BAB VI. ANALISIS LINGKUNGAN PERUSAHAAN
6.2. Analisis Lingkungan Eksternal
Analisis lingkungan eksternal perusahaan meliputi lingkungan jauh dan
lingkungan industri. Kedua faktor ini dijabarkan atau dijelaskan di bawah ini.
6.2.1 Lingkungan Jauh
Lingkungan jauh tersusun dari serangkaian kekuatan yang timbul dan
berada di luar jangkauan serta biasanya terlepas dari situasi operasional
perusahaan. Faktor-faktor yang terdapat pada lingkungan jauh menurut Pearce dan
Robinson (1997), adalah politik, ekonomi, sosial, teknologi dan ekologi. Faktor-faktor
kendala kepada perusahaan, tetapi perusahaan secara individu tidak dapat
mempengaruhi lingkungan jauh ini.
6.2.1.1 Faktor Politik
Dukungan pemerintah daerah kota Bogor berupa pembinaan dan
pengembangan UKM di Kota Bogor, berpengaruh pada jumlah industri kecil yang
lebih banyak daripada industri besar. Industri kecil dapat menyerap tenaga kerja
yang lebih tinggi dan mampu memanfaatkan penggunaan sumber daya alam lokal,
sehingga industri ini tidak mengalami imbasan yang kuat saat terjadi penurunan
terhadap nilai mata uang. Industri minuman instan merupakan salah satu industri
yang mampu menyerap tenaga kerja. Penyerapan industri makanan dan minuman di
Kota Bogor tahun 2003 dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Penyerapan Tenaga Kerja Industri Makanan dan Minuman di Kota Bogor Tahun 2006
No Kelompok Industri Unit Usaha Investasi Tenaga Kerja
1. Menengah/Besar 6 8.415.350.000 251
2. Kecil Formal 154 3.968.440.000 1.660
3. Kecil Non Formal 929 788.640.000 4.453
Sumber : www.kota bogor.go.id, 25 Mei 2008
6.2.1.2 Faktor Ekonomi
Keadaan ekonomi suatu negara akan mempengaruhi kinerja status
perusahaan dan industri. Kebijakan pemerintah dalam menaikkan harga bahan
bakar minyak (BBM) sebanyak dua kali yang berlaku mulai tanggal 1 Oktober 2005
dan per 23 Mei 2008 tertuang dalam Peraturan Pemerintah No.55/2005 tentang
Kenaikan Harga Jual Eceran BBM Dalam Negeri tertanggal 30 September 2005,
serta bahan baku penolong bagi perusahaan minuman instan. Pada awalnya
kenaikan harga BBM ini hanya berdampak pada kenaikan biaya transportasi. Pada
Tabel 17 dapat dilihat kenaikan harga BBM per 1 Oktober 2005 dan per 23 Mei
2008.
Tabel 17. Kenaikan Harga BBM per 1 Oktober 2005 dan Per 23 Mei 2008 (Rp/Liter) Jenis BBM 1 Maret 2005 1 Oktober 2005 Kenaikan (%) 1 Oktober 2005 23 Mei 2008 Kenaikan (%) Minyak Tanah 700,00 2000,00 185,71 2000,00 2500,00 25,0 Premium 2400,00 4500,00 87,5 4500,00 6000,00 33,3 Solar 2100,00 4300,00 104,76 4300,00 5500,00 27,9 Sumber : PT Pertamina dan Menteri Perekonomian (Disarikan dari Kompas, Sabtu
25 Mei 2008)
Situasi perekonomian yang tidak stabil secara umum dapat dilihat dari
meningkatnya nilai inflasi yang tidak diimbangi oleh peningkatan pendapatan
masyarakat. Salah satu indikator perkembangan ekonomi Indonesia khususnya nilai
inflasi dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18. Tingkat Inflasi di Indonesia Pada Tahun 2006-2008 Bulan dan Tahun Tingkat Inflasi
April 2008 8.96 % Maret 2008 8.17 % Februari 2008 7.40 % Januari 2008 7.36 % Desember 2007 6.59 % November 2007 6.71 % Oktober 2007 6.88 % September 2007 6.95 % Agustus 2007 6.51 % Juli 2007 6.06 % Juni 2007 5.77 % Mei 2007 6.01 % April 2007 6.29 % Maret 2007 6.52 % Februari 2007 6.30 % Januari 2007 6.26 % Desember 2006 6.60 %
Inflasi umumnya dipengaruhi oleh peningkatan harga barang-barang yang
bersifat konsumtif bagi masyarakat seperti bahan bakar minyak (BBM). Peningkatan
harga-harga bahan untuk kebutuhan masyarakat bisa menyebabkan daya beli
masyarakat terhadap suatu kebutuhan hidupnya melemah. Hal ini bisa mengancam
keberadaan suatu industri dan perusahaan dalam mengembangkan usahanya.
