• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

4.3. Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan

Kekuatan perusahaan di bidang pemasaran adalah diferensiasi rasa mi instan yang sangat inovatif dan sesuai dengan keinginan dan selera

konsumen. Untuk menghasilkan inovasi rasa baru, divisi Research and Development bekerjasama dengan divisi Pemasaran memonitor terus menerus perkembangan selera konsumen sehingga inovasi rasa yang dihasilkan benar-benar mewakili selera konsumen.

Kekuatan perusahaan di bidang pemasaran yang berasal dari aspek produk adalah citra merek dagang yang digunakan. Dengan brand produk PT X, perusahaan telah berhasil menanamkan citra produk islami yang halal pada konsumen. Dengan mengutamakan mutu produk, perusahaan telah berhasil dalam mempertahankan mutu produk, sehingga produk PT X dalam hal rasa, kehigienisan dan kehalalan dikenal memiliki mutu yang cukup baik dan mampu bersaing di pasar.

Sumber kekuatan lainnya berasal penetapan harga yang bersaing, dimana penetapan harga yang dilakukan oleh perusahaan selalu disesuaikan dengan rata-rata harga di pasaran dan mutu (value) produk yang akan diberikan kepada konsumen. Kekuatan perusahaan dalam aspek distribusi adalah kemudahan dan ketersediaan bahan baku. Aksesibilitas bahan baku yang baik didukung oleh jalinan hubungan kerjasama yang sangat baik antara perusahaan dengan beberapa pemasok baik dalam maupun luar negeri.

Dengan tersedianya bahan baku baik yang impor maupun lokal dengan harga yang bersaing, membuktikan bahwa perusahaan dapat menjanjikan kontinuitas dalam memasok produk terutama produk yang sudah terlebih dahulu dipesan. Lokasi perusahaan dan pabrik yang strategis merupakan kekuatan bagi perusahaan. Keuntungan yang dapat diperoleh dari pemilihan lokasi tersebut antara lain kemudahan dalam transportasi, komunikasi, kelancaran bahan baku dan mengurangi pengangguran di sekitar lokasi pabrik akibat penyerapan tenaga kerja oleh perusahaan dan mendapatkan kondisi lingkungan yang baik karena jauh dari pencemaran polusi.

4.3.2 Kelemahan

Untuk ketersediaan produk (product availability) X di pasar, perusahaan masih mengalami kendala, yaitu masih lemah dan belum

46

optimalnya fungsi jaringan distribusi perusahaan dalam mendistribusikan produk X ke pasar sasaran. Hal ini disebabkan karena adanya keterbatasan dana dan sumberdaya (armada distribusi) perusahaan. Sehingga saat ini jaringan distribusi perusahaan belum merata menjangkau berbagai lapisan pedagang, terutama belum dapat menerobos dan eksis di pasar-pasar tradisional pada seluruh daerah pemasaran produk X. Oleh karena itu, untuk daerah-daerah yang tidak terjangkau jaringan distribusi perusahaan, produk X akan sulit ditemukan.

Promosi yang dilakukan oleh perusahaan masih terbatas, kurang intensif dan belum berkesinambungan. Hal ini berakibat langsung pada brand awareness dan brand loyalty masyarakat akan produk X masih lemah. Pemilihan segmen pasar, penentuan target pasar dan posisi pasarperusahaan dirasakan masih belum fokus sehingga perusahaan belum memiliki arah yang jelas.

Kelemahan lain adalah adanya keterbatasan modal kerja (biaya) dan sumberdaya perusahaan, sehingga perusahaan memilih kegiatan promosi yang efektif dan efisien serta dapat mencapai target yang ditentukan dan meminimumkan biaya. Saat ini produk X terlihat masuk hampir di setiap segmen pasar yang ada dan tidak terfokus atau terspesialisasi pada satu atau beberapa segmen pasar saja. Hal ini penting bagi perusahaan karena perusahaan tidak akan mampu untuk melayani pasar secara keseluruhan.

