• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kualitatif Terkait dengan Rencana Transaksi

DAFTAR ISI

2.2 Analisis Kualitatif Terkait dengan Rencana Transaksi

2.2.1 Analisis Tinjauan Industri dan Lingkungan

Kondisi perekonomian global pada tahun 2013 ini menunjukkan adanya pergeseran ekonomi, dimana pertumbuhan ekonomi negara maju lebih tinggi dari negara berkembang. Sedangkan perekonomian Indonesia di akhir tahun 2013 mengalami peningkatan dimana peningkatan tersebut dipicu oleh faktor kenaikan ekspor dan moderasi konsumsi yang terpelihara dengan tingkat pertumbuhan 5,27% y-o-y pada akhir tahun 2013 dan 5,78% y-o-y sepanjang tahun 2013. Sektor pendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2013 adalah sektor industri pengolahan. Pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan akan mengalami peningkatan di tahun 2014 yaitu dengan kisaran tingkat pertumbuhan 5,8%-6,2%.

 Kondisi Umum Perekonomian Tinjauan Ekonomi Dunia

Berdasarkan proyeksi International Monetary Fund (IMF), Consensus Forecast, dan Bank Indonesia (BI), pertumbuhan perekonomian dunia tahun 2013 adalah sebesar 2,9% atau lebih rendah dari pertumbuhan dunia tahun 2012 yang tercatat sebesar 3,2%. Hal ini mengindikasikan bahwa pertumbuhan perekonomian global mengalami perlambatan, baik di negara maju maupun negara berkembang. Meski demikian, perekomian negara-negara maju memperlihatkan adanya perbaikan ekonomi. Pada tahun 2013, perekonomian Amerika Serikat (AS) menunjukkan adanya tanda-tanda perbaikan sehingga The Federal Reserve (The Fed) sempat berencana untuk mengurangi stimulus moneter (tapering). Rencana tapering tersebut berdampak pada terguncangnya pasar keuangan dunia. Dikarenakan pertumbuhan ekonomi AS masih dianggap belum cukup kuat, The Fed menunda kebijakan tapering.

Di lain sisi, perekonomian di negara-negara berkembang mengalami perlambatan pertumbuhan yang signifikan. Pada awal tahun 2013, perekonomian China mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi. Namun demikian, sejak Triwulan 3 Tahun 2013 (TW3-13) pertumbuhan perekonomian China mulai membaik. Secara keseluruhan, kondisi perekonomian global pada tahun 2013 ini menunjukkan adanya pergeseran ekonomi, dimana pertumbuhan ekonomi negara maju lebih tinggi dari negara berkembang.

Di akhir tahun 2013, perekonomian dunia mengalami trend yang membaik. Hal ini terlihat dari perbaikan pertumbuhan ekonomi, perkembangan harga komoditas dan perkembangan bursa saham pada perekonomian global. Akan tetapi, perkembangan positif perekonomian di AS, Eropa, China, dan India belum sanggup mendongkrak pertumbuhan ekonomi global secara signifikan. Hal ini dikarenakan adanya pelemahan ekonomi di negara-negara berkembang. Proyeksi pemulihan ekonomi AS dan Eropa dan perbaikan ekonomi di negara-negara berkembang diharapkan dapat memicu kenaikan harga komoditas dunia dan mendorong perbaikan ekonomi secara global.

Page | 16

Laju pertumbuhan ekonomi AS pada Triwulan 4 Tahun 2013 (TW4-13) diperkirakan melambat, walaupun perekonomian AS lebih baik dibandingkan perekonomian negara maju lainnya. Hal ini dikarenakan kegiatan industri AS melemah dan dampak dari adanya government shutdown. Government shutdown merupakan penutupan kantor-kantor pemerintah AS dikarenakan kurangnya persetujuan atas anggaran program pemerintah untuk tahun fiskal yang akan datang. Government shutdown dilakukan untuk mengurangi belanja pemerintah AS. Meskipun demikian, kantor pemerintah yang tidak didanai dari Kongres akan terus berjalan.

