II. TINJAUAN PUSTAKA
4.2. Analisis Lingkungan Internal
Menurut Kotler (1997), pengidentifikasian faktor internal dapat memberikan gambaran kondisi suatu perusahaan. Setidaknya ada dua bagian pada faktor internal perusahaan yang dapat menentukan posisi persaingan perusahaan, yaitu kekuatan dan kelemahan. Analisis faktor internal berfungsi memberikan gambaran mengenai kekuatan dan kelemahan, kemudian bagaimana perusahaan dapat menghindari ancaman yang berasal dari eksternal perusahaan dengan kekuatan yang dimiliki perusahaan dan kelemahan perusahaan dapat diminimalkan dengan melihat peluang yang terdapat pada faktor eksternal perusahaan.
Secara tradisional, aspek-aspek lingkungan internal perusahaan yang hendaknya diamati salah satunya dapat dilihat dari pendekatan fungsional. Pendekatan fungsional terdiri atas pemasaran, keuangan, produksi dan operasi, Sumberdaya Manusia (SDM) dan Sistem Informasi Manajemen (SIM).
4.2.1 Pemasaran
Pangsa pasar (market share) terbesar produsen mi instan di Indonesia masih ditempati oleh Indofood sebesar 88 persen. Sisanya sebesar 12 persen diperebutkan oleh merek-merek mi instan lainnya termasuk oleh PT. X. Berdasarkan riset CIC pada tahun 2000, pangsa pasar PT X adalah sebesar 2,4 persen. Suatu perolehan yang sangat kecil bila dibandingkan dengan pangsa pasar Indofood. Adapun pesaing utama PT X selain Indofood adalah PT. ABC dan PT. Karunia Alam Segar (produsen Mi Sedaap) yang merupakan pendatang baru yang sangat potensial dalam industri mi instan.
Dalam upaya mempertahankan dan meningkatkan pangsa pasar di tengah situasi persaingan yang semakin kompetitif, PT X melakukan berbagai usaha pemasaran yang cukup efektif. Usaha-usaha yang dilakukan adalah melakukan inovasi produk PT X dengan variasi rasa baru, yaitu rasa Kari Melayu dan Mi Goreng Abon. Selain Kari Melayu dan Abon, ada beberapa jenis variasi rasa produk PT X yang lainnya, yaitu produk PT X rasa ayam spesial dengan minyak bawang, produk PT X rasa kaldu ayam dengan bumbu kaldu, produk PT X rasa ayam bawang dengan minyak bawang, produk PT X rasa ayam bawang plus dengan sambal cabe asli, produk PT X rasa soto mi dengan minyak soto, produk PT X rasa soto mi plus dengan sambal cabe asli, produk PT X goreng reguler dengan kecap manis dan cabe, produk PT X goreng ala Jawa.
Diferensiasi rasa merupakan kekuatan bagi produk PT X, karena berbagai rasa yang ditampilkan telah sesuai dengan keinginan dan selera konsumen, sehingga ketika semua variasi rasa tersebut diluncurkan mendapat sambutan yang hangat oleh para pelanggan. Untuk menghasilkan inovasi rasa baru, divisi Research and Development bekerjasama dengan
38
divisi Pemasaran memonitor terus-menerus perkembangan selera konsumen sehingga inovasi rasa yang dihasilkan benar-benar mewakili selera konsumen. Kekuatan perusahaan di bidang pemasaran yang berasal dari aspek produk adalah citra merek dagang yang digunakan.
Dengan brand PT X, perusahaan telah berhasil menanamkan citra produk Islami yang halal pada konsumen. Respon konsumen terhadap produk PT X sangatlah positif, penjualan PT X walaupun berfluktuasi namun tetap menunjukkan trend yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Dengan mengutamakan mutu produk, perusahaan telah berhasil dalam mempertahankan mutu produk, sehingga produk PT X dalam hal rasa, kehigienisan dan kehalalan dikenal memiliki mutu yang cukup baik dan mampu bersaing di pasar.
Mutu yang sangat baik dari produk PT X ini ditunjang oleh kinerja
Quality Contol yang baik pula, dimana dalam hal ini pengendalian mutu produk PT X sudah meningkat ke Quality Assurance (QA). QA merupakan kontrol kualitas tidak hanya dilakukan oleh divisi produksi secara internal tapi juga dilakukan pengecekan ulang oleh divisi non produksi, dengan demikian diharapkan lebih ada kepastian bahwa kualitas produk sesuai dengan standar yang ditentukan.