Selain itu, kapasitas sarana usaha yang dimiliki tidak memungkinkan perusahaan untuk menjalankan tugas tersebut dan dirasakan tidak efisien untuk melayani pasar secara keseluruhan mengingat adanya keterbatasan dalam hal modal kerja perusahaan. Oleh karena itu, dapat diidentifikasi kekuatan dan kelemahan yang dihadapi perusahaan dapat dilihat pada Tabel 15.

4.4Analisis Lingkungan Eksternal

Analisis lingkungan eksternal bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi kecenderungan-kecenderungan dan kejadian-kejadian yang berada di luar kontrol suatu perusahaan. Analisis lingkungan eksternal berfokus pada

penentuan faktor-faktor kunci yang menjadi ancaman dan peluang bagi perusahaan, sehingga memudahkan manajemen perusahaan untuk menentukan strategi-strategi dalam meraih peluang dan menghindari ancaman.

Analisis lingkungan eksternal dilakukan dengan menggunakan alat analisis PEST (Politik, Ekonomi, Sosial-Budaya dan Teknologi) serta analisis Persaingan Industri dengan menggunakan model Lima Kekuatan Bersaing Porter.

Tabel 15. Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan PT. X

Faktor Kekuatan Kelemahan

1. Pemasaran a. Citra merek baik b. Diferensiasi rasa mi

instan inovatif

c. Penetapan harga yang bersaing

a. Kegiatan promosi kurang intensif dan berkesinambungan. b. Brand awareness

dan Brand loyalty

terhadap merek produk PT X masih lemah c. Jaringan distribusi belum optimal d. Segmentasi, target

dan posisi pasar produk PT X belum fokus dan jelas e. Ketersediaan produk

di pasar belum optimal

2. Produksi d. Mutu produk terjamin

e. Aksesibilitas bahan baku baik

f. Lokasi perusahaan strategis

3. Keuangan f. Keterbatasan modal

kerja

4.4.1 Politik

Arah dan stabilitas faktor politik dan hukum merupakan

pertimbangan utama bagi para manajer perusahaan dalam

memformulasikan strategi yang diterapkan. Faktor politik dan hukum mendefinisikan parameter-parameter hukum dan bagaiman peraturan perusahaan harus beroperasi. Kendala-kendala politik diberlakukan

48

terhadap perusahaan melalui keputusan perdagangan yang wajar, program perpajakan, penentuan upah minimum, kebijakan polusi dan harga serta banyak tindakan lain yang bertujuan untuk melindungi karyawan, konsumen, masyarakat umum dan lingkungan, tetapi beberapa tindakan politik dan hukum juga didisain untuk memberikan manfaat dan melindungi perusahaan seperti hak paten, subsidi pemerintah dan lain sebagainya.

Kehidupan politik dan keamanan Indonesia saat ini sedang dihadapkan pada kondisi yang tidak stabil. Tingginya ketidakpastian hukum serta persaingan diantara para elit politik yang memanas menimbulkan kekhawatiran dunia usaha, khususnya para investor yang ingin menanamkan modalnya di Indonesia. Ketidakseriusan pemerintah dalam menangani berbagai konflik di Indonesia menimbulkan keraguan pada benak kalangan dunia usaha terhadap keamanan investor dalam melaksanakan kegiatan usahanya di Indonesia. Bagi Industri mi instan hal ini merupakan ancaman, karena keadaan ini akan mempersulit distribusi pasokan mi instan ke wilayah tersebut sehingga penjualan mi instan di wilayah tersebut dapat berkurang.