Disamping itu, terkait adanya batas utang (debt ceiling) pemerintah AS yang telah disetujui pada Oktober 2013 yang mana hanya dapat membiayai belanja pemerintah hingga pertengahan Januari 2014, dapat memberikan sentimen negatif pada perekonomian AS dan dunia. Selain itu, kondisi fiskal AS saat ini tidak terlalu baik, sebagaimana terlihat dari rasio utang terhadap PDB pemerintah AS yang sudah diatas 100%. Sedangkan, belanja rumah tangga terlihat belum mengalami peningkatan dikarenakan masih rendahnya pendapatan rumah tangga dan melemahnya kepercayaan konsumen. Penurunan juga mulai dirasakan pada pertumbuhan penjualan ritel AS. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa perekonomian AS masih memerlukan bantuan stimulus ekonomi dan suntikan uang dari pemerintah AS, paling tidak hingga Triwulan 1 Tahun 2014 (TW1-14).

Di kawasan Asia, Abenomics (kebijakan ekonomi yang diajukan oleh Shinzō Abe) yang diluncurkan pemerintah Jepang mengakibatkan penguatan pada perekonomian Jepang. Abenomics terdiri dari 3 kebijakan yang diharapkan dapat meningkatkan kembali perekonomian Jepang, yaitu fiskal stimulus yang masif, kebijakan moneter longgar bank sentral Jepang, dan strategi pertumbuhan ekonomi untuk mendorong investasi swasta. Secara signifikan, Abenomics berdampak pada pelemahan Yen sehingga terjadi peningkatan daya saing produk Jepang baik di pasar internasional maupun di pasar Jepang. Selain itu Abenomics juga berdampak pada penurunan angka pengangguran di Jepang. Setelah dampak positif yang dirasakan dari kebijakan Abenomics, Jepang diperkirakan masih akan mempertahankan kebijakan tersebut pada tahun 2014.

Sedangkan pada kawasan Eropa, bank sentral Eropa telah menurunkan suku bunga acuan hingga menjadi 0,25% pada Nopember 2013. Hal ini dilakukan untuk mengeluarkan kawasan Eropa dari zona krisis. Tingkat suku bunga acuan tersebut merupakan level terendah sepanjang sejarah. Turunnya suku bunga acuan ini telah memulihkan kepercayaan pasar terhadap surat utang negara-negara Eropa yang khawatir atas ancaman hilangnya mata uang tunggal Euro dan bubarnya Uni Eropa, yang saat ini menjadi turun secara drastis. Penurunan suku bunga acuan tersebut juga menciptakan stabilitas pasar keuangan sehingga terjadi pemulihan perekonomian di Eropa. Secara keseluruhan, negara-negara di kawasan Eropa masih mengalami pertumbuhan ekonomi yang negatif. Akan tetapi, sudah terlihat tren perekonomian Eropa yang membaik. Indeks Kepercayaan Konsumen di Eropa terus mengalami peningkatan secara konsisten. Purchasing Manager Index juga meningkat dan sempat menunjukkan adanya perkembangan ekonomi di Eropa. Meskipun demikian, proses pemulihan ekonomi di Eropa masih belum cukup kuat. Hal ini terlihat dari indeks Purchasing Manager Index yang cenderung turun dengan nilai indeks dibawah 50 dalam beberapa bulan terakhir. Pemulihan ekonomi di kawasan Eropa diperkirakan akan semakin rumit pada tahun 2014. Hal ini dikarenakan tingginya tingkat pengangguran (12%), kesenjangan produksi (output gap) yang lebar, dan berlanjutnya kebijakan kredit selektif untuk mendorong terjadinya deflasi dalam perekonomian negara-negara di kawasan Eropa. Walaupun demikian, perekonomian Eropa diharapkan akan membaik dan diperkirakan dapat mencatatkan pertumbuhan positif di tahun 2014.

Prospek pertumbuhan perekonomian China sempat dikhawatirkan mengalami perlambatan akibat peningkatan mata uang Yuan dan tekanan inflasi. Namun, perekonomian China pada TW3-13 memberikan tanda-tanda perbaikan. Hal ini terlihat dari laju pertumbuhan perekonomian China pada TW3-13 sebesar 7,8%, dimana angka tersebut lebih tinggi dibandingkan triwulan-triwulan sebelumnya sehingga diperkirakan target pertumbuhan sebesar 7,7% pada tahun 2013 akan

Page | 17

tercapai. Pertumbuhan investasi di China menjadi faktor utama penggerak pertumbuhan PDB di China. Oleh karena itu, pemerintah China berencana meningkatkan kontribusi konsumsi dalam negerinya terhadap perekonomian untuk menyeimbangkan pertumbuhan.

