• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III Metode Penelitian

F. Analisis Data

Data rasionalitas penggunaan antiemetik pada pasien kanker payudara periode tahun 2010 yang telah diperoleh kemudian dianalisa secara deskriptif sebagai berikut:

1) Distribusi pasien berdasarkan jenis kelamin, usia dan domisili.

Jenis kelamin, usia dan domisili dihitung dari semua pasien kanker payudara yang menggunakan antiemetik

2) Distribusi pasien berdasarkan stadium, keluhan dan karakteristik penggunaan antiemetik.

Stadium, keluhan dan karakteristik penggunaan antiemetik pada pasien kanker payudara dihitung persentasenya.

3) Rasionalitas penggunaan antiemetik berdasarkan ketepatan indikasi, ketepatan penderita, ketepatan obat, dan ketepatan dosis.

Analisa rasionalitas penggunaan antiemetik dengan membandingkan indikasi, penderita, obat dan dosis berdasarkan standar NCCN 2010,

4) Pengolahan data

Data yang diperoleh dianalisis dengan program Microsoft Office Excel 2000.

commit to user 19 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Proses Penelusuran Data

Proses penelusuran data dilakukan dengan mengamati dan menganalisa kartu rekam medis penderita kanker payudara di Instalasi Rawat Inap Dr. Moewardi Surakarta periode tahun 2010. Selama tahun 2010 ada 251 pasien yang didiagnosa kanker payudara di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

Berdasarkan data tersebut hanya ada 164 pasien yang rekam mediknya ditemukan.

Hal ini dimungkinkan saat pengambilan data, rekam medik pasien tidak dapat ditemukan pada tempat yang semestinya. Oleh karena itu didapatkan 70 pasien yang memenuhi kriteria inklusi. Jumlah sampel yang didapat kemudian dianalisis untuk menentukan kerasionalan penggunaan antiemetik pada penderita kanker payudara.

B. Distribusi Penderita Kanker Payudara berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, dan Domisili

Penderita kanker payudara di Instalasi Rawat Inap Dr. Moewardi Surakarta didistribusikan berdasarkan jenis kelamin, usia dan domisili.

1. Distribusi penderita kanker payudara berdasarkan jenis kelamin

Tujuan penggambaran distribusi penderita kanker payudara berdasarkan jenis kelamin adalah untuk mengetahui pasien yang paling banyak menderita kanker payudara. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa perempuan lebih banyak

commit to user

20

menderita kanker payudara (97%) dibandingkan laki-laki (3%). Hasil penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Diagram jumlah penderita kanker payudara berdasarkan jenis kelamin

Berdasarkan data di atas kanker payudara tidak terbatas pada perempuan saja, namun dapat terjadi pula pada laki-laki. Laki-laki juga dapat terkena kanker payudara, tetapi hal itu sangat jarang terjadi (Michaud et al, 2008). Dibandingkan dengan penelitian sebelumnya (Rakhmawati, 2009), pasien pada tahun 2010 lebih bervariasi. Pada tahun 2008 pasien kanker payudara di RSUD Dr. Moewardi diderita oleh perempuan sebanyak 100% dari 75 pasien yang diteliti.

Menurut NCCN, kanker payudara sering terjadi pada perempuan yang sudah menopause, tetapi dapat terjadi pada semua usia. Perempuan sangat rentan menderita kanker payudara karena pengaruh peningkatan hormon estrogen dan progesteron

97

3 0

20 40 60 80 100 120

perempuan laki-laki

persentase (%)

jenis kelamin

Jenis Kelamin (%)

commit to user

21

yang lebih cepat dibanding laki-laki. Reseptor progesteron dan estrogen dapat digunakan untuk menstimulasi pertumbuhan sel kanker. Reseptor ini disebut reseptor estrogen positif atau reseptor estrogen negatif dan reseptor progesteron positif atau progesteron negatif (Anonim, 2010).