Sejak tahun 1997, kebijakan pemerintah tentang liberalisasi serta deregulasi industri tepung terigu telah dimulai. Hambatan masuk ke Industri ini telah dicabut untuk memberikan kesempatan bagi importir umum untuk mengimpor gandum dan terigu secara langsung. Sebagai ilustrasi, tarif telah diturunkan menjadi 10 persen dan turun menjadi 5 persen pada tahun 2003, dengan diberlakukannya kebijakan pemerintah ini maka perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam industri pengolahan tepung terigu khususnya mi instan bebas membeli tepung terigu impor seperti dari Australia, Uni Eropa, Perserikatan Emirat Arab sebagai bahan baku produksinya yang harganya lebih murah namun memiliki kualitas yang sama.

Untuk menjamin semua produk makanan dan minuman aman dan halal untuk dikonsumsi oleh masyarakat luas terutama agar bisa diterima oleh masyarakat muslim maka pemerintah bekerjasama dengan MUI

mengeluarkan kebijakan tentang sertiflkasi halal. Untuk itu perusahaan-

perusahaan yang memproduksi makanan dan minuman wajib

mendaftarkan produknya ke MUI untuk diuji tingkat kehalalannya. Adapun pengujian dilakukan terhadap jenis dan asal bahan baku, komposisi bahan-bahan yang terkandung dalam produk serta keseluruhan proses produksi beserta penggunaan seluruh alat-alat untuk kepentingan produksi produk makanan dan minuman tersebut.

Untuk industri mi instan sendiri, kebijakan ini digunakan salah satunya untuk mengatasi isu mengenai penggunaan lemak babi dalam komposisi bumbu mi instan, dengan demikian konsumen akan lebih aman dan percaya untuk mengkonsumsi produk mi instan tersebut. Perusahaan yang telah lulus dalam uji kehalalan produknya akan mendapatkan sertiflkasi halal dari MUI dan berhak untuk mencantumkan label halal pada merek produknya.

Selain mengeluarkan kebijakan mengenai sertiflkasi halal, untuk menjamin perlindungan terhadap hak-hak dan kewajiban konsumen serta pelaku usaha maka pemerintah mengeluarkan dan memberlakukan UU No. 8 Tahun 1999 mengenai perlindungan konsumen. Dikeluarkannya kebijakan pemerintah ini merupakan upaya pemerintah untuk menjamin perlindungan hak-hak konsumen terhadap upaya pelanggaran hak-hak konsumen oleh pelaku usaha dan sebaliknya. Adapun setiap perusahaan yang beroperasi di Indonesia harus mematuhi dan mentaati peraturan tersebut karena bila ada aturan-aturan yang dilanggar maka akan diberikan sanksi yang tegas berupa denda hingga hukuman penjara.

Kebijakan pemerintah lainnya yang berkaitan dengan Industri mi instan yaitu dikeluarkannya peraturan Menteri Kesehatan RI No. 329/Menteri Kesehatan/XII/76. dalam peraturan ini disebutkan bahwa untuk memproduksi makanan dan minuman harus mendapat izin dari Menteri Kesehatan RI. Produk tersebut harus didaftarkan ke Departemen Kesehatan RI, setelah itu produk reXi dipasarkan. Maksud dari peraturan tersebut adalah bahwa produk tersebut telah memenuhi standar mutu atau

50

persyaratan yang ditetapkan oleh negara, tidak berbahaya atau mengganggu kesehatan manusia, hewan atau tumbuh-tumbuhan.

Produk yang wajib didaftarkan adalah produk yang diproduksi, disimpan atau dipasarkan dengan merek dagang, nama dagang atau merek perusahaan, menggunakan wadah atau pembungkus, label serta mengalami proses produksi dalam perusahaan. Dalam hal ini PT. X selalu mendaftarkan produknya untuk mendapatkan legalitas dari pemerintah khususnya Departemen Kesehatan, sehingga masyarakat akan merasa aman untuk mengkonsumsi produk X.