Hal tersebut menjadi komitmen perusahaan untuk memberikan nilai yang lebih bagi pelanggan dalam mengkonsumsi produk PT X. Perusahaan juga melakukan perubahan pada slogan produk PT X dari produk PT X "Mi Praktis" yang lebih menekankan pada kepraktisan penyajian menjadi produk PT X "Enak dan Halal" yang lebih menekankan pada cita rasa produk PT X yang dahsyat dan mantap serta enak dan halal untuk dikonsumsi oleh berbagai lapisan masyarakat.
Sumber kekuatan lainnya berasal dari aspek harga, dimana penetapan harga sesuai dengan rataan harga di pasaran dan mutu produk yang ditawarkan. Ketika perusahaan memutuskan untuk memperluas segmen pasar ke segmen menengah ke atas yang lebih mementingkan mutu, perusahaan berani menetapkan harga yang cukup mahal untuk produk yang baru saja diluncurkan, yaitu Rp 1.000,- untuk produk PT X
Kari Melayu dan Rp 1.050,- untuk produk PT X Goreng Abon. Pertimbangan perusahaan menetapkan harga yang cukup mahal tersebut adalah karena mutu yang ditawarkan oleh X Kari Melayu dan Mi Goreng Abon lebih baik daripada jenis produk X sebelumnya. Akan tetapi pada kenyataannya peluncuran produk baru ini mendapatkan sambutan yang luas dari masyarakat.
Hal ini dapat dilihat dari data penjualan X Kari Melayu dan Goreng Abon yang semakin meningkat dan berhasil memenuhi target penjualan sebesar 9000 karton per minggu. Potongan harga dan bonus hadiah juga diberikan perusahaan kepada para pelanggan apabila membeli dalam jumlah tertentu. Walaupun demikian perusahaan tidak lepas dari tuntutan para pelanggan yang menginginkan harga yang lebih murah dengan mutu yang sama.
Kekuatan perusahaan dalam aspek produksi adalah kemudahan dan ketersediaan bahan baku. Dengan tersedianya bahan baku baik yang impor maupun lokal dengan harga yang bersaing, membuktikan bahwa perusahaan dapat menjanjikan kontinuitas dalam memasok produk terutama produk yang sudah terlebih dahulu dipesan. Untuk ketersediaan produk X di pasar, perusahaan masih mengalami kendala, yaitu belum optimal dan belum meratanya jaringan distribusi perusahaan. Sehingga untuk tempat-tempat tertentu yang sulit terjangkau oleh perusahaan produk X terkadang tidak tersedia. Armada dan jaringan distribusi perusahaan juga masih belum optimal menjangkau pelosok-pelosok wilayah tanah air, maka penjualan produk X hanya terkonsentrasi di kota-kota besar di Pulau Jawa, Sumatera dan sedikit menjangkau Indonesia bagian timur.
Dalam bidang promosi, perusahaan masih mengalami kesulitan. Promosi yang dilakukan oleh perusahaan masih terbatas, kurang intensif dan belum berkesinambungan. Hal ini berakibat langsung pada brand awareness dan brand loyalty masyarakat akan produk X masih lemah. Keterbatasan modal kerja (biaya) dan sumberdaya perusahaan merupakan penyebab utama dari masalah ini. Oleh karena itu, perusahaan harus benar- benar mencari cara yang paling jitu, efektif dan efisien dalam melakukan
40
kegiatan promosinya sehingga dapat mencapai target yang ditentukan sekaligus meminimumkan biaya.
Saat ini kegiatan promosi yang dilakukan perusahaan meliputi iklan melalui media elektronik seperti televisi, radio, media cetak, poster, dan media luar ruang. Untuk promosi penjualan, alat yang digunakan antara lain demonstrasi yang disebut "icip-icip", bazar, demo masak, serta pemberian hadiah. Pemilihan segmen pasar (segmentation), penentuan target pasar
(targeting) dan penentuan posisi pasar (positioning) perusahaan dirasakan masih belum fokus, efektif dan efisien serta belum jelas arahnya.
Saat ini fokus dari segmen pasar yang ditetapkan perusahaan belum jelas. Sebelum memutuskan untuk bermain pada pasar menengah ke atas, produk X bergerak di pasar menengah dan menengah ke bawah. Kemudian sebelumnya fokus perusahaan adalah untuk pasar konsumen muslim, akan tetapi sekarang pasar X diperuntukkan bagi masyarakat dengan berbagai latar belakang sosial budaya dan agama, jadi terlihat bahwa fokus penjualan belum jelas arahnya.
Dalam hal ini sebaiknya X memusatkan produk pada satu atau beberapa segmen pasar saja. Karena perusahaan tidak akan mampu untuk melayani pasar secara keseluruhan. Hal itu disebabkan karena kapasitas sarana usaha yang dimiliki tidak memungkinkan perusahaan untuk menjalankan tugas itu dan dirasakan tidak efisien untuk melayani pasar secara keseluruhan mengingat adanya keterbatasan dalam hal modal kerja perusahaan.