Perekonomian India terus mengalami perlambatan. Perlambatan ekonomi India disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya nilai impor India yang lebih besar dari nilai ekspor dan pembelian emas dari luar negeri menyebabkan semakin besarnya defisit transaksi berjalan. Bank sentral India juga membatasi besarnya investasi yang dapat dilakukan di luar negeri. Selain itu, tekanan inflasi di India terus meningkat. Meskipun demikian, perekonomian India diperkirakan akan membaik pada tahun 2014 seiring kondisi perekonomian global yang cenderung membaik.

Berikut adalah data pertumbuhan ekonomi beberapa negara industri dan negara-negara berkembang selama lima tahun terakhir :

Pertumbuhan Ekonomi Negara Industri Utama dan Beberapa Negara di Asia

(% y-o-y) 2009 2010 2011 TW4 TW4 TW4 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4 1 Amerika Serikat -0,5 3,1 2,0 0,1 1,1 2,5 4,1 2,4 2 Kawasan Eropa 3 Jerman -2,2 3,8 1,9 0,3 -0,3 0,5 0,6 1,4 4 Perancis -0,6 1,4 1,2 -0,3 -0,4 0,5 0,3 0,8 5 Italia -3,0 1,5 -0,5 -3,0 -2,6 -2,3 -1,9 -0,8 6 Jepang -1,5 2,2 -0,1 0,1 4,5 4,1 0,9 0,7 7 Inggris -2,8 1,5 0,8 0,2 0,6 1,8 1,9 2,7 8 Kanada 0,3 3,4 3,3 0,9 2,9 2,2 2,7 2,9

Beberapa Negara Eropa Lainnya

9 Rusia -2,6 4,5 4,8 2,1 1,6 1,2 1,2 1.3*

10 Turki 5,9 9,2 5,0 1,4 3,0 4,5 4,4 3.5*

Asia

11 RRC

12 Korea Selatan 10,7 9,8 8,9 7,9 7,7 7,5 7,8 7,7

13 Hong Kong SAR 6,3 4,7 3,3 1,5 1,5 2,3 3,3 3,9

14 Taiwan, China 2,5 6,4 2,8 2,9 2,9 3,1 2,8 3,0 15 India 9,2 7,1 1,2 3,9 1,4 2,7 1,7 3,0 Negara ASEAN-5 7,3 8,3 6,1 4,4 4,4 4,4 4,8 4,7 16 Indonesia 17 Malaysia 5,4 6,9 6,5 6,2 6,1 5,8 5,6 5,7 18 Filipina 4,6 4,8 5,2 6,5 4,1 4,4 5,0 5,1 19 Singapura 1,7 6,6 4,0 7,1 7,7 7,6 6,9 6,5 20 Thailand 4,8 12,0 3,6 2,2 0,6 4,2 5,8 5,5 21 Australia 5,9 3,8 -8,9 19,1 5,4 2,9 2,7 0,6

Amerika Tengah dan Selatan

2,7 2,7 2,7 2,8 2,1 2,4 2,4 2,8 22 Argentina 23 Brazil 24 Meksiko 2,6 9,2 7,3 2,1 3,0 8,3 5,5 2.4* 25 Afrika Selatan 5,0 5,0 1,4 1,8 1,8 3,3 2,2 1,9 No KELOMPOK NEGARA 2012 2013

Negara Industri Utama

Sumber : Bank Indonesia dan Bloomberg *) proyeksi

Tabel di atas memperlihatkan data mengenai pertumbuhan ekonomi aktual selama tahun 2009 sampai dengan TW4-13. Pada Triwulan 1 Tahun 2013 (TW1-13) terdapat tiga negara yang masih mengalami pertumbuhan ekonomi yang negatif, yaitu Jerman, Perancis, dan Italia. Namun, pada tiga triwulan berikutnya ketiga negara ini mencatatkan pertumbuhan yang membaik, dimana Jerman dan Perancis berhasil membukukan pertumbuhan yang positif pada Triwulan 2 Tahun 2013 (TW2-13), TW3-13, dan TW4-13. Sedangkan, Italia masih mengalami pertumbuhan yang negatif pada TW2-13, TW3-13, dan TW4-13. Walaupun demikian, pertumbuhan ekonomi Italia

Page | 18

menunjukkan peningkatan ke arah yang lebih baik. Ketiga negara ini menunjukkan adanya pemulihan ekonomi di kawasan Eropa.

