• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIEMETIK PADA PENGOBATAN KANKER PAYUDARA DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA PADA TAHUN 2010 TUGAS AKHIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "EVALUASI PENGGUNAAN ANTIEMETIK PADA PENGOBATAN KANKER PAYUDARA DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA PADA TAHUN 2010 TUGAS AKHIR"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

i

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIEMETIK PADA PENGOBATAN KANKER PAYUDARA DI INSTALASI RAWAT INAP

RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA PADA TAHUN 2010

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya D3 Farmasi

Oleh

Andika Puspita Dewi NIM. M3508007

DIPLOMA 3 FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2011

(2)

commit to user ii

(3)

commit to user iii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir ini adalah hasil penelitian saya sendiri dan tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar apapun di suatu perguruan tinggi, serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari dapat ditemukan adanya unsur penjiplakan maka gelar yang telah diperoleh dapat ditinjau dan/atau dicabut.

Surakarta, 5 Oktober 2011

Andika Puspita Dewi M3508007

(4)

commit to user iv

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIEMETIK PADA PENGOBATAN KANKER PAYUDARA DI INSTALASI RAWAT INAP

RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA PADA TAHUN 2010

INTISARI

Mual dan muntah merupakan efek samping paling ringan yang sering dialami pasien kanker payudara setelah kemoterapi. Efek samping ini dapat dicegah dengan pemberian terapi obat antiemetik. Ketepatan dalam pemberian obat antiemetik akan meningkatkan keamanan dan efektifitas penggunaan obat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penggunaan antiemetik pada pengobatan kanker payudara di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

Jenis penelitian yang digunakan bersifat deskriptif non analitik secara retrospektif. Sampel penelitian yang digunakan adalah pasien rawat inap di RSUD Dr. Moewardi selama tahun 2010 yang menderita kanker payudara, tidak memiliki penyakit penyerta dan menggunakan antiemetik. Data yang diperoleh kemudian disajikan dalam bentuk diagram dan tabeluntuk mengetahui penggunaan antiemetik pasien kanker payudara. Penggunaan antiemetik dievaluasi berdasarkan ketepatan indikasi, ketepatan obat, ketepatan penderita, ketepatan dosis dan membandingkan hasil penelitian dengan standar National Comprehensive Canver Network (NCCN) 2010.

Hasil penelitian yaitu pasien yang paling rentan menderita kanker payudara pada usia 46-50 tahun sebesar 41%. Distribusi stadium kanker payudara terbanyak pada stadium III sebesar59%. Distribusi keluhan yang paling sering dialami oleh penderita kanker payudara akibat kemoterapi adalah mual muntah yaitu sebanyak 53%. Distribusi obat antiemetik yang paling sering digunakan penderita kanker payudara adalah ondansetron sebesar 84%. Penggunaan antiemetik di Instalasi Rawat Inap Dr. Moewardi Surakarta periode 2010 sudah memenuhi ketepatan indikasi, ketepatan obat, ketepatan penderita, ketepatan dosis dan sesuai dengan standar.

Kata kunci : mual muntah, evaluasi, dan RSUD Dr. Moewardi

(5)

commit to user v

AN EVAUATION OF THE ANTIEMETIC DRUG USE IN THE BREAST CANCER MEDICATION AT THE IN-PATIENT INTALLATION OF

THE LOCAL GENERAL HOSPITAL OF DR. MOEWARDI, SURAKARTA IN 2010

ABSTRACT

Nausea and vomiting are the lightest side effects experienced by breast cancer clients following the chemotherapy treatment. They can be prevented by the antiemetic drug administration. The right antimetic drug administration will increase the safety and the effectiveness of drug use. The objective of this research is to investigate the antiemetic drug use in the breast cancer medication at the In-patient Installation of the Local General Hospital of Dr. Moewardi, Surakarta.

This research used the descriptive non-analytic method retrospectively.

Samples of the research were the hospitalized clients at the Local General Hospital of Dr. Moewardi, Surakarta in 2010 wqho suffered from the brteast cancer but did not suffer other disease, and who used the antiemetic drug. The data of the research were displayed in diagrams and tables to find out the antiemetic drug by the breast cancer patient. The antimetic drug use was evaluated according to the criteria of right indication, right drug, right patient. And right dosage and the comparison between the result of the research and standard of National Comprehensive Cancer Network (NCCN).

The result of the research are as follows: (1) the clients who are most vulnerable to the breast cancer are aged 46-50 nyears old (41%); (2) the largest distribution of the breast cancer stadium is SStadium III (59%); (3) the most frequent complaints experienced by the breast cancer clients due to the chemotherapy are nausea and vomiting (53%); (4) the most frequent distribution of the antiemetic drug used by the breast cancer clients is ondansetrone (84%); and (5) the antiemetic drug use at the In-patient Instalallation of the Local General Hospital of Dr. Moewardi, Surakarta in 2010 has fulfilled the criteria of right indication, right drug, right patient, right dosage and standard.

Keywords: Nause and vomiting, evaluation, and the Local General Hospital of Dr.

Moewardi, Surakarta

(6)

commit to user vi

HALAMAN MOTTO

Tujuan hidup kita bukanlah untuk menjadi berbahagia. Tujuan hidup kita adalah untuk menjadi sebab bagi kebahagiaan, bagi diri sendiri dan bagi sebanyak mungkin

orang lain (Mario Teguh).

Semangat terbesar yang ada adalah senyum dari orang tua dan orang-orang yang menyayangi kita.

(7)

commit to user vii

HALAMAN PERSEMBAHAN Tugas akhir ini saya persembahkan kepada:

1. Allah SWT yang selalu menuntunku untuk tetap tabah, kuat, dan semangat dalam menjalani hidup.

2. Orangtua tercinta yang tidak pernah lelah memberi do’a, kasih sayang, dan dukungan baik secara moral dan material padaku.

3. Adik saya tersayang, Aprilia yang senantiasa memberi semangat.

4. Keluarga besar saya yang senantiasa mendoakan dan mengingatkan saya untuk kelancaran TA, terimakasih atas dukungannya.

5. Sahabat-sahabat terdekat Arga, Muthi, Tika, Niska, Awal, Ratna, Nurul, Andra, Anjan dan masih banyak lagi yang namanya tidak bisa disebutkan satu persatu.

6. Teman-teman almamater D3 Farmasi UNS Angkatan 2008

(8)

commit to user viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul

“Evaluasi Penggunaan Antiemetik pada Pengobatan Kanker Payudara di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Moewardi Surakarta pada Tahun 2010”. Tugas akhir ini dimaksudkan untuk memperoleh gelar Ahli Madya Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penyusunan tugas akhir ini tidak lepas dari bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan rasa hormat penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Ir. Ari Handono Ramelan, M.Sc., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNS.

2. Ahmad Ainurofiq, M. Si., Apt., selaku Kepala Program Studi D3 Farmasi, FMIPA UNS.

3. Rita Rakhmawati, M. Si.,Apt., selaku Dosen Pembimbing, terima kasih atas bimbingan dan motivasi yang telah diberikan dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

4. Bambang Sugeng Wijanarko selaku kepala bidang pendididkan dan penelitian RSUD Dr. Moewardi Surakarta atas izin yang telah diberikan untuk melaksanakan penelitian.

(9)

commit to user ix

5. Seluruh staf rekam medikatas bantuan yang telah diberikan selama penelitian.

6. Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta sebagai tempat penelitian

7. Seluruh mahasiswa D3 Farmasi FMIPA UNS.

8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini.

Semoga Allah SWT memberikan balasan atas jasa-jasa yang telah membimbing dan membantu penyusun dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan demi sempurnanya penelitian ini. Semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya.

