• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Penelitian

4.1.1 Perkembangan Permintaan Uang di Indonesia

Perkembangan permintaan uang dengan data jumlah uang beredar (M1) di Indonesia pada tahun 2010 bulan Januari hingga 2018 bulan Desember secara keseluruhan mengalami perkembangan adanya trend naik. Gambaran permintaan uang dapat dilihat pada gambar.

Gambar 4.1

Grafik Permintaan Uang di Indonesia 2010-2018 Sumber: Hasil Pengolahan Data Menggunakan E-views 10

Gambar 4.2

Grafik Pertumbuhan Permintaan Uang di Indonesia 2010-2018 Sumber: Hasil Pengolahan Data Menggunakan E-views 10

Pertumbuhan permintaan uang atau jumlah uang beredar (M1) pada bulan kedua 2010 mengalami penurunan dari bulan sebelumnya adalah sebesar 1,3%.

Pada Desember 2010 permintaan uang mengalami kenaikan yang cukup signifikan dibanding bulan-bulan sebelumnya hingga mencapai 6%. Pada Desember 2011 permintaan uang mengalami kenaikan signifikan dibanding bulan-bulan sebelumnya hingga mencapai 8,3% yaitu sebesar Rp722.991,17 Milyar. Untuk penurunan permintaan uang signifikan pada Januari 2013 hingga mencapai 6,4% yaitu sebesar Rp787.859,68 Milyar dari bulan sebelumnya yaitu sebesar Rp841.652,68 Milyar.

Bank Indonesia (BI) merilis jumlah uang yang beredar (M2) selama Agustus 2015 tumbuh 13,3 persen secara tahunan (year on year/yoy) setelah tumbuh 12,5 persen (yoy) pada bulan sebelumnya. M2 merupakan akumulasi antara uang kartal (M1) dan uang kuasi (mencakup tabungan, simpanan berjangka

dalam rupiah dan valas, serta giro dalam valuta asing), dan surat berharga yang diterbitkan oleh sistem moneter yang dimiliki sektor swasta domestik dengan sisa jangka waktu sampai dengan satu tahun.

Menurut BI meningkatnya pertumbuhan M2 tersebut terutama dipengaruhi oleh akselerasi penyaluran kredit perbankan yang tumbuh lebih tinggi (10,8 persen yoy) dibandingkan dengan pertumbuhan bulan sebelumnya (9,6 persen yoy), setelah mengalami perlambatan sejak September 2013. Hal ini memberikan sinyal positif bagi pertumbuhan ke depan. Akselerasi pertumbuhan kredit tersebut terutama terjadi pada pertumbuhan Kredit Modal Kerja (KMK) dan Kredit Investasi (KI). Berdasarkan komponennya, peningkatan pertumbuhan M2 tersebut bersumber dari komponen M1, Uang Kuasi, maupun Surat Berharga Selain Saham. Komponen M1 (uang kartal dan giro rupiah) mengalami kenaikan pertumbuhan dari 12,3 persen (yoy) pada Juli 2015 menjadi 14,6 persen (yoy) pada Agustus 2015. Hal ini sejalan dengan perkiraan membaiknya konsumsi sebagaimana terindikasi dari indeks keyakinan konsumen yang meningkat pada Agustus 2015. Selain itu, komponen Uang Kuasi (simpanan berjangka dan tabungan dalam rupiah dan valas serta simpanan giro valuta asing) dan Surat Berharga Selain Saham pada Agustus 2015 masing-masing tumbuh sebesar 12,7 persen (yoy) dan 94,7 persen (yoy), meningkat dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 12,4 persen (yoy) dan 69,0 persen (yoy).

4.1.2 Perkembangan Inflasi di Indonesia

Inflasi yang terjadi di Indonesia mengalami fluktuasi karena adanya faktor dari dalam negeri dan luar negeri termasuk permasalahan pada ekonomi global.

Gambar 4.3

Grafik Inflasi di Indonesia 2010-2018 Sumber: Hasil Pengolahan Data Menggunakan E-views 10

Gambar 4.4

Grafik Pertumbuhan Inflasi di Indonesia 2010-2018 Sumber: Hasil Pengolahan Data Menggunakan E-views 10

Pada tahun 2010 tingkat inflasi cukup stabil dengan rata-rata bernilai 5%

walaupun tidak mencapai target bank Indonesia. Tidak lama Inflasi mulai

meningkat pada tahun berikutnya yaitu sebesar 7% di Januari 2011, 8,79% di Agustus 2013 hal ini cukup jauh dari target inflasi yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Kenaikan yang cukup signifikan ini disebabkan oleh kenaikan harga bakar BBM bersubsidi yang memberi andil inflasi sebesar 1,17%. Kenaikan BBM juga membuat harga beberapa komoditas lainnya merangkak naik yang memberi andil inflasi sebesar 1,75%. Hal ini disampaikan oleh kepla BPS kala itu Suryamin berikut adalah pendorong inflasi terbesar di tahun 2013 yaitu harga bawang merah 0,38% dan tarif listrik 0,38%. Berikutnya mulai tahun 2014 inflasi cukup terkendali di area target inflasi bernilai rata-rata perbulannya diantara 4,5±1%, 4±1% di tahun 2015, 3,5±1% di tahun 2018.