Pertumbuhan ekonomi China pada TW4-13 menunjukkan perlambatan ekonomi, dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 7,8%. Walaupun demikian, perekonomian China pada triwulan terakhir pada tahun 2013 mencapai target yang ditetapkan oleh pemerintah China. Pada TW4-13, China mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 7,7%. Pertumbuhan ini didorong oleh peningkatan pertumbuhan investasi di China. Peningkatan investasi ini terjadi seiring dengan besarnya fasilitas pinjaman yang diberikan oleh bank-bank di China, terutama bank milik pemerintah dalam rangka mempertahankan pertumbuhan ekonomi China setelah terjadinya krisis keuangan global. Fasilitas pinjaman ini juga diberikan oleh perusahaan pemberi pinjaman non-bank. Pada tahun 2013, nilai investasi China naik sebesar 19,6%. Selain itu, peningkatan juga terjadi pada industri ritel dan manufaktur. Penjualan ritel China pada bulan Desember 2013 naik sebesar 13,6% dan produksi industri manufaktur China tumbuh 9,7% dibandingkan tahun 2012.

Selain di China, perlambatan ekonomi juga terjadi di Singapura dimana pertumbuhan ekonomi Singapura menjadi sebesar 5,5% pada TW4-13. Pertumbuhan tersebut lebih lambat dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi Singapura pada TW3-13 yang sebesar 5,8%. Perlambatan ekonomi Singapura terutama dikarenakan penurunan output manufaktur biomedis dan perlambatan pertumbuhan sektor output rekayasa transportasi. Secara keseluruhan, sektor manufaktur Singapura tumbuh sebesar 3,5%, atau lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu sebesar 5,3%. Selain itu, pertumbuhan sektor kontruksi hanya sebesar 4,7%, atau melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,8%. Sektor jasa produksi industri tumbuh sebesar 5,5%, atau melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 6,5%.

Jika dilihat dari triwulan sebelumnya, pertumbuhan ekonomi Korea Selatan meningkat menjadi sebesar 3,9% pada TW4-13, atau mengalami peningkatan dibandingkan dengan TW3-13 yang mencapai 3,3%. Pertumbuhan ini juga merupakan laju pertumbuhan tercepat pada perekonomian Korea Selatan sejak tahun 2010. Peningkatan pertumbuhan ekonomi Korea Selatan terutama dikontribusikan oleh kenaikan ekspor sebesar 2%, setelah mengalami penurunan sebesar 1,3% pada TW3-13. Kondisi perekonomian global yang membaik akan semakin memberikan keuntungan bagi perkembangan perekonomian Korea Selatan. Bank sentral memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Korea Selatan akan sebesar 3,6% pada tahun 2014 dan meningkat menjadi 3,7% pada tahun 2015.

Walaupun Filipina mengalami bencana alam seperti gempa bumi Bohol dan topan Yolanda serta pengepungan di Zamboaga oleh kaum pemberontak, perekonomian Filipina tetap tumbuh sebesar 6,5% pada TW4-13. Jika dilihat dari triwulan sebelumnya, angka ini menunjukkan adanya perlambatan ekonomi. Akan tetapi, jika dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi secara global, Filipina menjadi negara dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi kedua setelah China. Pertumbuhan ini didorong oleh sektor jasa yang didukung oleh belanja konsumen dan pemerintah yang berkelanjutan. Pertumbuhan penanaman modal asing dan manufaktur juga mendorong pertumbuhan ekonomi Filipina. Penanaman modal asing naik sebesar 63% yaitu menjadi sebesar PH₱120,65 juta (US$2,67 juta). Sementara itu, total investasi tumbuh sebesar 29% menjadi PH₱466 juta. Secara keseluruhan, perekonomian Filipina tumbuh sebesar 7,2% sepanjang tahun 2013. Pada TW4-13, perekonomian Inggris tumbuh sebesar 2,7%. Pertumbuhan ini terutama dikontribusikan oleh sektor jasa. Pertumbuhan hasil manufaktur juga meningkat akan tetapi pertumbuhan hasil industri melambat seiring hasil gas alam dan minyak yang menurun. Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi Inggris tumbuh sebesar 1,8% pada tahun 2013 atau tumbuh lebih kuat dibandingkan tahun 2012. Pertumbuhan ekonomi secara tahunan ini merupakan pertumbuhan tercepat sejak krisis keuangan.