Surakarta, 5 Oktober 2011 Penyusun

Andika Puspita Dewi

(10)

commit to user x DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

INTISARI ... iv

ABSTRACT ... v

HALAMAN MOTTO ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

DAFTAR SINGKATAN ... xv

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II Tinjauan Pustaka A. Kanker Payudara... 5

1. Pengertian ... 5

2. Penyebab ... 5

3. Tipe Kanker Payudara ... 6

4. Tahapan Stadium ... 7

5. Pengobatan Kanker Payudara ... 8

6. Protokol Kemoterapi ... 9

(11)

commit to user xi

B. Mual Muntah... 9

1. Pengertian ... 9

2. Patofisiologi ... 10

3. Tipe Mual Muntah Akibat Kemoterapi ... 10

4. Klasifikasi Agen Sitotoksik Berdasarkan Resiko Mual Muntah 12 5. Terapi Mual Muntah ... 12

C. Pengobatan yang Rasional ... 14

D. Kerangka Pemikiran ... 15

E. Keterangan Empiris ... 15

BAB III Metode Penelitian A. Jenis Penelitian ... 16

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 16

C. Alat dan Bahan... 16

D. Populasi dan Sampel ... 16

E. Cara Kerja ... 17

F. Analisis Data ... 18

BAB IV Hasil dan Pembahasan A. Proses Penelusuran Data ... 19

B. Distribusi Penderita Kanker Payudara Berdasarkan Jenis Kelamin Usia, dan Domisili ... 19

C. Distribusi Penderita Kanker Payudara Berdasarkan Stadium, Keluhan dan Karakteristik Penggunaan Antiemetik ... 23

D. Rasionalitas Penggunaan Antiemetik pada Penderita Kanker Payudara BerdasarkanTepat Indikasi, Penderita, Obat dan Dosis . 28 BAB V Penutup A. Kesimpulan ... 34

B. Saran ... 34

DAFTAR PUSTAKA ... 35

(12)

commit to user xii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel I. Klasifikasi stadium klinis kanker payudara ... 7 Tabel II. Klasifikasi agen sitotoksik berdasarkan resiko mual muntah menurut

Dipiro, 2008 ... 12 Tabel III. Obat-obat antiemetik yang digunakan ... 13 Tabel IV. Data indikasi obat-obat antiemetik yang diberikan pada pasien

kanker payudara di RSUD Dr. Moewardi ... 29 Tabel V. Data rasionalitas penggunaan antiemetik berdasarkan ketepatan

penderita ... 30 Tabel VI. Data rasionalitas penggunaan antiemetik berdasarkan ketepatan obat 31 Tabel VII.Daftar antiemetik yang diresepkan pada pasien kanker payudara di

RSUD Dr. Moewardi ... 32 Tabel VIII.Data rasionalitas penggunaan antiemetik berdasarkan ketepatan dosis

... 33

(13)

commit to user xiii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1.Diagram jumlah penderita kanker payudara berdasarkan jenis

kelamin ... 20 Gambar 2. Diagram jumlah penderita kanker payudara berdasarkan usia ... 21 Gambar 3. Diagram persentase penderita kanker payudara berdasarkan domisili

... 23 Gambar 4. Diagram jumlah penderita kanker payudara berdasarkan stadium ... 24 Gambar 5. Diagram jumlah penderita kanker payudara berdasarkan keluhan ... 25 Gambar 6. Diagram jumlah penderita kanker payudara berdasarkan

karakteristik penggunaan antiemetik ... 27

(14)

commit to user xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Data pasien ... 37

(15)

commit to user xv

DAFTAR SINGKATAN CTZ = Chemoreseptor Trigger Zone

DCIS = Ductal Carcinoma In Situ HER = High Estrogen Receptor IM = Intramuskular

IV = Intravena

LCIS = Lobular Carcinoma In Situ

NCCN = National Comprehensive Cancer Network Prn = Pro renata (bila perlu)

WHO = World Health Organization

5-HT3 = Golongan antagonis reseptor serotonin tipe-3

(16)

commit to user 1

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kanker merupakan tumor ganas adalah sekelompok sel kanker yang menyerang jaringan sekitar/menyebar (metastasis) ke organ lain dalam tubuh. Sel- sel kanker dapat tumbuh dan membentuk tumor yang dapat menggantikan atau mengubah jaringan normal baik di payudara dan di bagian lain dari tubuh, seperti hati, paru-paru atau tulang. Kanker payudara biasanya terjadi pada lobulus payudara dimana susu diproduksi atau di saluran yang mengalirkan susu dari payudara. Kanker payudara tidak hanya diderita pada wanita yang sudah menopause tetapi dapat juga terjadi pada semua usia. Kanker payudara juga dapat terjadi pada pria tetapi hal tersebut sangat jarang (Anonim, 2010).

Menurut WHO kanker payudara merupakan kanker yang paling banyak ditemukan pada wanita. Berdasarkan penelitian WHO, 8-9% wanita akan mengalami kanker payudara. Setiap tahun lebih dari 250,000 kasus baru kanker payudara terdiagnosa di Eropa dan kurang lebih 175,000 di Amerika Serikat.

Pada tahun 2000 diperkirakan 1,2 juta wanita terdiagnosis kanker payudara dan lebih dari 700,000 meninggal karenanya. Belum ada data statistik yang akurat di Indonesia, namun data yang terkumpul dari rumah sakit menunjukkan bahwa kanker payudara menduduki ranking pertama diantara kanker lainnya pada

(17)

commit to user

2

wanita. Setelah menjalani perawatan, sekitar 50% pasien mengalami kanker payudara stadium akhir dan hanya bertahan hidup 18 – 30 bulan.

Stadium kanker menurut (National Comprehensive Cancer Network (NCCN) dibagi ke dalam empat stadium berdasarkan jenis kanker invasif atau

noninvasif, ukuran tumor, jumlah kelenjar getah bening, dan penyebarannya ke jaringan tubuh yang lain (Anonim, 2010). Kemoterapi merupakan cara untuk menghambat penyebaran sel-sel kanker dalam tubuh (Rahmawati, 2009). Namun efek samping yang ditimbulkan adalah mual dan muntah. Mual dan muntah merupakan salah satu efek samping yang sering terjadi pada pasien yang mendapat kemoterapi, umumnya disebabkan oleh obat-obat kemoterapi yang digunakan. Kondisi ini dapat menjadi pengalaman yang tidak menyenangkan bagi pasien kemoterapi. Mengingat mual muntah dapat menyebabkan dehidrasi dan gangguan asupan zat makanan, serta penolakan pasien terhadap pengobatan antineoplastik maka penatalaksanaan mual-muntah akibat kemoterapi harus efektif (Firmansyah, 2010).

Pentingnya faktor usia sebagai faktor risiko diperkuat oleh data bahwa 78% kanker payudara terjadi pada pasien yang berusia lebih dari 50 tahun dan hanya 6% pada pasien yang kurang dari 40 tahun. Rata-rata usia pada saat ditemukannya kanker adalah 64 tahun. Studi juga mengevaluasi peranan faktor gaya hidup dalam perkembangan kanker payudara yang meliputi pestisida, konsumsi alkohol, kegemukan, asupan lemak serta kurangnya olah fisik.

(18)

commit to user

3

Diperkirakan, periode antara terjadinya haid pertama dengan umur saat kehamilan pertama merupakan jalan pertama perkembangan kanker payudara.

Pemberian antiemetik harus dilakukan untuk mencegah efek mual, muntah, dan gejala lain sebagai akibat kemoterapi. Penatalaksanaan pemberian obat disesuaikan dengan potensi emetogen (agen emetik) kemoterapi dan resiko mual muntah yang akan terjadi. Obat yang akan menimbulkan resiko mual, muntah yang tinggi akan diberikan pada hari pertama kemoterapi kemudian regimen obat lain diberikan pada hari berikutnya (Hesketh, 2008).