4.4.2 Ekonomi

Melalui lingkungan yang tidak pasti, ekonomi Indonesia terus memantapkan pemulihannya dari krisis ekonomi dan keuangan dunia. Seperti diperkirakan, pertumbuhan ekonomi pada tingkat moderat pada triwulan pertama tahun 2010, tetapi tetap berada di atas rata-rata pra- krisis, dan tampaknya telah meningkat pada triwulan kedua. Pertumbuhan harga bertahan relatif sedang secara umum, mendukung daya belanja konsumen. Aliran keuangan internasional tetaplah besar tapi juga cepat berubah, memberi tantangan bagi pembuat kebijakan. Aliran besar lanjutan di bulan Maret dan April menjadi aktiva keuangan Indonesia yang likuid berbalik arah pada saat gejolak pasar keuangan global di bulan Mei. Tetapi pihak yang berwenang tampaknya telah mengelolanya dengan baik dan dampaknya terhadap pasar keuangan dalam negeri relative kecil.

Ekonomi diperkirakan akan mengalami percepatan pertumbuhan secara bertahap hingga tahun 2011, sebagian besar karena permintaan dalam negeri. Gejolak yang baru terjadi dalam kondisi keuangan dunia dan ramalan ekonomi maju yang tidak pasti telah meningkatkan risiko turun jangka pendek terhadap perkiraan, sementara perkembangan politik dalam negeri tampaknya meningkatkan risiko jangka panjang bahwa pemerintah tidak mampu melaksanakan agenda reformasinya yang ambisius yang diperlukan untuk meningkat di atas 7 persen pada pertengahan dekade.

Sebagai ilustrasi, Pertumbuhan triwulanan di triwulan 1 yang moderat dibandingkan dengan kuatnya pertumbuhan di akhir tahun 2009, sedikit di atas perkiraan, menjadi 1,3 persen. Angka itu masih lebih kuat dari triwulan 1/2009, mengangkat tingkat pertumbuhan tahun ketahun menjadi 5,7 persen. Mitra-mitra perdagangan Indonesia pada umumnya menunjukkan pertumbuhan yang moderat setelah mengalami goncangan lebih besar pada pertengahan dan akhir tahun 2009 tetapi keseluruhan pertumbuhan pada umumnya lebih kuat dari perkiraan. Lemahnya kinerja pemerintah dalam pencairan anggaran belanja di triwulan 1 membantu menjelaskan terjadinya perlambatan Indonesia ekonomi akan bertumbuh sekitar ½ poin persentase lebih cepat pada triwulan tersebut jika pemerintah membelanjakan anggaran modalnya pada laju yang sama dengan tahun 2009.

Investasi dalam peralatan dan permesinan mengimbangi sebagian perlambatan ini. Dan jeda pada pertumbuhan konsumsi swasta tampaknya hanya bersifat sementara dengan adanya percepatan ulang menuju pertengahan tahun 2010. Impor (terutama minyak refinary) juga lebih cepat dibanding ekspornya, mengecilkan surplus perdagangan, seperti telah diperkirakan sebelumnya.

Secara keseluruhan, inflasi tetaplah moderat relatif dibandingkan dengan sejarah tingkat inflasi yang ada. Inflasi inti mencapai nilai terendah pada bulan Maret dan hanya diangkat oleh tingginya harga emas dunia pada bulan Mei, menjadi 3,8 persen. Harga bahan pangan, bergejolak dan menunjukkan pertumbuhan kuat yang tidak diperkirakan sebelumnya, berlawanan dengan semester kedua tahun 2009, meningkatkan headline

inflasi menjadi 4,3 persen di bulan Mei. Seperti biasa, peningkatan tersebut memiliki dampak yang lebih besar terhadap biaya hidup keluarga miskin, meningkatkan tingkat inflasi mereka menjadi 5,9 persen.

Inflasi Indonesia meningkat lebih sedikit dibandingkan dengan inflasi negara-negara tetangga sejak pertengahan tahun 2009. Sebagian disebabkan oleh pengaturan harga energi Indonesia, yang membuat harga konsumen Indonesia tidak terpengaruhi oleh pemulihan harga energi dunia

52

pada awal tahun 2009 dan sebagian lagi disebabkan karena pemulihan nilai tukar, dan dalam keseimbangan, kondisi pasokan dalam negeri yang menguntungkan dan melemahnya pertumbuhan moneter.