Laju pertumbuhan ekonomi AS pada TW4-13 mengalami perlambatan ekonomi dibandingkan triwulan sebelumnya, tercermin dari pertumbuhan ekonomi AS sebesar 2,4% atau menurun dari

Page | 19

TW3-13 yang mencapai 4,1%. Perlambatan perekonomian AS ini mencerminkan hasil output yang berasal dari pemerintah. Hasil output pemerintah AS dapat diperkirakan dari jumlah jam kerja pekerja pemerintah federal yang berkurang. Hal ini diakibatkan adanya government shutdown, yang secara otomatis mengakibatkan pegawai di kantor pemerintahan AS tidak bekerja. Sehingga, penurunan pelayanan pemerintah AS tersebut menurunkan pertumbuhan ekonomi di AS.

Berikut adalah tingkat inflasi dari beberapa negara industri utama dan beberapa negara di Asia:

Tingkat Inflasi Negara Industri Utama dan beberapa Negara di Asia

(%y-o-y) 2009 2010 TW4 TW4 TW4 TW4 TW1 TW2 TW3 TW4 1 Amerika Serikat 2,7 1,5 3,0 1,7 1,5 1,8 1,2 1,5 2 Kawasan Eropa 0,9 2,2 2,7 2,2 1,7 1,4 1,1 0,8 3 Jerman 0,8 1,3 2,0 2,0 1,4 1,8 1,4 1,4 4 Perancis 0,9 1,8 2,5 1,3 1,0 0,9 0,9 0,7 5 Italia 1,0 1,9 3,3 2,3 1,6 1,2 0,9 0,7 6 Jepang -1,7 - -0,2 -0,1 -0,9 0,2 1,1 1,6 7 Inggris 2,9 3,7 4,2 2,7 2,8 2,9 2,7 2,0 8 Kanada 1,3 2,4 2,3 0,8 1,0 1,2 1,1 1,2

Beberapa Negara Eropa Lainnya

9 Rusia 8,8 8,8 6,1 6,6 7,0 6,9 6,1 6,5

10 Turki 6,5 6,4 10,5 6,2 7,3 8,3 7,9 7,4

Asia

11 RRC 1,9 4,6 4,1 2,5 2,1 2,7 3,1 2,5

12 Korea Selatan 2,8 3,0 4,2 1,4 1,5 1,2 1,0 1,1

13 Hong Kong SAR 1,3 2,9 5,7 3,7 3,6 4,1 4,6 4,3

14 Taiwan, China -0,2 1,2 2,0 1,6 1,4 0,6 0,8 0,3 15 India 15,0 9,5 6,5 10,6 10,4 9,9 9,8 9,9 Negara ASEAN-5 16 Indonesia 2,8 7,0 3,8 4,3 5,9 5,9 8,4 8,4 17 Malaysia 1,0 2,1 3,0 1,2 1,6 1,8 2,6 3,2 18 Filipina 4,4 3,6 4,2 3,0 3,2 2,7 2,7 4,1 19 Singapura -0,5 4,6 5,5 4,3 3,5 1,8 1,6 1,5 20 Thailand 3,5 3,1 3,5 3,6 2,7 2,3 1,4 1,7 21 Australia 2,1 2,8 3,0 2,2 2,5 2,4 2,2 2,7

Amerika Tengah dan Selatan

22 Argentina 7,7 10,9 9,5 10,8 10,6 10,5 10,5 10,9

23 Brazil 4,3 5,9 6,5 5,8 6,6 6,7 5,9 5,9

24 Meksiko 3,6 4,4 3,8 3,6 4,3 4,1 3,4 4,0

25 Afrika Selatan 6,3 3,5 6,1 5,7 5,9 5,5 6,0 5,4

Negara Industri Utama

No KELOMPOK NEGARA 2011 2012 2013

Sumber : Bloomberg

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa tekanan inflasi cenderung diluar perkiraan dari target masing-masing negara. Pada TW4-13, inflasi tertinggi terjadi di Argentina sebesar 10,9%, dan inflasi terendah terjadi di Taiwan yaitu sebesar 0,3%. Perlambatan ekonomi di beberapa negara juga mempengaruhi tingkat inflasi yang terjadi pada negara tersebut.