Dalam memberikan terapi, RSUD Dr. Moewardi Surakarta memiliki protokol sendiri untuk menentukan rasionalitas obat-obat antiemetik pada kanker payudara karena kemoterapi. Selain protokol lokal ini, terdapat juga standar terapi antiemetik internasional dari National Comprehensive Cancer Network (NCCN) tahun 2010. Evaluasi obat-obat antiemetik sangat diperlukan dalam pengobatan kemoterapi sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang evaluasi penggunaan antiemetik pada pengobatan kanker payudara di instalasi rawat inap RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

B. RUMUSAN MASALAH

Apakah penggunaan antiemetik sudah tepat indikasi, tepat penderita, tepat obat dan tepat dosis pada pengobatan kanker payudara di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Moewardi dan sesuai dengan standar dari National Comprehensive Cancer Network (NCCN) tahun 2010 ?

(19)

commit to user

4

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui evaluasi penggunaan antiemetik yang meliputi ketepatan indikasi, ketepatan penderita, ketepatan obat, dan ketepatan dosis pada pengobatan kanker payudara di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Moewardi Surakarta pada tahun 2010 dibandingkan dengan standar dari National Comprehensive Cancer Network (NCCN).

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Mengetahui rasionalitas pengobatan antiemetik pada pengobatan kanker payudara.

2. Meningkatkan keamanan dan efektifitas obat–obat antiemetik pada pasien kanker payudara.

3. Sebagai informasi penunjang dalam memberikan obat-obat antiemetik pada pasien kemoterapi.

(20)

commit to user 5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KANKER PAYUDARA 1. Pengertian

Kanker payudara adalah kanker yang menyerang jaringan payudara.

Kanker payudara menyebabkan sel-sel terus tumbuh dan membelah secara abnormal dan tidak terkendali. Jaringan abnormal ini juga dapat menyebar dan menyerang organ lain dalam tubuh (Anonim, 2010).

2. Penyebab

Penyebab pasti kanker payudara belum diketahui secara spesifik, akan tetapi sejumlah faktor diketahui dapat meningkatkan resiko kanker payudara meliputi:

- Faktor endokrin

Faktor endokrin sering dikaitkan dengan kejadian kanker payudara.

Hal ini berhubungan dengan durasi terjadinya menstruasi. Resiko kanker payudara meningkat antara onset menstruasi dan usia kehamilan pertama dimana terjadi ketidakseimbangan hormon yang menyebabkan reaksi sel secara berlebih pada jaringan payudara.

- Faktor genetik

Riwayat keluarga yang menderita kanker payudara dapat memperbesar kemungkinan seseorang menderita kanker payudara. Pada pasien yang

(21)

commit to user

6

demikian cenderung memiliki payudara padat dan penyakit payudara jinak.

Faktor gen mungkin berperan dalam menentukan kepadatan payudara.

- Lingkungan dan gaya hidup

Diet merupakan faktor lingkungan yang berhubungan dengan asupan makanan. Kebiasaan mengkonsumsi makan-makanan berlemak jenuh seperti daging (mengandung karsinogen) dapat meningkatkan resiko kanker payudara. Untuk mencegah resiko kanker payudara disarankan mencukupi asupan makanan berserat dan vitamin (vitamin A, C, E, dan β karoten) (Michaud et al, 2010).

3. Tipe Kanker Payudara

Kanker payudara dibagi berdasarkan tempat tumbuh dan menyebarnya sel-sel kanker, baik di duktus maupun lobulus. Tipe kanker payudara dibagi menjadi 2, yaitu:

a) noninvasif (carcinoma in situ)

Carcinoma adalah kata lain dari kanker, carsinoma in situ berarti kanker yang masih dini, terbatas pada jaringan payudara dan belum menyebar ke organ tubuh lain. Carcinoma in situ terdiri dari lobular carcinoma in situ (LCIS) dan ductal carcinoma in situ (DCIS). LCIS yaitu sel kanker ada di lobulus dan tidak tumbuh menembus dinding lobulus jaringan lemak payudara. DCIS yaitu sel kanker ada di ductus dan tidak menyebar menembus

(22)

commit to user

7

dinding ductus jaringan lemak payudara. Tipe invasif punya kemungkinan berkembang menjadi invasif.

b) Invasif (carcinoma ex situ)

Sel-sel kanker telah menyebar dan menyerang jaringan di sekitar payudara (Anonim, 2010).

4. Tahapan Stadium

Menurut NCCN (2010), klasifikasi stadium klinis kanker payudara dapat dilihat pada Tabel I.

Tabel I. Klasifikasi Stadium Klinis Kanker Payudara Stadium T (Tumor) N (Nodus) M (Metastase)

0 T1s N0 M0

I T1 N0 M0

II A T0

T1 T2

N1 N1 N0

M0 M0 M0

II B T2

T3

N1 N0

M0 M0

III A T0

T1 T2 T3 T3

N2 N2 N2 N1 N2

M0 M0 M0 M0 M0

III B T4 semua N M0

III C semua T N3 M0

IV semua T semua N M1

Keterangan tabel :

T1s : carcinoma insitu adalah non infiltrating intraductal carcinoma dimana tak teraba tumor T0 : tumor tak teraba, tetapi menyebar ke jaringan terdekat

T1 : diameter tumor 2cm atau lebih kecil T2 : diameter tumor antara 2-5 cm T3 : diameter tumor lebih dari 5cm

T4 : tumor dengan segala ukuran dimana telah mencapai dinding dada, infiltras pada kulit

N0 : pemeriksaan klinis dan pengamatan di bawah mikroskop, kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening

N1 : kanker telah menyebar di 1-3 kelenjar getah bening di ketiak N2 : kanker telah menyebar di 4-9 kelenjar getah bening di ketiak

(23)

commit to user

8

N3 : kanker telah menyebar di 10 atau bahkan lebih di kelenjar getah bening pada ketiak M0 : tidak terdapat metastase jauh

M1 : sudah terdapat metastase jauh

5. Pengobatan Kanker Payudara Pengobatan kanker payudara meliputi : a) Pembedahan

Pembedahan digunakan untuk penatalaksanaan kanker stadium dini.

Pembedahan dapat berupa lumpektomi (hanya menghilangkan tumor dan sedikit sel normal di sekitar jaringan tumor pada payudara) ataupun mastektomi (pengangkatan seluruh payudara tanpa nodus limfa dibawah lengan).

b) Terapi radiasi

Terapi ini diterapkan setelah menjalani pembedahan untuk menurunkan resiko kekambuhan, juga sebelum pembedahan untuk mengecilkan masa tumor.

c) Kemoterapi

Kemoterapi juga diterapkan setelah menjalani pembedahan untuk menurunkan resiko kekambuhan, sebelum pembedahan untuk mengecilkan masa tumor, dan sebagai terapi utama saat terjadi kekambuhan.

d) Terapi hormonal

Terapi ini bermanfaat pada reseptor estrogen dan progesteron positif baik pada stadium dini maupun metastasis. Terapi ini digunakan baik secara tunggal ataupun setelah kemoterapi, misalnya : tamoxifen, letrozol.

(24)

commit to user

9

e) Terapi gen

Terapi ini digunakan pada kanker stadium lanjut atau sebagai adjuvan terapi pada kanker stadium awal, dimana terdapat protein HER2, misalnya trastuzumab, lapatinib (Rahmawati, 2009).

6. Protokol Kemoterapi

Pendekatan perawatan untuk pengelolaan pengobatan kanker payudara sangat diperlukan. Pendekatan perawatan dengan pemberian antiemetik bertujuan untuk mencegah atau menghilangkan mual dan muntah. Antiemetik diperlukan untuk mengantisipasi terjadinya mual dan muntah agar dapat terkontrol dengan baik. Dalam penggunaan antiemetik harus dipastikan pemberiannya optimal dalam setiap siklusnya. Sediaan obat entiemetik dapat berupa oral maupun IV tergantung kebutuhan dan keadaan pasien. Obat antimetik yang biasa digunakan adalah golongan 5-HT3 yang efektif dalam dosis tunggal. Penggunaan golongan kortikosteroid digunakan untuk mual muntah yang tertunda (Anonim, 2011d).

