• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Efektivitas Pengawasan Pemerintah Terhadap

3. Pelaksanaan

1. Pengawasan adalah proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan pengambilan tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang diharapkan sesuai dengan kinerja yang telah ditetapkan tersebut.

2. Pemerintah adalah sebuah organisasi yang memiliki tugas dan fungsi untuk mengelola sistem kebijakan pemerintah dan ditetapkan untuk negara.

3. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1961 adalah undang-undang yang disahkan di Jakarta pada tanggal 10 Mei 1961 tentang pengumpulan uang atau barang dari masyarakat yang ditujukan kepada usaha-usaha pembangunan kesejahteraan sosial untuk mencapai masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila.

4. Penyelenggaraan Sumbangan adalah rangkaian kegiatan perencanaan, pengumpulan, pengelolaan, penyaluran, pemanfaatan, dan pelaporan atau pertanggungjawaban sumbangan yang dilakukan oleh individu, komunitas, atau badan hukum.

5. Peraturan Turunan adalah aturan yang dibuat oleh eksekutif (pemerintah) atau badan lain dalam rangka melaksanakan undang-undang.

6. Kelembagaan adalah aturan di dalam suatu kelompok masyarakat atau organisasi yang memfasilitasi koordinasi antar anggotanya untuk membantu mereka dengan harapan dimana setiap orang dapat bekerja

sama atau berhubungan satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan bersama yang diinginkan.

7. Pelaksanaan adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci, implementasi biasanya dilakukan setelah perencanaan sudah dianggap siap.

8. Asas proses pembentukan peraturan perundang-undangan terdapat dalam Pasal 5 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Peraturan Perundang-undangan, disebutkan bahwa dalam membentuk peraturan perundang-undangan harus dilakukan berdasarkan pada asas pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik yakni, Asas Kejelasan Tujuan, Asas Kelembagaan atau Pejabat Pembentuk yang Tepat, Asas Kesesuaian antara Jenis, Hierarki, dan Materi Muatan, Asas Dapat Dilaksanakan, Asas Kedayagunaan dan Kehasilgunaan, Asas Kejelasan Rumusan, dan Asas Keterbukaan.

9. Materi muatan dalam pembentukan peraturan perundang-undangan terdapat dalam Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan harus mencerminkan asas sebagai berikut:

a. Asas Pengayoman;

b. Asas Kemanusiaan;

c. Asas Kebangsaan;

d. Asas Kekeluargaan;

e. Asas Kenusantaraan;

f. Asas Bhinneka Tunggal Ika;

g. Asas Keadilan;

h. Asas Kesamaan Kedudukan dalam Hukum dan Pemerintahan i. Asas Ketertiban dan Kepastian Hukum;

j. Asas Keseimbangan, Keserasian, dan Keselarasan.

10. Transparansi adalah sesuatu yang di dalamnya tidak ada maksud tersembunyi di dalamnya, disertai dengan ketersediaan informasi yang lengkap yang diperlukan untuk kolaborasi, kerjasama, dan pengambilan keputusan yang kolektif.

11. Akuntabilitas adalah alat yang digunakan untuk mengawasi dan mengarahkan perilaku adminstrasi dengan cara memberikan kewajiban untuk dapat memberikan jawaban kepada otoritas eksternal.

12. Terkendali adalah proses penentuan, apa yang harus dicapai yaitu standar, apa yang sedang dilakukan yaitu pelaksanaan, menilai pelaksanaan dan apabila perlu melakukan perbaikan, sehingga pelaksanaan sesuai dengan rencana yaitu selaras dengan standar.

Penelitian hukum (legal research) adalah menemukan kebenaran koherensi, yaitu adakah aturan hukum sesuai norma hukum dan adakah norma hukum yang berupa perintah atau larangan itu sesuai dengan prinsip hukum, serta apakah tindakan (act) seseorang sesuai dengan norma hukum (bukan hanya sesuai aturan hukum) atau prinsip hukum.55

Penelitian pada dasarnya adalah suatu kegiatan terencana yang dilakukan dengan metode ilmiah, bertujuan untuk mendapatkan data baru guna membuktikan kebenaran ataupun ketidakbenaran dari suatu gejala atau hipotesa yang ada. Secara khusus menurut jenis, sifat dan tujuan suatu penelitian hukum dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu penelitian hukum normatif dan penelitian hukum empiris.