2. Distribusi penderita kanker payudara berdasarkan usia

Tujuan penggambaran distribusi penderita kanker payudara berdasarkan usia adalah untuk mengetahui usia pasien yang mudah menderita kanker payudara.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien usia lebih dari 40 tahun lebih mudah menderita kanker payudara dibandingkan dengan pasien usia kurang dari atau sama dengan 40 tahun dan jumlah terbanyak pada pasien wanita pada usia 46-50 tahun. Hasil penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Diagram jumlah penderita kanker payudara berdasarkan usia 0

5 10 15 20 25 30 35

persentase (%)

rentang usia

perempuan laki-laki

commit to user

22

Hasil penelitian di atas dibandingkan dengan penelitian (Rakmawati, 2009) yang menggolongkan usia dalam rentang tiap 10 tahun dan didapat hasil pasien kanker payudara paling banyak diderita pada usia 41-50 tahun sebesar 45% dari 75 pasien yang diteliti. Kanker payudara adalah penyebab kematian kanker terbesar pada wanita usia 20-59 tahun (Michaud et al, 2008). Faktor resiko terjadinya kanker payudara pada wanita yaitu usia awal menstruasi, usia menopause, dan kemampuan mempunyai anak. Wanita yang menstruasi pertama sebelum usia 12 tahun mempunyai resiko berkembangnya kanker payudara lebih besar daripada wanita usia 16 tahun atau lebih. Tidak punya anak dan usia lebih dari 30 tahun pada kelahiran anak pertama dapat memperbesar resiko perkembangan kanker payudara, dua kali lipat. Wanita yang punya anak lebih dari usia 35 tahun mempunyai resiko yang lebih kecil dibanding wanita yang tidak punya anak (Michaud et al, 2008).

3. Distribusi penderita kanker payudara berdasarkan domisili

Tujuan penggambaran distribusi penderita kanker payudara berdasarkan domisili adalah untuk mengetahui domisili pasien kanker payudara yang sering berobat di RSUD Dr. Moewardi. Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa pasien yang berdomisili di luar Surakarta lebih banyak daripada pasien yang berdomisili di Surakarta. Hasil penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.

commit to user

23

Gambar 3. Diagram persentase penderita kanker payudara berdasarkan domisili

Berdasarkan persentase Gambar 3 diketahui pasien kanker payudara di RSUD Dr. Moewardi mayoritas adalah pasien yang berdomisili di luar daerah Surakarta.

Hasil tersebut sesuai dengan klasifikasi RSUD Dr. Moewardi yang berakreditasi tipe A. RSUD Dr. Moewardi digolongkan tipe A karena mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis spesialistik maupun subspesialistik yang menjadikan rumah sakit ini sebagai rumah sakit rujukan tertinggi untuk wilayah Surakarta dan sekitarnya (Siregar dan Amalia, 2003).

C. Distribusi Penderita Kanker Payudara berdasarkan Stadium, Keluhan dan Karakteristik Penggunaan Antiemetik

1. Distribusi penderita kanker payudara berdasarkan stadium

Tujuan penggambaran distribusi penderita kanker payudara berdasarkan stadium adalah untuk mengetahui stadium kanker yang banyak diderita pasien kanker

13 20

7

3 1 6 11 10

6 3 11

1 1 1 1 1 1

Surakarta Karanganyar Wonogiri Semarang Salatiga Boyolali Sukoharjo Klaten Ngawi Blora Sragen Sidoarjo Magetan Magelang Ponorogo Gunung Kidul Pacitan

Surakarta Luar Daerah

Jumlah Pasien (%)

Jumlah Pasien (%)

persentase (%)

commit to user

24

payudara. Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa stadium kanker yang banyak diderita pasien kanker payudara pada stadium tiga. Hasil penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Diagram jumlah penderita kanker payudara berdasarkan stadium

Hasil penelitian di atas dibandingkan dengan penelitian Rahmawati (2009) diperoleh hasil yaitu pasien yang dirawat paling banyak pada stadium III sebesar 80%

dari 75 pasien yang diteliti. Pada rekam medik pasien, sebagian besar ditulis dengan metode TNM, hanya sebagian kecil saja yang ditulis langsung dengan angka romawi.

Metode TNM adalah T (Tumor), N (Nodus), dan M (Metastase), yang dikombinasikan dan dilambangkan dengan angka romawi ke dalam 5 tingkatan (stadium 0, stadium 1, stadium II, stadium III, dan stadium IV). Pengelompokan stadium berdasarkan terapinya dibagi menjadi dua yaitu kemoterapi adjuvan dan neo adjuvant. Kemoterapi adjuvant diberikan setelah pembedahan dengan tujuan untuk

mencegah kekambuhan pada stadium I dan II. Neoadjuvan adalah kemoterapi yang bertujuan untuk memperkecil ukuran kanker sehingga kanker dapat diangkat pada stadium III dan IV (Anonim, 2010). Pada penelitian ini terdapat 7% dari jumlah total

1%

16%

59%

17%

7%

Persentase Stadium Kanker Payudara (%)

I II III IV

Tidak Diketahui

commit to user

25

pasien yang belum diketahui, hal ini dikarenakan data dalam rekam medik pasien kurang lengkap sehingga menyulitkan dalam menentukan stadium.