Dengan strategi pemasaran seperti ini perusahaan akan mempunyai lebih banyak peluang untuk menyesuaikan manfaat produk, strategi harga, distribusi dan promosi penjualan pada kebutuhan dan keinginan pembeli potensial. Dengan demikian harapan perusahaan membina kesadaran dan kesetiaan konsumen terhadap produk dan merek dagang juga lebih besar. Saat ini strategi positioning produk X didasarkan pada harga dan mutu
(price and quality positioning), yaitu positioning yang berusaha menciptakan kesan atau citra bermutu tinggi melalui harga tinggi.
Lokasi perusahaan dan pabrik yang strategis merupakan kekuatan bagi perusahaan. Keuntungan yang dapat diperoleh dari pemilihan lokasi tersebut antara lain kemudahan dalam transportasi, komunikasi, kelancaran bahan baku dan mengurangi pengangguran di sekitar lokasi pabrik akibat penyerapan tenaga kerja oleh perusahaan serta mendapatkan kondisi lingkungan yang baik karena jauh dari pencemaran polusi yang sangat dibutuhkan untuk pengolahan makanan yang mengutamakan kebersihan. Selain itu, lokasi pabrik merupakan daerah yang dianjurkan sebagai daerah pengembangan industri sehingga diharapkan dapat mengangkat kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat setempat.
4.2.2 Keuangan dan Akuntansi
Modal merupakan bagian terpenting dalam suatu usaha. Modal perusahaan PT X berasal dari kredit pinjaman Bank dan dari para pemegang saham, yaitu PT MD sebesar 80 persen dan lainnya sebesar 20 persen. Adapun kondisi keuangan perusahaan secara garis besar masih dikatakan baik walaupun lima tahun terakhir mengalami penurunan penjualan produk PT X. Akan tetapi penurunan penjualan ini dapat diimbangi dengan penjualan produk PT X Kari Melayu dan Mi Goreng Abon yang menunjukkan grafik yang semakin meningkat dari semenjak diluncurkan hingga sekarang.
Kemampuan perusahaan untuk memupuk modal dalam jangka pendek dan jangka panjang sebenarnya cukup baik, tetapi karena fluktuatifnya perkembangan nilai tukar rupiah terhadap dollar yang berpengaruh langsung terhadap biaya produksi perusahaan karena pasokan bahan baku sebagian besar adalah impor, mengakibatkan sulit bagi perusahaan untuk memupuk modal jangka pendek kecuali untuk jangka panjang. Kondisi ini dapat dimengerti oleh para pemegang saham sehingga hubungan baik dapat terus terjalin.
Dalam pengembangan kapasitas produksi dan menjalani kegiatan operasionalnya, perusahaan walaupun sudah mampu mencetak laba tetapi ada keterbatasan modal kerja, sehingga selain menggunakan modal sendiri,
42
perusahaan juga menggunakan modal pinjaman dari bank. Dalam hal pengelolaan keuangan dan modal, perusahaan sudah ditunjang dengan sistem akunting yang cukup baik untuk membantu kelancaran kegiatan usaha.
4.2.3 Operasi dan produksi
Proses produksi mi instan X yang dilengkapi dengan minyak/pasta dan bumbu bubuk, terdiri dari tiga alur proses produksi yaitu (1) alur proses produksi mi (noodle), (2) alur proses produksi bumbu minyak/pasta, dan (3) alur proses produksi bumbu bubuk. Untuk proses produksi mi melalui tujuh tahapan, yaitu (1) proses pencampuran, (2) proses pembuatan lembaran, (3) proses penyetiman, (4) proses pemotongan (5) proses penggorengan, (6) proses pendinginan dan (7) proses pengemasan.
Proses produksi bumbu minyak/pasta meliputi lima tahapan. Kelima tahapan tersebut adalah (1) Proses panghalusan (Grinding), (2) Proses penggorengan (Frying), (3) Proses pencampuran (Mixing), (4) Proses pendinginan (Cooling) dan (5) Proses pengemasan (Packing). Proses produksi bumbu bubuk meliputi tiga tahapan. Ketiga tahapan tersebut adalah (1) Proses penghalusan (Grinding), (2) Proses pencampuran
(Mixing) dan (3) Proses pengemasan (Packing).
Pengadaan bahan baku untuk produksi sudah dapat dikoordinasi dengan baik karena adanya jalinan hubungan yang baik dengan para pemasok dalam dan luar negeri sehingga proses produksi dapat berjalan dengan baik dan lancar sesuai jadwal. Bahan baku yang diimpor adalah tepung terigu dan bahan baku untuk bumbu bubuk. Untuk tepung terigu perusahaan mengimpor dari Australia, sedangkan dari dalam negeri perusahaan membeli dari PT. BDI di Sulawesi Selatan yang menjual tepung terigu dengan harga yang lebih murah dan mutu yang hampir sama.