1. Penelitian Hukum Normatif. Nama lain dari penelitian hukum normatif adalah penelitian hukum doktriner, juga disebut sebagai penelitian perpustakaan atau studi dokumen. Menurut Peter Mahmud Marzuki bahwa penelitian hukum normatif adalah “suatu proses untuk menemukan suatu aturan hukum, prinsip hukum, maupun doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang dihadapi”.56

2. Penelitian Hukum Empiris, berfokus pada perilaku yang berkembang dalam masyarakat, atau bekerjanya hukum dalam masyarakat.57.

55Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana, 2017, hlm. 47.

56Ibid.

57H. Ishaq, 2017, Metode Penelitian Hukum dan Penulisan Skripsi, Tesis serta Disertasi, Bandung: Alfabeta, hlm. 71.

Bertolak dari pengertian metode penelitian di atas, maka dalam menggambarkan atau mendeskripsikan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini, penulis lebih menekankan pada penjelasan mengenai pendekatan penulis terhadap permasalahan yang diteliti adalah:

a. Penelitian Hukum Normatif yang dilakukan dengan pendekatan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan terhadap Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1961 tentang Pengumpulan Uang atau Barang;

b. Penelitian Hukum Empiris atau Penelitian Sosiologi hukum, yang bersifat empiris melalui informasi kenyataan sosial terhadap eksistensi pengumpulan, penyaluran, dan pemanfaatan penyaluran sumbangan dan aplikasinya terhadap penegakan hukum di Indonesia.

C. Data atau Bahan Hukum

Dalam penelitian yang menggunakan pendekatan yuridis empiris atau sosiologis, diperlukan data yakni:

1. Data Primer yang diperoleh dari penelitian lapangan; Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan pihak yang terkait sehubungan dengan penulisan tesis ini seperti Pegawai Penyidik Negeri Sipil (PPNS) pada Dinas Provinsi Sulawesi Selatan di Kota Makassar, Kepala Bidang Organisasi Sosial pada

Dinas Sosial Kota Makassar, dan Lions Club Distrik 307 B2 Makassar.

2. Data Sekunder yang diperoleh dari penelitian sekunder;

a. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang bersifat mengikat yang terdiri dari : Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1961 tentang Pengumpulan Uang atau Barang, Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1980 tentang Pelaksanaan Pengumpulan Sumbangan, Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial, Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 01/HUK/1995 Tentang Sumbangan untuk Korban Bencana Alam, Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 56/HUK/1996 tentang Pelaksanaan Pengumpulan Sumbangan Masyarakat;

b. Badan Hukum Sekunder, yaitu badan hukum yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer, yang terdiri dari buku-buku literatur, makalah, hasil penelitian, artikel dan karya ilmiah lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini;

D. Pengumpulan Data atau Bahan Hukum

Dalam penelitian ini diuraikan tentang instrument-instrumen yang dipergunakan untuk pengumpulan data di lapangan, yang dilakukan dengan:

1. Studi dokumen 2. Wawancara

Metode analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif, yaitu data yang diperoleh dari penelitian disajikan dan diolah secara kualitatif dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Data yang diperoleh dari penelitian diklasifikasikan sesuai dengan permasalahan dalam penelitian;

2. Hasil klasifikasi data selanjutnya disistematisasikan. Data yang telah disistematisasikan kemudian dianalisis untuk dijadikan dasar dalam pengambilan kesimpulan.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Efektivitas Pengawasan Pemerintah Terhadap Penyelenggaraan Sumbangan

1. Peraturan Turunan

Undang-undang dalam arti material adalah peraturan tertulis yang berlaku umum dan dibuat oleh Penguasa Pusat maupun Daerah yang sah. Dengan demikian, maka undang-undang dalam arti material mencakup:

i. Peraturan Pusat yang berlaku untuk semua warga negara atau suatu golongan tertentu saja maupun yang berlaku umum di sebagian wilayah Negara;

ii. Peraturan setempat yang hanya berlaku di suatu tempat atau daerah saja.

