8. Analisis Kualitatif Dan Kuantitatif
8.1 Analisis Kualitatif
8.1.1 Riwayat Singkat dan Kegiatan Usaha Perseroan
Perseroan didirikan berdasarkan Akta No. 319 tanggal 21 Januari 1985 yang dibuat di hadapan Ridwan Suselo, SH., Notaris di Jakarta, yang kemudian diperbaharui dengan Akta No. 233 tanggal 14 Mei 1985 yang dibuat di hadapan Ridwan Suselo, S.H.,Notaris di Jakarta. Akta tersebut telah memperoleh persetujuan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. C2-3398HT.01.01.TH.85 tanggal 4 Juni 1985 dan diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 56 tertanggal 12 Juli 1985, Tambahan No. 941/1985.
Pada tanggal 12 Juli 2011, Perseroan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) berdasarkan Surat Pemberitahuan Efektif Pernyataan Pendaftaran dari BAPEPAM & LK No. S-7246/BL/2011 tanggal 28 Juni 2011.
Anggaran dasar Perseroan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir berdasarkan Akta No. 04 tanggal 20 September 2011 yang dibuat dihadapan Dewi Sukardi, S.H.,M.Kn., Notaris di Tangerang, mengenai peningkatan modal ditempatkan dan disetor. Akta tersebut telah diberitahukan kepada Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia sesuai surat penerimaan pemberitahuan No. AHU-AH.01.10-31001 tanggal 29 September 2011.
Berdasarkan pasal 3 anggaran dasar, maksud dan tujuan Perseroan adalah bergerak dalam bidang jasa pekerjaan atau rekayasa dan pembangunan infrastruktur dibidang kelautan, jasa dibidang pertambangan dan perdagangan besar.
Kegiatan utama Perseroan dan Entitas Anak sebagai penyedia jasa rekayasa kelautan yang terintegrasi dalam bidang pekerjaan konstruksi sipil kelautan bagi perusahaan pertambangan minyak dan gas bumi dan jasa dukungan logistik yang mencakup dukungan transportasi dan pindah angkut (transshipment) bagi perusahaan penambangan batubara. Perseroan berlokasi di Graha Kirana, lantai 15, Jalan Yos Sudarso Kav. 88, Jakarta Utara.
Berdasarkan Akta No. 04 tanggal 08 Maret 2011 yang dibuat dihadapan Leolin Jayayanti S.H., Notaris di Jakarta, modal dasar Perseroan adalah sebesar Rp 180.066.120.000, yang terdiri dari 1.800.661.200 saham dengan nilai nominal Rp 100 per saham. Berdasarkan Akta No. 04 tanggal 20 September 2011 yang dibuat dihadapan Dewi Sukardi S.H., M.Kn., Notaris di Tangerang, modal ditempatkan dan disetor penuh sebesar Rp 55.016.530.000 atau sebanyak 550.165.300 saham, dengan komposisi pemegang saham per tanggal 30 September 2014 sebagai berikut:
Keterangan Jumlah Saham Jumlah
(Rupiah)
%
Modal Dasar 1.800.661.200 180.066.120.000
Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh
Straits Corporation Pte. Ltd. 427.657.035 42.765.703.500 77,73
PT Tiyanda Utama Mandiri 22.508.265 2.250.826.500 4,09
Halaman14
Keterangan Jumlah Saham Jumlah
(Rupiah)
%
Ong Chui Chat 1.200.000 120.000.000 0,22
Dwi Prasetyo Suseno 1.200.000 120.000.000 0,22
Bong Nam Kong 800.000 80.000.000 0,15
Ir. Sutina 800.000 80.000.000 0,15
Lim Chee Chong 774.500 77.450.000 0,14
Masyarakat (kepemilikan dibawah 5%) 95.225.500 9.522.550.000 17,30
Jumlah 550.165.300 55.016.530.000 100,00
Saham dalam Portepel 1.250.495.900 125.049.590.000