Kawasan Eropa mengalami inflasi sebesar 0,8% pada TW4-13. Besaran inflasi ini lebih rendah dibandingkan dengan target bank sentral Eropa yang menargetkan inflasi kurang dari 2% pada TW4-13. Tingkat inflasi ini mencerminkan menurunnya harga jasa di kawasan Eropa. Tingkat inflasi kawasan ini pada tahun 2014 diperkirakan akan tetap sama seperti tahun 2013. Sedangkan untuk jangka menengah dan jangka panjang, tingkat inflasi di kawasan Eropa diperkirakan mendekati target yang sebesar 2%.

Tingkat inflasi di China pada TW4-13 sebesar 2,5%, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 3,1%. Secara keseluruhan tingkat inflasi di China selama tahun 2013 adalah sebesar

Page | 20

2,5%, atau jauh lebih rendah dibandingkan dengan target inflasi yang ditetapkan pemerintah China yang sebesar maksimal 3,5%. Penurunan tingkat inflasi ini disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan ekonomi di China. Selain itu, perlambatan perekonomian China di tengah-tengah perlambatan ekonomi dunia, dibarengi permintaan dalam negeri yang rendah. Faktor utama yang mendorong inflasi China pada bulan Desember 2013 adalah kenaikan harga pangan yang mencapai 4,1%. Namun, jika dibandingkan dengan bulan Nopember 2013, kenaikan harga makanan bulan Desember cenderung melambat. Sedangkan harga non-pangan pada bulan Desember naik sebesar 1,7% atau lebih tinggi dibandingkan kenaikan pada bulan Nopember yaitu sebesar 1,6%.

Singapura mengalami inflasi sebesar 1,5% pada TW4-13. Hal ini disebabkan oleh penurunan tajam harga layanan transportasi jalan pribadi. Harga layanan transportasi menurun sebesar 2,8% selama bulan Desember. Sedangkan, harga layanan akomodasi meningkat sebesar 2,9% dan harga pangan naik sebesar 2,7%. Secara keseluruhan, inflasi yang terjadi di Singapura pada tahun 2013 adalah sebesar 1,5%, atau lebih rendah dibandingkan dengan tingkat inflasi yang terjadi pada tahun 2012 yaitu sebesar 4,6%.

Inflasi Australia pada TW4-13 naik menjadi 2,7%, apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 2,2%. Kenaikan inflasi ini disebabkan oleh kenaikan biaya pendidikan, harga minuman beralkohol dan tembakau, harga perumahan dan layanan kesehatan. Kenaikan harga paling signifikan terjadi pada biaya pendidikan yaitu sebesar 5,6%, disusul minuman beralkohol dan tembakau sebesar 5,4%, perumahan sebesar 4,3% dan kesehatan sebesar 1,9%. Selain itu, layanan liburan internasional juga mengalami kenaikan secara signifikan yaitu sebesar 6,9%. Kenaikan ini disebabkan oleh naiknya harga tiket pesawat dan akomodasi. Harga buah dan sayuran juga mengalami kenaikan dikarenakan cuaca buruk dan buruknya kondisi tumbuhan di beberapa daerah. Harga tembakau juga mengalami kenaikan yang disebabkan oleh efek dari kenaikan pajak cukai federal yang diberlakukan mulai 1 Desember 2013. Selain itu, naiknya harga bahan bangunan dan gaji tenaga kerja juga mendorong meningkatnya harga rumah baru.

 Kondisi Perekonomian Indonesia

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada TW4-13 mengalami peningkatan yang dipicu oleh kenaikan ekspor dan moderasi konsumsi yang terpelihara. Perekonomian Indonesia pada TW4-13 mengalami pertumbuhan sebesar 5,72% y-o-y dimana pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi pada TW3-13 yaitu sebesar 5,63% y-o-y. Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2013 tercatat sebesar 5,78%. Pertumbuhan ekonomi yang didukung oleh kenaikan pertumbuhan ekspor yang diketahui mencapai 7,40% y-o-y. Kenaikan ekspor tersebut didorong kenaikan permintaan mitra dagang negara-negara maju serta pertumbuhan sektor ekonomi yang terkait dengan ekspor seperti pertambangan dan manufaktur. Sementara itu, pertumbuhan permintaan domestik mengalami perlambatan sejalan dengan melambatnya pertumbuhan total konsumsi dan investasi yaitu masing-masing sebesar 5,44% o-y dan 4,37% y-o-y, dari semula sebesar 5,89% y-o-y dan 4,54% y-o-y di TW3-13. Sejalan dengan menurunnya pertumbuhan permintaan domestik, impor pada TW4-13 juga mencatat penurunan pertumbuhan sebesar 0,6% y-o-y.