2. Distribusi penderita kanker payudara berdasarkan keluhan

Tujuan penggambaran distribusi penderita kanker payudara berdasarkan keluhan adalah untuk mengetahui keluhan yang sering dialami pasien kanker payudara akibat kemoterapi. Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa keluhan yang sering dialami pasien kanker payudara akibat kemoterapi adalah mual muntah. Hasil penelitian dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Diagram jumlah penderita kanker payudara berdasarkan keluhan

Hasil di atas sebanding dengan penelitian Rakhmawati (2009) keluhan yang paling banyak diderita pasien kanker payudara adalah mual dan muntah. Mual muntah yang diinduksi kemoterapi (chemotherapy-induced-nausea and vomiting–

20

mual mual, muntah diare pusing nyeri mual, muntah,

nyeri

prosentase

Persentase Keluhan (%)

keluhan

commit to user

26

CINV) merupakan pengalaman yang sangat tidak menyenangkan bagi pasien selama

menjalani terapi kanker. Muntah tidak hanya mempengaruhi kualitas hidup, tetapi dapat menyebabkan penolakan pengobatan antineoplastik. Selain itu, muntah yang tidak terkendali dapat menyebabkan dehidrasi, ketidakseimbangan metabolisme yang mencolok, dan pengurangan masukan zat makanan. Hal ini yang menjadikan penatalaksanaan mual-muntah akibat kemoterapi harus berjalan efektif (Firmansyah, 2010).

3. Distribusi penderita kanker payudara berdasarkan karakteristik penggunaan antiemetik

Tujuan penggambaran distribusi penderita kanker payudara berdasarkan karakteristik penggunaan antiemetik adalah untuk mengetahui obat antiemetik yang sering diresepkan dalam mengatasi keluhan mual muntah akibat kemoterapi.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa obat antiemetik yang paling sering diresepkan adalah ondansetron dalam dosis tunggal. Hasil penelitian dapat dilihat pada Gambar 6.

commit to user

27

Gambar 6. Diagram jumlah penderita kanker payudara berdasarkan karakteristik penggunaan antiemetik

Ondansetron merupakan antiemetik golongan antagonis reseptor serotonin tipe 3 (5-HT3). Ondansetron dapat diberikan dalam dosis tunggal sebelum kemoterapi maupun sesudah kemoterapi (intravena/per oral). Obat ini efektif untuk mengobati tingkatan terapi penyebab muntah (Firmansyah, 2010). Mekanisme kerjanya diduga dilangsungkan dengan mengantagonisasi reseptor 5-HT yang terdapat pada CTZ di area postrema otak dan mungkin juga pada aferen vagal saluran cerna (Anonim, 2007b). Ondansetron biasanya diberikan secara iv 30 menit sebelum kemoterapi. Efeknya diperkuat dengan pemberian dexamethasone (20 mg per infus) sebelum kemoterapi (Tjay dan Rahardja, 2007). Ondansetron berkompetisi dengan histamin bebas untuk mengikat reseptor H1. Obat ini juga bersifat kompetitif

commit to user

28

terhadap efek histamin pada saluran gastrointestinal, uterus, pembuluh darah besar dan otot bronkial. Penghambatan reseptor H1 juga menekan pembentukan edema, panas dan gatal yang disebabkan histamin (Anonim, 2011a). Obat-obat antimuntah sering dikombinasi dengan tujuan meningkatkan efektivitas dan menurunkan toksisitas. Golongan kortikosteroid seperti dexamethasone bekerja dengan meningkatkan aktivitas antimuntah bila diberikan bersama antagonis reseptor 5-HT3 (Firmansyah, 2010).

Metoclopramide merupakan golongan benzamid yang berkhasiat antiemetik berdasarkan awalnya blokade reseptor dopamine di CTZ. Disamping itu zat ini juga memperkuat pergerakan dan pengosongan lambung yang efektif pada semua muntah (Tjay dan Rahardja, 2007). Obat ini dapat mencegah muntah pada 30-40% pasien dan efektif mengurangi muntah pada sebagian besar pasien (Firmansyah, 2010).

