• Tidak ada hasil yang ditemukan

value Ket

Dalam dokumen Prosiding FKPTPI 2017 Ambon (Halaman 196-200)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PENYULUH PERTANIAN BAKORLUH PROVINSI BENGKULU

P- value Ket

Constant Umur (X1) Pendidikan (X2) Pelatihan (X3) Jumlah tanggungan (X4) Lama Bekerja (X5) 158.942 .507 42.389 10.829 62.296 17.563 360.867 .461 20.824 13.934 1.658 15.606 0.432 1.098 2.472 3.808 3.1798 2.774 0.610 0.061 0.038 0.024 0.032 0.011 NS * * * * R R2 F-hitung F-tabel (5%, 5;9) t-tabel (5%), df-v independent = 10 0.76 0.59 9.13 3.37 2.23

Dependent Variabel: Kinerja Penyuluh Pertanian (Y)

Untuk Uji t-test, jika p-value lebih kecil dari level of significant yang ditentukan (0.05), artinya signifikan

Ket.:

= Berpengaruh Signifikan NS = Tidak Berpengaruh

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh besarnya pengaruh variabel X terhadap variabel Y secara bersama-sama yaitu sebesar 59%, Meskipun pengaruhnya cukup besar yaitu sebesar 59%, namun selain variabel umur, pendidikan, pelatihan, jumlah tanggungan, pengalaman bekerja jadi masih ada variabel yang lain sebesar 41%, yang belum terungkap dalam penelitian ini kemungkinan seperti, motivasi, persepsi, partisipasi, dan faktor lain yang mempengaruhi. Menurut penelitian Celestino (2012), faktor yang mempengaruhi kinerja penyuluh pertanian yaitu: banyaknya jumlah anggota rumah tangga yang belum bekerja, pendidikan dan umur.

Untuk mengetahui lebih khusus pengaruh variabel independen yang mana yang mempengaruhi kinerja penyuluh pertanian, maka dapat dilakukan dengan menggunakan uji parsial terhadap kefisien regresi. Pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependent tersebut secara jelas disajikan dalam Tabel 2 berikut.

Tabel 2. (T-hitung X1, X2, X3, X4, X5, terhadap Y)

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Toler ance VIF 1 (Constant) 158.942 360.867 .438 .510 Umur .507 .461 .336 1.098 .061 .787 1.270 Pendidikan 42.389 20.824 .240 2.472 .038 .838 2.194 Pelatihan 10.829 13.934 .361 3.808 .024 .851 3.176 Tanggungan 62.296 1.658 .356 3.179 .032 .738 3.355 Pengalaman 17.563 15.606 .217 2.774 .011 .866 2.154 Dependent Variable: Kinerja Penyuluh Pertanian

Umur (X1)

Hasil analisis secara parsial antara umur penyuluh pertanian terhadap kinerja penyuluh pertanian diperoleh nilai t hitung lebih kecil (1.09) dari nilai t tabel (2.23). Hal ini mengakibatkan Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara umur terhadap kinerja penyuluh pertanian. Dengan demikian bahwa variabel penyuluh pertanian tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja.

Berdasarkan hasil penelitian rerata umur penyuluh pertanian adalah 43 tahun. Dari hasil penelitian juga umur terlihat tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja penyuluh pertanian. Hal ini disebabkan karena sebagai penyuluh pertanian, umur seseorang tidak cukup berpengaruh, artinya baik tua maupun muda umur yang dimiliki oleh penyuluh pertanian maka dapat bekerja sebagai penyuluh atau bahkan yang lebih tua lebih memiliki pengalaman yang banyak dibanding usia yang muda. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Santo (2008) yang menyatakan bahwa umur tidak berpengaruh terhadap kinerja penyuluh di Kabupaten Boyolali.

Pendidikan (X2)

Pendidikan merupakan jenjang pendidikan yang ditempuh oleh penyuluh pertanian. Hasil analisis menyatakan bahwa tingkat pendidikan penyuluh pertanian berpengaruh signifikan terhadap kinerja penyuluh pertanian dengan nilai t hitung lebih besar (2.47) dari nilai t tabel (2.23) Hal ini mengakibatkan Ho ditolak dan Ha diterima, artinya adalah antara pendidikan penyuluh pertanian terhadap kinerja terdapat pengaruh signifikan.