Page | 21

Berikut ini merupakan Nilai PDB Menurut Lapangan Usaha atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan Tahun 2011-2013 serta Laju Pertumbuhan dan Sumber Pertumbuhan Tahun 2013:

Nilai PDB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2011-2013 Laju Pertumbuhan dan Sumber Pertumbuhan Tahun 2013

Laju Pertumbuhan (%) Sumber Pertumbuhan (%) 2011 2012 2013 2011 2012 2013 2013 2013

Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan 1,091.4 1,193.5 1,311.0 315.0 328.3 339.9 3.54 0.45 Pertambangan dan Penggalian 877.0 970.8 1,020.8 190.1 193.1 195.7 1.34 0.10 Industri Pengolahan 1,806.1 1,972.5 2,152.6 633.8 670.2 707.5 5.56 1.42 Listrik, Gas, dan Air Bersih 55.9 62.2 70.1 18.9 20.1 21.2 5.58 0.04 Konstruksi 753.6 844.1 907.3 159.1 170.9 182.1 6.57 0.43 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 1,023.7 1,148.7 1,301.5 437.5 473.1 501.2 5.93 1.07 Pengangkutan dan Komunikasi 491.3 549.1 636.9 241.3 265.4 292.4 10.19 1.03 Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan 535.2 598.5 683.0 236.2 253.0 272.1 7.56 0.73 Jasa-jasa 785.0 890.0 1,000.8 232.7 244.8 258.2 5.46 0.51 PDB 7,419.2 8,229.4 9,084.0 2,464.6 2,618.9 2,770.3 5.78 5.78 PDB Tanpa Migas 6,795.9 7,588.3 8,416.0 2,322.7 2,481.8 2,637.0 6.25

Lapangan Usaha Harga Berlaku (triliun Rupiah) Harga Konstan 2000 (triliun Rupiah)

Sumber : Badan Pusat Statistik Indonesia

Kondisi perekonomian Indonesia yang diukur berdasarkan besaran PDB atas dasar harga berlaku pada tahun 2013 yaitu mencapai Rp9.084 triliun dimana angka tersebut mengalami peningkatan dibanding tahun 2012 yang mencapai sebesar Rp8.229,4 triliun. Demikian pula PDB atas dasar harga konstan 2000 pada tahun 2013 meningkat menjadi Rp2.770,3 triliun dari sebelumnya pada tahun 2012 adalah sebesar Rp2.618,9 triliun. Laju pertumbuhan tertinggi pada tahun 2013 terjadi pada Sektor Pengangkutan dan Komunikasi yaitu mencapai 10,19%, diikuti oleh Sektor Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan sebesar 7,56%, Sektor Konstruksi sebesar 6,57%, Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 5,93%, Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih sebesar 5,58%, Sektor Industri Pengolahan sebesar 5,56%, Sektor Jasa-Jasa sebesar 5,46%, Sektor Pertanian sebesar 3,54%, dan Sektor Pertambangan dan Penggalian sebesar 1,34%. Pertumbuhan PDB tanpa migas pada tahun 2013 mencapai 6,25% yang berarti lebih tinggi dari pertumbuhan PDB.

Kontributor terbesar dalam besaran PDB atas dasar harga berlaku pada tahun 2013 adalah Sektor Industri Pengolahan yaitu dengan tingkat pertumbuhan sebesar 1,42%. Hal ini dikarenakan tingginya investasi di sektor industri ini. Selanjutnya diikuti oleh Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, dan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi yang memberikan sumber pertumbuhan masing-masing sebesar 1,07% dan 1,03%.