4.1.3 Perkembangan Kurs

Pergerakan Kurs Rupiah terhadap US Dollar mulai Januari 2010 hingga Desember 2018 menunjukkan trend naik pada setiap tahunnya yang artinya bahwa mata uang Rupiah melemah pada hampir setiap tahunnya. Terlihat hanya di tahun 2011 Rupiah sedikit menguat terhadap US Dollar yakni Rp8.508/USD, selanjutnya dari tahun ketahun rupiah melamah hingga mencapai Rp15.227/USD pada Oktober 2018. Fenomena ini adalah yang terlemah dari tahun 2010 hingga tahun 2018. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar 4.5.

Gambar 4.5

Grafik Nilai Tukar Rupiah terhadap US Dollar 2010-2018 Sumber: Hasil Pengolahan Data Menggunakan E-views 10

Gambar 4.6

Grafik Pertumbuhan Nilai Tukar Rupiah terhadap US Dollar 2010-2018 Sumber: Hasil Pengolahan Data Menggunakan E-views 10

Menurut Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo, Terkait perkembangan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Pergerakan

nilai tukar lebih banyak dipengaruhi oleh aliran modal yang keluar (capital outflow) dari pasar keuangan Indonesia.

Jika dilihat dari pertumbuhannya, Rupiah melemah terhadap US Dollar pada bulan September 2015 sebesar Rp14.687/USD dan kembali menguat pada bulan berikutnya yakni Oktober 2015 sebesar Rp13.639/USD. Pertumbuhan nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar mengalami fluktuasi dengan gambaran cenderung naik setiap bulannya.

4.1.4 Perkembangan Suku Bunga Kredit di Indonesia

Pergerakan Suku Bunga Kredit di Indonesia pada Januari 2010 – Desember 2018 menunjukkan adanya trend penurunan. Januari 2010 Suku Bunga Kredit bernilai 16,32% mengalami penurunan terus-menerus disetiap tahunnya hingga mencapai 11,73% pada Desember 2018. Penurunan ini dilakukan oleh Bank Indonesia agar kapasitas kredit naik dan permintaan kredit juga naik, sehingga investasi dapat terpicu untuk naik maka diikuti oleh konsumsi yang juga naik dan tujuan akhir pertumbuhan ekonomi pun meningkat. Meskipun turun, Suku Bunga Kredit harus diakui masih begitu tinggi di angka double digit.

Gambar 4.7

Grafik Suku Bunga Kredit di Indonesia 2010-2018 Sumber: Hasil Pengolahan Data Menggunakan E-views 10

Gambar 4.8

Grafik Pertumbuhan Suku Bunga Kredit di Indonesia 2010-2018 Sumber: Hasil Pengolahan Data Menggunakan E-views 10

Jika dilihat dari pertumbuhannya, suku bunga kredit turun sebesar 5,7% di bulan Maret 2010 yaitu bernilai 15,42% dari 16,36% di bulan Februari 2010,

penurunan ini adalah yang paling besar di antara penurunan Suku Bunga Kredit tahun 2010 hingga 2018. Adapun kenaikan suku bunga kredit yang bernilai paling besar yaitu pada Mei 2012 sebesar 4,1%.

Pertumbuhan Suku Bunga Kredit selanjutnya cukup stabil walaupun teridikasi adanya trend penurunan di akhir tahun 2018.

4.1.5 Perkembangan Transaksi APMK di Indonesia

Perkembangan Nilai Transaksi APMK mulai Januari 2010 sampai dengan Desember 2018 menunjukkan trend meningkat hingga mencapai angka Rp678,5 triliun. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar 4.9. Pada gambar hasil olah data yang bersumber dari Bank Indonesia menggunakan aplikasi E-views 10, terlihat bahwa gambar tersebut cenderung naik mulai tahun 2010 hingga 2018 yang artinya bahwa masyarakat Indonesia semakin hari semakin banyak melakukan transaksi dengan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu baik itu Kartu Debet, Kartu Kredit dan lainnya.

Gambar 4.9

Grafik Nilai Transaksi APMK di Indonesia 2010-2018 Sumber: Hasil Pengolahan Data Menggunakan E-views 10

Gambar 4.10

Grafik Pertumbuhan Nilai Transaksi APMK di Indonesia 2010-2018 Sumber: Hasil Pengolahan Data Menggunakan E-views 10

Jika dilihat pada gambar 4.10, laju pertumbuhan Nilai Transaksi APMK menunjukkan fluktuasi dari bulan ke bulan pada angka -0,2±0,2% dengan

kecenderungan naik pada setiap tahunnya. Kenaikan minat melakukan transasi dengan menggunakan kartu merupakan hal positif karena sesuai dengan tujuan Bank Indonesia, mdimana Bank Indonesia ingin menjadikan APMK digemari oleh masyarakat. Selain itu Bank indonesia pun giat mempromosikan gerakan non tunai agar menambah nilai volume dan nilai taransaksi APMK. Nilai positif meningkatnya Nilai Transaksi APMK adalah membantu mengurangi jumlah uang beredar pada masyarakat dengan demikian Bnak Indonesia giat mempromosikan gerakan non tunai.

4.2 Pengujian dan Hasil Penelitian

Dokumen terkait