Deksamethasone merupakan golongan kortikosteroid. Obat ini efektif untuk kemoterapi penyebab muntah ringan sampai sedang. Mekanisme antimuntahnya tidak diketahui secara pasti, tetapi diduga melibatkan penghambatan prostaglandin (Anonim, 2007a). Kombinasi golongan kortikosteroid dengan golongan 5-HT3 efektif mengobati antiemetik akut dan tertunda (Hesketh, 2008).

D. Rasionalitas Penggunaan Antiemetik pada Penderita Kanker Payudara berdasarkan Ketepatan Indikasi, Penderita, Obat, dan Dosis

1. Rasionalitas Penggunaan Zat Emetik pada Penderita Kanker Payudara berdasarkan Ketepatan Indikasi

commit to user

29

Ketepatan indikasi penggunaan antiemetik pada penderita kanker payudara sudah rasional sesuai dengan standar NCCN. Data indikasi obat-obat antiemetik yang diberikan pada pasien kanker payudara di RSUD Dr. Moewardi dapat dilihat pada Tabel IV.

Tabel IV. Data indikasi obat-obat antiemetik yang diberikan pada pasien kanker payudara di RSUD Dr. Moewardi

Antiemetik Indikasi Sesuai/ Tidak

Sesuai ondansetron kemoterapi dan radiasi yang menyebabkan

mual dan muntah tingkat sedang dan berat

sesuai metoclopramide mual muntah terutama pada gangguan saluran

cerna pada pengobatan dengan sitotoksik atau radioterapi

sesuai

dexamethasone efektif mengobati mual muntah yang diakibatkan oleh sitostatika dan kemoterapi

sesuai

Penggunaan antiemetik bertujuan untuk mencegah dan mengurangi mual, muntah pada pasien kemoterapi. Ondansetron dapat diberikan sebagai obat tunggal (oral maupun intravena) sebelum kemoterapi dan efektif terhadap semua tingkatan terapi penyebab muntah. Metoclopramide merupakan obat yang sangat efektif pada dosis tinggi penyebab muntah. Dexamethasone efektif untuk mengobati penyebab muntah ringan sampai sedang. Obat-obat antiemetik dapat dikombinasi dengan tujuan meningkatkan efektivitas dan menurunkan toksisitas (Firmansyah, 2010).

Berdasarkan data dari Tabel IV dapat disimpulkan bahwa penggunaan antiemetik pada penderita kanker payudara di RSUD Dr. Moewardi sudah tepat indikasi.

Hasil penelitian pada tabel di atas sesuai dengan penelitian rahmawati (2009) yaitu pemberian obat-obat antiemetik pada pasien kanker payudara sesuai dengan standar NCCN. Dalam penelitiannya Rakmawati (2009) mengemukakan bahwa

commit to user

30

pemberian terapi premedikasi dan paskamedikasi disesuaikan dengan tingkat emetogenik (agen antiemetik) tinggi, sedang dan rendah. Terapi premedikasi diberikan sebelum kemoterapi sedangkan terapi paskamedikasi diberikan pada hari berikutnya setelah kemoterapi (hari ke-2, ke-3, ke-4). Menurut protokol kemoterapi, pemberian terapi premedikasi dan paskamedikasi harus diberikan pada pemberian kemoterapi.

2. Rasionalitas Penggunaan Antiemetik pada Penderita Kanker Payudara berdasarkan Ketepatan Penderita

Ketepatan penderita pada pasien kanker payudara sudah rasional sesuai dengan NCCN dengan mempertimbangkan ada tidaknya kontraindikasi dan interaksi obat

dengan obat. Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel V.

Tabel V. Data rasionalitas penggunaan antiemetik berdasarkan ketepatan penderita

Kategori Uraian Jumlah

Pasien

Persentase (%)

sesuai tidak ada kontraindikasi 70 100

tidak sesuai ada kontraindikasi 0 0

Kontraindikasi berkaitan dengan kondisi tubuh pasien. Ketepatan pemberian obat dilihat dari tidak adanya kontraindikasi artinya obat yang diberikan pada pasien aman digunakan, tidak menimbulkan reaksi yang tidak diinginkan dan tidak memperparah kondisi pasien (Widodo, 2004). Kontraindikasi penggunaan ondansetron yaitu hipersensitivitas, ibu hamil, menyusui dan penderita gangguan hati.