B. MUAL MUNTAH 1. Pengertian

Mual diartikan sebagai keinginan untuk muntah atau gejala yang dirasakan di tenggorokan dan di sekitar lambung, yang menandakan akan segera muntah. Muntah diartikan sebagai pengeluaran isi lambung melalui mulut, yang seringkali membutuhkan dorongan yang sangat kuat (Dipiro, 2008).

(25)

commit to user

10

2. Patofisiologi

Daerah yang berperan dalam proses mual dan muntah adalah pusat muntah yang terletak di medula oblongata dan daerah pemicu kemoreseptor/

Cemoreseptor Trigger Zone (CTZ) yang terletak di area postrema. Obat–obat

kemoterapi (atau metabolitnya) dapat mengaktivasi langsung daerah pemicu kemoreseptor atau di pusat muntah. Beberapa reseptor di kedua daerah tersebut, termasuk dopamine tipe 2 (DA2) dan serotonin tipe 3 (5-HT3) berperan penting (Firmansyah, 2010).

Warna dan bau obat-obat kemoterapi (dan bahkan rangsangan yang berhubungan dengan kemoterapi, seperti tanda di ruang pengobatan atau dokter atau perawat yang memberi terapi) dapat mengaktivasi pusat muntah yang lebih tinggi di pusat otak dan memicu muntah. Obat-obat kemoterapi dapat pula bekerja secara perifer, dengan menyebabkan kerusakan sel di saluran pencernaan, dan melepaskan serotonin dari sel enterokromafin mukosa usus halus. Serotonin yang dilepaskan akan mengaktifkan reseptor 5-HT3 pada saraf vagus dan serat aferen nervus splanknikus yang kemudian membawa sinyal sensoris ke medula sehingga terjadi respons muntah (Firmansyah, 2010).

3. Tipe Mual-Muntah akibat Kemoterapi

Secara garis besar, didasarkan pada onset-nya, terdapat 3 (tiga) tipe mual muntah terinduksi kemoterapi / Chemotherapy Induced Nauseae–Vomiting (CINV) , yaitu:

(26)

commit to user

11

a) CINV Akut (acute nausea and vomiting)

CINV akut didefinisikan sebagai mual muntah yang terjadi dalam 24 jam setelah pasien mendapat kemoterapi. Pada pasien yang tidak mendapat profilaksis, keadaan ini dapat terjadi dalam satu sampai dua jam setelah kemoterapi, dengan insiden puncak rata-rata pada empat sampai enam jam pertama.

b) CINV Lambat (delayed nausea and vomiting)

CINV disebut onset lambat bila mual muntah terjadi setelah 24 jam setelah kemoterapi. Sering terjadi pada pemberian cisplatin dosis tinggi. Jika pasien tidak mendapat terapi profilaksis, biasanya keadaan ini terjadi sekitar 48 sampai 72 jam setelah kemoterapi diberikan, dan berkurang secara bertahap setelah 2 sampai 3 hari sesudahnya. Meskipun dibandingkan dengan CINV akut, kekerapan CINV lambat ini lebih rendah, namun CINV ini kurang dapat diatasi dengan baik oleh obat-obat antiemetik yang ada bila dibandingkan dengan episode akut. CINV ini, selain akibat pemberian terapi sisplatin, dapat juga oleh karboplatin, siklofosfamid, dan antrasiklin.

c) CINV Antisipasi (anticipatory nausea and vomiting)

Kondisi ini adalah sebuah kondisi respon pasien yang pernah mengalami mual-muntah selama siklus kemoterapi sebelumnya. Pemberian antiemetik selama siklus awal kemoterapi menyebabkan kondisi ini tidak lagi menjadi masalah signifikan (Firmansyah, 2010).

(27)

commit to user

12

4. Klasifikasi agen sitotoksik berdasarkan resiko mual muntah

Klasifikasi agen sitotoksik berdasarkan resiko mual muntah menurut Dipiro (2008) dapat dilihat pada Tabel II.

Tabel II. Klasifikasi agen sitotoksik berdasarkan resiko mual muntah menurut DiPiro (2008)

5. Terapi mual dan muntah

Secara garis besar terapi yang digunakan meliputi 2 macam, yaitu : a) Terapi nonfarmakologi

Terapi nonfarmakologi yang digunakan untuk menanggulangi mual muntah misalnya diet (untuk mual muntah ringan karena pengaruh intake makanan), intervensi behavioral seperti relaksasi dan hipnotis (Sukandar dkk, 2008).

a) Terapi farmakologi dengan antiemetik

Level 1

(frekuensi mual dan muntah kurang dari 10%)

bevacizumab, bleomycin, busulfan, 2-Chlorodeoxyadenosin, fludarabin, rituximab, vinblastin, vincristin, vinorelbine

Level 2

(frekuensi mual dan muntah 10% - 30%)

bortezomib, cetuximab, cytarabin ≤ 1g/m2 , docetaxel, etoposide, fluorouracil, gemcitabine, methotrexate, mitomycin, mitoxantron, paclitaxel, pemetrexed, topotecan, trastuzumab

Level 3

(frekuensi mual dan muntah 30% - 90%)

carboplatin, cytarabin ≥1g/m2 , cyclophosphamid < 1500mg/m2 ,daunorubicin, doxorubicin, epirubicin, idarubicin, ifosfamid, irinotecan, oxaliplatin

Level 4

(frekuensi mual dan muntah > 90%)

carmustin, cisplatin, cyclophospamid ≥ 1500mg/m2, dacarbazin, dactinomycin, mechlorethamine, streptozotocin

(28)

commit to user 13

Tabel III. Obat-obat antiemetik yang digunakan

No. Golongan Obat Mekanisme Kerja Indikasi Efek Samping Contoh Dosis sediaan Aturan Pakai

1. Antasid menetralkan asam lambung mual muntah diare, konstipasi Al(OH), Mg(OH)2,

CaCO3

15-30 ml larutan tiap 2-4jam(prn) 2. Antihistamin,

antikolinergik

memotong alur jalannya afferent visceral

mual muntah mengantuk, bingung, mulut kering, retensi urin

difenhidramin

dimenhidrinat

cyklizin

25-50mg 10-50mg 50-100mg

50mg

tab, cap, larutan IM, IV tab, tab hisap, cap

tab

tiap 4-6jam(prn) tiap 2-4 jam(prn) tiap 4-6jam(prn) tiap 4-6jam(prn)

3. Antagonis H2 menghambat reseptor H2 yang mensekresi asam lambung

mual muntah mengantuk, bingung, pandangan kabur, mulut kering, retensi urin

simetidin famotidin nizatidin ranitidin

200mg 10mg 75mg 75mg

tab tab tab tab

2xsehari (prn) 2xsehari (prn) 2xsehari (prn) 2xsehari (prn)

4. Fenotiazin memblokade dopamine yang

mirip CTZ

mual muntah sedasi berlebihan klorpromazin,

proklorperazin

prometazin,

10-25mg 25-50mg 5-10mg 2.5-10mg 12.5-25mg

tab, larutan IM, IV IM IV

tab, larutan, IM, IV, supp

tiap4-6jam(prn) tiap 4-6jam(prn) tiap 3-4jam(prn) tiap 3-4jam(prn) tiap 4-6jam (prn)

5. Kortikosteroid melibatkan penghambatan prostaglandin

mual muntah akut dan tunda

sakit kepala, perut tidak nyaman deksametashone 8mg IV 1 atau 2xsehari

(prn) 6. Metoclopramide memblokade reseptor pusat

dopaminergik di CTZ

mual muntah tunda

extrapiramidal metoclopramide 10mg IV tiap 6jam (prn)

7. SSRI menghambat reseptor serotonin

pre sinap di syaraf sensoris vagus di saluran cerna

mual muntah akut

konstipasi, diare, sakit kepala, pusing ondansetron, granisetron, dolanosetron,

8mg 1mg 100mg

IV IV IV

3xsehari (prn) sehari (prn) sehari (prn)

13

(29)

commit to user

14

C. Pengobatan yang Rasional

Penerapan penggunaan obat yang rasional merupakan pelayanan kesehatan yang bersifat menyeluruh, melibatkan dokter, puskesmas, dan pengguna obat.

