BAB IV Hasil dan Pembahasan
D. Rasionalitas Penggunaan Antiemetik pada Penderita Kanker
1. Rasionalitas Penggunaan Zat Emetik pada Penderita Kanker Payudara berdasarkan Ketepatan Indikasi
commit to user
29
Ketepatan indikasi penggunaan antiemetik pada penderita kanker payudara sudah rasional sesuai dengan standar NCCN. Data indikasi obat-obat antiemetik yang diberikan pada pasien kanker payudara di RSUD Dr. Moewardi dapat dilihat pada Tabel IV.
Tabel IV. Data indikasi obat-obat antiemetik yang diberikan pada pasien kanker payudara di RSUD Dr. Moewardi
Antiemetik Indikasi Sesuai/ Tidak
Sesuai ondansetron kemoterapi dan radiasi yang menyebabkan
mual dan muntah tingkat sedang dan berat
sesuai metoclopramide mual muntah terutama pada gangguan saluran
cerna pada pengobatan dengan sitotoksik atau radioterapi
sesuai
dexamethasone efektif mengobati mual muntah yang diakibatkan oleh sitostatika dan kemoterapi
sesuai
Penggunaan antiemetik bertujuan untuk mencegah dan mengurangi mual, muntah pada pasien kemoterapi. Ondansetron dapat diberikan sebagai obat tunggal (oral maupun intravena) sebelum kemoterapi dan efektif terhadap semua tingkatan terapi penyebab muntah. Metoclopramide merupakan obat yang sangat efektif pada dosis tinggi penyebab muntah. Dexamethasone efektif untuk mengobati penyebab muntah ringan sampai sedang. Obat-obat antiemetik dapat dikombinasi dengan tujuan meningkatkan efektivitas dan menurunkan toksisitas (Firmansyah, 2010).
Berdasarkan data dari Tabel IV dapat disimpulkan bahwa penggunaan antiemetik pada penderita kanker payudara di RSUD Dr. Moewardi sudah tepat indikasi.
Hasil penelitian pada tabel di atas sesuai dengan penelitian rahmawati (2009) yaitu pemberian obat-obat antiemetik pada pasien kanker payudara sesuai dengan standar NCCN. Dalam penelitiannya Rakmawati (2009) mengemukakan bahwa
commit to user
30
pemberian terapi premedikasi dan paskamedikasi disesuaikan dengan tingkat emetogenik (agen antiemetik) tinggi, sedang dan rendah. Terapi premedikasi diberikan sebelum kemoterapi sedangkan terapi paskamedikasi diberikan pada hari berikutnya setelah kemoterapi (hari ke-2, ke-3, ke-4). Menurut protokol kemoterapi, pemberian terapi premedikasi dan paskamedikasi harus diberikan pada pemberian kemoterapi.
2. Rasionalitas Penggunaan Antiemetik pada Penderita Kanker Payudara berdasarkan Ketepatan Penderita
Ketepatan penderita pada pasien kanker payudara sudah rasional sesuai dengan NCCN dengan mempertimbangkan ada tidaknya kontraindikasi dan interaksi obat
dengan obat. Hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel V.
Tabel V. Data rasionalitas penggunaan antiemetik berdasarkan ketepatan penderita
Kategori Uraian Jumlah
Pasien
Persentase (%)
sesuai tidak ada kontraindikasi 70 100
tidak sesuai ada kontraindikasi 0 0
Kontraindikasi berkaitan dengan kondisi tubuh pasien. Ketepatan pemberian obat dilihat dari tidak adanya kontraindikasi artinya obat yang diberikan pada pasien aman digunakan, tidak menimbulkan reaksi yang tidak diinginkan dan tidak memperparah kondisi pasien (Widodo, 2004). Kontraindikasi penggunaan ondansetron yaitu hipersensitivitas, ibu hamil, menyusui dan penderita gangguan hati.