Kenaikan harga bahan bakar minyak pada suatu industri bisa berdampak pada
penurunan permintaan suatu produk dan menurunkan tingkat penjualan sehingga
bisa mengurangi nilai keuntungan.
6.2.1.3 Faktor Sosial
Faktor sosial dapat mempengaruhi perusahaan karena faktor tersebut
bersifat dinamik dan selalu berubah sebagai akibat dari upaya orang untuk
memuaskan keinginan dan kebutuhan dalam pengendalian dan penyesuaian diri
terhadap faktor-faktor lingkungan. Pengetahuan masyarakat akan pentingnya nilai
fungsi kesehatan pada bahan-bahan minuman instan yang dikonsumsi semakin
membaik. Hal ini menyebabkan adanya perubahan hidup masyarakat yang lebih
selektif dalam memilih minuman instan maupun minuman yang bersifat suplemen
tetapi mengandung bahan-bahan kimia yang dapat mengancam kesehatannya di
masa yang akan datang. Kandungan bahan-bahan kimia seperti kandungan bahan
pengawet, pewarna, pemanis buatan dan jenis lainnya menjadi pertimbangan dalam
mengkonsumsi beberapa jenis minuman instan.
6.2.1.4 Faktor Teknologi
Perubahan teknologi dapat mempengaruhi industri. Adanya perkembangan
industri dalam proses produksi dapat menjadi peluang bagi perusahaan. Namun
dalam industri pembuatan minuman instan seperti jahe merah perkembangan
bersifat semi modern. Tidak ada perkembangan teknologi yang signifikan dalam
membuat minuman instan dari beberapa jenis komoditas. Mesin blender seperti
mesin untuk membuat es juice biasa digunakan untuk membuat minuman instan
menjadi bentuk serbuk agar lebih halus. Mesin giling dan mesin blender, mixer, serta alat press plastik tersebut merupakan beberapa contoh alat semi modern yang digunakan untuk membuat serbuk minuman instan jahe merah. Perusahaan pesaing
pada umumnya juga menggunakan peralatan yang sama. Yang membedakan
adalah bentuk kemasan dan berat serbuk minuman instan yang dikemas.
6.2.1.5 Faktor Ekologi
Faktor ekologi tersebut sangat berkaitan dengan manusia dan makluk hidup
lain yang berada di sekitarnya. Ancaman terhadap ekologi yang paling sering adalah
keberadaan polusi baik polusi udara, air dan darat berupa limbah yang dihasilkan
oleh perusahaan. CV.Hanabio sebagai perusahaan yang peduli terhadap lingkungan
memiliki tanggung jawab terhadap pencemaran yang ditimbulkan dari hasil samping
proses produksinya.
Aspek ekologi yang berkaitan dengan limbah yang dihasilkan adalah tidak
menghasilkan limbah yang membahayakan bagi manusia maupun lingkungan
tempat tinggal sekitar. Hasil limbah sebagian besar adalah kulit dan ampas rimpang
jahe merah serta sisa-sisa kantong plastik. Limbah tersebut ditangani langsung oleh
perusahaan dengan cara dibuang ke tempat pembuangan sampah, sehingga bisa
langsung diangkut oleh petugas sampah. Pada dasarnya limbah tersebut tidak
menimbulkan masalah bagi pekerja dan masyarakat di sekitar pabrik.
6.2.2 Lingkungan Operasional dan Industri
Lingkungan operasional terdiri dari faktor-faktor dalam situasi persaingan
modal. CV. Hanabio memiliki kelemahan dalam hal modal dan saat ini pihak
manajemen berusaha mengajukan pinjaman ke salah satu bank yaitu Bank Negara
Indonesia. Menurut pihak perusahaan, pinjaman ini nantinya akan digunakan untuk
peningkatan kapasitas produksi dan peralatan serta pengadaan tranportasi.
Menurut Pearce dan Robinson (1997), setiap industri memiliki struktur yang
mendasarinya yaitu sekumpulan karakteristik ekonomis dan teknis yang
memunculkan kekuatan-kekuatan persaingan. Lima faktor yang harus diperhatikan
yaitu ancaman pendatang baru, daya tawar menawar pembeli, daya tawar menawar
pemasok, ancaman produk subtitusi dan persaingan antar anggota industri.
6.2.2.1 Ancaman Pendatang Baru
Masuknya pendatang baru dalam suatu industri menimbulkan sejumlah
implikasi bagi perusahaan yang ada, antara lain perebutan pasar, perebutan
sumberdaya produksi dan peningkatan kapasitas. Ancaman pendatang baru sangat
tergantung pada hambatan dalam memasuki status industri yaitu skala ekonomis,
diferensiasi produk, kebutuhan modal, keunggulan biaya, akses saluran distribusi,
dan peraturan pemerintah.