Semakin membaiknya kondisi perekonomian Indonesia memberikan dampak yang positif bagi perkembangan ekspor dan impor mi instan. Sebagai ilustrasi, tingkat pertumbuhan ekspor mi instan Indonesia dari tahun 1995 sampai tahun 2001 rata-rata meningkat 101,9 persen. Kondisi ini diproyeksikan akan terus mengalami kenaikan dengan nilai yang berfluktuasi. Sementara dari sisi impor mi instan Indonesia juga mengalami peningkatan pertumbuhan dengan rata-rata sebesar 108,2 persen (CIC, 2002). Kondisi ini merupakan peluang bagi para PT X untuk mengembangkan pasar ekspornya.

Dunia kini menghadapi era baru yang ditandai dengan kecenderungan globalisasi dunia sebagai akibat semakin banyaknya negara yang melaksanakan liberalisasi atau reformasi ekonomi yang ditunjang pula dengan majunya teknologi komunikasi dan transportasi. Globalisasi sendiri mengandung pengertian bahwa setiap negara, bahkan setiap bisnis dan perusahaan, menghadapi persaingan global, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Indonesia saat ini menghadapi era globalisasi yang berarti mengarah kepada perekonomian global dan perdagangan bebas. Jika kesepakatan ini telah belaku sepenuhnya maka manusia, barang, jasa, modal, teknologi dan informasi, yang menjadi faktor-faktor penentu dalam pembangunan industri dan perdagangan, dapat berpindah tanpa hambatan diantara negara-negara lainnya. Akibat lainnya adalah keterbukaan Indonesia terhadap barang-barang impor hasil pertanian dan industri pangan yang sejenis pada kondisi persaingan bebas tanpa subsidi dan terbuka pada investasi asing.

Dalam era globalisasi ini, produksi dalam negeri dituntut untuk dapat berkompetisi baik dari segi penyediaan, harga, mutu dan segi pemasarannya. Kondisi ini harus didukung oleh peningkatan efisiensi dan produktivitas

kerja. Dengan demikian, peningkatan mutu sumberdaya manusia merupakan aspek penting yang harus diperhatikan.

Sejalan dengan adanya perubahan tersebut, kerjasama multilateral dan regional semakin banyak dikembangkan guna mengantisipasi perkembangan yang sedang dan akan terjadi. Kerjasama yang ada antara lain AFTA

(ASEAN Free Trade Area), yang menyepakati perjanjian mengenai CEPT

(Common Effective Preferential Tariff) agar ASEAN dapat bersaing di pasar global. Hal ini dapat memberikan dampak positif berupa mengalirnya arus investasi asing, baik intra ASEAN maupun dari luar ASEAN dan mendorong industri-industri di kawasan ASEAN untuk menempuh orientasi pasar dan skala ekonomi yang lebih besar dan kegiatan produksi dan pemasarannya. Adanya globalisasi dan berbagai kerjasama regional dan multilateral lainnya membuka peluang bagi PT X untuk mengembangkan pasarnya ke luar negeri melalui ekspor.

4.4.3 Sosial dan budaya

Pertumbuhan penduduk yang tinggi, pendapatan meningkat, serta pengetahuan akan gizi pada masyarakat yang semakin maju, menyebabkan pemenuhan kebutuhan pangan mulai berubah pada sebagian masyarakat. Perubahan ini antara lain sebagai variasi dalam menu sehari-hari baik dalam pengolahan produk untuk lebih menyesuaikan dengan kehidupan modern yang serba praktis Salah satu alternatif jenis makanan yang bisa digunakan adalah mi instan.

