• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

3.6 Analisis Data

Penelitian ini menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan uang di Indonesia dengan menggunakan Error Corection Model. Error Correction Model adalah suatu bentuk model yang digunakan untuk mengetahui pengaruh jangka pendek dan jangka panjang variabel bebas terhadap variabel terikat. Selain dapat mengetahui pengaruh model ekonomi dalam jangka pendek dan jangka panjang model ECM juga memiliki kegunaan diantaranya mengatasi data yang tidak stasioner dan masalah regresi lancung. Ciri- ciri regresi lancung adalah ditandai dengan adanya yang tinggi namun memiliki nilai Durbin Watson yang rendah (Shocrul, 2011: 137). Menurut Insukindro (1999: 2) model ECM relatif baik digunakan karena kemampuan yang dimiliki oleh ECM dalam meliput lebih banyak variabel dalam manganalisis fenomena ekonomi jangka pendek dan jangka panjang dan mengkaji konsisten tidaknya model empirik dengan teori ekonomi, serta dalam usaha mencari pemecahan terhadap persoalan variabel runtun waktu yang tidak stasioner (non stationary) dan regresi lancung (spurious regression) atau korelasi lancung (spurious correlation) dalam analisis ekonometrika.

3.6.1 Pengujian Stasioneritas

Hal pertama yang harus dilakukan dalam penelitian ini adalah menguji data apakah data tersebut stasioner atau tidak. Uji stasioneritas diperlukan karena, untuk menghindari regresi lancung (spurious regression). Data dikatakan stasioner jika rata-rata dan varian konstan selama periode penelitian. Misalnya regresi, yang dapat memberikan dampak kurang baiknya model yang diestimasi

akibat autokorelasi dan heteroskedastisitas. Mengingat tidak stasionernya data mempunyai sifat seperti salah satu atau kedua hal tersebut, maka tentunya tidak stasioneritasnya data akan mengakibatkan pula kurang baiknya model yang diestimasi (Widarjono, 2009: 315).

Uji stasioneritas terdiri dari:

1) Uji Akar Unit (Unit Root Test)

Uji akar unit ini dilakukan untuk mengamati apakah koefisien tertentu dari model autoregresif yang ditaksir mempunyai nilai satu atau tidak. Langkah pertama adalah menaksir model autoregresif dari masing-masing variabel yang digunakan (Siagian, 2003: 5). Untuk menguji perilaku data, di dalam penelitian ini digunakan uji Phillips-Perron (PP).

Langkah pertama untuk uji PP ini menaksir model dari masing-masing variabel yang digunakan. Prosedur untuk menentukan apakah data stasioner atau tidak dengan membandingkan antara nilai statistik PP dengan nilai kritisnya yaitu distribusi statistik MacKinnon. Jika nilai absolut statistik PP lebih besar dari nilai kritisnya, maka data yang diamati menunjukkan stasioner (Widarjono, 2009:

322).

Untuk mengetahui apakah data time series yang digunakan stasioner atau tidak stasioner, digunakan uji akar unit (unit roots test). Uji akar unit dilakukan dengan menggunakan metode PP, dengan hipotesa sebagai berikut:

H0: terdapat unit root (data tidak stasioner) H1: tidak terdapat unit root (data stasioner)

Hasil t statistik hasil estimasi pada metode akan dibandingkan dengan nilai kritis McKinnon ada titik kritis 1%, 5%, dan 10%. Jika nilai t-statistik lebih kecil dari nilai kritis McKinnon maka H0 diterima, artinya data terdapat unit root atau data tidak stasioner. Jika nilai t-statistik lebih besar dari nilai kritis McKinnon maka H0 ditolak, artinya data tidak terdapat unit root atau data stasioner.

Pengujian data dilakukan dengan menggunakan unit root test yang dikembangkan oleh Phillips-Perron (PP).

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pada derajat atau order diferensi keberapa data yang diteliti akan stasioner. Pengujian ini dilakukan pada uji akar unit, jika ternyata data tersebut tidak stasioner pada derajat pertama (Insukrindo,1992), pengujian dilakukan pada bentuk diferensi pertama. Pengujian berikut adalah pengujian stasioneritas dengan uji PP pada tingkat diferensi pertama. Untuk efisiensi dan efektifitas waktu, pengujian akan dilakukan menggunakan software Eviews.

