• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI. ANALISIS LINGKUNGAN PERUSAHAAN

6.1. Analisis Lingkungan Internal

Pendekatan yang dilakukan dalam analisis lingkungan perusahaan dalam

penelitian ini adalah pendekatan fungsional. Lingkungan perusahaan yang dianalisis

meliputi fungsi manajemen, pemasaran, keuangan, kegiatan produksi dan operasi

serta sumberdaya manusia.

6.1.1 Manajemen

Manajemen merupakan pihak yang menerapkan fungsi-fungsi yang meliputi :

perencanaan, pengorganisasian, pemotivasian, penunjukkan staf dan pengendalian.

Namun untuk tahap perumusan strategi dari proses manajemen strategi yang

dibahas adalah mengenai aktivitas perencanaan perusahaan.

Saat ini CV. Hanabio, belum memiliki perencanaan tertulis untuk jangka

panjang, menengah dan jangka pendek. Hal ini terlihat dengan tidak adanya suatu

visi, misi dan tujuan perusahaan yang jelas dan spesifik. Perusahaan ini juga masih

berbentuk perusahaan perorangan, sehingga pelimpahan wewenang masih

tersentralisasi pada sumberdaya pemilik sebagai pihak eksekutif.

Pada organisasi perusahaan, posisi manajemen ditempati oleh pemilik.

Pemilik dalam perusahaan ini sebagai pemimpin perusahaan. Posisi ini berwenang

dalam mengambil keputusan strategis, baik itu pra produksi, produksi maupun pasca

produksi. Untuk bagian produksi, pengemasan, pemasaran serta administrasi dan

keuangan dilakukan oleh tenaga kerja dari luar keluarga namun masih dalam

pengawasan penuh pemilik. Meskipun perusahaan ini tidak menerapkan

bagian produksi dan pemasaran memilki tugas dan tanggung jawab yang telah

disepakati bersama. Pada perencanaan operasi didasarkan pada pendekatan Top Down diamana komando dilakukan langsung oleh pemilik perusahaan, sedangkan bagian yang lain mengikuti dan melaksanakan hal-hal yang telah direncanakan.

CV. Hanabio berproduksi untuk memenuhi pesanan dan stok untuk

persediaan perusahaan. Jika kapasitas pesanan telah terpenuhi, maka perusahaan

akan tetap berproduksi untuk stok barang perusahaan. Pada dasarnya manajemen

perusahaan berorientasi pada proses produksi dan pimpinan perusahaan

menerapkan standar kerja dimana tenaga kerja harus bekerja sesuai dengan target

produksi. Adanya target produksi ini terkadang menyebabkan jam kerja produksi

tidak konstan setiap harinya. Perusahaan melakukan sebuah perencanaan dan

pengendalian dimulai dari produksi hingga pemasaran produk. Pengendalian ini

dilakukan untuk mengawasi mutu serbuk instan jahe merah.

6.1.2 Pemasaran

Pemasaran dapat diartikan sebagai proses menetapkan, mengantisipasi,

menciptakan, memenuhi kebutuhan, keinginan pelanggan akan produk dan jasa.

Untuk mengenali kekuatan dan kelemahan pemasaran perusahaan maka diuraikan

melalui fungsi-fungsi pemasaran yaitu :

6.1.2.1 Analisis Pelanggan

Analisis pelanggan ini untuk mengevaluasi kebutuhan dan keinginan

beberapa pelanggan. Dalam pengumpulan informasi untuk mengenali keinginan

pelanggan, maka dilibatkan peran pelanggan CV. Hanabio. Perusahaan telah

memiliki beberapa pelanggan tetap yang berasal di sekitar kota Bogor. Pelanggan ini

juga berperan sebagai distributor yang membeli produk dari perusahaan dalam

beberapa konsumenya. Pelanggan ini adalah Apotik Deli I Bogor, Warung Taman

dan Terapi Herbal Pakuan. Ketiga pelanggan tersebut telah melakukan bentuk

kerjasama dengan perusahaan sejak perusahaan ini berdiri sekitar tahun 2005.

