• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.2 Analisis Data Tahap Akhir

4.1.2.7 Analisis Lembar Observasi Aspek Psikomotorik

Lembar observasi aspek psikomotorik peserta didik digunakan untuk mengetahui keterampilan peserta didik dalam pembelajaran baik itu saat diskusi, presentasi dan laporan hasil diskusi/pengamatan. Pada kelas eksperimen lembar observasi psikomotorik juga dinilai dari laporan hasil percobaan sederhana dan penyelidikan sedangkan kelas kontrol pada diskusi dan pengamatan terhadap percobaan sederhan. Hasil lembar observasi aspek psikomotorik disajikan pada Tabel 4.12. Perhitungan analisis lembar observasi aspek psikomotorik ini dapat dilihat pada Lampiran 38 halaman 206-207.

Tabel 4.12 Hasil observasi aspek psikomotorik Psikomotorik Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Aspek A Pembagian Tugas 1 0,86 Pemecahan Masalah 0,91 0,85 Sumber Belajar 1 0,95

Laporan Hasil Diskusi 0,89 0,85

Ketepatan Pengumpulan 0,96 0,94

Aspek B

Penyampaian 0,93 0,73

Saran dan Kritik 0,88 0,76

Ketepatan Pengambilan

Keputusan 1 0,82

Sumber : Data Primer

4.1.2.8 Analisis Lembar Observasi Aspek Afektf

Lembar observasi aspek afektif yaitu ketrampilan sikap digunakan untuk mengamati sikap peserta didik selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Aspek afektif yang dinilai dalam penelitian ini mengacu pada kompetensi inti yang terdapat pada kurikulum 2013. Penilaian tiap aspeknya antara kelas eksperimen dan kelas kontrol sama. Hasil analisis lembar observasi aspek afektif ini dapat disajikan dalam Tabel 4.13 dan Lampiran 36 pada halaman 203-204 .

Tabel 4.13 Hasil observasi aspek afektif kelas eksperimen dan kelas kontrol. Afektif Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Kehadiran 0,99 0,98 Menyampikan Pendapat 0,94 0,78 Disiplin 0,96 0,99 Sopan Santun 0,99 1 Tanggungjawab 0,96 0,97 Kepedulian 1 0,89 Percaya Diri 0,91 0,83

4.1.2.9 Analisis Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah

Penelitin ini disamping mengetahui peningkatan hasil belajar peserta didik juga untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah peserta didik dengan penerapan group investigation dalam model PBL pada kelas eksperimen dan peningkatan kemampuan pemecahan masalah pada kelas kontrol dengan pembelajaran model PBL biasa tanpa penerapan group investigation.

Analisis kemampuan pemecahan masalah ini dilihat dari hasil pretest dan posttest yang terdapat pada soal uraian bermuatan indikator pemecahan masalah yaitu memahami masalah, penalaran logis, mengevaluasi kembali solusi, menemukan suatu pola dan memperhtungkan segala kemungkinan. Analisis yang digunakan yaitu uji normalitas, uji homogenitas, uji kesamaan dua varians,uji perbedaan dua rata-rata, N-Gain untuk kemampuan pemecahan masalah, analisis terhadap pengaruh antar variable dan penentuan koefisian determinasi serta analisis angket respon minat peserta didik.

Hasil posttest kemampuan pemecahan masalah peserta didik kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan pada Tabel 4.14, sedangkan hasil pretest dan posttest selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 39 halaman 208 dan Lampiran 44 halaman 213.

Tabel 4.14 Data Postest Kemampuan Pemecahan Masalah

Kelas N Rata-rata SD Nilai tertinggi Nilai terendah Eksperimen (X MIIA 1) 36 70,64 6,41 82 55 Kontrol (X MIIA 3) 36 62,86 8,92 80 47

Sumber : Data Primer

Gambar 4.3 Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol.

Berdasarkan Tabel 4.14 terihat bahwa hasil postest kelas ekperimen lebih baik daripada kelas kontrol, ini menunjukan bahwa penerapan group investigation dalam Model PBL berpengaruh positif terhadap kemampuan pemecahan masalah peserta didik daripada pembelajaran tanpa group investigation. Penelitian ini mengambil 5 indikator pemecahan masalah

dari 10 indikator yang ada, 5 indikator ini terdapat dalam 5 soal uraian yaitu pada soal nomor 1 memuat indikator memperhitungkan segala kemungkinan, soal nomor 2 indikator penalaran logis, nomor 3 terdapat indikator memahami masalah, nomor 4 indikator untuk menemukan suatu pola pemecahan masalah dan nomor 5 memuat indikator kemampuan pemecahan masalah untuk mengevaluasi kembali solusi.

