• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

VI.2 Perencanaan Strategis Sistem Informasi Berdasarkan Tahapan Kerangka Kerja Yang Diusulkan Kerangka Kerja Yang Diusulkan

VI.2.2 Tahap 2 : Memahami Kebutuhan Bisnis Organisasi dan Informasi Untuk memahami kebutuhan bisnis GSD saat ini, diperlukan identifikasi Untuk memahami kebutuhan bisnis GSD saat ini, diperlukan identifikasi

2. Analisis Lingkungan Eksternal PT Graha Sarana Duta (GSD)

Analisis lingkungan eksternal yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis PEST dan Analisis Porter’s Five Forces.

a) Analisis PEST

Analisis PEST merupakan analisis terhadap kekuatan eksternal yang dapat mempengaruhi proses bisnis. Faktor-faktor eksternal itu adalah Politik, Ekonomi, Sosial dan Teknologi. Dengan mengenali dan mengevaluasi peluang dan ancaman eksternal, perusahaan akan mampu mengembangkan visi dan misi sebagai dasar strategi yang tepat untuk mencapai sasaran jangka panjang. Berikut hasil analisis PEST pada GSD :

1. Politik

Pengaruh politik dan hukum serta kebijakan pemerintah di dunia bisnis memberikan dampak yang sangat besar. Adapun pengaruh-pengaruh yang memberikan dampak langsung terhadap bisnis GSD adalah sebagai berikut :

61 • Keputusan Menteri Tenaga Kerja Indonesia Nomor : KEP.100/MEN/VI/2004

tentang Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu

Dalam Keputusan Menteri Tenaga Kerja Indonesia Nomor : KEP.100/MEN/VI/2004 tentang Ketentuan Pelaksanaan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, mengatur tentang pengangkatan tenaga kerja waktu tertentu (TKWT) menjadi pegawai tetap setelah kurun waktu tertentu. PSM (Property Services Management) merupakan unit bisnis GSD yang melakukan pekerjaan pengelolaan gedung secara parsial seperti jasa cleaning service, securities (satpam), mechanical engineering, dan lain-lain. Adapun tenaga kerja yang digunakan oleh GSD sebagian besar adalah tenaga kerja waktu tertentu (TKWT). PSM adalah unit bisnis yang padat karya. Untuk beberapa tahun terakhir ini, jasa layanan PSM GSD berkembang dengan pesat. Namun, pesatnya perkembangan jasa layanan PSM ternyata tidak berbanding lurus dengan net profit yang dibukukan oleh GSD. Ditinjau dari Kontribusi Net Profit per bisnis unit, Pengelolaan Gedung adalah penyumbang Net Profit GSD yang tertinggi dengan kontribusinya 89.2%. Selanjutnya, bisnis PSM dan bisnis Konstruksi masing-masing memberikan Kontribusi Net Profit yang terendah, yaitu -4.2% dan -1.6% terhadap Net Profit GSD. Artinya, bisnis PSM dan Konstruksi mengurangi net profit GSD yang dihasilkan oleh unit bisnis Pengelolaan Gedung dan Penyewaan Gedung (tabel 1). Merujuk pada Keputusan Menteri tersebut di atas, maka setelah kurun waktu tertentu TKWT harus diangkat menjadi pegawai tetap. Sementara di sisi lain, unit bisnis ini tidak memberikan kontribusi net profit yang positif.

62 Tabel 6.1 Kontribusi Net Profit Bisnis Unit GSD

Bisnis Unit GSD Kontribusi Pendapatan (%) EBITDA Margin (%) Net Profit Margin (%)

Kontribusi Net Profit Per Bisnis Unit Terhadap Net

Profit GSD (%) EBITDA Margin Net Profit Margin 1. Pengelolaan Gedung 71.0 23 11 16.0 8.0 89.2 2. Penyewaan Gedung 13.4 44 11 5.9 1.5 16.5 2a Multimedia Jakarta 10.9 44 17 4.8 1.9 21.1 2b. GICC Surabaya 2.5 42 -16 1.0 -0.4 -4.6