Untuk dapat tercapainya tujuan berlakunya undang-undang tersebut, terdapat beberapa asas yang mempunyai dampak positif, antara lain:

a) Undang-undang tidak berlaku surut; artinya undang-undang hanya boleh diterapkan terhadap peristiwa yang disebut di dalam undang-undang tersebut, serta terjadi setelah undang-undang-undang-undang itu dinyatakan berlaku;

b) Undang-undang yang dibuat oleh Penguasa yang lebih tinggi, mempunyai kedudukan yang lebih tinggi pula;

c) Undang-Undang yang bersifat khusus menyampingkan undang-undang yang bersifat umum, apabila pembuatnya sama. Artinya, terhadap peristiwa khusus wajib diperlakukan undang-undang yang menyebutkan peristiwa itu, walaupun bagi peristiwa khusus tersebut dapat pula diperlakukan undang-undang yang menyebutkan peristiwa yang lebih luas ataupun lebih umum, yang juga dapat mencakup peristiwa khusus tersebut;

d) Undang-undang yang berlaku belakangan, membatalkan undang-undang yang berlaku terdahulu. Artinya, undang-undang-undang-undang lain yang lebih dahulu berlaku dimana di atur mengenai suatu hal tertentu, tidak berlaku lagi apabila ada undang-undang baru yang berlaku belakangan yang mengatur pula hal tertentu tersebut, akan tetapi makna atau tujuannya berlainan atau berlawanan dengan undang-undang lama tersebut;

e) Undang-undang tidak dapat diganggu gugat;

f) Undang-undang merupakan suatu sarana untuk mencapai kesejahteraan spiritual dan material bagi masyarakat maupun pribadi, melalui pelestarian ataupun pembaharuan (inovasi)

Dalam penelitian hukum terhadap Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1961 tentang Pengumpulan Uang atau Barang ditemukan adanya;

a. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1980 tentang Pelaksanaan Pengumpulan Sumbangan Lembaran Negara dan Tambahan

Lembaran Negara Tahun 1980 yang telah dicetak ulang, jeda waktu 19 (sembilan belas) tahun;

b. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008 tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana, jeda waktu 47 (empat puluh tujuh) tahun;

c. Keputusan Menteri Sosial Nomor 56/HUK/1996 tentang Pelaksanaan Pengumpulan Sumbangan oleh Masyarakat, jeda waktu 35 (tiga puluh lima) tahun;

d. Keputusan Menteri Sosial Nomor 1/HUK/1995 tentang Pengumpulan Sumbangan untuk Korban Bencana, jeda waktu 34 (tiga puluh empat) tahun;

e. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 6 Tahun 2012 Tentang Partisipasi Pihak Ketiga Dalam Pembangunan Daerah di Provinsi Sulawesi Selatan Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2012 Nomor Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Tahun 2012 Nomor 266, jeda waktu 51 (lima puluh satu) tahun;

f. Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 2 Tahun 2008 tentang Pembinaan Anak Jalanan, Gelandangan, Pengemis, dan Pengamen di Kota Makassar, jeda waktu 47 (empat puluh tujuh) tahun.

Sebagai turunan dari peraturan perundang-undangan turunan UU PUB.

Setelah ditelusuri, ternyata terdapat jeda waktu yang cukup panjang antara

19 (sembilan belas) tahun sampai 51 (lima puluh satu) tahun pembuatan undang-undang dengan peraturan pemerintah, keputusan Menteri, dan peraturan daerah provinsi maupun peraturan daerah kota.

Keputusan Menteri Sosial Nomor 56/HUK/1996 tentang Pelaksanaan Pengumpulan Sumbangan oleh Masyarat, Keputusan Menteri Sosial Nomor 1/HUK/1995 tentang Pengumpulan Sumbangan untuk Korban Bencana merujuk pada UU PUB. Peraturan daerah provinsi maupun kota, walaupun dalam Pasal 7 Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 6 Tahun 2012 Tentang Partisipasi Pihak Ketiga Dalam Pembangunan Daerah di Provinsi Sulawesi Selatan dan Pasal 48 Perda Nomor 2 Tahun 2008 tentang Pembinaan Anak Jalanan, Gelandangan, Pengemis, dan Pengamen di Kota Makassar yang mengatur tentang pengumpulan sumbangan yang dilakukan oleh pihak ketiga, Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008 tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana, pada bagian menimbang dari kedua peraturan tersebut tidak merujuk pada UU PUB. Sebagai suatu peraturan ternyata UU PUB belum menjadi suatu rujukan dalam pembuatan suatu peraturan pemerintah provinsi maupun pemerintah kota.

Di dalam UU PUB yang telah dibuat 57 (lima puluh tujuh) tahun yang lalu, dalam bagian menimbang dan pasal-pasalnya tidak tercantum amanat mengenai adanya pembuatan peraturan pelaksanaan yang mendukung pelaksanaan undang-undang tersebut. Pada zaman dahulu, pembuatan undang-undang sangatlah sederhana.

2. Kelembagaan

Setiap penegak hukum tersebut mempunyai kedudukan (status) dan peranan. Kedudukan sosial merupakan posisi tertentu di dalam struktur kemasyarakatan, yang mungkin tinggi, sedang-sedang saja atau rendah.

Kedudukan tersebut sebenarnya merupakan suatu wadah yang isinya adalah hak-hak dan kewajiban-kewajiban tertentu.

Penegak hukum merupakan golongan panutan dalam masyarakat, yang hendaknya mempunyai kemampuan-kemampuan tertentu, sesuai dengan aspirasi masyarakat. Mereka harus dapat berkomunikasi dan mendapatkan pengertian dari golongan sasaran, disamping mampu membawakan atau menjalankan peranan yang dapat diterima oleh mereka. Kecuali dari itu, maka golongan panutan harus dapat dimanfaatkan unsur-unsur pola tradisional tertentu, sehingga menggairahkan partisipasi dari gokongan sasaran atau masyarakat luas.

Dalam penelitian ini ditemukan ada perangkat kelembagaan negara di tingkat pusat berupa Direktorat Pengelolaan Sumber Dana Bantuan Sosial, Direktorat Jenderal Pemberdayaan Sosial Kementerian Sosial Republik Indonesia. Direktorat ini memberikan layanan perijinan dan sekaligus menerima laporan pengelola sumbangan. Bila terjadi pelanggaran perijinan ataupun pelaporan, maka direktorat ini menyampaikan teguran tertulis kepada pengelola sumbangan. Direktorat ini melayani perijnan pengelolaan

sumbangan yang berskala nasional, yang terjadi di seluruh wilayah Indonesia, misalnya yang dilakukan oleh Alfamart dan Indomaret.

Di Tingkat Provinsi terdapat Kepala Bidang Bantuan dan Jaminan Sosial, Kepala Seksi Jaminan Sosial dan Sumber Daya Sosial Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Selatan. Namun pada saat penulis melakukan penelitian, bagian Sekretariat merujuk penulis untuk melakukan penelitian pada Pejabat Pegawai Negeri Sipil selanjutnya disingkat PPNS) khusus Undian Gratis Berhadiah. Namun sejauh penelitian yang dilakukan, bahwa di tingkat provinsi belum ada sama sekali pejabat khusus yang mengawasi jalannya penyelenggaraan sumbangan yang dilakukan oleh organisasi pengumpul sumbangan, sehingga tugas ini menjadi bagian dari PPNS khusus Undian Gratis Berhadiah. PPNS ini bertugas untuk mengawasi apabila suatu perusahaan yang telah terdaftar di Kementerian Sosial yang melakukan penyaluran sumbangan di Kota Makassar.

Di Tingkat Kota, ada lembaga berupa Kepala Bidang Organisasi Sosial Dinas Sosial Kota Makassar yang memang mengawasi, memberi izin terhadap organisasi atau panti asuhan yang hendak melakukan pengumpulan dan penyaluran sumbangan di Kota Makassar, kemudian melaporkan hal tersebut kepada PPNS Dinas Sosial Provinsi Sulawesi Selatan.

Dari temuan itu, kelembagaan di tingkat Kementerian Sosial berlangsung efektif karena ada pejabat-pejabat khusus yang memang ditunjuk untuk

melakukan pengawasan pemerintah terhadap pengelolaan sumbangan sesuai dengan UU PUB.

Namun di tingkat Provinsi maupun Kota, pengawasan pemerintah terhadap pengelolaan sumbangan tidak efektif karena antara lain:

1. Peraturan daerah itu sendiri tidak merujuk pada UU PUB;

2. Tidak ada pegawai negeri sipil khusus yang ditunjuk untuk menangani pengawasan terhadap jalannya penyelenggaraan sumbangan;

3. Ketika wawancara dilakukan dengan pejabat di tingkat Kota, pejabat tersebut mengatakan bahwa tahun depan akan dibentuk pejabat yang mengawasi penyelenggaraan sumbangan di tingkat Kota dan Provinsi.58 Dalam UU PUB sudah tercantum mengenai pejabat berwewenang untuk melakukan perizinan bagi yang mau melakukan penyelenggaraan sumbangan, namun belum tercantum pejabat yang berwenang untuk melakukan pengawasan terhadap pengumpulan uang atau barang sehingga undang-undang ini tidak relevan lagi untuk digunakan saat ini.

3. Pelaksanaan Contoh kasus 1:

Budi Utomo alias Cak Budi sempat membuat heboh (dalam satu pekan terakhir) karena menggunakan uang donasi untuk membeli ponsel iPhone 7

58Hasil Wawancara dengan E A, Kepala Bidang Organisasi Sosial Dinas Sosial Kota Makassar, pada tanggal 20 Juni 2018, pukul 12.00 WITA

dan mobil Fortuner. Setelah mengakui tindakannya itu dan meminta maaf, Cak Budi lalu menjualnya dan menyumbangkan seluruh uang donasi ke lembaga Aksi Cepat Tanggap. Saat mendatangi Gedung Kementerian Sosial, Jakarta pada Kamis (4/5/2017), pemilik akun penggalangan donasi melalui media sosial (cakbudi_) itu lalu menceritakan alasan kenapa ia membeli iPhone 7 dan Mobil Toyota Fortuner. Cak Budi beralasan, mobil Toyota Fortuner adalah mobil yang kuat sehingga bisa mengangkut barang yang banyak. Selain itu, mobil itu juga dapat menempuh jarak jauh dengan lebih cepat. Di luar paparan mengenai pembelian barang, Cak Budi juga menuturkan kalau penggalangan donasi melalui media sosial yang ia lakukan memang belum meminta izin kepada pejabat yang berwenang. Lina Yusi Anggrawati, istri Cak Budi yang ikut membantu aktvitas sosialnya mengakui bahwa segala pencatatan donasi tidak dilakukan dengan rapi.59

Kasus pengumpulan dana melalui dunia maya merupakan kecenderungan pengumpulan dana yang sedang berkembang saat ini. Dari kasus diatas, dapat diketahui bahwa seseorang bernama Budi Utomo melakukan penggalangan dana untuk disalurkan kepada yang membutuhkan bantuan. Menurut beliau, hal tersebut sudah lama dilakukan namun penulis tidak dapat menemukan fakta mulai dari kapan hal tersebut dilakukan. Beliau

59 https://www.cnnindonesia.com/nasional/20170505002637-20-212420/cerita-cak-budi-buka-bukaan-soal-aksinya-pakai-uang-donasi, diakses tanggal 16 Juli 2018, 21.10 WITA

telah mengumpulkan dana sebesar Rp 1,7 milyar (satu milyar tujuh ratus rupiah), namun sebagian dana tersebut dipakai untuk membeli mobil mewah dan telepon genggam dengan alasan untuk melakukan kegiatan sosial.

Beliau juga dibantu oleh sang istri selama melakukan penyelenggaraan sumbangan, namun sang istri tidak melakukan pencatatan donasi secara terperinci.

Berdasarkan kasus di atas, ditinjau dari UU PUB, ternyata Cak Budi tidak memiliki izin dari pejabat yang berwenang untuk memberikan izin mengumpulan sumbangan. Beliau bersama istrinya yang melakukan penggalangan dana tidak melakukan pencatatan donasi dengan rapi.

Pelaporan juga tidak dilakukan dengan alasan bahwa Cak Budi tidak mengetahui adanya prosedural perizinan dan pelaporan mengenai penyelenggaraan sumbangan. Lagipula, Kementerian Sosial hanya melakukan peneguran dan memblokir rekening yang digunakan oleh Cak Budi untuk melakukan penggalangan dana.

Menurut pengamatan penulis, hal ini besar kemungkinan terjadi akibat peraturan yang mengatur mengenai penyelenggaraan sumbangan mengatur hanya perizinan dan sanksi. UU PUB tidak mengatur mengenai kewajiban dari penggalang sumbangan untuk membuat laporan pertanggungjawaban penyelenggaraan sumbangan. Selain itu, sanksi yang tercantum dalam Pasal 8 UU PUB terlalu ringan untuk saat ini yakni sebesar Rp 10.000,00 (sepuluh

ribu rupiah). Sanksi tersebut sudah tidak selaras dengan nilai mata uang saat ini.

Kemudian dapat ditinjau bahwa model penggalangan dana yang dilakukan oleh Cak Budi adalah penggalangan dana lewat dunia maya yang tidak memiliki izin, tidak transparansi dan akuntabel. Hal inilah yang sebenarnya belum diatur dalam UU PUB.

Contoh kasus 2:

Lions Clubs International adalah organisasi layanan non-politik internasional yang didirikan pada tahun 1916 di Chicago, Illinois oleh Melvin Jones. Pada April 2015, Lions Club telah memiliki 46.000 (empat puluh enam ribu klub local dan lebih dari 1,4 juta (satu juta empat ratus) anggota di lebih dari 200 (dua ratus) negara di seluruh dunia. Berkantor pusat di Oak Brook, Illinois, Amerika Serikat.Organisasi ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam skala lokal dan global.

Di Indonesia, Lions Club of Djakarta Host adalah Lions Club pertama yang didirikan di Indonesia yang diresmikan pada tanggal 18 (delapan belas) November 1969 oleh Lions Club International. Pembentukannya disponsori oleh Lions Club of Sydney Central, sehingga tanggal 18 (delapan belas) November ditetapkan sebagai Hari Lions Indonesia. Lions Clubs Indonesia terbentuk pada 1 (satu) Juli 1975. Multi Distrik 308 terdiri dari 3 (tiga) Distrik sebagaimana tercantum dalam Konvensi di Palembang tahun 2010, yakni

Distrik 307 A1, Distrik 307 A2, Distrik 307 B2. Wilayah Makassar termasuk Distrik 307 B2 sebagai bagian dari Wilayah Indonesia Timur.60

Kegiatan yang dilakukan pada bulan Oktober 2017, yakni membangun kelompok kerja teknis global yang sasarannya yaitu:61

1. untuk mengatasi epidemi global diabetes di seluruh dunia berupa penyelenggaraan seminar tentang pencegahan diabetes, pemeriksaan diabetes untuk mereka yang beresiko tinggi, pelatihan pengolahan makanan untuk penderita diabetes, dan membantu para penderita diabetes agar berpola hidup sehat;

2. menanamkan kepedulian terhadap lingkungan hidup dengan cara penanaman pohon, pengadaan air bersih; dan pelestarian hewan / lingkungan / sumber air, membangun pusat daur ulang;

3. pengendalian kekurangan pangan, dilakukan dengan pengadaan dapur umum untuk tuna wisma, pengadaan pangan untuk para lansia, membuat bank pangan, pemberian asupan bergizi untuk balita, mengajarkan pola hidup sehat di sekolah, menyelenggarakan seminar tentang pengadaan makanan bergizi, dan pembagian paket makanan untuk yang memerlukan;

4. memberikan kesempatan hidup untuk penderita kanker anak, seperti membantu pengadaan obat-obatan, membuatkan rumah singgah bagi

60https://en.wikipedia.org/wiki/Lions_Clubs_International, 16 Juli 2018, 21.30 WITA

61Buku panduan Lions Club International, hlm. 63

penderita kanker pediatrik, dan mengadakan fundraising dengan tema penanggulangan kanker pediatrik;

5. memelihara kesehatan penglihatan, dilakukan dengan cara mengadakan seminar tentang kesehatan penglihatan, mensponsori pameran buku berhuruf braille, pengumpulan dan pendaurulangan kacamata, membantu kegiatan bank mata, mengadakan operasi katarak, dan menyelenggarakan rekreasi untuk tunanetra.