Analisis peningkatan tiap-tiap indikator kemampuan pemecahan masalah ini dilihat dari skor tiap butir soal pada pretest dan posttest setiap peserta didik antara kelas eksperimen dan kontrol. Analisis peningkatan indikator kemampuan pemecahan masalah ini terdapat pada Lampiran 55 dan 56 halaman 225-226.

Gambar 4.4 Peningkatan Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah Peserta didik Kelas Eksperimen

Gambar 4.5 Peningkatan Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah Peserta didik Kelas Kontrol

Berdasarkan dua gambar di atas diketahui bahwa di kelas eksperimen peningkatan tiap indikator kemampuan pemecahan masalahnya lebih baik daripada peningkatan yang terdapat dalam kelas kontrol. Kecuali pada indikator nomor 3 yaitu memahami masalah pada kelas kontrol persentase peningkatannya lebih baik daripada kelas eksperimen karena di kelas kontrol setiap permasalahan didiskusikan bersama sedangkan pada kelas eksperimen permasalah dipecahkan sendiri berdasarkan penyelidikan di lapangan.

4.1.2.10 Uji Normalitas Pretest dan Postest Kemampuan Pemecahan Masalah

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui kenormalan data dan untuk menentukan uji selanjutnya apakah menggunakan statistic parametrikatau nonparametrik. Hasil perhitungan uji normalitas kemampuan pemecahan masalah data pretst dan posttest dapat disajikan pada Tabel 4.15.

Tabel 4.15 Hasil Uji Normalitas Kemampuan Pemecahan Masalah Uji Normalitas Dk �ℎ� �� Keterangan Kelas Eksperimen Kelas Kontrol Pre-test 3 7,13 3,69 7,81 Berdistribusi Normal Post-test 3 5,27 1,45 7,81 Berdistribusi Normal

Berdasarkan perhitungan diperoleh χ n Pre-test dan Post-test kelas eksperimen masing-masing 7,13 dan 5,27; sedangkan χ n Pre-test dan Post-test kelas kontrol masing-masing 3,69 dan 1,45. Untuk α = 5% dengan dk =3, diperoleh χT el =7,81. Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa χ n < χT el sehingga Ho diterima yang berarti data tersebut berdistribusi normal, sehingga uji selanjutnya memakai statistik parametrik. Perhitungan uji normalitas data pre-test dan data post-test terdapat pada Lampiran 40-41 halaman 209-210 dan Lampiran 45-46 pada halaman 214-215.

4.1.2.11 Uji Homogenitas Soal Kemampuan Pemecahan Masalah

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah test dalam penelitian ini homogen atau tidak dengan menggunakan uji Bartlett. Suatu test dikatakan homogen jika �ℎ� �� < � . Hasil uji homogenitas untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah dapat dilihat pada Tabel 4.16.

Tabel 4.16 Hasil Uji Homogenitas Pre-test dan Post-test

Uji Homogenitas �ℎ� �� Kriteria

Pre-test 2,1437 3,84 Homogen

Post-test 3,7428 3,84 Homogen

Berdasarkan hasil analisis tersebut diperoleh χ n kurang dari

dengan dk = 2 dan α = 5%, maka dapat disimpulkan bahwa pre-test dan Sumber: Data Primer

post-test untuk tingkat kemampuan pemecahan ,asalah peserta didik dalam penelitian ini berhomogenitas. Lampiran 42 dan 47 halaman 211 dan 216.

4.1.2.12 Uji Kesamaan Dua Varians Soal Kemampuan Pemecahan Masalah

Uji kesamaan dua varians bertujuan mengetahui apakah kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai tingkat varians yang sama atau tidak. Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa data pre-test dan

post-test kemampuan pemecahan masalah pada soal uraian pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol mempunyai varians yang sama pada taraf signifikansi 5% diperoleh Fhitung < FTabel. Hasil pangujian data pre-test dan post-test terangkum pada Tabel 4.17

Tabel 4.17. Hasil Uji Kesamaan Dua Varians Data Pre-test dan Post-test

Data Fhitung FTabel Keterangan

Pre-test 1,64 1,96 Varians Tidak Berbeda Post-test 1,93 1,96 Varians Tidak Berbeda Sumber : Data Primer

