• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODOLOGI PENELITIAN

D. Metode Analisis

Metode analisis yang digunakan untuk menguji pengaruh strktur kepemilikan dan tiga keputusan keuangan adalah model persamaan struktural dengan program LISREL 8.54. Penelitian ini menggunakan lebih dari satu indikator untuk mewakili satu variabel dan memiliki hubungan yang kompleks antara variabel-variabelnya sehingga peneliti menggunakan model persamaan struktural. Selain itu, alasan peneliti menggunakan program LISREL 8.54 adalah untuk menguji konsistensi hasil penelitian Untung W. & Hartini (2006) yang menggunakan program SPSS.

Tahapan peneliti dalam menganalisis pengaruh struktur kepemilikan dan keputusan keuangan terhadap nilai perusahaan adalah sebagai berikut :

1) Identifikasi Variabel

Penelitian ini menggunakan tiga variabel di antaranya adalah sebagai berikut :

a. Variabel Endogen

Variabel endogen (endogenous variable) yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel eksogen dan merupakan variabel antara artinya variabel endogen juga dapat mempengaruhi variabel endogen lain dalam suatu model. Adapun variabel endogen dalam penelitian ini adalah keputusan investasi (Y1*), kebijakan

dividen (Y2*), kebijakan hutang (Y3*), dan nilai perusahaan (Y4*).

b. Variabel Eksogen

Variabel eksogen adalah variabel yang secara bebas berpengaruh terhadap variabel endogen dalam suatu model. Adapun variabel yang menjadi variabel eksogen adalah struktur kepemilikan X.

c. Variabel Manifest (Variabel Observed/ Indikator)

Variabel manifest (variable observed/ indikator) adalah variabel yang dapat diukur secara langsung. Variabel manifest dalam penelitian ini meliputi struktur kepemilikan manajerial (X1), institusional (X2), publik (X3), PPE/ BVA

(Y1), MVE/ BVE (Y2), MVA/ BVA (Y3), DPR (Y4), DY (Y5), DR (Y6), DER

2) Structural Equation Modelling

Model persamaan struktural (Structural Equation Modelling) adalah

generasi kedua teknik analisis multivariate (Bagozzi dan Fornell, 1982 dalam Malla Bahagia, 2007) yang memungkinkan peneliti untuk menguji hubungan antara variabel yang kompleks untuk memperoleh gambaran menyeluruh mengenai keseluruhan model.

Selain itu, menurut Bollen (1989) dalam Malla Bahagia (2007) SEM juga dapat menguji secara bersama- sama :

• Model struktural, yaitu hubungan (nilai loading) antara variabel laten, baik variabel laten endogen maupun variabel eksogen.

• Model measurement, yaitu hubungan (nilai loading) antara indikator dengan variabel latennya.

Adanya pengujian model struktural dan pengukuran memungkinkan peneliti untuk menguji kesalahan pengukuran (measurement error) sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari SEM dan melakukan analisis faktor bersamaan dengan pengujian hipotesis. Proses Structural Equation Modelling mencakup beberapa langkah yang harus dilakukan diantaranya adalah :

a) Konseptualisasi Model

Tahap ini berhubungan dengan pengembangan hipotesis berdasarkan teori sebagai dasar dalam menghubungkan variabel laten dengan variabel laten lainnya, dan juga dengan indikator-indikatornya. Teori dalam konseptualisasi model bukan hanya berasal dari para akademisi, tetapi juga dapat berasal dari pengalaman dan praktek yang diperoleh dari para praktisi. Selain itu konseptualisasi model juga

harus merefleksikan pengukuran variabel laten melalui beberapa indikator yang dapat diukur.

b) Penyusunan Diagram Jalur

Tahap ini akan memudahkan kita dalam memvisualisasikan hipotesis yang

telah diajukan dalam konseptualisasi model. Path diagram merupakan

representasi grafis mengenai bagaimana beberapa variabel pada suatu model berhubungan satu sama lain, yang memberikan suatu pandangan menyeluruh mengenai struktur model.

c) Spesifikasi Model

Tahap ketiga ini memungkinkan kita untuk menggambarkan sifat dan jumlah parameter yang diestimasi.

d) Identifikasi Model

Informasi yang diperoleh dari data yang diuji untuk menentukan apakah cukup untuk mengestimasi parameter dalam model. Disini kita adapat memperoleh nilai yang unik untuk seluruh parameter dari data yang telah kita peroleh.