Pelanggan ini dinilai memiliki loyalitas yang cukup tinggi terhadap

perusahaan, hal ini terlihat dari kontinuitas pesanan produk yang dilakukan. Dalam

waktu sebulan pelanggan ini biasanya melakukan pesanan sebanyak dua sampai

tiga kali. Sekali pesanan berjumlah antara 75 - 100 bungkus minuman instan jahe

merah. Hal inilah yang sebenarnya menjadi peluang bagi perusahaan karena

adanya bentuk loyalitas yang tinggi dari salah seorang pelanggan.

6.1.2.2 Penjualan Produk

Penjualan suatu produk termasuk aktivitas pemasaran seperti promosi

penjualan. Bentuk kegiatan promosi penjualan sebenarnya telah dilakukan oleh

perusahaan terhadap produk minuman instan jahe merah secara baik. Perusahaan

aktif mencari konsumen tidak hanya menunggu pesanan, selain itu perusahaan

pernah mengikuti kegiatan pameran-pameran dagang usaha kecil dan menengah

yang diadakan oleh pemerintah setempat. Namun intensitas kegiatan pameran yang

diikuti perusahaan tergolong masih rendah, hal ini menyebabkan merek produk

perusahaan kurang dikenal oleh masyarakat di daerah Kota Bogor dan sekitarnya.

Data distributor dan penjualan CV. Hanabio dari tahun 2005 sampai tahun 2008

dapat dilihat pada Lampiran 11. 6.1.2.3 Produk

Dalam hal perencanaan produk, perusahaan telah memiliki kebijakan produk

yang meliputi keputusan perusahaan mengenai labelisasi atribut, pemberian merek,

pengemasan, dan layanan pendukung produk. Hasil olahan mesin giling dari

sangat halus. CV. Hanabio memberi merek dagang dengan nama “Taman Syifa”

yang artinya adalah taman tanaman obat-obatan untuk mengolah beberapa jenis

tanaman obat yang salah satunya adalah jahe merah yang dijadikan minuman

instan. Serbuk halus yang telah ada siap untuk dikemas di dalam kemasan plastik

bening dan kemasan kertas khusus yang dicetak dan didesain. Pada kemasan

plastik, berat serbuk tiap plastik adalah 50 gram. Setelah plastik di press, maka siap untuk dikemas lagi di dalam kemasan kertas yang berwarna coklat muda. Kemasan

kertas tersebut diberi label cetak dengan logo dan nama perusahaan yang berwarna

merah, komposisi bahan, nomor pengesahan dari Dinas Kesehatan dan tanggal

kadaluarsa.

Kemasan merupakan salah satu hal yang penting untuk menarik minat

konsumen terhadap produk yang ditawarkan. Pimpinan perusahaan berpendapat

bahwa kemasan untuk jahe merah yang terbuat dari kertas yang telah didesain di

percetakan tersebut rapi, bersih, dengan cap dan merek terlihat jelas, kemasan tidak

terlalu besar, tulisan dalam kemasan terlihat jelas, warnanya jelas dan terang, serta

kemasan tertutup rapat serta tidak berlubang.

Dalam hal pelabelan, kemasan minuman instan jahe merah tergolong cukup

lengkap jika dibandingkan pesaing seperti dari CV. Natural Jaya Bogor yang tidak

mencantumkan sertifikasi produk dari instansi terkait seperti dari Dinas Kesehatan

maupun Badan Pemeriksa Obat dan Makanan (BPOM), sehingga hal ini dapat

menjadi kekuatan bagi perusahaan untuk bersaing dalam memberikan kepercayaan

konsumen terhadap mutu produk yang ditawarkan.

6.1.2.4 Harga

CV. Hanabio menetapkan harga produk minuman instan jahe merah

produksi dan nilai keuntungan minuman instan jahe merah dalam sekali produksi

dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Biaya Produksi dan Keuntungan CV. Hanabio dalam sekali Produksi

No. Jenis Biaya Satuan

Harga Per Satuan (Rp) Jumlah Pemakaian Total Biaya (Rp) 1.

Biaya Bahan Baku :

Jahe Merah Gula Plastik Kemasan Kertas Lem Minyak Tanah Kilogram Kilogram Pak Rim Botol Liter 8.000,- 7.000,- 4.500,- 160,- 1.000,- 3.000,- 1 0.5 0.5 30 0.5 0.5 8.000,- 3.500,- 2.250,- 4.800,- 500,- 1.500,- 2.

