• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Metafora Bercitra Antropomorfik

LAMPIRAN 8 : ANALISIS METAFORA

1. Analisis Metafora Bercitra Antropomorfik

(1) Orang jang bebal jang tiada berbatu-udjil ditangannja,....(hal.2)

Kalimat (1) mengandung unsur metafora antropomorfik. Verba berbatu-ujil mempunyai makna dasar ‘mempunyai banyak batu-batuan’ (Pusat Rujukan Persuratan Melayu (PRPM). Makna berbatu-udjil ditangannja yang sebenarnya

adalah ‘di tangannya terdapat banyak batu-batuan’. Dalam konteks metafora,

verba berbatu-udjil ditangannja mengalami perubahan makna yaitu ‘mempunyai peruntungan,’. Sehingga kalimat (1) secara metaforis kalimat tersebut bermakna Orang jang bebal jang tiada ‘mempunyai peruntungan.’

(2) Seumpama sebatang buluh berdiri, maka pada sangkanja inilah sebatang kaju jang baik lagi lurus,...(hal.2)

Kalimat (2) mengandung unsur metafora antropomorfik, yaitu (i) buluh berdiri. Buluh bermakna (i) ‘akar’, (ii) ‘sesuatu yang menyerupai buluh (panjang bulat

dan kosong di dalam), paip, saluran’ (PRPM). Dalam konteks ini, makna (i) dan (ii) tidak dapat melakukan kegiatan berdiri seperti yang dilakukan makhluk hidup sehingga makna frasa buluh berdiri mengalami perubahan secara metaforik yang

berarti ‘sesuatu yang dapat berdiri tegak (meskipun dianggap sulit untuk

dilakukan)’.

Kata jaman (zaman) (i) bersinonim dengan‘jangka masa’: ‘tempoh’ ‘masa’,’era’,(ii) ‘kala’: ‘ketika’, ‘waktu’, ‘masa’(PRPM). Dari konteks kalimat (3) kata jaman (zaman) masih memiliki korelasi makna yang sama, tetapi tidak tepat untuk disandingkan dengan frasa kebawah angin. Secara metaforis kalimat

(3) bermakna ‘Maka ia itu turun dari masa/waktu tertentu yang tak dapat diingat lagi’.

(4) Maka ia itu turun dari jaman kebawah angin. Maka bahwasanja adalah bapaku kepada zaman itu umpamanja seperti seekor tikus jang djatuh kedalam gedung beras,...(7)

Kata gedung dalam kalimat (4) mempunyai dua makna (i) ‘tempat

bermesyuarat’; (ii) ‘gedung mahkamah’ (PRPM). Makna kata gedung dalam konteks kalimat (4) tidak mengalami perubahan makna, yakni bangunan besar untuk berkumpulnya orang-orang tertentu. Tetapi dengan adanya kata beras yang mengikutinya maka secara metaforis menggambarkan jumlah besar (limpahan) beras (sebagai bahan makanan) dengan konsep gambaran kata gedung yang

menunjukkan tempat yang besar dan luas.

(5) Ku-turut2rupa huruf sedikit2... (hal.18)

Kalimat (5) juga mengandung unsur metafora antropomorfik. Kata rupa

mempunyai makna dasar (i) ‘paras: muka, wajah, roman, raut, tampang muka, air muka’,(ii) ‘bangun: bentuk, tokoh’, dan (iii) ‘jenis: macam, bangsa, bagai’(PRPM). Dari ketiga jenis makna di atas kata rupa selalu dikaitkan dengan orang atau benda hidup terutama yang menyangkut hal yang

berkaitan dengan bentuk rupanya. Secara metaforis, kalimat (5) menunjukkan rupa huruf bermakna bentuk detil huruf yang dimaksud.

(6) Adapun 'ilmu dan kepandaian itu mendjadi tangga kepada pangkat kekajaan dan kekajaan itu membawa kepada kebesaran. (hal. 18)

Nomina tangga pada kalimat (6) mempunyai makna dasar (i) sigai: ‘injak- injak, takuk, takik, tokek, tubang, jenjang, tangga gerak, eskalator’, (ii) peringkat: tingkat, taraf, paras, skala, takat’, (PRPM). Makna dasar tersebut berubah menjadi ‘alat’ yang menunjukkan fungsi dari nomina tersebut, yaitu

yang berkaitan dengan sifat menaik lebih tinggi. tangga kepada pangkat kekajaan secara metaforis bermakna bahwa 'ilmu dan kepandaian itu mendjadi

atau sebagai alat kepada pangkat kekajaan dan kekajaan itu membawa kepada kebesaran.