Untuk menentukan apakah model kita mengandung/tidak masalah identifikasi, maka harus dipenuhi keadaan berikut :

t ≤ s/2 dimana :

t = jumlah parameter yang diestimasi

s = jumlah varians dan kovarians antara variabel manifest (observed/ manifest); yang merupakan (p+q)(p+q+1)

p = jumlah variabel y (indikator variabel endogen) q = jumlah variabel x (indikator variabel eksogen)

• Jika t ≥ 2, maka model tersebut adalah unidentified. Masalah ini dapat terjadi pada SEM, dimana informasi yang terdapat pada data empiris (varians dan kovarians variabel manifest) tidak cukup untuk menghasilkan solusi yang unik untuk memperoleh parameter model. Masalah unidentified tersebut dapat diatasi dengan mengkonstraint model dengan cara menambah indikator (variabel manifest) ke dalam model, menentukan (fix) parameter tambahan menjadi 0 dan mengasumsikan bahwa parameter yang satu dengan parameter yang lain memiliki nilai yang sama.

• Jika t = s/2, maka model disebut just- identified, sehingga solusi yang unik, tunggal dapat diestimasi untuk mengestimasi parameter. Model yang just- identified, seluruh informasi yang tersedia telah digunakan untuk mengestimasi parameter, sehingga tidak ada informasi yang tersisa untuk menguji model (derajat kepercayaan adalah 0).

• Jika t < s/2, maka model tersebut adalah over-identified. Dalam hal ini lebih dari satu estimasi masing- masing parameter dapat diperoleh (karena jumlah persamaan yang tersedia melebihi parameter yang diestimasi).

e) Estimasi Parameter

Pada tahap ini, kita melakukan pengujian signifikansi yaitu menentukan apakah parameter yang dihasilkan secara signifikan bebeda dari nol. Estimasi parameter dalam LISREL mempunyai tiga informasi yang berguna, yaitu koefisien regresi, standar error, dan nilai t. Standar error digunakan untuk

mengukur ketepatan dari setiap estimasi parameter. Untuk mengetahui signifikan tidaknya hubungan antara variabel laten maupun antara variabel laten dengan indikatornya maka nilai t harus lebih besar dari nilai t- tabel pada level tertentu yang yang tergantung dari ukuran sampel dan level signifikan tersebut.

f) Penilaian Model Fit

Salah satu tujuan dari SEM adalah menentukan apakah model plausible

(masuk akal) atau fit. Suatu model penelitian dikatakan baik, apabila memiliki model fit yang baik pula.

Tingkat kesesuaian model secara keseluruhan terdiri dari :

1) Absolute Fit Measures

Absolute fit measures digunakan untuk menilai kesesuaian model secara keseluruhan (baik model pengukuran maupun model struktural), tanpa menyesuaikan kepada degree of freedomnya. Indikator-indikator dalam absolute fit diantaranya adalah sebagai berikut :

• Chi-Square dan Probabilitas

Chi-square merupakan ukuran mengenai buruknya fit suatu model. Nilai Chi-square sebesar nol menunjukkan bahwa model memiliki fit yang sempurna (perfect fit). Nilai Chi-square yang signifikan (kurang dari 0.05) menunjukkan bahwa data empiris yang diperoleh memiliki perbedaan dengan teori yang telah dibangun berdasarkan SEM. Sedangkan probabilitas adalah untuk memperoleh penyimpangan (deviasi) besar yang ditunjukkan oleh nilai Chi-square. Nilai

probabilitas yang tidak signifikan (p ≥ 0) adalah yang diharapkan, yang

Nilai probabilitas chi-square memiliki permasalahan yang fundamental dalam validitasnya. Menurut Cochran (1952) dalam Imam Gozali (2005) probabilitas ini sangat sensitif dimana ketidaksesuaian antara data dengan model (teori) sangat dipengaruhi oleh besarnya ukuran sampel. Jika ukuran sampel kecil, maka chi-square ini akan menunjukkan data secara signifikan tidak berbeda dengan model dan teori yang mendasarinya. Sedangkan jika ukuran sampel besar, maka uji chi-square akan menunjukkan bahwa data secara signifikan berbeda dengan teori meskipun perbedaan tersebut adalah sangat kecil.