Biaya Tenaga Kerja :

Bagian Produksi Bagian Pemasaran

Bagian Pengemasan dan Kontrol Bagian Administarsi dan Keuangan

Jam Jam Jam Jam 1.430,- 2.860,- 2.860,- 2.860,- 1.5 1.5 1.5 1.5 2.145,- 4.290,- 4.290,- 4.290,- 3. Biaya Operasional : Biaya Distribusi/Bensin Peralatan/Tempat Produk Bahan Bakar Mesin Listrik Rupiah Biji Liter Kwh 5.000,- 4.000,- 5.000,- 150,- 1 1 0.5 10 5.000,- 4.000,- 2.500,- 1.500,- 4. Total Biaya Yang Dikeluarkan

Sekali Produksi ( A )

Rupiah - - 48.565,-

5. Jumlah Yang Dihasilkan ( B ) 30

Bungkus 2.700,- - 81.000,-

6. Keuntungan (B – A) Rupiah - - 32.435,-

7 Keuntungan per Bungkus (B - A) : 30 Rupiah - - 1.243,- Sumber : CV. Hanabio, 2008

Harga jual satu kemasan minuman instan jahe merah adalah Rp 2.700,-

dengan tiap bungkus berisi 50 gram serbuk jahe merah. Dalam sekali produksi,

biasanya menghasilkan kurang lebih 30 bungkus minuman instan yang telah

dikemas. Total biaya yang diperlukan untuk satu kali produksi adalah sebesar

Rp. 48.565,- dan mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 32.435,-. Keuntungan per

bungkus yang diperoleh adalah sebesar Rp. 1.243,-. Rata-rata harga jual di tingkat

Nilai rata-rata persentase keuntungan yang diperoleh distributor dalam menjual

minuman instan jahe merah dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Nilai Rata-rata Persentase Keuntungan Distributor CV. Hanabio No. Nama Distributor Lokasi Harga Awal

(Rp)

Harga Jual (Rp)

Persentase (%)

1. Apotik Deli Bogor 2.700,- 3.500,- 29.6 2. Terapi Herbal Cipaku Bogor 2.700,- 3.000,- 11.1 3. Puti Bungsu Bogor 2.700,- 3.500,- 29.6 4. RM. Tirtayasa Depok 2.700,- 3.000,- 11.1 5. RM. Bundo Depok 2.700,- 3.000,- 11.1 6. Mini Market Slipi Jakarta 2.700,- 3.500,- 29.6 7. RM. Bambu Kuring Sukabumi 2.700,- 3.500,- 29.6 8. RM. Dadali II Cianjur 2.700,- 3.500,- 29.6

Rata-rata Keuntungan 22,66

Sumber : CV. Hanabio, 2008

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui nilai persentase rata-rata

keuntungan dari delapan distributor CV. Hanabio dalam menjual minuman instan

jahe merah sebesar 22,6 % dari harga jual yang ditetapkan perusahaan. Harga jual

yang ditawarkan CV. Hanabio relatif lebih murah apabila dibandingkan dengan

harga jual yang ditawarkan perusahaan pesaing. Hal ini menjadi kekuatan bagi

perusahaan karena konsumen pada umumnya selalu memilih harga jual produk

yang lebih murah. Harga jual yang ditawarkan oleh perusahaan lain yang menjual

minuman instan jahe merah dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Rata-rata Harga Jual Minuman Instan Jahe di Kota Bogor Tahun 2008

No. Nama Perusahaan

Rata-rata Harga Jual Kemasan 50 gram

(konversi) di Distributor

1. CV. Hanabio (Jenis Jahe Merah) Rp 3250,- 2. Unilever Cikarang Indonesia Jahe Wangi Rp 3400,-

3. Sido Muncul Rp 3450,-

4. Indo Tradicional Food and Beverage Solo Indonesia Rp 3750,-

5. Tresno Joyo Rp 3750,-

6. Jamu Jago Rp 3300,-

7. CV. Hidayah Rp 3400,-

8. CV. Natural Jaya Bogor Rp 3200,-

9. Herba Alam Solo Rp 3250,-

Harga rata-rata konsumen minuman instan yang ditetapkan oleh beberapa

perusahaan berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh perbedaan mutu produk dan

jenis rasa yang diminta. Dalam hal harga biasanya pedagang dibebaskan untuk

menentukan harga sesuai dengan daya beli konsumen di masing-masing daerah.

6.1.2.5 Distribusi

Sasaran utama dari pemasaran minuman instan jahe merah adalah

konsumen yang berada di Kota Bogor dan sekitarnya. Perusahaan saat ini sedang

memperluas daerah distribusinya ke beberapa daerah seperti Jakarta, Depok,

Tangerang dan Bekasi. Hanya penjualan untuk beberapa daerah tersebut masih

dalam jumlah yang sangat terbatas. Perusahaan mendistribusikan produk melalui

tiga pola yaitu pertama perusahaan menyalurkan produknya ke pembeli partai besar,

kemudian disalurkan ke tingkat pengecer dan dilanjutkan ke tingkat konsumen. Pola

saluran distribusi produki CV. Hanabio, dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Saluran Distribusi Minuman Instan Jahe Merah CV. Hanabio

Pada prakteknya, para pembeli partai besar dapat memesan minuman instan

jahe merah melalui telepon dan sesuai dengan permintaan maka produk tersebut

dikirimkan dengan menggunakan motor dan biaya tranportasi ditanggung oleh

perusahaan. Namun terkadang pembeli partai besar tersebut yang datang ke

Produsen

Distributor Konsumen I

Pengecer Konsumen II

Konsumen III Pengecer

perusahaan untuk mengambil sendiri pesanan. Harga di tingkat produsen adalah

Rp.2700,- dan langsung diterima oleh pelanggan. Jika pelanggan menjual lagi di

pengecer maka harga rata-rata yang ditawarkan adalah Rp. 3000,-. Selanjutnya jika

dijual di tingkat konsumen akhir biasanya mencapai Rp.3500,- sampai Rp.4.000,-

Pada pola saluran yang kedua perusahaan menjual produknya ke tingkat

pengecer dan dilanjutkan ke tingkat konsumen. Tingkat pengecer tersebut adalah

seperti rumah makan atau restoran, warung kecil, toko dan swalayan, serta

koperasi. Sedangkan pada pola saluran yang ketiga, perusahaan menjual produknya

langsung kepada konsumen yang datang ke perusahaan atau melalui pesanan.

6.1.3 Keuangan

Hal terpenting dalam memulai usaha adalah keberadaan modal. Keberadaan

modal yang memadai sangat mendukung perusahaan untuk meningkatkan kualitas

produk dan kapasitas produksi serta pengembangan usaha. Kemampuan

perusahaan dalam mendapatkan modal dinilai menjadi masalah karena hingga saat

ini perusahaan belum mendapatkan bantuan modal dari pihak manapun seperti

contohnya adalah dari pihak bank. Selama ini perusahaan hanya memiliki modal

perusahaan yang berasal dari pemilik perusahaan sendiri.

Strategi perusahaan langsung yang diterapkan perusahaan menghasilkan

keuntungan yang digunakan untuk membantu perusahaan dalam hal modal kerja.

Walaupun perputaran modal relatif cepat dan stabil, pimpinan perusahaan merasa

modal yang ada saat ini masih kurang untuk mengembangkan usahanya.

Perusahaan mengalami kesulitan untuk mendapatkan bantuan modal dari pihak

bank, karena rata-rata dari pihak bank memberikan bantuan dengan meminta

dapat menyanggupinya dan menanggungnya mengingat perusahaan tersebut baru

berdiri dan tingkat keuntungan yang dimiliki perusahaan masih relatif rendah.

Perusahaan masih memerlukan modal untuk memperluas tempat usaha atau

mencari tempat baru yang lebih layak dijadikan pabrik pembuatan minuman instan

selain di perumahan, membeli motor dan mobil untuk memperluas pasar yang ada

dan menambah tenaga kerja. Hal ini menjadikan kelemahan perusahaan untuk

dapat mengembangkan usahanya pada industri minuman instan.

Perusahaan juga memiliki keterbatasan dalam hal pembukuan dan

administrasi. Hal ini disebabkan karena tidak dimilikinya sumber daya manusia yang

cukup ahli dalam pengelolaan keuangan. Perusahaan juga beranggapan bahwa

semua biaya produksi yang dikeluarkan dan keuntungan yang diperoleh dapat

diperkirakan tanpa harus membuat pembukuan yang jelas dan pedoman pada

prinsip akuntasi. CV. Hanabio, hanya mencatat transaksi dalam bentuk nota-nota

namun nota-nota tersebut terkadang tidaklah tersimpan dengan baik. Oleh karena

itu, pengelolaan sumber dana yang dimiliki tidak digunakan secara efektif untuk

pengembangan usaha, melainkan banyak digunakan untuk hal-hal yang tidak

berkaitan dengan produksi perusahaan. Hal ini menjadi kelemahan perusahaan

karena tidak ada data-data yang jelas mengenai biaya produksi yang dikeluarkan

perusahaan serta nilai keuntungan dan kerugian dari penjualan minuman instan

tersebut.

6.1.4 Produksi dan Operasi

Keberadaan dan akses bahan baku sangat diperlukan bagi kelangsungan

produksi setiap perusahaan. Bahan baku utama yang sangat dibutuhkan

perusahaan tidaklah mengalami hambatan dan kesulitan yang berarti dalam

memperoleh bahan baku utama yaitu rimpang jahe merah.

Rimpang jahe merah sebagai bahan baku utama yang paling sering dipesan

dan digunakan dalam jumlah yang sangat besar umunya selalu tersedia sepanjang

waktu. Jenis jahe merah tersebut selalu tersedia di beberapa pasar di pusat Kota

Bogor seperti Pasar Bogor dan Pasar Anyar. Perusahaan biasanya membeli bahan

baku sekitar 5 sampai 15 kilo dalam seminggu tergantung pesanan. Sejak

perusahaan pertama kali berdiri telah menjalin hubungan baik dengan beberapa

pemasok jahe merah terutama penjual di Pasar Bogor dan Pasar Anyar. Hubungan

ini terlihat pada saat pemasok selalu menyiapkan rimpang jahe merah untuk

ketersediaan perusahaan tersebut.

Strategi yang diterapkan perusahaan adalah melakukan produksi tidaklah

berdasarkan pesanan saja. Setelah pesanan terpenuhi, perusahaan tidak berhenti

untuk berproduksi selama bahan baku tersedia dan perusahaan tetap berproduksi

untuk memenuhi kebutuhan stok. Perusahaan juga belum mengoptimalkan

penggunaan peralatan semimodern untuk proses produksinya. Sebagian besar

peralatan yang digunakan dalam proses produksi masih membutuhkan banyak

tenaga kerja dari tangan manusia, sehingga perusahaan belum mampu

mengoptimalkan kapasitas produksi yang dimiliki.

6.1.5 Sumber Daya Manusia

Tenaga kerja adalah salah satu faktor produksi yang penting dalam

menjalankan statu usaha, karena berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan

perusahaan dan efisiensi kerja serta penekanan biaya produksi dipengaruhi oleh

faktor ini. Kemampuan perusahaan dalam menarik dan mempertahankan tenaga

bertahan dan berkembang. Oleh karena itu, perusahaan dalam menentukan lokasi

harus dekat dengan daerah yang tersedia cukup tenaga kerja (Assauri, 1993).

Dalam hal ini identifikasi faktor sumber daya manusia meliputi proses

perekrutan dan penempatan tenaga kerja, karakteristik tenaga kerja operasional dan

kompetensi tenaga kerja tersebut.

6.1.5.1 Perekrutan dan Penempatan Tenaga Kerja

Menurut pihak manajemen CV.Hanabio, perekrutan tenaga kerja tidak

menerapkan proses khusus yang terstruktur. Jika perusahaan membutuhkan tenaga

kerja, biasanya pihak perusahaan mendapatkan tenaga kerja yang berasal dari

mitra pekerja dalam perusahaan tersebut, sehingga perusahaan dapat mempercayai

sepenuhnya kecakapan tenaga kerjanya. Dengan tersedianya jumlah tenaga kerja

yang memadai serta berasal dari daerah sekitar lokasi perusahaan, akan

mempermudah perusahaan dalam memperoleh tenaga kerja dan mengurangi biaya

yang dikeluarkan dalam proses perekrutan tenaga kerja. Selain itu perusahaan

menganggap bahwa tenaga kerja yang berasal dari daerah sekitar memiliki

kemampuan yang sama dengan daerah yang lain. Hal tersebut disebabkan karena

dengan merekrut tenaga kerja yang berasal dari daerah sekitar, perusahaan akan

lebih mengetahui kebiasaan dan sikap calon pekerja tersebut serta perusahaan juga