3. Property Services Management 10.8 1 -3 0.2 -0.4 -4.2

a Batam 3.0 -18 -17 -0.6 -0.5 -5.6 b Jakarta 7.4 10 2 0.7 0.2 1.9 c Surabaya 0.4 -8 -11 0.0 0.0 -0.5 4. Konstruksi 4.8 2 -2 0.1 -0.1 -1.6 a Area I 0.1 -5 -7 0.0 0.0 -0.1 b Area II 2.7 -1 -5 0.0 -0.1 -1.4 c Area III 0.9 6 0 0.1 0.0 0.0 d Area IV 1.1 4 -1 0.0 0.0 -0.1 TOTAL 100.0 22.1 8.9 100.0

Kontribusi Per Bisnis Unit (%)

Sumber : PT. GSD dan Riset Cushman & Wakefield, 2008 • Kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP)

Selain kebijakan pemerintah yang tertuang dalam Keputusan Menteri tersebut di atas, kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) juga sangat mempengaruhi bisnis GSD, terutama bisnis padat karya seperti PSM, sementara GSD membayar upah TKWT sesuai dengan UMP yang ditetapkan oleh pemerintah provinsi. Hal ini jelas secara langsung mempengaruhi pendapatan GSD dari unit bisnis PSM, dimana unit bisnis ini tidak membukukan net profit yang positif.

Upah Minimum Provinsi untuk tahun 2011 telah ditetapkan oleh Pemerintah Kota/Daerah di setiap tingkat pemerintahan (Propinsi, Kabupaten/Kotamadya) dibantu oleh Dewan Pengupahan. Secara nasional, UMP tahun 2011 mengalami kenaikan rata-rata sebesar 8,69 persen dibandingkan UMP

63 tahun 2010. Tabel 6.2 menunjukkan rincian Upah Minimum Provinsi (UMP) di 33 provinsi di seluruh Indonesia.

Tabel 6.2 Upah Minimum Provinsi

No. Provinsi Upah Minimum Provinsi (UMP) Naik Naik

2010 (Rp) 2011 (Rp) (Rp) (%) 1 Nanggroe Aceh Darusalam 1,300,000 1,350,000 50,000 3.85% 2 Sumatera Utara 965,000 1,035,500 70,500 7.31% 3 Sumatera Barat 940,000 1,055,000 115,000 12.23% 4 Riau 1,016,000 1,120,000 104,000 10.24% 5 Kepulauan Riau 925,000 975,000 50,000 5.41% 6 Jambi 900,000 1,028,000 128,000 14.22% 7 Sumatera Selatan 927,825 1,048,440 120,615 13.00% 8 Bangka Belitung 910,000 1,024,000 114,000 12.53% 9 Bengkulu 780,000 815,000 35,000 4.49% 10 Lampung 767,500 855,000 87,500 11.40% 11 Jawa Barat 671,500 732,000 60,500 9.01% 12 DKI Jakarta 1,118,009 1,290,000 171,991 15.38% 13 Banten 955,300 1,000,000 44,700 4.68% 14 Jawa Tengah 660,000 675,000 15,000 2.27% 15 Yogyakarta 745,694 808,000 62,306 8.36% 16 Jawa Timur 630,000 705,000 75,000 11.90% 17 Bali 829,316 890,000 60,684 7.32%

18 Nusa Tenggara Barat 890,775 950,000 59,225 6.65%

19 Nusa Tenggara Timur 800,000 850,000 50,000 6.25%

20 Kalimantan Barat 741,000 802,500 61,500 8.30% 21 Kalimantan Selatan 1,024,000 1,126,000 102,000 9.96% 22 Kalimantan Tengah 986,590 1,134,580 147,990 15.00% 23 Kalimantan Timur 1,002,000 1,084,000 82,000 8.18% 24 Maluku 840,000 900,000 60,000 7.14% 25 Maluku Utara 847,000 889,350 42,350 5.00% 26 Gorontalo 710,000 762,500 52,500 7.39% 27 Sulawesi Utara 1,000,000 1,050,000 50,000 5.00% 28 Sulawesi Tenggara 860,000 930,000 70,000 8.14% 29 Sulawesi Tengah 777,500 827,500 50,000 6.43% 30 Sulawesi Selatan 1,000,000 1,100,000 100,000 10.00% 31 Sulawesi Barat 944,200 1,006,000 61,800 6.55% 32 Papua 1,136,500 1,403,000 266,500 23.45% 33 Papua Barat 1,210,000 1,410,000 200,000 16.53% Sumber: Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans)