Terdapatnya pengaruh yang signifikan antara tingkat pendidikan terhadap kinerja penyuluh pertanian disebabkan karena pendidikan merupakan faktor penunjang bagi keberhasilan seseorang dalam melakukan kegiatan usahanya. Hal ini dikarenakan tingkat pendidikan akan menambah kemampuan seseorang dalam berpikir, bersikap dan bertindak dalam melaksanakan kegiatan penyuluh pertanian. Artinya semakin tinggi tingkat pendidikan penyuluh pertanian maka semakin memungkinkan orang tersebut memperoleh kinerja yang lebih bagus lagi.

Rata-rata pendidikan penyuluh pertanian adalah tingkat sarjana, berdasarkan rata-rata tersebut dapat dikatakan sumbangan pendidikan penyuluh pertanian cukup tinggi karena pada umumnya orang yang berpendidikan tinggi akan mempunyai daya pikir yang tinggi. Sehingga dalam melakukan pekerjaan bukan hanya mengandalkan tenaga saja. Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Santo (2008) yang menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan, maka semakin tinggi pula kinerja penyuluh tersebut.

Pelatihan (X3)

Pelatihan merupakan sistem pendidikan di luar sekolah, yang cara dan sasarannya disesuaikan dengan kebutuhan dan kepentingan sasaran kegiatan pertanian. Pelatihan dilakukan melalui penerangan penyuluhan, pelatihan dan kursus. Kegiatan pelatihan juga dapat meningkatkan pengetahuan, kecakapan dan keterampilan individu petani yang melakukan usahatani.

Hasil analisis secara parsial (individual) antara pelatihan terhadap kinerja penyuluh pertanian diperoleh nilai t hitung lebih besar (3,81) dari nilai t tabel (2.23). Hal ini mengakibatkan Ha diterima dan Ho ditolak, artinya adalah terdapat pengaruh yang signifikan antara pelatihan terhadap kinerja penyuluh pertanian.

Dari wawancara yang dilakukan dengan penyuluh pertanian diperoleh rata-rata frekuensi mengikuti pelatihan sebanyak 13 kali. Kemampuan seseorang dalam menjalankan usahanya sebagian ditentukan oleh pendidikan, dengan semakin baik pendidikan maka akan semakin banyak pengetahuan ataupun informasi yang diperoleh sehubungan dengan perencanaan usahanya. Apabila perencanaan telah mantap dan baik, maka kegiatan pengelolaan usaha akan berjalan lancar sehingga dapat memberikan hasil yang lebih tinggi, hal ini akan berdampak pada pendapatan yang diterima petani.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Slamet (2008) yang menunjukkan bahwa faktor pelatihan berhubungan nyata dengan tingkat kinerja penyuluhan yang rutin akan meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap serta membuka wawasan untuk menerima hal-hal baru sehingga mereka mampu menerapkan materi-materi yang disampaikan oleh penyuluh atau agen pembaharu. Soekartawi (2006) menyebutkan bahwa melalui aktivitas dalam mengikuti penyuluhan, pelatihan atau kursus pertanian yang diikuti petani, dapat meningkatkan pengetahuan serta keterampilan sehingga makin tinggi frekuensi mengikuti pelatihan, dan kursus pertanian maka makin cepat proses penerapan inovasi baru atau perubahan-perubahan di bidang pertanian.

Jumlah Tanggungan Keluarga (X4)

Jumlah tanggungan keluarga merupakan jumlah anggota keluarga yang biaya hidupnya masih bergantung kepada kepala keluarga, yaitu semakin besar jumlah tanggungan keluarga maka semakin besar biaya pengeluaran yang mesti dikeluarkan oleh keluarga tersebut. Hasil analisis secara parsial (individual) antara jumlah tanggungan keluarga terhadap kinerja penyuluh pertanian diperoleh nilai t hitung lebih besar (3,18) dari nilai t tabel (2,23). Hal ini mengakibatkan Ho ditolak dan Ha diterima, artinya adalah terdapat pengaruh yang signifikan antara jumlah tanggungan keluarga penyuluh pertanian terhadap kinerja penyuluh pertanian.

Hal ini berarti hasil penelitian yang telah dibuat mendukung hipotesis penelitian yaitu jumlah tanggungan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja penyuluh petanian. Berdasarkan rata-rata jumlah tanggungan keluarga penyuluh pertanian besarnya adalah 3 orang dapat dikatakan sumbangan jumlah tanggungan cukup besar memberikan pengaruh terhadap pendapatan keluarga.

Hal ini dapat dimengerti, karena dengan banyaknya tanggungan keluarga, maka pengeluaran semakin besar dan kebutuhan juga semakin tinggi sehingga kondisi ini akan merangsang kepala keluarga untuk bekerja lebih giat dengan harapan mengalami perubahan ke arah yang lebih baik dalam hal kemampuan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Gustiawan et al. (2012) yang menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah tanggungan keluarga, maka semakin tinggi motivasi kerja yang dimiliki oleh karyawan sehingga semakin meningkat kinerja petani tersebut.