Kapasitas Pabrik PT X di Jawa Barat adalah 500 ribu karton per bulan, dimana satu karton sama dengan 40 bungkus mi instan. Untuk memenuhi permintaan pasar yang cenderung meningkat, perusahaan selalu berusaha untuk meningkatkan jumlah produksi mi instan dalam kapasitas yang cukup besar yang dimiliki oleh perusahaan. Dan bila perusahaan tidak
mampu memenuhi jumlah permintaan karena keterbatasan kapasitas, maka pabrik perusahaan mengadakan perjanjian makloon dengan pabrik di Sumatera Utara dan Jawa Timur untuk bekerjasama dengan perusahaan membantu memproduksi mi instan produk PT X untuk dapat memenuhi permintaan pasar.
Banyaknya produksi yang dihasilkan tergantung dari jumlah pesanan yang diterima oleh perusahaan, dalam hal ini produksi perusahaan berdasarkan confirm weekly order (CWO). Artinya bahwa pesanan akan diterima oleh pihak pemesan dalam waktu satu minggu setelah pemesanan dilakukan. Pengendalian mutu atas produksi mi instanproduk PT X sudah berjalan cukup baik. Hal ini terbukti dengan adanya laboratorium yang menganalisa mutu mi instan yang telah dihasilkan.
4.2.4 Sumberdaya Manusia (SDM)
Saat ini PT X memiliki 350 orang karyawan pabrik dan 30 orang karyawan kantor pusat saat ini. Komposisi jenis kelamin terdiri dari 55 persen laki-laki dan 45 persen wanita. Untuk tingkat Direktur dan Kepala Divisi, jenjang pendidikan minimal adalah lulusan Sarjana (S1). Untuk buruh pabrik sebagian besar adalah lulusan SMA, SMP dan SD yang memiliki keterampilan yang baik dan dapat menyesuaikan diri dengan cara kerja yang ditetapkan perusahaan.
Kesadaran tentang perlunya SDM yang bermutu, program pengembangan SDM dilakukan perusahaan dengan cukup baik. Hal ini dibuktikan dengan adanya sistem pelatihan bagi karyawan baru dan adanya pengawasan profesional oleh tenaga-tenaga ahli yang berpengalaman dalam setiap proses produksinya. Selain itu perusahaan juga mengikutsertakan stafnya pada kegiatan pelatihan, seminar, dan lokakarya yang diselenggarakan oleh pihak luar, terutama yang diselenggarakan oleh Departemen Tenaga Kerja maupun instansi terkait.
PT X memperhatikan kesejahteraan karyawannya, diantaranya adalah dengan penetapan gaji atau upah yang terus disesuaikan atau memperhatikan UMR (upah minimum regional). Sistem pembayaran upah
44
atau gaji karyawan adalah setiap akhir bulan. Bagi karyawan juga diberikan tunjangan-tunjangan seperti Jamsostek, perawatan kesehatan yang berkaitan dengan kecelakaan kerja, makan, transport, dan tunjangan lainnya.
Selain itu juga untuk hari-hari besar atau hari raya, perusahaan memberikan hadiah atau bonus kepada karyawan. Perusahaan mengharapkan dengan adanya fasilitas yang diberikan dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawan dan loyalitasnya terhadap perusahaan. Komunikasi yang diterapkan perusahaan adalah komunikasi horisontal dan vertikal.
Jumlah waktu kerja bagi karyawan PT X sekitar 7 jam dari mulai pukul 08.30-17.00 dari Senin sampai Jum'at dengan waktu istirahat 1 jam. karyawan pabrik bekerja dalam dua shift kerja, yaitu shift pertama pukul 08.00-14.30 dan shift kedua pukul 14.30-22.00 dengan waktu lembur maksimal kurang lebih 23 jam dalam dua shift.
4.2.5 Sistem Informasi Manajemen (SIM)
Alat-alat informasi yang dimiliki oleh PT X adalah telepon, mesin fax, perangkat komputer. Dalam kegiatan operasionalnya sebagian besar sudah didukung oleh sistem informasi manajemen yang berbasis komputer. Namun demikian, dalam sistem informasi manajemen menjadi kelemahan perusahaan.
Kegiatan operasional penjualan dengan distributor utama serta dengan agen-agen yang ada dilakukan melalui telepon dan mesin faximile dan kegiatan transaksi ini sudah berjalan dengan lancar dan kontinyu. Perusahaan juga mengadopsi teknologi internet untuk memantau perkembangan industri mi instan dan pesaing yang ada dalam industri ini setiap saat.
4.3Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan