• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3 Pembahasan Analisis Jangka Pendek Analisis Jangka Pendek

Dalam jangka pendek variabel inflasi memiliki nilai koefisien -0,613116 artinya setiap peningkatan Inflasi 1% akan menyebabkan penurunan Permintaan Uang (JUB) di Indonesia sebesar 0,613116 triliun Rupiah dengan asumsi variabel lain dianggap konstan. Hal ini tidak sesuai dengan teori ekonomi bahwa hubungan

antara inflasi dan permintaan uang adalah positif. Koefisien variabel Inflasi memiliki pengaruh negatif terhadap Y dengan hasil p-value 0,8716 > 0.05 atau tidak signifikan pada tingkat α=5%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa secara parsial dalam jangka pendek variabel Inflasi tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap Permintaan Uang di Indonesia.

Dalam jangka pendek variabel Kurs memiliki nilai koefisien 0,026925 artinya setiap menguatnya US Dollar 1 Rupiah atau melemahnya Rupiah akan menyebabkan peningkatan Permintaan Uang (JUB) di Indonesia sebesar 0,026925 tirliun Rupiah, dengan asumsi variabel lain dianggap konstan. Hal ini sesuai dengan teori ekonomi bahwa hubungan antara Kurs dan Permintaan Uang di Indonesia adalah Positif. Koefisien variabel Kurs memiliki pengaruh positif terhadap Y dengan hasil p-value 0,0020 < 0,01 atau signifikan pada tingkat α=1%.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa secara parsial dalam jangka pendek variabel Kurs memiliki pengaruh signifikan terhadap Permintaan Uang di Indonesia.

Variabel Suku Bunga Kredit dalam jangka pendek memiliki nilai koefisien 3,309877 artinya setiap peningkatan Suku Bunga Kredit 1% akan menyebabkan peningkatan permintaan uang (JUB) di Indonesia sebesar 3,309877 triliun Rupiah, dengan asumsi variabel lain dianggap konstan. Hal ini tidak sesuai dengan teori ekonomi bahwa hubungan antara Suku Bunga Kredit dan permintaan uang adalah negatif. Koefisien variabel Suku Bunga Kredit memiliki pengaruh positif terhadap Permintaan Uang (Y) dengan hasil p-value 0,8383 > 0,05 atau tidak signifikan pada tingkat α=5%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa secara

parsial dalam jangka pendek variabel Suku Bunga Kredit tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap Permintaan Uang di Indonesia.

Variabel Nilai Transaksi Alat Pembayaran Menggunakan Kartu pada estimasi ECM memiliki nilai koefisien 0,514637 artinya setiap peningkatan APMK 1 triliun Rupiah akan menyebabkan peningkatan Permintaan Uang (JUB) di Indonesia sebesar 0,514637 triliun Rupiah dengan asumsi variabel lain dianggap konstan. Hal ini sesuai dengan teori ekonomi bahwa hubungan antara Transaksi dan permintaan uang adalah positif. Koefisien variabel Alat Pembayaran Menggunakan Kartu memiliki pengaruh positif terhadap Permintaan Uang (Y) dengan hasil p-value 0,0000 < 0,01 atau signifikan pada tingkat α=1%.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa secara parsial dalam jangka pendek variabel Nilai Transaksi APMK memiliki pengaruh signifikan terhadap Permintaan Uang di Indonesia.

Analisis Jangka Panjang

Variabel inflasi pada estimasi jangka panjang memiliki nilai koefisien -15,86955 artinya setiap peningkatan inflasi 1% akan menyebabkan penurunan permintaan uang (JUB) di Indonesia sebesar 15,86955 triliun Rupiah dengan asumsi variabel lain dianggap konstan. Hal ini tidak sesuai dengan teori ekonomi bahwa hubungan antara inflasi dan permintaan uang adalah positif. Koefisien variabel Inflasi memiliki pengaruh negatif terhadap Y dengan hasil p-value 0,0000 < 0,01 atau signifikan pada tingkat α=1%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa secara parsial dalam jangka panjang variabel Inflasi memiliki pengaruh signifikan terhadap Permintaan Uang di Indonesia.

Diketahui bahwa pengaruh inflasi dalam jangka pendek dan jangka panjang memiliki hubungan negatif dan hanya signifikan pada estimasi jangka panjang, hal ini tidak sesuai dengan teori yang dikembangkan oleh Milton Friedman bahwa hubungan antara inflasi dan permintaan uang adalah bersifat positif. Jika inflasi naik maka jumlah uang beredar atau permintaan uang akan naik juga. Begitu juga sebaliknya jika inflasi turun maka jumlah uang yang beredar dalam masyarakat juga turun. Milton Friedman mengembangkan suatu teori mengenai permintaan atas uang dalam artikelnya yang terkenal The Quantity Theory of Money: A Restatement. Walaupun Friedman sering merujuk pada Irving Fisher dan teori kuantitas, analisisnya mengenai permintaan atas uang selebarnya lebih dekat dengan teorinya Keynes.