Deksamethasone dikontraindikasikan pada kondisi hipersensitif, infeksi cerebral, pemberian kortikosteroid jangka panjang dapat memperparah cushing. Pemberian dosis tunggal dalam jumlah besar bila diperlukan selalu dapat dibenarkan, keadaan

commit to user

31

yang mungkin dapat merupakan kontraindikasi relatif dapat dilupakan, terutama pada keadaan yang mengancam jiwa pasien. Kontraindikasi relatif yaitu diabetes mellitus, tukak peptik, infeksi berat dan gangguan kardiovaskuler lain (Anonim, 2007b).

Metoclopramide kontraindikasi sekresi bronkial pada saluran pernapasan sehingga memperberat serangan asma akut (Anonim,2007a).

3. Rasionalitas Penggunaan Antiemetik pada Penderita Kanker Payudara berdasarkan Ketepatan Obat

Penggunaan antiemetik pada penderita kanker payudara sudah rasional sesuai dengan NCCN. Pemberian antiemetik sudah tepat obat dengan mempertimbangkan kondisi fisiologis dan usia pasien yang disesuaikan dengan riwayat pengobatan yang ada. Data rasionalitas penggunaan antiemetik berdasarkan ketepatan penderita dapat dilihat pada Tabel VI.

Tabel VI. Data rasionalitas penggunaan antiemetik berdasarkan ketepatan obat

Kategori Uraian Jumlah

Pasien

Persentase (%)

sesuai kondisi fisiologis, usia pasien 70 100

tidak sesuai 0 0

Ketepatan penderita yaitu pengobatan yang mempertimbangkan kondisi fisiologis dan usia pasien (Vance dan Millington, 1986). Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa pemberian obat-obatan untuk penderita kanker payudara sudah sesuai dengan ketepatan obat. Hal ini dikarenakan, dalam setiap pemberian terapi pengobatan selalu dilakukan konsultasi dengan dokter spesialis penyakit tumor dan dokter ahli penyakit dalam.

commit to user

32

Pemberian antiemetik untuk pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi sangat diperlukan sebagai terapi pendukung untuk mencegah mual dan muntah. Mual dan muntah merupakan efek samping yang sering dialami pasien kemoterapi. Prinsip dasar dalam mengambil keputusan tentang pengobatan antiemetik adalah bahwa pencegahan mual muntah secara lengkap merupakan tujuan utama. Resiko mual muntah pada pasien tidak dapat diprediksi karena tergantung dari kondisi fisiologis pasien itu sendiri (Hesketh, 2008).

4. Rasionalitas Penggunaan Antiemetik pada Penderita Kanker Payudara berdasarkan Ketepatan Dosis

Penggunaan antiemetik pada pasien kanker payudara sudah rasional sesuai dengan NCCN 2010. Daftar obat antiemetik yang diresepkan dan data rasionalitas penggunaan antiemetik dapat dilihat pada Tabel VII dan Tabel VIII.

Tabel VII. Daftar antiemetik yang diresepkan pada pasien kanker payudara di RSUD Dr.

1. metoclopramide metoclopramide injeksi im/iv

1amp/12j 2 x 1 10-40mg 5mg/ml 2. ondansetron cedantron

dantroxal 3. dexamethasone dexamethasone injeksi 1amp/6j 4x1 12mg PO

hari ke-1,

commit to user

33

Tabel VIII. Data rasionalitas penggunaan antiemetik berdasarkan ketepatan dosis

Berdasarkan tabel diketahui bahwa 70 pasien atau 100%, memenuhi kesesuaian dalam frekuensi pemberian, cara pemberian, kesesuaian dosis standar dengan dosis pemberian. Obat-obatan antiemetik pada pasien kanker payudara diberikan dalam bentuk injeksi karena lebih efektif dan distribusi obat lebih cepat dibanding cara lain. Injeksi adalah sediaan steril yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit, melalui kulit atau selaput lendir (Anief, 2006).

E. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah metode pengumpulan data yang dilakukan secara retrospektif dirasa kurang optimal karena data yang diperoleh kurang lengkap. Hal ini karena keterbatasan pencatatan yang dilakukan rekam medik oleh petugas kesehatan sehingga data laboratorium dan berat badan pasien kurang lengkap. Hal lain yang juga merupakan kelemahan dalam penelitian di rumah sakit ini adalah sulitnya memperoleh protokol kemoterapi.