Berdasarkan Akta No. 06 tanggal 18 Januari 2013 dan Akta No. 55 tanggal 31 Mei 2013, keduanya dibuat dihadapan Leolin Jayayanti S.H., Notaris di Jakarta, susunan Dewan Komisaris dan Direksi Perseroan per 30 September 2014 adalah sebagai berikut:
Komisaris Utama : Ong Chui Chat
Komisaris Independen : Sihol Siagian Komisaris Independen : Ir. Agusman Effendi
Komisaris : Dwi Prasetyo Suseno
Direktur Utama : Ir. Erawan Setyanto
Direktur : Bong Nam Kong
Direktur : Ir. Sutina
Direktur : Mohammad Lendi Basarah
Direktur : Lim Chee Chong
Direktur Independen : Harry Poernomo
Berikut adalah rincian Entitas Anak Perseroan per tanggal 30 September 2014 berdasarkan persentase kepemilikan:
Entitas Anak Kepemilikan Persentase Komersial Operasi Kegiatan Utama PT Pelayaran Straits Perdana
(“PSP”)
99,99 2011 Pelayaran dalam negeri
Straits Corporation Pte Ltd (“SCPL”)
SCPL merupakan suatu perusahaan yang didirikan berdasarkan hukum Republik Negara Singapura, yang sebelumnya didirikan dengan nama Straits Equipment Leasing Pte. Ltd. berdasarkan Certificate of Incorporation No. 197600394R tanggal 27 Februari 1976.
SCPL bergerak dalam bidang usaha investasi dan berdomisili di 21 Bukit Batok Crescent #05-76, WCEGA Tower, Singapura 658065.
Modal dasar SCPL adalah sebesar SGD 29.695.898,57. Modal ditempatkan dan disetor penuh sebesar SGD 29.695.898,57 atau sebanyak 128.456 saham. Berikut merupakan komposisi pemegang saham SCPL per 30 September 2014:
Keterangan Jumlah Saham %
Modal Dasar 128.456
Modal Ditempatkan dan Disetor Penuh
Natural Resources International Holding Pte. Ltd. 71.798 55,89
Halaman15
Keterangan Jumlah Saham %
Fast Link Investment Pte. Ltd. 4.282 3,33
LCCP Resources Pte. Ltd. 7.707 6,00
Toh Bee Yong 25.691 20,00
Harvest Hill Asia Limited 3.568 2,78
Jumlah 128.456 100,00
Berikut adalah susunan Dewan Komisaris dan Direksi SCPL per 30 September 2014:
Direktur : Dwi Prasetyo Suseno
Ong Chui Chat
Toh Soon Huat
Toh Bee Yong
Lim Che Chong
Sekretaris : Tan Peck Hoon
8.1.2 Analisis Industri dan Bisnis
Perkembangan Industri Jasa Infrastruktur Kelautan Indonesia
Potensi ekonomi kelautan Indonesia tersebar pada wilayah laut seluas 5,8 juta km2 yang terdiri dari wilayah teritorial sebesar 3,2 juta km2 dan wilayah Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) 2,7 juta km2. Selain itu, Indonesia memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia, dengan total panjang 81.000 km.
Fakta geografis tersebut menjadikan Indonesia sebagai lalu lintas laut dan udara internasional. Arus perdagangan yang menggunakan transportasi laut dan udara dari Australia ke Asia dan Eropa pasti akan melewati wilayah Indonesia. Sebagai konsekuensi letak geografis yang menguntungkan tersebut, Indonesia memiliki tiga Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) yang menjadi sea lanes bagi arus pelayaran internasional yang melewati wilayah perairan Indonesia.
Dengan mengoptimalkan nilai tambah ekonomi sumber daya kelautan yang ada, diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan rakyat Indonesia. Aktivitas ekonomi di pesisir, laut, dan lautan sebagai ekonomi kelautan, perlu terus dioptimalkan nilai tambah ekonominya, antara lain dengan fokus pada sektor perikanan, pariwisata bahari, pertambangan laut, industri kelautan/maritim, transportasi laut, bangunan kelautan, dan jasa kelautan.