Pada awalnya mi instan dianggap sebagai makanan selingan, tetapi dalam perkembangannya mi instan telah membudaya sebagai makanan alternatif pengganti nasi yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. Mi instan banyak disukai karena tergolong jenis makanan yang praktis dan siap disajikan dalam waktu relatif singkat. Selain itu, mi instan cenderung memiliki harga yang relatif terjangkau dan terdistribusi luas, tidak hanya di supermarket dan toko-toko besar tetapi sudah menjangkau warung- warung kecil di dekat rumah-rumah penduduk, sehingga konsumen dapat dengan mudah membeli mi instan di berbagai tempat.

54

Untuk PT X, berdasarkan hasil riset konsumen pada penelitian terdahulu, banyak konsumen yang membeli produk X dikarenakan warna kemasannya yang berwarna hijau sertu citra Islami melekat didalamnya sehingga kehalalan produknya terjamin dan terpercaya. Selanjutnya sebagian besar keputusan pembelian produk X sangat dipengaruhi oleh keluarga khususnya ibu rumah tangga dan anak.

Hubungan dengan masyarakat sekitar pabrik terjalin dengan baik terutama dalam hal penanganan limbah pabrik. Sesuai dengan peraturan perundang-undangan pemerintah No. 23 tahun 1997 mengenai lingkungan hidup, pabrik perusahaan mengolah terlebih dahulu limbah yang akan dikeluarkan ke alam sehingga menjadi tidak berbahaya terhadap alam dan lingkungan sekitar. Hubungan baik dengan masyarakat sekitar pabrik ini memiliki dampak yang baik bagi perusahaan terutama dalam hal perekrutan karyawan pabrik, karena lebih dari separuh karyawan pabrik direkrut dari masyarakat sekitar pabrik yang memenuhi standar dan mutu karyawan PT X.

Terjadi perbaikan indeks situasi sekarang (ISS) yang naik dari 78,3 ke posisi tertinggi dalam sejarah survei di level 80,5 perbaikan tersebut dilatarbelakangi semakin kuatnya kepercayaan konsumen terhadap pemulihan ekonomi yang sedang berlangsung di tingkat lokal dan nasional yang berdampak positif pada penciptaan lapangan kerja baru. Dilatarbelakangi ketidakpastian situasi politik dan keamanan dalam negeri, indeks kepercayaan konsumen terhadap pemerintah (IKKP) melemah 1.8 persen menjadi 122,3 didorong oleh penurunan semua komponen pembentuk IKKP.

4.4.4 Teknologi

Perkembangan teknologi seperti teknologi pengolahan produk maupun teknologi dalam sistem manajemen akan berpengaruh terhadap perkembangan dan produktivitas perusahaan. Perusahaan mengadopsi teknologi di bidang komunikasi, transportasi dan proses produksi. Perkembangan komunikasi seperti telepon, faksimili dan internet telah dimanfaatkan dengan baik oleh

perusahaan sebagai alat untuk memperlancar komunikasi perusahaan dalam melakukan transaksi bisnisnya dengan para pembeli, pemasok maupun distributor. Kondisi ini sangat menguntungkan kedua belah pihak terutama dalam hal efisiensi biaya dan efektivitas waktu. Selain itu, dapat mempermudah pihak manajemen dalam mengambil keputusan dengan cepat yang berkaitan dengan kepentingan perusahaan.

Dalam proses produksi mi instan, peralatan-peralatan modern sudah mulai digunakan oleh perusahaan seperti mixer untuk mengaduk bahan, mesin roller press untuk proses pembuatan lembaran adonan (pressing), mesin

steam box untuk proses penyetiman (steaming), mesin penggorongan (Fryer), jacket tank (cooling tank) untuk proses pendinginan, serta mesin packing untuk proses pengemasan. Peralatan ini sangat membantu perusahaan dalam proses produksi untuk menghasilkan produk yang bermutu baik sesuai dengan yang diinginkan oleh pasar maupun untuk memenuhi permintaan pasar.

Dokumen terkait