Kemudian didukung oleh Celestino (2012) yang menyatakan bahwa semakin banyak tanggungan keluarga dapat mendorong kepala keluarga lebih giat untuk berusaha dan berupaya dalam menghasilkan produksi seoptimal mungkin. Apabila jumlah tanggungan keluarga banyak maka penyuluh harus mengeluarkan biaya yang cukup besar untuk konsumsi atau memenuhi kebutuhan keluarganya seperti pangan, perumahan, pakaian dan kebutuhan hidup lainnya.

Lama bekerja (pengalaman) (X5)

Hasil analisis secara parsial (individual) antara lama bekerja (pengalaman) penyuluh pertanian terhadap pendapatan keluarga diperoleh nilai t hitung lebih besar (2,774) dari nilai t tabel (2.23). Hal ini mengakibatkan Ha diterima dan Ho ditolak, artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara lamanya bekerja (pengalaman) terhadap kinerja penyuluh pertanian.

Pengalaman penyuluh petanian dalam melakukan kegiatannya akan dapat memberikan kematangan kepada penyuluh untuk mengambil keputusan. Semakin lama mereka bekerja maka pengalaman yang dimilikinya semakin banyak pula. Rata-rata pengalaman bekerja penyuluh pertanian adalah 12 tahun. Semakin lama penyuluh melakukan pekerjaan maka akan semakin banyak pengalaman dan pelajaran yang didapatkan untuk meningkatkan kualitas kerjanya, yang pada akhirnya akan mempengaruhi penyuluh dalam mengambil keputusan. Dari uraian diatas terlihat bahwa sebagian besar penyuluh pertanian rata-rata mempunyai pengalaman yang cukup lama. Dengan pengalaman yang cukup lama, penyuluh sudah memiliki kemampuan dan keterampilan yang relatif tinggi dalam mengembangkan keterampilannya.

KESIMPULAN

Hasil analisis regresi linear berganda variabel umur (X1), pendidikan (X2), pelatihan (X3), jumlah tanggungan (X4) dan pengalaman bekerja (X5) sebagai variabel independent terhadap kinerja penyuluh pertanian (Y) diperoleh nilai koefisien regresi untuk variabel X1 sebesar 0,507; X2 sebesar 42,389; X3 sebesar 10,829; X4 sebesar 62,296 dan X5sebesar 17,563. Hasil F-hitung menunjukkan bahwa variabel independent secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependent yaitu kinerja penyuluh pertanian.

UCAPAN TERIMA KASIH

Peneliti mengucapkan terima kasih kepada Dedi Syaputra dari Fakultas Pertanian Universitas Dehasen Bengkulu yang telah banyak membantu dalam penelitian di lapangan.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta. Jakarta. Celestino, 2012. Kinerja Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Di Distrik Liquiça, Timor

Leste. Skripsi Fakultas Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan. UGM. Yogyakarta. Tidak dipublikasikan.

Effendi, S., M. Singarimbun. 1982. Metode Penelitian Survey. LP3ES. Jakarta.

Gustiawan, I., E. Efrita., J. Yahawar. 2012. Faktor-faktor penentu tingkat produktifitas tenaga kerja pemanen sawit ( Studi kasus pada PT. Agro Muko Sei Kiang Estate Lalang Luas Kecamatan V Koto Kabupaten Mukomuko. Jurnal Agribisnis IV(1): 437-443.

Santo, B. 2008. Pengaruh Karakteristik Individu Yang Terdiri Dari Umur, Jenis Kelamin, Lama Kerja, Dan Pendidikan, Pengaruh Pendapatan, Terhadap Kinerja Penyuluh Pertanian Di Kabupaten Boyolali. Skripsi Jurusan Agribisnis. Fakultas Pertanian. UGM. Tidak dipublikasikan.

Slamet, M. 2008. Paradigma Baru Penyuluhan di Era Otonomi Daerah. IPB Press. Bogor.

Soekartawi. 2006. Analisis Usahatani. UI Press. Jakarta.

Sumardjo. 2008. Penyuluhan Pembangunan Pilar Pendukung Kemajuan dan Kemandirian Masyarakat. Pustaka Bangsa Press. Medan.

ANALISIS NILAI TAMBAH PISANG “GOROHO” (Musa acuminafe, Sp.)

Dalam dokumen Prosiding FKPTPI 2017 Ambon (Halaman 196-200)