Kebangkitan ekonomi kelautan Indonesia ditandai dengan perubahan paradigma pembangunan nasional, dari land-based development menjadi ocean-based development, dapat meningkatkan berbagai produk kebijakan publik, infrastruktur dan sumber daya finansial yang terintegrasi menunjang pembangunan kelautan.
Di samping itu dengan memacu percepatan pengembangan pengembangan infrastruktur dan konektivitas maritim, membangun tol laut, pelabuhan laut dalam (deep seaport), logistik, industri perkapalan, dapat mengurangi inefesiensi ekonomi nasional dan meningkatkan daya saing produk dalam negeri.
Halaman16 Konektivitas maritim juga akan memberikan jaminan kesatuan ekonomi dan menekan perbedaan harga serta kesenjangan ekonomi antar wilayah, serta meningkatkan daya saing produk-produk domestik, yang diikuti dengan berkembangnya pusat pertumbuhan ekonomi baru.
Memasuki Masyarakat Ekonomi Association of Southeast Asian Nation (MEA-ASEAN) 2015, industri logistik nasional semakin menarik bagi investor asing. Hal tersebut terlihat dari beberapa perusahaan ASEAN, yang akan menanamkan investasi sebesar USD 6 miliar untuk mengembangkan industri logistik Indonesia seperti Singapura, Malaysia dan Filipina.
Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) memperkirakan pertumbuhan industri logistik akan meningkat sekitar 15% pada tahun 2015 menyesuaikan pertumbuhan ekonomi nasional. Hingga kuartal III 2014 omzet logistik mencapai Rp 1.800 triliun. Berikut adalah komposisi distribusi logistik di Indonesia:
Moda Komposisi (%) Angkutan Jalan 90,34 Kereta Api 0,62 Sungai 1,01 Penyeberangan 0,98 Angkutan Laut 7,00 Angkutan Udara 0,05
Sumber: Kemenhub, Bisnis Indonesia, 12 Desember 2014
Bidang Umum Kadin Bidang Logistik menilai sektor logistik merupakan industri yang potensial menarik investor, asalkan pemerintah dapat memberikan kepastian hukum dan peluang investasi. Pada 2015 diharapkan pemerintah lebih serius memperbaiki logistik nasional untuk menurunkan biaya terutama tarif pelabuhan agar bisa bersaing dengan negara lain.
Indonesian National Shipowners Association (INSA) mendukung Ikatan Perusahaan Industri Kapal (IPIK) dan Sarana Lepas Pantai Indonesia (Iperindo) untuk mendapatkan insentif dari pemerintah. Diharapkan pemerintah bisa membangun industri atau pertumbuhan ekonomi di daerah demi akselerasi logistik yang saling menguntungkan. Selama ini, kapal-kapal di dalam negeri sudah tersedia, namun belum memungkinkan angkutan logistik melalui laut di semua daerah.
Seperti diketahui, pemerintah masih membahas pemberian insentif bagi usaha galangan kapal di dalam negeri melalui koordinasi Kementerian Koordinator Kemaritiman bersama Kementerian Perindustrian, selanjutnya didorong di Kemenkeu sebagai kuasa anggaran. Kemenhub akan mempercepat pembangunan infrastruktur transportasi dengan mengembangkan pelabuhan yang tidak komersil dan perpanjangan landasan pacu bendara di sejumlah kawasan terpencil.