dapat menetapkan tingkat upah yang lebih rendah. Kemudahan dalam mendapatkan

tenaga kerja terampil yang dibutuhkan oleh CV. Hanabio adalah suatu kekuatan

perusahaan. Kekuatan lain adalah adanya tiga tenaga kerja yang merupakan lulusan

perguruan tinggi. Hal ini menguntungkan bagi perusahaan karena tingkat

manajerialnya yang cukup baik meskipun kurang dan tidak berpengalaman dalam

Menurut Mangkuprawira (2003), salah satu cara untuk menjadikan agar

karyawan menjadi produktif dan efektif adalah dengan cara memberi program

pelatihan. Pelatihan bagi karyawan adalah sebuah proses mengajarkan

pengetahuan dan keahlian tertentu serta sikap agar karyawan semakin terampil

serta mampu melaksanakan tanggung jawabnya dengan semakin baik dan sesuai

dengan standar. Ada beberapa maksud utama dari diadakanya pelatihan, yaitu

memperbaiki kinerja, meningkatkan keterampilan karyawan dan menghindari atau

meminimalisir kerusakan manajerial.

6.1.5.2 Karakteristik Tenaga Kerja Operasional

Tenaga kerja operasional CV. Hanabio adalah tenaga kerja yang menangani

proses pengolahan secara langsung. Tenaga kerja ini terdiri dari beberapa tenaga

kerja tetap, dan tidak ada tenaga kerja yang tidak tetap (borongan). Tenaga kerja

operasional perusahaan berasal dari lulusan sarjana satu orang menangani bagian

administrasi dan keuangan, dua orang lulusan sarjana muda atau diploma yang

menangani bagian pengemasan, pengkontrolan barang dan pemasaran. Tenaga

kerja yang menangani bagian produksi berasal dari daerah sekitar yang merupakan

lulusan sekolah menengah pertama. Pada dasarnya beberapa tenaga kerja tersebut

tidaklah memiliki pengalaman dalam hal bisnis, karena ketiga sarjana tersebut

tidaklah berlatar belakang pendidikan bisnis.

Keterampilan karyawan masih sangat rendah, hal ini merupakan salah satu

kelemahan perusahaan. Tenaga kerja yang memiliki keterampilan yang sangat

tinggi, dapat membantu kinerja manajemen perusahaan menjadi lebih baik. Menurut

Ravianto dalam Anugerah (2007), bahwa peningkatan produktivitas kerja dapat

mendatangkan keuntungan dalam proses produksi, maka semakin tinggi

perusahaan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja karyawan,

yaitu kualitas dan kemampuan fisik karyawan, termasuk di dalamnya pendidikan,

latihan, motivasi kerja, sikap mental dan fisik.

6.1.5.3 Kompensasi Kerja

Pada perusahaan CV. Hanabio, sistem kompensasi tergantung pada jenis-

jenis pekerjaanya. Pembagian kerja pada perusahaan ini terdiri dari bagian produksi,

pengemasan dan pengontrolan, pemasaran dan admisnistrasi keuangan. Waktu

kerja yang digunakan dalam proses produksi pagi hingga sore hari. Tambahan

kompensasi kerja hanya diberikan pada bagian produksi dan pemasaran saja. Pada

bagian produksi terkadang sering melembur jika pesanan sedang meningkat.

Sedangkan pada bagaian pemasaran yang terfokus mencari agen atau bagian

distribusi produk, semakin tinggi tingkat penjualan semakin tinggi pula nilai

kompensasi yang diperoleh di luar upah tetapnya. Umumnya perusahaan

memberikan kompensasi sekitar Rp. 20.000 sampai Rp. 25.000 dengan lama

bekerja sekitar 7 jam kerja per hari.

Dokumen terkait