(7) Masing2 adalah dengan harga kejayaannya, jaitu dapat dinilaikan oleh manusia; (hal. 20)

Kata harga dalam kalimat (7) mempunyai makna dasar (i) ‘bayaran: belanja, perbelanjaan, kos, caj, tambang, yuran, nilai, tol, kadar’, (ii) ‘faedah: kualiti mutu, manfaat, guna, kepentingan, erti, makna’. Makna kata harga dalam kalimat (7) tidak berkaitan dengan makna dasar tersebut. Oleh sebab itu kalimat ini memenuhi persyaratan kalimat bermetafora.

(8) Maka djikalau demikian, bahwa 'ilmu itulah tangganja akan menaiki segala perkara jang tersebut itu. (hal.22)

Sama dengan kalimat (6) di atas bahwa kata tangga di sini tidak merujuk pada

bentuk benda tangga, melainkan sebagai ‘alat untuk mencapai posisi yang lebih tinggi’.

(9) Sebermula, adalah ber-bagai2 perkakas hukuman dan sjiksa dalam tempat mengadji itu sedia,... (hal.33)

Kata perkakas mempunyai arti dasar (i) ‘perkakasan: alat, alatan, peralatan, kelengkapan, mesin, radas, peranti, jentera’, (ii)‘perkakas rumah almari, rak buku, kerusi, meja, katil’ (PRPM). Penggunaan kata perkakas pada kalimat (9) di atas secara metaforis menunjukkan kerasnya hukuman dan siksa.

(10) Karena berpikirlah tuan2, maka djikalau kiranja ada benih jang demikian telah tertjampak barang dimana...(hal.41).

Makna dasar kata benih adalah (i) ‘biji daripada buah kecil (seperti padi dan

lain-lain) yang akan ditanam, bibit: padi yang baik itu disimpan untuk dijadikan

benih’; (ii) ‘ benda yang akan menjadi benda hidup (tumbuh): sperma atau benih jantan; benih cacar’; (iii) punca, sumber: pelajaran ialah benih kemajuan; (iv). keturunan daripada: benih orang bangsawan; (v) ‘ sesuatu (perasaan, keadaan,

dan lain-lain) yang baru mula wujud atau timbul dan mempunyai kemungkinan untuk berkembang dan sebagainya, bibit: benih kemesraan; benih yang baik tak memilih tanah = jika asal benih yang baik jatuh ke laut menjadi pulau prb orang yang berketurunan baik ke mana pun perginya akan baik juga jadinya; ...(PRPM). Frasa benih jang demikian dalam kalimat (10) dinyatakan sebagai metafora karena kata benih lebih untuk biji-bijian (bibit tumbuhan).

(11) Maka dalam sedikit hari demikian itu, maka tiba2 petjahlah chabar dalam Malaka mengatakan Inggeris (hal. 47)

Kata petjah (pecah) memiliki arti dasar (i) cerunyas : pecah-pecah, hancur: ia menggigit-gigit pangkal cerutunya yang memang telah ~. (ii) ripuk : patah, pecah-pecah (remuk), rosak; runtuh ~ hancur sama sekali. Merekah, pecah- pecah (buah-buahan, kulit, dll); mencekah 1. = bercekah; 2. Memecahkan (dengan mengapit kedua-dua belah tangan): ~. (iii) cekah : buah manggis; 3. Melebarkan (membuka) sudut (kangkang dll), membelah, menguakkan: cekahlah tulang itu dan dedahkan alat-alat pembiakannya; ~ buah durian, dan (iv) rabik : pecah, robek (di tepi), cabik-cabik, rabak; carik ~ = robak-~ koyak-koyak (pecah- pecah); rabit (PRPM).