Kebijakan tersebut dimaksudkan sebagai bagian dari upaya meningkatkan aksesibilitas, mempercepat pemerataan infrastruktur transportasi, membuka keterisoliran dan meningkatkan infrastruktur kawasan perbatasan dan pulau-pulau terluar. Berikut adalah 15 pelabuhan yang telah dikembangkan oleh Kemenhub dan dilanjutkan pengembangannya pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2015:
Halaman17
Pelabuhan Lokasi
Pelabuhan yang diserahkan kelanjutan pengembangannya kepada PT Pelabuhan Indonesia I (Persero):
1 Pelabuhan Gunung Sitoli Sumatera Utara
2 Pelabuhan Bagan Siapi-api Riau
Pelabuhan yang diserahkan kelanjutan pengembangannya kepada PT Pelabuhan Indonesia II (Persero):
3 Pelabuhan Sintete Kalimantan Barat
Pelabuhan yang diserahkan kelanjutan pengembangannya kepada PT Pelabuhan Indonesia III (Persero):
4 Pelabuhan Bima Nusa Tenggara Timur
5 Pelabuhan Lembar Nusa Tenggara Barat
6 Pelabuhan Tenau Kupang Nusa Tenggara Timur
7 Pelabuhan Lorens Say Maumere, Nusa Tenggara Timur
8 Pelabuhan Ippi Nusa Tenggara Timur
Pelabuhan yang diserahkan kelanjutan pengembangannya kepada PT Pelabuhan Indonesia IV (Persero):
9 Pelabuhan Bitung Sulawesi Utara
10 Pelabuhan Gorontalo Gorontalo
11 Pelabuhan Pantoloan Sulawesi Tengah
12 Pelabuhan Makassar New Port Sulawesi Selatan
13 Pelabuhan Yos Sudarso Ambon
14 Pelabuhan Jayapura Papua
15 Pelabuhan Sorong Papua Barat
Sumber : Kemenhub, Bisnis Indonesia, 16 Desember 2014
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mengungkapkan akan memfokuskan dalam pembangunan infrastruktur pelabuhan laut untuk mendukung proyek tol laut yang menjadi salah satu program Pemerintah. Saat ini, yang diutamakan adalah pelabuhan untuk laut dengan deep sea port (tol laut) yang merupakan pelabuhan yang dibangun di perairan laut dalam agar kapal-kapal besar dengan kapasitas 3.000 – 4.000 TEUs (Twenty Feet Eqivalen Units) dapat melintas.
Kementerian PUPR juga akan mengintegrasikan tol laut tersebut dengan bendungan yang direncanakan akan dibangun untuk memenuhi kebutuhan listrik di sekitar pelabuhan. Pembangunan tol laut tersebut telah dimulai dengan pembangunan yang dilakukan di Belawan, Sumatera Utara, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Makassar, Sulawesi Selatan dan Sorong, Papua.
8.1.3 Analisis Operasional dan Prospek Usaha
Perseroan didirikan pada Januari 1985 sebagai perusahaan penyedia jasa rekayasa kelautan dan pendukung logistik kelautan untuk industri pertambangan migas dan batubara. Perseroan memiliki prestasi dan reputasi yang baik dalam menyediakan jasa sipil kelautan dan dukungan logistik batubara di Indonesia bagi semua pihak yang membutuhkannya, baik dari pemerintah maupun swasta. Melihat prospek yang baik serta peningkatan akan kebutuhan batubara, Perseroan memanfaatkannya dengan cara mengembangkan bisnis jasa dukungan logistik berupa jasa pindah muat (transshipment) batubara.
Perseroan hadir dengan konsep pelayanan terintegrasi dengan berbagai sistem dengan mengutamakan aspek keselamatan serta prosedur dengan efisien, efektif dan cermat, didukung dengan berbagai pengalaman dalam mengerjakan proyek bertaraf internasional di negara lain seperti Malaysia, Singapura dan Papua Nugini, menyebabkan Perseroan
Halaman18 memiliki daya saing yang tinggi serta mampu menjadi perusahaan yang terpercaya dan dapat diandalkan di Indonesia.
Saat ini, Perseroan dalam menjalankan bisnisnya dilengkapi dengan 36 armada laut termasuk di dalamnya untuk armada logistik dan peralatan terapung dalam berbagai ukuran. Perbaikan dan peremajaan secara terencana terus dilakukan untuk tetap menjaga sistem operasional Perseroan. Disamping itu, Perseroan juga melakukan penghapusan beberapa armada dan peralatan yang sudah tidak dapat dioperasikan, sehubungan dengan kualitas pelayanan yang diberikan oleh Perseroan.
