7 Nitrit (N-NO2) mg/L 0.015 3 8 Ammonia (N-NH3) mg/L 0.185 1.5 9 Besi mg/L 0.585 0.3 10 Mangan mg/L tt*) 0.4 11 Seng mg/L 0.023 3 12 Aluminium mg/L tt*) 0.2 13 Total Coliform MPN/100 ml 20 0 14 Coli tinja MPN/100 ml 7 0
Ket: *) tidak terdeteksi
Sumber: Pemenuhan baku mutu berdasarkan Permenkes No. 416 tahun 1990
Hasil pada Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 12 parameter yang diuji, 9 parameter yaitu pH (6,80 ), TSS (43.90 mg/L), TDS (22.60 mg/L), Nitrat (1.773 mg/L), Nitrit (0.015 mg/L ), Ammonia (0.185 mg/L), Mn (tt* mg/L), Zn (0.023 mg/L), dan Al (tt* mg/L) memenuhi baku mutu yang diperbolehkan, walaupun hasil pengujian sebagian