Page | 22

Pertumbuhan Ekonomi TW4-13

Berikut adalah Laju Pertumbuhan PDB menurut lapangan usaha TW4-13 :

Laju Pertumbuhan PDB Menurut Lapangan Usaha

(% y-o-y)

TW4-13 TW4-13 Sumber

terhadap terhadap Pertumbuhan

TW3-13 TW4-12 TW4-13 y-o-y

Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan -22.84 3.83 0.40

Pertambangan dan Penggalian 1.72 3.91 0.28

Industri Pengolahan 1.72 5.29 1.39

Listrik, Gas, dan Air Bersih 6.10 6.62 0.05

Konstruksi 4.45 6.68 0.46

Perdagangan, Hotel, dan Restoran 1.44 4.78 0.89

Pengangkutan dan Komunikasi 2.36 10.32 1.08

Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perusahaan 0.50 6.79 0.67

Jasa-jasa 1.62 5.27 0.50

PDB -1.42 5.72 5.72

PDB Tanpa Migas -1.51 5.98

Lapangan Usaha

Sumber : Badan Pusat Statistik Indonesia

PDB TW4-13 dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya mencerminkan pertumbuhan PDB selama setahun mengalami peningkatan menjadi sebesar 5,72% y-o-y. Pertumbuhan terjadi hampir pada semua sektor yang mencerminkan perubahan tanpa dipengaruhi oleh faktor musim. Pertumbuhan ini tumbuh terutama dipengaruhi oleh kenaikan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi yang tumbuh 10,32%. Sektor yang memberikan sumber pertumbuhan terbesar y-o-y pada perekonomian Indonesia TW4-13 adalah Sektor Industri Pengolahan yaitu sebesar 1,39%.

Namun, jika laju pertumbuhan PDB TW4-13 dibandingkan dengan TW3-13, maka dapat diketahui terdapat perlambatan laju perekonomian Indonesia pada TW4-13. Pertumbuhan yang melambat ini digambarkan oleh PDB atas dasar harga konstan 2000 yang mengalami penurunan menjadi sebesar 1,42% dibandingkan dengan TW3-13. Penurunan tersebut mengikuti pola triwulanan yaitu mengalami penurunan pada TW4-13 setelah terjadi kenaikan pada TW3-13. Perlambatan laju perekonomian pada TW4-13 dikarenakan kinerja Sektor Pertanian mengalami penurunan yang cukup signifikan yaitu sebesar 22,84% dikarenakan siklus musiman. Sementara kinerja sektor-sektor lainnya selama TW4-13 mengalami peningkatan pertumbuhan yaitu Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih tumbuh 6,10%, Sektor Konstruksi tumbuh sebesar 4,45%, Sektor Pengangkutan dan Komunikasi tumbuh sebesar 2,36%, Sektor Industri Pengolahan tumbuh sebesar 1,72%, Sektor Pertambangan dan Penggalian tumbuh sebesar 1,72%, Sektor Jasa-Jasa tumbuh sebesar 1,62%, Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran tumbuh sebesar 1,44%, dan Sektor Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan tumbuh sebesar 0,50%.

Prospek Perekonomian Indonesia

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada TW4-13 diketahui mengalami peningkatan apabila dibandingkan TW3-13. Percepatan laju pertumbuhan ekonomi pada TW4-13 terutama terlihat dari tingkat pertumbuhan kinerja ekspor secara riil yang mengalami peningkatan diikuti dengan impor total yang menurun. Sedangkan dari sisi investasi dan konsumsi, baik konsumsi rumah tangga maupun konsumsi pemerintah pada TW4-13 mengalami penurunan. Peningkatan ekonomi tidak terlepas dari pengaruh kebijakan stabilisasi yang dilakukan Pemerintah dan BI guna membawa pertumbuhan ekonomi ke arah yang lebih sehat dan seimbang. Berdasarkan perkembangan perekonomian mulai TW1-13 hingga TW4-13 diketahui bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2013 mengalami pertumbuhan sebesar 5,78% dan diproyeksikan meningkat dengan kisaran 5,8% sampai dengan 6,2% di tahun 2014.

Page | 23

Pada sisi pengeluaran tahun 2013, konsumsi rumah tangga pada TW4-13 mengalami pertumbuhan sebesar 5,2% dan diproyeksikan menjadi 5,1-5,5% pada tahun 2014. Perlambatan laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada TW4-13 sejalan dengan melambatnya pertumbuhan total konsumsi dan investasi. Selain itu, pertumbuhan pendapatan bersih yang menurun juga turut mempengaruhi penurunan konsumsi rumah tangga akibat tingginya inflasi dan pertumbuhan gaji yang lemah. Meskipun demikian, pada tahun 2014 diperkirakan bahwa kegiatan pemilihan umum yang akan diselenggarakan pada tahun 2014 akan memberikan sumbangan yang besar pada pola konsumsi rumah tangga. Sejalan dengan menurunnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga,

Dokumen terkait