Visi Perseroan adalah menjadi penyedia jasa kelautan terpadu. Misi Perseroan adalah membangun struktur korporasi yang efisien didukung oleh tata kelola perusahaan yang kuat dan keunggulan operasional serta membangun bisnis yang kuat dibidang teknik kelautan dan jasa penunjang logistik.
Perseroan berencana untuk lebih fokus dalam meningkatkan bisnis jasa rekayasa kelautan dibandingkan bisnis jasa logistik, hal tersebut sejalan dengan kebijakan pemerintah yang akan lebih fokus pada sektor maritim.
Berikut adalah strategi usaha yang telah dan tetap akan dilakukan Perseroan sebagai upaya untuk dapat mempertahankan kelangsungan usahanya:
Pemberdayaan marketing intelligence dan membina hubungan baik dengan pelanggan tradisional;
Mengembangkan sinergi kerjasama kemitraan (yaitu joint operation dan/atau dalam bentuk konsorsium lainnya yang sesuai);
Memperluas pendayagunaan jasa perekayasaan kelautan;
Melanjutkan implementasi program-program berbasis efektivitas biaya;
Memperkuat struktur stabilitas keuangan melalui strategi restrukturisasi keuangan; Meningkatkan efisiensi proses bisnis melalui kehandalan produksi dan
mempertahankan kualitas yang berkesinambungan serta mengurangi kegagalan.
8.1.5 Analisis Kualitatif atas Keuntungan dan Kerugian Rencana Transaksi
Berikut adalah keuntungan Rencana Transaksi:
Tingkat suku bunga pinjaman yang lebih rendah dibandingkan tingkat bunga pasar; Perseroan dibebaskan dari kewajiban commitment fee dan jaminan;
Peningkatan likuiditas Perseroan yang berasal dari pemberian fasilitas pinjaman afiliasi.
Berikut adalah kerugian Rencana Transaksi:
Peningkatan posisi liabilitas Perseroan yang berasal dari penambahan pinjaman afiliasi serta beban keuangan Perseroan sebagai akibat dari pembayaran bunga pinjaman.
Halaman19
8.1.6 Analisis Dampak Leverage pada Keuangan
Analisis dampak leverage pada keuangan Perseroan dilakukan dengan menggunakan rasio solvabilitas yaitu Debt to Asset dan Debt to Equity Perseroan. Perseroan memiliki Debt to Asset yang menurun dari 0,35 pada Desember 2014 menjadi 0,30 di tahun 2016, yang artinya bahwa utang Perseroan dapat dipenuhi oleh aset Perseroan. Debt to Equity diproyeksikan menurun hingga tahun 2016 menjadi 0,43, berarti bahwa utang Perseroan dapat dipenuhi oleh sejumlah ekuitas Perseroan.
Sebelum adanya Transaksi, Debt to Asset dan Debt to Equity Perseroan masing-masing sebesar 0,37 dan 0,59, sementara berdasarkan Proforma Laporan Keuangan Perseroan per tanggal 30 September 2014 setelah adanya Rencana Transaksi adalah sebesar 0,41 dan 0,70.
8.1.7 Analisis Dampak Likuiditas pada Keuangan
Perseroan memiliki Current Ratio yang meningkat dari 0,69 pada tahun 2014 menjadi 0,92 di tahun 2016, yang artinya bahwa aset lancar Perseroan lebih rendah dibandingkan liabilitas jangka pendek Perseroan. Quick Ratio juga diproyeksikan meningkat dari 0,54 pada tahun 2014 menjadi 0,75 di tahun 2016.
8.1.8 Analisis Dampak Keuangan Perseroan Jika Rencana Transaksi Gagal
Dalam hal Rencana Transaksi tidak dilakukan oleh Perseroan, maka diproyeksikan Perseroan akan mengalami kekurangan kas karena dalam pelaksanaan proyek-proyeknya dibutuhkan pembiayaan awal serta terdapat pinjaman bank jangka pendek yang akan jatuh tempo.