Hambatan untuk memasuki industri bila dilihat dari skala ekonomi dan
permodalan relatif rendah, karena usaha ini tidak memerlukan skala ekonomi yang
besar dan kebutuhan modal awal untuk usaha ini relatif kecil. Pendatang baru yang
ingin memasuki industri inipun tidaklah terpengaruh oleh peraturan-peraturan
tertentu karena pemerintah tidak membatasi atau menghambat masuknya
pendatang baru dalam industri ini dengan peraturannya. Rendahnya hambatan
masuk ke dalam suatu industri ini menjadi ancaman, karena masuknya pendatang
6.2.2.2 Daya Tawar Menawar Pembeli
Kekuatan tawar menawar pembeli menurut menurut Pearce dan Robinson
(1997), adalah jika : 1) pembeli terkonsentrasi atau membeli dalam jumlah yang
banyak, 2) produk yang terbeli tidak terdeferensiasi atau standar, 3) produk yang
dibeli merupakan komponen penting dari produk pembeli dan merupakan komponen
biaya yang cukup besar, 4) pembeli menerima laba rendah, 5) produk industri tidak
penting bagi kualitas produk atau jasa pembeli, 6) produk industri tidak
menghasilkan penghematan energi bagi pembeli, 7) pembeli memiliki kemampuan
untuk melakukan integrasi balik. Minuman instan jahe merah yang diproduksi saat ini
tidak hanya berdasarkan pesanan saja, tetapi perusahaan tetap berproduksi untuk
memenuhi stok dan aktif dalam menawarkan di pasar-pasar yang baru. Perusahaan
menjual produknya langsung ke pedagang pengumpul yang bekerjasama dengan
perusahaan, sehingga kekhawatiran terhadap kekuatan pembeli tidak terlalu
mengancam keberadaan perusahaan sebab pembeli hanya mengikuti harga jual
yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
6.2.2.3 Daya Tawar Menawar Pemasok
Bagi CV. Hanabio, keberadaan pemasok bahan baku utama dan penolong
sangat penting. Namun perusahaan dapat bebas memilih untuk membeli bahan
baku tergantung dari harga dan kualitas barang yang ditawarkan oleh pemasok.
Meskipun hubungan antara pemasok dengan perusahaan telah terjalin dengan baik,
namun perusahaan tidak terikat hanya dengan satu pemasok saja. Tujuannya
adalah untuk menjaga ketersediaan bahan baku. Saat ini perusahaan telah memiliki
pemasok utama bahan baku yaitu dari dua pasar yang berada di kota Bogor. Maka
secara umum kekuatan tawar menawar pemasok tidak begitu mengancam
6.2.2.4 Produk Subtitusi
Keberadaan produk subtitusi ini akan membatasi potensi suatu industri. Jika
industri tidak mampu meningkatkan kualitas produk, maka laba dan pertumbuhan
industri dapat terancam. Produk subtitusi ditentukan oleh banyaknya jumlah produk
yang memiliki fungsi yang sama dengan produk perusahaan yang dapat
mempengaruhi eksistensinya di pasaran.
Produk subtitusi yang dapat mempengaruhi eksistensi perusahaan adalah
minuman instan jenis lain seperti gingseng dan madu, esteemje gingseng, jahe plus
rumput laut dan bandrek. Produk subtitusi tersebut mempunyai manfaat dan khasiat
yang sama dengan minuman instan jahe merah. Selain itu produk subtitusi ini
mempunyai harga jual yang umumnya relatif sama dan lebih murah jika
dibandingkan dengan produk perusahaan. Keberadaanya perlu mendapatkan
perhatian dari perusahaan karena tidak menutup kemungkinan bagi konsumen untuk
beralih ke produk tersebut, meskipun hingga saat ini perusahaan hanya
menganggap produk subtitusi ini sebagai variasi dari beberapa minuman instan yang
ada di pasaran.
6.2.2.5 Persaingan Antar Anggota Industri
Persaingan yang terjadi di dalam industri minuman instan sangatlah
kompetitif. Berdasarkan data dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor
pada tahun 2006 tercatat sebanyak 1131 perusahaan yang bergerak dalam industri
makanan dan minuman baik secara formal dan non formal. Hambatan yang rendah
untuk memasuki industri ini mendorong pengusaha baru untuk masuk dalam industri
tersebut.
Target pasar yang dipilih oleh perusahaan CV. Hanabio sebenarnya kurang
bisa diajak bekerjasama dalam menjualkan minuman instan jahe merah tersebut.
Keberadaan perusahaan dalam persaingan antar industri minuman instan cukup
kuat, hal ini terlihat dari eksistensi perusahaan dalam industri ini semakin
berkembang.
Posisi perusahaan dalam industri minuman instan adalah sebagai
perusahaan pengikut (follower) pasar. Pangsa pasar yang dimiliki oleh perusahaan pesaing yang telah lama bergerak dalam industri ini jauh lebih besar, serta adanya
loyalitas konsumen terhadap merek produk perusahaan pesaing yang cukup besar.
Hal ini tidak manghalangi CV. Hanabio untuk tetap berusaha berkembang dan
bersaing antar anggota industri.