Berdasarkan paparan di atas, apabila ditinjau dari UU PUB, maka sebenarnya Lions Club merupakan suatu organisasi yang sangat besar yang telah diakui oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (selanjutnya disingkat PBB)62. Untuk pendirian dan pengesahan Lions Club di Indonesia sendiri telah memperoleh izin dari Kementerian Sosial Republik Indonesia sehingga untuk eksistensinya di beberapa kota di Indonesia tidak diperlukan lagi izin dari dinas sosial setempat. Ditinjau dari Pasal 2 UU PUB, maka sebenarnya Lions Club Indonesia telah memenuhi syarat perizinannya.

Namun setelah ditelusuri lebih lanjut, ternyata dalam melakukan kegiatan penyelenggaraan sumbangan oleh anggota Lions Club, mereka tidak lagi memberikan laporan mengenai dana yang terkumpul maupun yang disalurkan kepada kelompok penerima manfaat. Hal tersebut tidak dilakukan dengan alasan bahwa dana yang dikumpulkan oleh masing-masing klub di

62Hasil Wawancara denngan M R, Ketua Wilayah 5 Lions Club International Distrik 307 B2 di Indonesia, tanggal 16 Juli 2018, 15.50 WITA

masing-masing daerah, khususnya daerah Makassar, berasal hanya dari anggota klub itu sendiri. Untuk itu tidak dibuatkannya laporan yang akan diserahkan kepada dinas sosial setempat.63

Kewajiban untuk membuat laporan seperti tercantum dalam Pasal 11 Keputusan Menteri Nomor 1/HUK/1995 tentang Pengumpulan Sumbangan Untuk Korban Bencana bahwa pemegang izin/penyelenggara pengumpulan sumbangan untuk korban bencana berkewajiban memberikan laporan mengenai penerimaan, penyerahan, dan penyaluran sumbangan yang diterima kepada pejabat yang berwenang sesuai dengan lingkup kewenangan. Namun menurut pemaparan dari R E64, bahwa untuk pemberian laporan tersebut tidak pernah dilaksanakan mengingat bahwa pejabat yang berwenang dalam hal tersebut tidak pernah meminta hal tersebut. Bahkan banyak Pejabat yang berwewenang di tingkat provinsi dan kota Makassar turut masuk dalam organisasi tersebut.

Menurut penulis, dalam hal ini terjadi conflict of interest di mana tidak seharusnya pejabat pemerintah yang berwenang meminta laporan pertanggungjawaban dari organisasi yang menjalankan penyelenggaraan sumbangan, justru ikut terlibat dalam organisasi tersebut. Kepentingan

63Hasil wawancara dengan R E, Presiden Lions Club Makassar Host, 16 Juli 2018, 15.10 WITA

64RE adalah Presiden The Lions Club Makassar Host tahun 2018 yang diwawancarai oleh penulis tanggal 16 Juli 2018, jam 15:10-16:30 di kantor bisnisnya di Makassar.

pribadi sosial dari pejabat yang berwenang untuk itu bertentangan dengan kepentingan pekerjaan yang harus dijalankan.

Contoh kasus 3:

Di Makassar, penulis menemukan terdapat Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (selanjutnya disingkat LKSA) yang tersebar di beberapa kecamatan di Kota Makassar yang telah terdaftar dan memperoleh izin dari Dinas Sosial Kota Makassar. Berdasarkan hasil wawancara dengan E A yang menjabat sebagai Ketua Bidang Organisasi Sosial65, yakni:

Tabel 1 Jumlah LKSA dan Jumlah Anak di Kota Makassar tahun 2018

No. Kecamatan LKSA Jumlah Anak

1. Panakkukang 9 331

2. Mamajang 6 253

3. Rappocini 13 426

4. Tallo 14 448

5. Tamalate 13 488

6. Makassar 1 16

7. Biringkanaya 5 211

8. Bontoala 3 88

9. Mariso 2 61

65Hasil Wawancara dengan E A, Kepala Bidang Organisasi Sosial Dinas Sosial Kota Makassar, pada tanggal 20 Juni 2018, pukul 12.00 WITA

Dokumen terkait