Terjadinya ketidaksesuaian hasil penelitian dengan teori yang telah berkembang dikarenakan inflasi dari tahun 2010-2018 menunjukkan trend menurun dan berbanding terbalik dengan perkembangan permintaan uang tahun 2010-2018 yakni menunjukkan trend meningkat, menurut Bank Indonesia jumlah uang beredar meningkat signifikan lebiih dipengaruhi oleh Akselerasi pertumbuhan kredit terutama terjadi pada pertumbuhan Kredit Modal Kerja (KMK) dan Kredit Investasi (KI). Maka pada jangka pendek dan jangka panjang hipotesis ditolak karena dari hasil analisis Inflasi berpengaruh negatif terhadap Permintaan Uang di Indonesia.

Variabel Kurs pada estimasi jangka panjang memiliki nilai koefisien 0,015809 artinya setiap menguatnya US Dollar 1 Rupiah atau melemahnya Rupiah akan menyebabkan peningkatan Permintaan Uang (JUB) di Indonesia

sebesar 0,015809 triliun Rupiah dengan asumsi variabel lain dianggap konstan.

Hal ini sesuai dengan teori ekonomi bahwa hubungan antara Kurs dan Permintaan uang adalah positif. Koefisien variabel Kurs memiliki pengaruh positif terhadap Y dengan hasil p-value 0,0123 < 0,05 atau signifikan pada tingkat α=5%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa secara parsial dalam jangka panjang variabel Kurs memiliki pengaruh signifikan terhadap Permintaan Uang di Indonesia. Hasil penelitian ini sesuai atau sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Widodo pada tahun 2015, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa nilai tukar rupiah atau Kurs berpengaruh positif dan signifikan terhadap Permintaan Uang di Indonesia, kesimpulannya apabila Rupiah semakin melemah dibanding Us Dollar maka pertumbuhan permintaan uang di Indonesia akan semakin meningkat. Maka pada jangka pendek dan jangka panjang hipotesis diterima karena dari hasil analisis Kurs berpengaruh positif terhadap Permintaan Uang di Indonesia.

Variabel Suku Bunga Kredit pada estimasi jangka panjang memiliki nilai koefisien -41,29815 artinya setiap peningkatan PDB 1% akan menyebabkan penurunan permintaan uang (JUB) di Indonesia sebesar 41,29815 triliun Rupiah dengan asumsi variabel lain dianggap konstan. Hal ini sesuai dengan teori ekonomi bahwa hubungan antara Suku Bunga Kredit dan permintaan uang adalah negatif. Koefisien variabel Suku Bunga Kredit memiliki pengaruh negatif terhadap Permintaan Uang (Y) dengan hasil p-value 0,0000 < 0,01 atau signifikan pada tingkat α=1%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa secara parsial dalam jangka panjang Suku Bunga Kredit memiliki pengaruh signifikan terhadap Permintaan Uang di Indonesia. Maka pada jangka pendek hipotesis ditolak karena

dari hasil analisis Suku Bunga Kredit berpengaruh positif sedangkan pada jangka panjang hipotesis diterima bahwa Suku Bunga Kredit berpengaruh negatif terhadap Permintaan Uang di Indonesia.

Variabel Alat Pembayaran Menggunakan Kartu pada estimasi jangka panjang memiliki nilai koefisien 1,491987 artinya setiap peningkatan APMK 1 triliun Rupiah akan menyebabkan peningkatan Permintaan Uang (JUB) di Indonesia sebesar 1,491987 triliun Rupiah dengan asumsi variabel lain dianggap konstan. Hal ini sesuai dengan teori ekonomi bahwa hubungan antara transaksi dan permintaan uang adalah positif. Koefisien variabel APMK memiliki pengaruh positif terhadap Permintaan Uang (Y) dengan hasil p-value 0,0000 < 0,01 atau signifikan pada tingkat α=1%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa secara parsial dalam jangka panjang variabel Nilai Transaksi APMK memiliki pengaruh signifikan terhadap Permintaan Uang di Indonesia.

Pengaruh Alat Pembayaran Menggunakan Kartu memiliki hubungan positif terhadap Permintaan Uang di Indonesia, menunjukkan bahwa penelitian ini sejalan dengan penelitian Priscylia pada tahun 2014 yang menyimpulkan jika pembayaran non tunai atau APMK memiliki hubungan positif terhadap permintaan uang atau jumlah uang beredar (M1), akan tetapi hal ini bertentangan dengan teori karena di sebagian besar periode pengamatan Bank Indonesia menambah permintaan uang atau jumlah uang beredar melalui uang kartal guna mewujudkan strategi dan penyempurnaan kualitan uang. Selain itu, APMK memiliki hubungan positif dikarenakan masyarakat Indonesia belum mengarah kepada cash less society yang ditandai dengan antara substitusi uang tunai dengan

pembayaran non tunai di Indonesia belum terjadi seperti yang diharapkan oleh Bank Indonesia. Penggunaan pembayaran non tunai oleh masyarakat Indonesia untuk transaksi masih sebagai komplementer dari penggunaan uang tunai. Contoh kongkretnya, apabila masyarakat tidak memiliki uang cukup untuk membeli barang kebutuhannya, maka pada saat itu masyarakat baru menggunakan pembayaran non tunai (Muttaqin, 2006 :74). Maka pada jangka pendek dan jangka panjang hipotesis diterima karena dari hasil analisis APMK berpengaruh positif terhadap Permintaan Uang di Indonesia.

BAB V

Dokumen terkait