Deksamethasone dikontraindikasikan pada kondisi hipersensitif, infeksi cerebral, pemberian kortikosteroid jangka panjang dapat memperparah cushing. Pemberian dosis tunggal dalam jumlah besar bila diperlukan selalu dapat dibenarkan, keadaan
commit to user
31
yang mungkin dapat merupakan kontraindikasi relatif dapat dilupakan, terutama pada keadaan yang mengancam jiwa pasien. Kontraindikasi relatif yaitu diabetes mellitus, tukak peptik, infeksi berat dan gangguan kardiovaskuler lain (Anonim, 2007b).
Metoclopramide kontraindikasi sekresi bronkial pada saluran pernapasan sehingga memperberat serangan asma akut (Anonim,2007a).
3. Rasionalitas Penggunaan Antiemetik pada Penderita Kanker Payudara berdasarkan Ketepatan Obat
Penggunaan antiemetik pada penderita kanker payudara sudah rasional sesuai dengan NCCN. Pemberian antiemetik sudah tepat obat dengan mempertimbangkan kondisi fisiologis dan usia pasien yang disesuaikan dengan riwayat pengobatan yang ada. Data rasionalitas penggunaan antiemetik berdasarkan ketepatan penderita dapat dilihat pada Tabel VI.
Tabel VI. Data rasionalitas penggunaan antiemetik berdasarkan ketepatan obat
Kategori Uraian Jumlah
Pasien
Persentase (%)
sesuai kondisi fisiologis, usia pasien 70 100
tidak sesuai 0 0
Ketepatan penderita yaitu pengobatan yang mempertimbangkan kondisi fisiologis dan usia pasien (Vance dan Millington, 1986). Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa pemberian obat-obatan untuk penderita kanker payudara sudah sesuai dengan ketepatan obat. Hal ini dikarenakan, dalam setiap pemberian terapi pengobatan selalu dilakukan konsultasi dengan dokter spesialis penyakit tumor dan dokter ahli penyakit dalam.
commit to user
32
Pemberian antiemetik untuk pasien kanker payudara yang menjalani kemoterapi sangat diperlukan sebagai terapi pendukung untuk mencegah mual dan muntah. Mual dan muntah merupakan efek samping yang sering dialami pasien kemoterapi. Prinsip dasar dalam mengambil keputusan tentang pengobatan antiemetik adalah bahwa pencegahan mual muntah secara lengkap merupakan tujuan utama. Resiko mual muntah pada pasien tidak dapat diprediksi karena tergantung dari kondisi fisiologis pasien itu sendiri (Hesketh, 2008).
4. Rasionalitas Penggunaan Antiemetik pada Penderita Kanker Payudara berdasarkan Ketepatan Dosis
Penggunaan antiemetik pada pasien kanker payudara sudah rasional sesuai dengan NCCN 2010. Daftar obat antiemetik yang diresepkan dan data rasionalitas penggunaan antiemetik dapat dilihat pada Tabel VII dan Tabel VIII.
Tabel VII. Daftar antiemetik yang diresepkan pada pasien kanker payudara di RSUD Dr.
1. metoclopramide metoclopramide injeksi im/iv
1amp/12j 2 x 1 10-40mg 5mg/ml 2. ondansetron cedantron
dantroxal 3. dexamethasone dexamethasone injeksi 1amp/6j 4x1 12mg PO
hari ke-1,
commit to user
33
Tabel VIII. Data rasionalitas penggunaan antiemetik berdasarkan ketepatan dosis
Berdasarkan tabel diketahui bahwa 70 pasien atau 100%, memenuhi kesesuaian dalam frekuensi pemberian, cara pemberian, kesesuaian dosis standar dengan dosis pemberian. Obat-obatan antiemetik pada pasien kanker payudara diberikan dalam bentuk injeksi karena lebih efektif dan distribusi obat lebih cepat dibanding cara lain. Injeksi adalah sediaan steril yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit, melalui kulit atau selaput lendir (Anief, 2006).
E. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah metode pengumpulan data yang dilakukan secara retrospektif dirasa kurang optimal karena data yang diperoleh kurang lengkap. Hal ini karena keterbatasan pencatatan yang dilakukan rekam medik oleh petugas kesehatan sehingga data laboratorium dan berat badan pasien kurang lengkap. Hal lain yang juga merupakan kelemahan dalam penelitian di rumah sakit ini adalah sulitnya memperoleh protokol kemoterapi.
Kategori Uraian Jumlah
Pasien
Persentase (%) sesuai frekuensi pemberian, cara pemberian,
kesesuaian dosis standar dengan dosis pemberian
70 100
tidak sesuai 0 0
commit to user 34 BAB V PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa evaluasi penggunaan antiemetik pada pengobatan kanker payudara di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr.
Moewardi Surakarta pada tahun 2010 sudah rasional yang memenuhi ketepatan indikasi, ketepatan pasien, ketepatan dosis, dan ketepatan obat sesuai standar NCCN.
2. Saran
- Dapat diteliti lebih lanjut mengenai evaluasi penggunaan antiemetik pada pasien kanker payudara dengan menggunakan metode kohort.
- Penyusunan berkas rekam medik sebaiknya lebih teratur, lengkap dan rapi.
commit to user 35
DAFTAR PUSTAKA
Anief, Moh, 2006, Ilmu Meracik Obat, UGM Press, Yogyakarta.
Anonim, 2011a, Dexamethasone, http://www.dinkes.jabarprov.go.id, 8 September 2011.
Anonim, 2011b, Ondansetron, http://www.dinkes.jabarprov.go.id, 8 September 2011.
Anonim, 2011c, Acces Medicine, http://accessmedicine.com, 20 September 2011.
Anonim, 2011d, BC Cancer Agency-SC Nausea protocol, http://www.bcca.bc.ca, 11 November 2011.
Anonim, 2010, Breast cancer, http://www.nccn.org, 20 Juni 2011.
Anonim, 2007a, Farmakologi dan Terapi, edisi 5, bagian Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 297.
Anonim, 2007b, Farmakologi dan Terapi, edisi 4, bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 297, 593.
Aslam, M., Tan, K.C., Prayitno, A., 2003, Farmasi Klinis Menuju Pengobatan Rasional dan Penghargaan Pilihan Pasien, hal: 335-340, PT. Elex Media Komputindo Kel. Gramedia, Jakarta.
Dipiro, Cecily, V., 2008, Pharmacotherapy a Pathophysiologic Approach, dalam Dipiro, Joseph, T., Talbert, Robert, L., Gary, C,Y.,Gary, R, Matzke., Barbara, G, Wells., L, Michael, Posey., sevent edition, 607, 608, Mc Graw Hill, New York
Michaud, Laura, Boehnke., Espirito, Janet, L., Francisco, J, Esteva., 2008, Pharmacotherapy a Pathophysiologic Approach dalam Dipiro, Joseph, T., Talbert, Robert, L., Gary, C,Y.,Gary, R, Matzke., Barbara, G, Wells., L, Michael, Posey., sevent edition, 2122-2125, Mc Graw Hill, New York.
Rahmawati, Z.N., 2009, Evaluasi Penggunaan Antiemetik dalam Penatalaksanaan Mual Muntah karena Kemoterapi Pada Pasien Kanker Payudara di Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta pada Tahun 2008, Skripsi, Progam Sarjana, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
commit to user
36
Siregar, Charles J.P., Lia Amalia, 2003, Farmasi Rumah Sakit : Teori dan Penerapan, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.
Tjay, Tan H. dan Rahardja, K., 2007, Obat-Obat Penting (Khasiat Penggunaan dan Efek-efek sampingnya), Edisi IV, Jakarta.
Firmansyah, M. Adi ., 2010, Cermin Dunia Kedokteran: Penatalaksanaan Mual Muntah yang Diinduksi Kemoterapi,CDK, 37: 249-253.
Hesketh, Paul J., 2008. Chemotherapy Induced Nauseae Vomiting, http://www.nejm.org, 22 Juli 2011
Vance, M.A. dan Millington, W.R., 1986, Principle of Irrational Drug Therapy, Int. J. Health science,16(3): 355,361.
Widodo, R., 2004, Panduan Keluarga Memilih dan Menggunakan Obat, cetakan pertama, Kreasi Wacana, Yogyakarta.
Sukandar, Elin Yulinah., Andrajati, Retnosari., Joseph I, S., I Ketut, Adnyana., A, Adji P,S., Kusnandar, ISO Farmakoterapi, 378-381, ISFI, Jakarta