Kategori Uraian Jumlah

Pasien

Persentase (%) sesuai frekuensi pemberian, cara pemberian,

kesesuaian dosis standar dengan dosis pemberian

70 100

tidak sesuai 0 0

commit to user 34 BAB V PENUTUP

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa evaluasi penggunaan antiemetik pada pengobatan kanker payudara di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr.

Moewardi Surakarta pada tahun 2010 sudah rasional yang memenuhi ketepatan indikasi, ketepatan pasien, ketepatan dosis, dan ketepatan obat sesuai standar NCCN.

2. Saran

- Dapat diteliti lebih lanjut mengenai evaluasi penggunaan antiemetik pada pasien kanker payudara dengan menggunakan metode kohort.

- Penyusunan berkas rekam medik sebaiknya lebih teratur, lengkap dan rapi.

commit to user 35

DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh, 2006, Ilmu Meracik Obat, UGM Press, Yogyakarta.

Anonim, 2011a, Dexamethasone, http://www.dinkes.jabarprov.go.id, 8 September 2011.

Anonim, 2011b, Ondansetron, http://www.dinkes.jabarprov.go.id, 8 September 2011.

Anonim, 2011c, Acces Medicine, http://accessmedicine.com, 20 September 2011.

Anonim, 2011d, BC Cancer Agency-SC Nausea protocol, http://www.bcca.bc.ca, 11 November 2011.

Anonim, 2010, Breast cancer, http://www.nccn.org, 20 Juni 2011.

Anonim, 2007a, Farmakologi dan Terapi, edisi 5, bagian Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 297.

Anonim, 2007b, Farmakologi dan Terapi, edisi 4, bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 297, 593.

Aslam, M., Tan, K.C., Prayitno, A., 2003, Farmasi Klinis Menuju Pengobatan Rasional dan Penghargaan Pilihan Pasien, hal: 335-340, PT. Elex Media Komputindo Kel. Gramedia, Jakarta.

Dipiro, Cecily, V., 2008, Pharmacotherapy a Pathophysiologic Approach, dalam Dipiro, Joseph, T., Talbert, Robert, L., Gary, C,Y.,Gary, R, Matzke., Barbara, G, Wells., L, Michael, Posey., sevent edition, 607, 608, Mc Graw Hill, New York

Michaud, Laura, Boehnke., Espirito, Janet, L., Francisco, J, Esteva., 2008, Pharmacotherapy a Pathophysiologic Approach dalam Dipiro, Joseph, T., Talbert, Robert, L., Gary, C,Y.,Gary, R, Matzke., Barbara, G, Wells., L, Michael, Posey., sevent edition, 2122-2125, Mc Graw Hill, New York.

Rahmawati, Z.N., 2009, Evaluasi Penggunaan Antiemetik dalam Penatalaksanaan Mual Muntah karena Kemoterapi Pada Pasien Kanker Payudara di Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta pada Tahun 2008, Skripsi, Progam Sarjana, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.

commit to user

36

Siregar, Charles J.P., Lia Amalia, 2003, Farmasi Rumah Sakit : Teori dan Penerapan, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.

Tjay, Tan H. dan Rahardja, K., 2007, Obat-Obat Penting (Khasiat Penggunaan dan Efek-efek sampingnya), Edisi IV, Jakarta.

Firmansyah, M. Adi ., 2010, Cermin Dunia Kedokteran: Penatalaksanaan Mual Muntah yang Diinduksi Kemoterapi,CDK, 37: 249-253.

Hesketh, Paul J., 2008. Chemotherapy Induced Nauseae Vomiting, http://www.nejm.org, 22 Juli 2011

Vance, M.A. dan Millington, W.R., 1986, Principle of Irrational Drug Therapy, Int. J. Health science,16(3): 355,361.

Widodo, R., 2004, Panduan Keluarga Memilih dan Menggunakan Obat, cetakan pertama, Kreasi Wacana, Yogyakarta.

Sukandar, Elin Yulinah., Andrajati, Retnosari., Joseph I, S., I Ketut, Adnyana., A, Adji P,S., Kusnandar, ISO Farmakoterapi, 378-381, ISFI, Jakarta

Dokumen terkait