64 Ketentuan ini mengharuskan GSD untuk mengambil langkah strategis terkait unit bisnis ini. Setidaknya GSD perlu melakukan redefinisi terhadap unit bisnis ini, pekerjaan mana saja yang perlu dipertahankan dan yang tidak perlu untuk dilanjutkan. Selain itu, GSD bisa melakukan outsourcing usaha PSM pada pekerjaan cleaning service, security dan M/E. Dimana pekerjaan-pekerjaan tersebut adalah pekerjaan yang padat karya.

• Peraturan Presiden Republik Indonesia No.8 Tahun 2011 Tentang Tarif Tenaga Listrik Yang Disediakan Oleh Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perusahaan Listrik Negara

Tarif Tenaga Listrik 2010 (TTL) 2010 berlaku mulai tanggal 1 Juli 2010. Dengan demikian pemakaian listrik per tanggal 1 Juli 2010 sudah menggunakan perhitungan tarif tenaga listrik yang baru menggantikan Tarif Tenaga Listrik 2004. Aturan ini tertuang dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia No.8 Tahun 2011 Tentang Tarif Tenaga Listrik Yang Disediakan Oleh Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perusahaan Listrik Negara. Dalam peraturan tersebut, ditetapkan bahwa untuk Pelanggan Rumah Tangga (R) rata-rata kenaikan TDL ditetapkan sebesar 18%. Untuk Kelompok Pelanggan Kelas Bisnis (B) rata-rata kenaikan TDL ditetapkan sebesar 12-16%. Sedangkan untuk Kelompok Pelanggan Industri (I) rata-rata kenaikan TDL ditetapkan sebesar 6-15%.

Kenaikan TDL secara langsung mempengaruhi bisnis GSD, dimana sebagai perusahaan yang bermain di industri properti, GSD memiliki unit bisnis yang bergerak di bidang Penyewaan dan Pengelolaan Gedung. Naiknya TDL, maka akan menambah biaya operasional gedung.

65 2. Ekonomi

Adapun faktor-faktor ekonomi yang mempengaruhi perkembangan bisnis GSD adalah sebagai berikut :

• Pertumbuhan positif PDB per kapita mengindikasikan perbaikan daya beli secara umum untuk properti.

• Perekonomian Jakarta dan kota besar lain di Indonesia yang berorientasikan jasa atau pelayanan mendorong permintaan yang besar untuk fasilias-fasilitas komersial.

• Dominasi sektor jasa dan real estat pada investasi baru di Jakarta dan kota besar lainnya di Indonesia, baik dari domestik maupun asing, diharapkan akan mendorong iklim bisnis di kota tersebut dan mendorong permintaan untuk properti.

• Kenaikan harga minyak tahun 2008 dan dampak akan resesi global dari krisis perumahan di Amerika telah menekan pertumbuhan ekonomi di Indonesia tahun 2008 – 2009. Pada akhirnya akan mengurangi permintaan terutama properti komersial

• Untuk menahan gejolak rupiah pada akhir 2008 pemerintah terpaksa menaikkan tingkat suku bunga. Kenaikkan suku bunga ini jelas mempunyai dampak negatif terhadap investor properti dan konsumen properti yang mengandalkan kredit kepemilikan properti. Dampak ini dirasakan sampai tahun 2009, terutama mereka yang berada di kalangan bawah sampai menengah. Untuk tahun-tahun mendatang diharapkan geliat ekonomi di Indonesia mulai pulih dari dampak resesi global sehingga iklim pasar properti kembali sehat.

66 3. Sosial

Dalam dunia bisnis properti, jumlah penduduk adalah faktor sosial yang memberikan dampak yang cukup besar pada industri. Adapun faktor yang terkait kependudukan yang mempengaruhi bisnis properti adalah sebagai berikut :

• Jumlah penduduk yang besar di Indonesia menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara konsumen terbesar didunia

• Kepadatan penduduk yang tinggi di kota-kota besar di Indonesia seperti Jakarta mendukung pertumbuhan properti komersial dan high-rise residential, terutama di lokasi yang strategis.

4. Teknologi

Peranan sistem teknologi informasi telah banyak bergeser sejak dari awalnya. Mulai dari peranannya untuk efisiensi, yaitu menggantikan manusia dengan teknologi informasi yang lebih efisien sampai ke peranannya untuk efektifitas yaitu menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan manajemen yang efektif. Sekarang, peranan sistem teknologi informasi tidak hanya untuk efisiensi dan efektifitas, tetapi sudah untuk kompetisi. Sistem teknologi informasi sekarang digunakan sebagai senjata kompetisi (competitive weapon) yang ampuh untuk memenangkan persaingan (Hartono, 2008). Pemanfaatan kemajuan teknologi dapat menciptakan keunggulan bersaing yang lebih berdaya guna bagi GSD dibandingkan keunggulan yang sudah ada, meningkatkan kinerja perusahaan dalam proses bisnisnya sehingga mampu memberikan pelayanan yang berkualitas kepada pelanggan dan dapat menghubungkan antara divisi yang satu dengan divisi yang lain.

67 World Wide Web (WWW) dapat memberikan kesempatan dan juga hambatan kepada GSD. Kesempatan yang dapat diraih adalah kumpulan informasi yang terdapat di WWW begitu luas. Bila GSD dapat memanfaatkan kontribusi informasi menjadi paket-paket informasi yang terencana bagi pihak luar, maka informasi tersebut menjadi berguna.

Di sisi lain, kemajuan dan perkembangan teknologi yang cepat dapat menjadi hambatan bagi GSD, yang dapat ditanggapi dengan dua cara, yaitu :

Berusaha proaktif menyesuaikan kemajuan dan perkembangan teknologi dengan kebutuhan organisasi dalam hal ini GSD. Untuk hal ini, maka GSD harus melakukan evaluasi kemampuan SDM dan survey/observasi kebutuhan dunia industri secara periodik.

Melakukan pembenahan dan pembaruan infrastruktur. Dimana faktor biaya adalah kendala utama yang dihadapi oleh organisasi saat akan mengadopsi sistem dan teknologi informasi. Perkembangan teknologi biasanya terdapat pada perangkat keras dan perangkat lunak. GSD perlu memperhatikan kemampuan finansial untuk pembaruan perangkat keras dan perangkat lunak tersebut yang disesuaikan dengan strategi sistem informasi yang direncanakan.

b) Analisis Lima Ancaman Porter (Porter’s Five Forces)

Untuk menganalisis situasi lingkungan eksternal yang mungkin dihadapi digunakan teknik analisis eksternal dengan model Porter’s Five Forces. Analisis ini menggunakan 5 (lima) kekuatan yang mempengaruhi posisi GSD dalam dunia jasa properti untuk meningkatkan kemampuan perusahaan dalam melihat peluang positif serta meningkatkan kemampuan kompetitif (competitive advantage). Analisis lima ancaman Porter ini digambarkan pada Gambar 6.1.

68 Gambar 6.1 Analisis Lima Ancaman Porter

Dalam analisis ini, faktor yang perlu diperhatikan antara lain, ancaman dari pendatang baru, kompetitor dari perusahaan sejenis, daya tawar pemasok, daya tawar konsumen dan adanya substitusi atas layanan jasa properti.

1) Pesaing-pesaing yang telah ada (Rivalry among existing competitors)

Dokumen terkait