Dari makna yang ada, kata petjah umumnya untuk benda padat, seperti buah, kain, dan cerutu. Pada kalimat (11) kata petjah diperuntukkan benda abstrak (chabar).

(12) Setelah satu muka kitab itu kubatja maka kemudian dari pada itu Kubatjalah....(hal. 122)

Makna dasar kata muka adalah (i) rupa : rautan muka, paras muka, roman muka, tampang; (ii) wajah : 1. Air muka, muka paras, roman muka: ~ ibunya di

rumah mula terbayang; ~nya sungguh-sungguh menyenangkan; 2. Keadaan luaran (spt pemandangan dll), rupa atau keadaan (sesuatu) sebagaimana yang dapat dilihat: ~ kampung itu sudah berubah sekarang; sekiranya itu dapat memberikan nafas serta ~ baru, ia pasti menggembirakan; (iii) hadap : 1.

Bahagian sebelah muka, muka, depan: wang tembaga zaman dahulu sama sahaja ~ belakangnya; seratus penjajap di kanan, seratus penjajap di kiri, seratus penjajap di ~, seratus penjajap di belakang; 2. Arah atau hala tujuan; hidupnya sekarang satu ~ sahaja hidupnya menuju satu tujuan (jurusan) sahaja; tak tentu ~ a) tak tentu arah tujuan; b) tidak berbuat sesuatu apa pun; semua pendapat mereka satu ~ sahaja satu sahaja, dan lain-lain (PRPM).

Pada kalimat (12) kata muka dalam muka kitab dinyatakan sebagai metafora jenis antrifomorfik karena umumnya muka lebih cenderung bermakna wajah manusia.

(13) Tuan, sahaja makan gadji bukannja mau buat salah. (hal. 131)

Verba makan bersinonim dengan (i) santap : menjamah, merasa, meratah, membaham, mencaruk, melahap, membedal, menyental, membalun, membantai, menggasak, menalak, mengisi perut, menyekang perut, memamah, menggigit, mengerkah, mencatuk, meragut, mengganyang, mendahar, menjilat; (ii) tembus : telap, lut, mempan, kena, ayap, masuk; (iii) Dalam konteks nasihat, kata makan bermakna menerima, mengikut, menurut, mendengan, mematuhi, mentaati (PRPM).

Dalam konteks kalimat (13) kata makan tidak bersinerji dengan kata gaji yang bermakna upah yang tetap atau bayaran yang tetap untuk suatu pekerjaan. Kata makan lebih sering digunakan dalam kegiatan yang berhubungan dengan bahan makanan.

pulang ke Malaka (hal. 170)

Kata ajektiva masak mempunyai makna dasar (i) dalam konteks buah bermakna tua, matang, ranum; (ii) dalam konteks daging bermakna empuk, lembut, lunak; (iii) dalam konteks usia bermakna berpengalaman, tua, berumur, dewasa, tua (PRPM). Dalam konteks kalimat (14) frasa masaklah sudah perjanjian itu dapat dikatakan memenuhi persyaratan metafora berjenis antropomorfik karena kata masaklah tidak lazim dalam konteks tersebut.

(15) Tuan dan lagi sahaja inipun waris djuga akan tempat ini. (hal.230)

Kata waris yang berasal dari bahasa Arab bersinonim dengan (i) penama : penerima harta, penerima pusaka, anggota keluarga, darah daging, adik beradik, sanak saudara, kemanakan; (ii) pejaga : pengasuh, penyelenggara, pemelihara (PRPM). Waris djuga akan tempat ini dalam kalimat (15) memenuhi persyaratan metafora karna adanya perubahan makna dari kata waris tersebut.

(16) Adapun dahulunja tempat itu busung pasir, jaitu pasir bertimbun...(hal.231)

Kata busung mempunyai makna (i) gembung perut (kerana penyakit): penyakit ~; (ii) gembung kerana penuh berisi (air dll): buah dada gadis itu ~; kepala ~ kepala menjadi besar kerana berisi air; ~ air penyakit busung kerana perut berisi air; ~ darah penyakit busung kerana tidak datang bulan; ~ kencing busung kerana penyakit pd gelembung kencing; ~ muka muka bengkak (bakup);

membusung 1. Menjadi busung, menggembung: perutnya ~ akibat penyakit itu