Berdasarkan perhitungan diperoleh Fhitung Pre-test dan Post-test masing-masing 1,64 dan 1,93; untuk α = 5% dengan dk pembilang dan penyebut = 35, diperoleh FTabel = 1,96. Berdasarkan data tersebut, diketahui bahwa Fhitung < FTabel sehingga Ho diterima yang berarti bahwa kedua kelompok mempunyai varians yang tidak berbeda. Perhitungan uji kesamaan dua varians data hasil pre-test dan data post-test kemampuan pemecahan masalah antara kelompok eksperimen dan kontrol terdapat pada Lampiran 43 halaman 212 dan Lampiran 48 halaman 217.

4.1.2.13 Uji Perbedaan Dua Rata-rata (Uji Dua Pihak)

Pada uji ini data dikatakan mempunyai perbedaan signifikan jika thitung > tTabel. Berdasarkan hasil uji-t, dapat dikatakan bahwa ada perbedaan yang signifikan

pada skor post-test soal uraian antara kelas eksperimen dan kelas kontrol pada taraf signifikansi 5%. Hasil pengujian antara data pre test dan post-test dengan uji-t dapat dilihat pada Tabel 4.18.

Tabel 4.18. Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-Rata Data Post-Test Soal Uraian

Data thitung tTabel Keterangan

Post-Test 4,25 1,99 Ada Perbedaan

Sumber : Data Primer

Pada hasil post test soal uraian terdapat perbedaan hasil kemampuan pemecahan masalah pada kelas eksperimen dan kontrol yang signifikan maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh implementasi group investigation dalam model PBL terhadap tingkat kemampuan pemecahan masalah peserta didik. Perhitungan uji perbedaan dua rata-rata data post-test terdapat pada Lampiran 50 dengan halaman 219.

4.1.2.14Uji Perbedaan Rata-Rata Satu Pihak Soal Kemampuan Pemecahan

Masalah

Uji satu pihak digunakan untuk membuktikan hipotesis yang menyatakan bahwa rata-rata peningkatan kemampuan pemecahan masalah peserta didik kelompok eksperimen lebih baik daripada kelompok kontrol, sehingga dapat pula disimpulkan bahwa implementasi group investigation dalam model PBL berpengaruh positif terhadap tingkat kemampuan pemecahan masalah. Hasil uji satu pihak dapat dilihat pada Tabel 4.19.

Tabel 4.19 Hasil Uji Perbedaan Rata-Rata Satu Pihak Kanan Soal Uraian

Data thitung tTabel Keterangan

Post Test 4,251 1,99 Kelas eksperimen lebih baik

dari kelas kontrol Sumber : Data Primer

Pada perhitungan uji satu pihak diperoleh thitung lebih dari tTabel dengan dk=70 dan α=5% maka dapat disimpulkan bahwa Ha diterima. Hal ini berarti bahwa rata-rata peningkatan kemampuan pemecahan masalah peserta didik yang diberi pembelajaran dengan group investigation lebih baik daripada peserta didik yang diberi pembelajaran dengan tanpa group investigation, sehingga dapat pula disimpulkan bahwa implementasi group investigation dalam model PBL memberikan pengaruh positif terhadap pemahaman konsep. Perhitungan uji perbedaan rata-rata satu pihak kanan terdapat pada Lampiran 49 di halaman 218.

4.1.2.15 Harga N-gain Kemampuan Pemecahan Masalah

Harga N-Gain untuk peningkatan kemampuan pemecahan masalah peserta didik di kelas eksperimen sebesar 0,65 sedangkan pada kelas kontrol sebesar 0,51. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan harga normalitas Gain kelas eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol walaupun keduanya berada pada kriteria yang sama yaitu sedang. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran yang menerapkan metode group investigation dalam model PBL memberikan pengaruh positif dalam mengembangkan kemampuan pemecahan masalah peserta didik dibanding dengan pembelajaran diskusi biasa. Selanjutnya tingkat pencapaian N-Gain kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan dalam Gambar 4.6 dan Gambar 4.7. Analisis perhitungan normalitas gain selengkapnya terdapat pada Lampiran 51 halaman 220-221.

Gambar 4.6 Pencapain N-Gain Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen

Gambar 4.7 Tingkat Pencapain N-Gain Kemampuan Pemecahan Masalah Peserta didik Kelas Kontrol

Dokumen terkait