2) Uji Derajat Integrasi

Uji derajat integrasi merupakan kelanjutan dari uji akar unit dan hanya diperlukan apabila seluruh datanya belum stasioner pada derajat nol atau 1 (0). Uji derajat integrasi digunakan untuk mengetahui pada derajat berapa data akan stasioner. Apabila data belum stasioner pada derajat satu, maka pengujian harus tetap dilanjutkan sampai masing-masing variabel stasioner (Shochrul, 2011: 138).

Untuk menguji derajat integrasi ini, masih menggunakan uji Phillips-Perron (PP). Prosedur pengujian uji PP untuk menguji derajat integrasi hampir

sama dengan uji PP untuk uji akar unit. Yang membedakan hanya dengan memasukkan berbagai derajat integrasi sampai data yang dihasilkan stasioner.

Menurut Siagian (2003: 5) apabila data yang diamati belum stasioner pada uji akar unit, maka dilakukan uji derajat integrasi untuk mengetahui pada derajat integrasi berapa data tersebut akan stasioner. Uji ini juga dilakukan dengan PP dengan derajat kepercayaan 5% sampai data yang dihasilkan stasioner. Untuk efisiensi dan efektifitas waktu, pengujian akan dilakukan menggunakan software Eviews 10.

3.6.2 Uji Kointegrasi (Cointegration Test)

Untuk melakukan uji kointegrasi (Cointegration Test) sebelumnya variabel yang diuji harus lolos uji akar unit (Unit Root Test). Uji kointegrasi ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada hubungan jangka panjang antara variabel bebas dan variabel terikatnya. Uji Kointegrasi dimaksudkan untuk menguji apakah residual regresi yang dihasilkan stasioner atau tidak.

Untuk menguji kointegrasi antara variabel-variabel yang ada dalam penelitian ini, digunakan metode residual based test. Metode ini dilakukan dengan memakai uji statistik PP, yaitu dengan melihat residual regresi kointegrasi stasioner atau tidak. Syarat untuk melanjutkan ke tahap berikutnya yaitu dengan menggunakan metode Error Correction Model residual harus stasioner pada tingkat level. Untuk menghitung nilai PP terlebih dahulu adalah membentuk persamaan regresi kointegrasi dengan metode kuadrat terkecil biasa (OLS) (Widarjono, 2009: 326). Untuk efisiensi dan efektifitas waktu, pengujian akan dilakukan menggunakan software Eviews 10.

3.6.3 Model Koreksi Kesalahan ( Error Corection Model )

Penelitian ini merupakan penelitian data time series dengan menggunakan pendekatan Error Correction Model. Error Correction Model adalah teknik untuk mengoreksi ketidakseimbangan jangka pendek menuju pada keseimbangan jangka panjang (Nachrowi & Usman, 2006: 371).

Jika terbukti ada kointegrasi antara variabel, maka berikutnya adalah membuat error correction model untuk menguji apakah memang tidak terdapat hubungan antar variabel tersebut atau hanya terdapat disekuilibrium error dari sampel yang diobservasi. Error correction model adalah model yang menunjukkan apakah error atau deviasi dari Long Run ekuilibrium akan dikoreksi secara gradual melalui a series of partial Short Run adjustment. Artinya, jika proses koreksi berjalan, maka hubungan kedua variabel tersebut akan converge ke cointegrating relationship dengan tetap membiarkan Short Run dynamics.

Model ECM dapat dibentuk apabila terjadi kointegrasi antara peubah bebas dan peubah terikat yang menunjukan adanya hubungan jangka panjang atau equilibrium antara peubah bebas dan peubah terikat yang mungkin dalam jangka pendek terjadi ketidakseimbangan atau keduanya tidak mencapai keseimbangan.

ECM digunakan untuk menguji spesifikasi model dan menguji apakah pengumpulan data yang dilakukan sesuai. Apabila parameter ECT (Error Correction Term) signifikan secara statistik, maka spesifikasi model dan cara pengumpulan data sudah sesuai. Untuk efisiensidan efektifitas waktu, pemodelan akan dilakukan menggunakan software Eviews 10.

BAB IV

Dokumen terkait