Langkah penting dalam penerapan penggunaan obat yang rasional, yaitu:

1. Diagnosa tepat

2. Peresepan efektif, aman dan ekonomis 3. Pelayanan yang baik

4. Penggunaan obat pasien dengan informasi yang sesuai (Aslam, 2003).

Penerapan penggunaan obat yang rasional memberi manfaat yaitu mengoptimalisasi tujuan pengobatan yang ingin dicapai dengan meminimalkan efek samping obat dengan rasio manfaat dan resiko yang optimal serta berkurangnya beban biaya pengobatan yang diperlukan (Aslam, 2003).

Menurut Vance dan Millington (1986), prinsip yang harus dilaksanakan untuk mencapai pengobatan yang rasional yaitu:

1. Tepat indikasi, merupakan diagnosis penyakit yang akurat

2. Tepat penderita, yaitu tidak ada kontraindikasi/ kondisi khusus yang dapat mempermudah timbulnya efek samping

3. Tepat obat, yaitu efektif, aman dan ekonomis sesuai dengan kondisi pasien

4. Tepat dosis, yaitu, takaran obat dan lama pemberian obat sesuai dengan kondisi pasien

5. Waspada efek samping obat

(30)

commit to user

15

D. KERANGKA PEMIKIRAN

E. KETERANGAN EMPIRIS

Evaluasi penggunaan antiemetik pada pasien kanker payudara di Instalasi Rawat Inap di RSUD Dr. Moewardi Surakarta sudah memenuhi tepat indikasi, tepat penderita, tepat obat dan tepat dosis.

Pasien dengan diagnosis kanker payudara yang menjalani kemoterapi

Ketepatan indikasi Perlu antiemetik

Ketepatan penderita Rasionalitas

penggunaan antiemetik

Ketepatan obat

Ketepatan dosis

- Kontraindikasi

- Kondisi pasien

- Keamanan dan kemanfaatan antiemetik

- Pemilihan cara pemakaian - frekuensi pemberian

(31)

commit to user 16 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif non analitik secara retrospektif.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di bagian rekam medik Rawat Inap RSUD dr. Moewardi pada bulan Juli-September tahun 2010.

C. Alat dan Bahan

Bahan dan sumber data yang digunakan adalah rekam medik/medical record yang meliputi nomor catatan medik, identitas pasien, diagnosa, catatan pemberian obat antiemetik, data laboratorium, obat antiemetik yang digunakan (nama obat, jumlah, dosis, rute penggunaan dan lama pemberian).

D. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan obyek yang diteliti. Dalam penelitian ini populasi yang diperlukan adalah semua pasien kanker payudara yang menggunakan antiemetik di RSUD dr. Moewardi.

(32)

commit to user

17

2. Sampel

Sampel merupakan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Sampel dalam penelitian ini dari pasien kanker payudara di Dr.

Moewardi Surakarta pada tahun 2010 yaitu sebanyak 70 orang dari jumlah pasien yang ada. Kriteria inklusi yang ditetapkan yaitu pasien rawat inap di RSUD Dr.

Moewardi selama tahun 2010 yang menderita kanker payudara, tidak memiliki penyakit penyerta dan menggunakan antiemetik.

E. Cara Kerja

Ijin Penelitian Pengumpulan

Data

Terapi antiemetik Data deskripsi pasien

Analisis Data

Diagnosa pasien

Pembahasan

Kesimpulan

Penyusunan TA Proposal

(33)

commit to user

18

F. Analisis Data

Data rasionalitas penggunaan antiemetik pada pasien kanker payudara periode tahun 2010 yang telah diperoleh kemudian dianalisa secara deskriptif sebagai berikut:

1) Distribusi pasien berdasarkan jenis kelamin, usia dan domisili.

Jenis kelamin, usia dan domisili dihitung dari semua pasien kanker payudara yang menggunakan antiemetik

2) Distribusi pasien berdasarkan stadium, keluhan dan karakteristik penggunaan antiemetik.

Stadium, keluhan dan karakteristik penggunaan antiemetik pada pasien kanker payudara dihitung persentasenya.

3) Rasionalitas penggunaan antiemetik berdasarkan ketepatan indikasi, ketepatan penderita, ketepatan obat, dan ketepatan dosis.

Analisa rasionalitas penggunaan antiemetik dengan membandingkan indikasi, penderita, obat dan dosis berdasarkan standar NCCN 2010,

4) Pengolahan data

Data yang diperoleh dianalisis dengan program Microsoft Office Excel 2000.

(34)

commit to user 19 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Proses Penelusuran Data

Proses penelusuran data dilakukan dengan mengamati dan menganalisa kartu rekam medis penderita kanker payudara di Instalasi Rawat Inap Dr. Moewardi Surakarta periode tahun 2010. Selama tahun 2010 ada 251 pasien yang didiagnosa kanker payudara di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

Berdasarkan data tersebut hanya ada 164 pasien yang rekam mediknya ditemukan.

Hal ini dimungkinkan saat pengambilan data, rekam medik pasien tidak dapat ditemukan pada tempat yang semestinya. Oleh karena itu didapatkan 70 pasien yang memenuhi kriteria inklusi. Jumlah sampel yang didapat kemudian dianalisis untuk menentukan kerasionalan penggunaan antiemetik pada penderita kanker payudara.

B. Distribusi Penderita Kanker Payudara berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, dan Domisili

Penderita kanker payudara di Instalasi Rawat Inap Dr. Moewardi Surakarta didistribusikan berdasarkan jenis kelamin, usia dan domisili.

1. Distribusi penderita kanker payudara berdasarkan jenis kelamin

Tujuan penggambaran distribusi penderita kanker payudara berdasarkan jenis kelamin adalah untuk mengetahui pasien yang paling banyak menderita kanker payudara. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa perempuan lebih banyak

(35)

commit to user

20

menderita kanker payudara (97%) dibandingkan laki-laki (3%). Hasil penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Diagram jumlah penderita kanker payudara berdasarkan jenis kelamin

Berdasarkan data di atas kanker payudara tidak terbatas pada perempuan saja, namun dapat terjadi pula pada laki-laki. Laki-laki juga dapat terkena kanker payudara, tetapi hal itu sangat jarang terjadi (Michaud et al, 2008). Dibandingkan dengan penelitian sebelumnya (Rakhmawati, 2009), pasien pada tahun 2010 lebih bervariasi. Pada tahun 2008 pasien kanker payudara di RSUD Dr. Moewardi diderita oleh perempuan sebanyak 100% dari 75 pasien yang diteliti.

Menurut NCCN, kanker payudara sering terjadi pada perempuan yang sudah menopause, tetapi dapat terjadi pada semua usia. Perempuan sangat rentan menderita kanker payudara karena pengaruh peningkatan hormon estrogen dan progesteron

97

3 0

20 40 60 80 100 120

perempuan laki-laki

persentase (%)

jenis kelamin

Jenis Kelamin (%)

(36)

commit to user

21

yang lebih cepat dibanding laki-laki. Reseptor progesteron dan estrogen dapat digunakan untuk menstimulasi pertumbuhan sel kanker. Reseptor ini disebut reseptor estrogen positif atau reseptor estrogen negatif dan reseptor progesteron positif atau progesteron negatif (Anonim, 2010).

2. Distribusi penderita kanker payudara berdasarkan usia

Tujuan penggambaran distribusi penderita kanker payudara berdasarkan usia adalah untuk mengetahui usia pasien yang mudah menderita kanker payudara.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pasien usia lebih dari 40 tahun lebih mudah menderita kanker payudara dibandingkan dengan pasien usia kurang dari atau sama dengan 40 tahun dan jumlah terbanyak pada pasien wanita pada usia 46-50 tahun. Hasil penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Diagram jumlah penderita kanker payudara berdasarkan usia 0

5 10 15 20 25 30 35

persentase (%)

rentang usia

perempuan laki-laki

(37)

commit to user

22

Hasil penelitian di atas dibandingkan dengan penelitian (Rakmawati, 2009) yang menggolongkan usia dalam rentang tiap 10 tahun dan didapat hasil pasien kanker payudara paling banyak diderita pada usia 41-50 tahun sebesar 45% dari 75 pasien yang diteliti. Kanker payudara adalah penyebab kematian kanker terbesar pada wanita usia 20-59 tahun (Michaud et al, 2008). Faktor resiko terjadinya kanker payudara pada wanita yaitu usia awal menstruasi, usia menopause, dan kemampuan mempunyai anak. Wanita yang menstruasi pertama sebelum usia 12 tahun mempunyai resiko berkembangnya kanker payudara lebih besar daripada wanita usia 16 tahun atau lebih. Tidak punya anak dan usia lebih dari 30 tahun pada kelahiran anak pertama dapat memperbesar resiko perkembangan kanker payudara, dua kali lipat. Wanita yang punya anak lebih dari usia 35 tahun mempunyai resiko yang lebih kecil dibanding wanita yang tidak punya anak (Michaud et al, 2008).

3. Distribusi penderita kanker payudara berdasarkan domisili

Tujuan penggambaran distribusi penderita kanker payudara berdasarkan domisili adalah untuk mengetahui domisili pasien kanker payudara yang sering berobat di RSUD Dr. Moewardi. Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa pasien yang berdomisili di luar Surakarta lebih banyak daripada pasien yang berdomisili di Surakarta. Hasil penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.

(38)

commit to user

23

Gambar 3. Diagram persentase penderita kanker payudara berdasarkan domisili

Berdasarkan persentase Gambar 3 diketahui pasien kanker payudara di RSUD Dr. Moewardi mayoritas adalah pasien yang berdomisili di luar daerah Surakarta.

Hasil tersebut sesuai dengan klasifikasi RSUD Dr. Moewardi yang berakreditasi tipe A. RSUD Dr. Moewardi digolongkan tipe A karena mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis spesialistik maupun subspesialistik yang menjadikan rumah sakit ini sebagai rumah sakit rujukan tertinggi untuk wilayah Surakarta dan sekitarnya (Siregar dan Amalia, 2003).

C. Distribusi Penderita Kanker Payudara berdasarkan Stadium, Keluhan dan Karakteristik Penggunaan Antiemetik

1. Distribusi penderita kanker payudara berdasarkan stadium

Tujuan penggambaran distribusi penderita kanker payudara berdasarkan stadium adalah untuk mengetahui stadium kanker yang banyak diderita pasien kanker

13 20

7

3 1 6 11 10

6 3 11

1 1 1 1 1 1

Surakarta Karanganyar Wonogiri Semarang Salatiga Boyolali Sukoharjo Klaten Ngawi Blora Sragen Sidoarjo Magetan Magelang Ponorogo Gunung Kidul Pacitan

Surakarta Luar Daerah

Jumlah Pasien (%)

Jumlah Pasien (%)

persentase (%)

(39)

commit to user

24

payudara. Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa stadium kanker yang banyak diderita pasien kanker payudara pada stadium tiga. Hasil penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Diagram jumlah penderita kanker payudara berdasarkan stadium

Hasil penelitian di atas dibandingkan dengan penelitian Rahmawati (2009) diperoleh hasil yaitu pasien yang dirawat paling banyak pada stadium III sebesar 80%

dari 75 pasien yang diteliti. Pada rekam medik pasien, sebagian besar ditulis dengan metode TNM, hanya sebagian kecil saja yang ditulis langsung dengan angka romawi.

Metode TNM adalah T (Tumor), N (Nodus), dan M (Metastase), yang dikombinasikan dan dilambangkan dengan angka romawi ke dalam 5 tingkatan (stadium 0, stadium 1, stadium II, stadium III, dan stadium IV). Pengelompokan stadium berdasarkan terapinya dibagi menjadi dua yaitu kemoterapi adjuvan dan neo adjuvant. Kemoterapi adjuvant diberikan setelah pembedahan dengan tujuan untuk

mencegah kekambuhan pada stadium I dan II. Neoadjuvan adalah kemoterapi yang bertujuan untuk memperkecil ukuran kanker sehingga kanker dapat diangkat pada stadium III dan IV (Anonim, 2010). Pada penelitian ini terdapat 7% dari jumlah total

1%

16%

59%

17%

7%

Persentase Stadium Kanker Payudara (%)

I II III IV

Tidak Diketahui

(40)

commit to user

25

pasien yang belum diketahui, hal ini dikarenakan data dalam rekam medik pasien kurang lengkap sehingga menyulitkan dalam menentukan stadium.

2. Distribusi penderita kanker payudara berdasarkan keluhan

Tujuan penggambaran distribusi penderita kanker payudara berdasarkan keluhan adalah untuk mengetahui keluhan yang sering dialami pasien kanker payudara akibat kemoterapi. Berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa keluhan yang sering dialami pasien kanker payudara akibat kemoterapi adalah mual muntah. Hasil penelitian dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Diagram jumlah penderita kanker payudara berdasarkan keluhan

Hasil di atas sebanding dengan penelitian Rakhmawati (2009) keluhan yang paling banyak diderita pasien kanker payudara adalah mual dan muntah. Mual muntah yang diinduksi kemoterapi (chemotherapy-induced-nausea and vomiting–

20

53

1 3

11 10

0 10 20 30 40 50 60

mual mual, muntah diare pusing nyeri mual, muntah,

nyeri

prosentase

Persentase Keluhan (%)

keluhan

(41)

commit to user

26

CINV) merupakan pengalaman yang sangat tidak menyenangkan bagi pasien selama

menjalani terapi kanker. Muntah tidak hanya mempengaruhi kualitas hidup, tetapi dapat menyebabkan penolakan pengobatan antineoplastik. Selain itu, muntah yang tidak terkendali dapat menyebabkan dehidrasi, ketidakseimbangan metabolisme yang mencolok, dan pengurangan masukan zat makanan. Hal ini yang menjadikan penatalaksanaan mual-muntah akibat kemoterapi harus berjalan efektif (Firmansyah, 2010).

3. Distribusi penderita kanker payudara berdasarkan karakteristik penggunaan antiemetik

Tujuan penggambaran distribusi penderita kanker payudara berdasarkan karakteristik penggunaan antiemetik adalah untuk mengetahui obat antiemetik yang sering diresepkan dalam mengatasi keluhan mual muntah akibat kemoterapi.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa obat antiemetik yang paling sering diresepkan adalah ondansetron dalam dosis tunggal. Hasil penelitian dapat dilihat pada Gambar 6.

(42)

commit to user

27

Gambar 6. Diagram jumlah penderita kanker payudara berdasarkan karakteristik penggunaan antiemetik

Ondansetron merupakan antiemetik golongan antagonis reseptor serotonin tipe 3 (5-HT3). Ondansetron dapat diberikan dalam dosis tunggal sebelum kemoterapi maupun sesudah kemoterapi (intravena/per oral). Obat ini efektif untuk mengobati tingkatan terapi penyebab muntah (Firmansyah, 2010). Mekanisme kerjanya diduga dilangsungkan dengan mengantagonisasi reseptor 5-HT yang terdapat pada CTZ di area postrema otak dan mungkin juga pada aferen vagal saluran cerna (Anonim, 2007b). Ondansetron biasanya diberikan secara iv 30 menit sebelum kemoterapi. Efeknya diperkuat dengan pemberian dexamethasone (20 mg per infus) sebelum kemoterapi (Tjay dan Rahardja, 2007). Ondansetron berkompetisi dengan histamin bebas untuk mengikat reseptor H1. Obat ini juga bersifat kompetitif

1

84

7 1 1 4

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

prosentase

Persentase Antiemetik (%)

antiemetik

(43)

commit to user

28

terhadap efek histamin pada saluran gastrointestinal, uterus, pembuluh darah besar dan otot bronkial. Penghambatan reseptor H1 juga menekan pembentukan edema, panas dan gatal yang disebabkan histamin (Anonim, 2011a). Obat-obat antimuntah sering dikombinasi dengan tujuan meningkatkan efektivitas dan menurunkan toksisitas. Golongan kortikosteroid seperti dexamethasone bekerja dengan meningkatkan aktivitas antimuntah bila diberikan bersama antagonis reseptor 5-HT3 (Firmansyah, 2010).

Metoclopramide merupakan golongan benzamid yang berkhasiat antiemetik berdasarkan awalnya blokade reseptor dopamine di CTZ. Disamping itu zat ini juga memperkuat pergerakan dan pengosongan lambung yang efektif pada semua muntah (Tjay dan Rahardja, 2007). Obat ini dapat mencegah muntah pada 30-40% pasien dan efektif mengurangi muntah pada sebagian besar pasien (Firmansyah, 2010).

Deksamethasone merupakan golongan kortikosteroid. Obat ini efektif untuk kemoterapi penyebab muntah ringan sampai sedang. Mekanisme antimuntahnya tidak diketahui secara pasti, tetapi diduga melibatkan penghambatan prostaglandin (Anonim, 2007a). Kombinasi golongan kortikosteroid dengan golongan 5-HT3 efektif mengobati antiemetik akut dan tertunda (Hesketh, 2008).

D. Rasionalitas Penggunaan Antiemetik pada Penderita Kanker Payudara berdasarkan Ketepatan Indikasi, Penderita, Obat, dan Dosis

1. Rasionalitas Penggunaan Zat Emetik pada Penderita Kanker Payudara berdasarkan Ketepatan Indikasi

(44)

commit to user

29

Ketepatan indikasi penggunaan antiemetik pada penderita kanker payudara sudah rasional sesuai dengan standar NCCN. Data indikasi obat-obat antiemetik yang diberikan pada pasien kanker payudara di RSUD Dr. Moewardi dapat dilihat pada Tabel IV.

Tabel IV. Data indikasi obat-obat antiemetik yang diberikan pada pasien kanker payudara di RSUD Dr. Moewardi

Antiemetik Indikasi Sesuai/ Tidak

Sesuai ondansetron kemoterapi dan radiasi yang menyebabkan

mual dan muntah tingkat sedang dan berat

sesuai metoclopramide mual muntah terutama pada gangguan saluran

cerna pada pengobatan dengan sitotoksik atau radioterapi

sesuai

dexamethasone efektif mengobati mual muntah yang diakibatkan oleh sitostatika dan kemoterapi

sesuai

Penggunaan antiemetik bertujuan untuk mencegah dan mengurangi mual, muntah pada pasien kemoterapi. Ondansetron dapat diberikan sebagai obat tunggal (oral maupun intravena) sebelum kemoterapi dan efektif terhadap semua tingkatan terapi penyebab muntah. Metoclopramide merupakan obat yang sangat efektif pada dosis tinggi penyebab muntah. Dexamethasone efektif untuk mengobati penyebab muntah ringan sampai sedang. Obat-obat antiemetik dapat dikombinasi dengan tujuan meningkatkan efektivitas dan menurunkan toksisitas (Firmansyah, 2010).

Berdasarkan data dari Tabel IV dapat disimpulkan bahwa penggunaan antiemetik pada penderita kanker payudara di RSUD Dr. Moewardi sudah tepat indikasi.

Hasil penelitian pada tabel di atas sesuai dengan penelitian rahmawati (2009) yaitu pemberian obat-obat antiemetik pada pasien kanker payudara sesuai dengan standar NCCN. Dalam penelitiannya Rakmawati (2009) mengemukakan bahwa

(45)

commit to user

30

pemberian terapi premedikasi dan paskamedikasi disesuaikan dengan tingkat emetogenik (agen antiemetik) tinggi, sedang dan rendah. Terapi premedikasi diberikan sebelum kemoterapi sedangkan terapi paskamedikasi diberikan pada hari berikutnya setelah kemoterapi (hari ke-2, ke-3, ke-4). Menurut protokol kemoterapi, pemberian terapi premedikasi dan paskamedikasi harus diberikan pada pemberian kemoterapi.

2. Rasionalitas Penggunaan Antiemetik pada Penderita Kanker Payudara berdasarkan Ketepatan Penderita

Ketepatan penderita pada pasien kanker payudara sudah rasional sesuai dengan NCCN dengan mempertimbangkan ada tidaknya kontraindikasi dan interaksi obat

dengan obat. Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel V.

Tabel V. Data rasionalitas penggunaan antiemetik berdasarkan ketepatan penderita

Kategori Uraian Jumlah

Pasien

Persentase (%)

sesuai tidak ada kontraindikasi 70 100

tidak sesuai ada kontraindikasi 0 0

Kontraindikasi berkaitan dengan kondisi tubuh pasien. Ketepatan pemberian obat dilihat dari tidak adanya kontraindikasi artinya obat yang diberikan pada pasien aman digunakan, tidak menimbulkan reaksi yang tidak diinginkan dan tidak memperparah kondisi pasien (Widodo, 2004). Kontraindikasi penggunaan ondansetron yaitu hipersensitivitas, ibu hamil, menyusui dan penderita gangguan hati.

Deksamethasone dikontraindikasikan pada kondisi hipersensitif, infeksi cerebral, pemberian kortikosteroid jangka panjang dapat memperparah cushing. Pemberian dosis tunggal dalam jumlah besar bila diperlukan selalu dapat dibenarkan, keadaan

(46)

commit to user

31

yang mungkin dapat merupakan kontraindikasi relatif dapat dilupakan, terutama pada keadaan yang mengancam jiwa pasien. Kontraindikasi relatif yaitu diabetes mellitus, tukak peptik, infeksi berat dan gangguan kardiovaskuler lain (Anonim, 2007b).

Metoclopramide kontraindikasi sekresi bronkial pada saluran pernapasan sehingga memperberat serangan asma akut (Anonim,2007a).

3. Rasionalitas Penggunaan Antiemetik pada Penderita Kanker Payudara berdasarkan Ketepatan Obat

Penggunaan antiemetik pada penderita kanker payudara sudah rasional sesuai dengan NCCN. Pemberian antiemetik sudah tepat obat dengan mempertimbangkan kondisi fisiologis dan usia pasien yang disesuaikan dengan riwayat pengobatan yang ada. Data rasionalitas penggunaan antiemetik berdasarkan ketepatan penderita dapat dilihat pada Tabel VI.

Tabel VI. Data rasionalitas penggunaan antiemetik berdasarkan ketepatan obat

Kategori Uraian Jumlah

Pasien

Persentase (%)

sesuai kondisi fisiologis, usia pasien 70 100

tidak sesuai 0 0

Ketepatan penderita yaitu pengobatan yang mempertimbangkan kondisi fisiologis dan usia pasien (Vance dan Millington, 1986). Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa pemberian obat-obatan untuk penderita kanker payudara sudah sesuai dengan ketepatan obat. Hal ini dikarenakan, dalam setiap pemberian terapi pengobatan selalu dilakukan konsultasi dengan dokter spesialis penyakit tumor dan dokter ahli penyakit dalam.

(47)

commit to user

32

Pemberian antiemetik untuk pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi sangat diperlukan sebagai terapi pendukung untuk mencegah mual dan muntah. Mual dan muntah merupakan efek samping yang sering dialami pasien kemoterapi. Prinsip dasar dalam mengambil keputusan tentang pengobatan antiemetik adalah bahwa pencegahan mual muntah secara lengkap merupakan tujuan utama. Resiko mual muntah pada pasien tidak dapat diprediksi karena tergantung dari kondisi fisiologis pasien itu sendiri (Hesketh, 2008).

4. Rasionalitas Penggunaan Antiemetik pada Penderita Kanker Payudara berdasarkan Ketepatan Dosis

Penggunaan antiemetik pada pasien kanker payudara sudah rasional sesuai dengan NCCN 2010. Daftar obat antiemetik yang diresepkan dan data rasionalitas penggunaan antiemetik dapat dilihat pada Tabel VII dan Tabel VIII.

Tabel VII. Daftar antiemetik yang diresepkan pada pasien kanker payudara di RSUD Dr.

Moewardi

No Nama Generik Nama Dagang Sediaan Dosis Aturan Pakai

Dosis menurut NCCN

Dosis menurut Formularium RS

1. metoclopramide metoclopramide injeksi im/iv

1amp/12j 2 x 1 10-40mg 5mg/ml 2. ondansetron cedantron

dantroxal ondansetron

injeksi injeksi injeksi

4mg/12j 1amp/8j 4mg/12j

2x1 3x1 2x1

8-12mg (max 32mg/hari)

4mg/2ml 4mg/2ml 4mg/2ml 3. dexamethasone dexamethasone injeksi 1amp/6j 4x1 12mg PO

hari ke-1, 8mg hari ke-2- hari ke-4

5mg/ml

(48)

commit to user

33

Tabel VIII. Data rasionalitas penggunaan antiemetik berdasarkan ketepatan dosis

Berdasarkan tabel diketahui bahwa 70 pasien atau 100%, memenuhi kesesuaian dalam frekuensi pemberian, cara pemberian, kesesuaian dosis standar dengan dosis pemberian. Obat-obatan antiemetik pada pasien kanker payudara diberikan dalam bentuk injeksi karena lebih efektif dan distribusi obat lebih cepat dibanding cara lain. Injeksi adalah sediaan steril yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit, melalui kulit atau selaput lendir (Anief, 2006).

E. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah metode pengumpulan data yang dilakukan secara retrospektif dirasa kurang optimal karena data yang diperoleh kurang lengkap. Hal ini karena keterbatasan pencatatan yang dilakukan rekam medik oleh petugas kesehatan sehingga data laboratorium dan berat badan pasien kurang lengkap. Hal lain yang juga merupakan kelemahan dalam penelitian di rumah sakit ini adalah sulitnya memperoleh protokol kemoterapi.

Kategori Uraian Jumlah

Pasien

Persentase (%) sesuai frekuensi pemberian, cara pemberian,

kesesuaian dosis standar dengan dosis pemberian

70 100

tidak sesuai 0 0

(49)

commit to user 34 BAB V PENUTUP

1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa evaluasi penggunaan antiemetik pada pengobatan kanker payudara di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr.

Moewardi Surakarta pada tahun 2010 sudah rasional yang memenuhi ketepatan indikasi, ketepatan pasien, ketepatan dosis, dan ketepatan obat sesuai standar NCCN.

2. Saran

- Dapat diteliti lebih lanjut mengenai evaluasi penggunaan antiemetik pada pasien kanker payudara dengan menggunakan metode kohort.

- Penyusunan berkas rekam medik sebaiknya lebih teratur, lengkap dan rapi.

(50)

commit to user 35

DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh, 2006, Ilmu Meracik Obat, UGM Press, Yogyakarta.

Anonim, 2011a, Dexamethasone, http://www.dinkes.jabarprov.go.id, 8 September 2011.

Anonim, 2011b, Ondansetron, http://www.dinkes.jabarprov.go.id, 8 September 2011.

Anonim, 2011c, Acces Medicine, http://accessmedicine.com, 20 September 2011.

Anonim, 2011d, BC Cancer Agency-SC Nausea protocol, http://www.bcca.bc.ca, 11 November 2011.

Anonim, 2010, Breast cancer, http://www.nccn.org, 20 Juni 2011.

Anonim, 2007a, Farmakologi dan Terapi, edisi 5, bagian Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 297.

Anonim, 2007b, Farmakologi dan Terapi, edisi 4, bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 297, 593.

Aslam, M., Tan, K.C., Prayitno, A., 2003, Farmasi Klinis Menuju Pengobatan Rasional dan Penghargaan Pilihan Pasien, hal: 335-340, PT. Elex Media Komputindo Kel. Gramedia, Jakarta.

Dipiro, Cecily, V., 2008, Pharmacotherapy a Pathophysiologic Approach, dalam Dipiro, Joseph, T., Talbert, Robert, L., Gary, C,Y.,Gary, R, Matzke., Barbara, G, Wells., L, Michael, Posey., sevent edition, 607, 608, Mc Graw Hill, New York

Michaud, Laura, Boehnke., Espirito, Janet, L., Francisco, J, Esteva., 2008, Pharmacotherapy a Pathophysiologic Approach dalam Dipiro, Joseph, T., Talbert, Robert, L., Gary, C,Y.,Gary, R, Matzke., Barbara, G, Wells., L, Michael, Posey., sevent edition, 2122-2125, Mc Graw Hill, New York.

Rahmawati, Z.N., 2009, Evaluasi Penggunaan Antiemetik dalam Penatalaksanaan Mual Muntah karena Kemoterapi Pada Pasien Kanker Payudara di Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta pada Tahun 2008, Skripsi, Progam Sarjana, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.

(51)

commit to user

36

Siregar, Charles J.P., Lia Amalia, 2003, Farmasi Rumah Sakit : Teori dan Penerapan, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.

Tjay, Tan H. dan Rahardja, K., 2007, Obat-Obat Penting (Khasiat Penggunaan dan Efek-efek sampingnya), Edisi IV, Jakarta.

Firmansyah, M. Adi ., 2010, Cermin Dunia Kedokteran: Penatalaksanaan Mual Muntah yang Diinduksi Kemoterapi,CDK, 37: 249-253.

Hesketh, Paul J., 2008. Chemotherapy Induced Nauseae Vomiting, http://www.nejm.org, 22 Juli 2011

Vance, M.A. dan Millington, W.R., 1986, Principle of Irrational Drug Therapy, Int. J. Health science,16(3): 355,361.

Widodo, R., 2004, Panduan Keluarga Memilih dan Menggunakan Obat, cetakan pertama, Kreasi Wacana, Yogyakarta.

Sukandar, Elin Yulinah., Andrajati, Retnosari., Joseph I, S., I Ketut, Adnyana., A, Adji P,S., Kusnandar, ISO Farmakoterapi, 378-381, ISFI, Jakarta

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu dilakukan penelitian ini untuk mengetahui gambaran terapi dan biaya medik langsung rata- rata terapi kanker payudara berdasarkan kelas rawat inap dengan metode cost

Survai epidemiologi kanker paru pada umumnya melaporkan lebih 90% kasus kanker paru didapatkan pada penderita berusia diatas 40 tahun. Kemungkinan seseorang untuk mendapatkan

direct cost dan indirect cost pada terapi kanker payudara, serta mengetahui hubungan antara stadium kanker, kelas perawatan, jenis asuransi dan status

Pada konferensi WHO di Nairobi 1995, para ahli di bidang penggunaan obat yang rasional mendefinisikan penggunaan obat yang rasional adalah penggunaan obat di mana pasien

Pada hasil uji Kruskal-Wallis menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan kepuasan hidup antara pasien kanker payudara dengan stadium 2, stadium 3 dan stadium 4 ( p =

Berdasarkan tabel 21 dari 447 siklus yang dijalani oleh 111 pasien kanker payudara yang mendapatkan regimen kemoterapi dengan premedikasi antiemetik,

Pola pengobatan kemoterapi pasien kanker serviks di RSUD Abdul Wahab Sjahranie periode 2014-2015 berdasarkan efek samping obat yang digunakan pasien di tabulasikan

masing-masing variabel stadium kanker payudara, tingkat pendidikan pasien, usia, status pernikahan, status pekerjaan, lokasi tempat tinggal, usia melahirkan anak