Goodness of Fit Indices (GFI)

GFI merupakan suatu ukuran mengenai ketepatan model dalam menghasilkan observed matriks kovarians. Nilai GFI ini harus berkisar antara 0 sampai 1. menurut Diamantopaulus dan Sigauw (2000) dalam Imam Ghozali (2005), nilai GFI yang lebih besar dari 0.9 menunjukkan suatu model fit yang baik.

Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI)

AGFI adalah sama seperti GFI, tetapi telah menyesuiakan pengaruh degree of freedom pada suatu model. Model yang fit adalah memiliki nilai AGFI 0.9 (Diamantopaulus dan Sigauw, 2000 dalam Imam Ghozali, 2005). Ukuran yang hampir sama dengan GFI dan AGFI adalah Parsimony goodness of fit (PGFI) yang diperkenalkan oleh Mulaik et.al (1989), yang juga telah menyesuiakan adanya dampak dari degree of freedom dan kompleksitas model. Model yang baik apabila memiliki nilai PGFI jauh lebih besar daripada 0.6 (Byrne, 1998 dalam Imam Ghozali, 2005).

Root Mean Square Errors of Approximation (RMSEA)

Ukuran model fit telah lama diperkenalkan oleh Steiger dan Lind pada tahun 1980. nilai RMSEA yang kurang dari 0.05 mengindikasikan adanya model fit, dan nilai RMSEA yang berkisar antara 0.08 menyatakan bahwa model

memiliki perkiraan permasalahan yang reasonable (Byrne, 1998 dalam Imam

Ghozali, 2005). Sedangkan menurut MacCallum et.al (1996) dalam Imam Ghozali (2005) menyatakan bahwa model memiliki nilai yang cukup fit jika RMSEA berkisar 0.08 sampai dengan 0.1 dan jika RMSEA lebih besar dari 0.1 mengindikasikan model memiliki nilai fit yang jelek.

P-value for test of close juga merupakan indikator yang menilai fit atau tidaknya suatu model yang dapat dilihat dari kedekatannya terhadap model fit.

Joreskog (1996) dalam Imam Ghozali (2005) menganjurkan bahwa P-value for

test of close (RMSEA < 0.05) haruslah lebih besar daripada 0.05 sehingga mengindikasikan bahwa model adalah fit.

Normed Chi- Square (X2/ df)

Normed Chi- Square (X2/ df) merupakan indikator goodness of fit adalah rasio

perbandingan antara nilai chi-square dengan degrees of freedom. Menurut

Wheaton (1977) dalam Imam Ghozali (2005) cut-off model fit sebesar 5 dan

sedikit lebih tinggi daripada yang dianjurkan oleh Carmines dan Melver (1981) dalam Imam Ghozali (2005) yaitu sebesar 2.

2) Comparative Fit Measures

Comparative fit measures berkaitan dengan pertanyaan seberapa baikkah kesesuaian model yang dibuat dibandingkan dengan beberapa model alternatif. Indikator-indikator dari comparative fit measures diantaranya adalah :

Normed Fit Index (NFI)

NFI yang ditemukan oleh Bentler dan Bonetts (1980), merupakan salah satu alternatif untuk menentukan model fit. Namun, karena NFI memeiliki tendensi untuk merendahkan fit dalam sampel yang kecil, sehingga merevisi index ini dengan nama Comparative Fit Index (CFI). Nilai NFI dan CFI berkisar antara 0 sampai 1. tetapi suatu model dikatakan fit apabila memiliki nilai NFI dan CFI lebih besar dari 0.9 (Bentler, 1992).

Non-Normed Fit Index (NNFI)

NNFI digunakan untuk mengatasi permasalahan yang timbul akibat kompleksitas model. Menurut Kelloway (1998) dalam Didi Achjari (2003) menyatakan bahwa model fit jika nilai NNFI 0.90.

Relative Fit Index (RFI)

RFI digunakan untuk mengukur fit dimana nilainya 0 sampai 1, nilai yang lebih besar menunjukkan adanya superior fit. Menurut Kelloway (1998) dalam Didi Achjari (2003) menyatakan bahwa model fit jika nilai NNFI 0.90.

Comparative Fit Index (CFI)

Suatu model dikatakan fit apabila memiliki nilai CFI lebih besar dari 0.90 (Bentler, 1992 dalam Imam Ghozali, 2005).

3) Parsimonious Fit Measures

Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI)

PGFI yang diperkenalkan oleh Mulaik et. Al (1998) dalam Imam Ghozali

(2005). PGFI telah menyesuaikan adanya dampak dari degree of freedom dan

kompleksitas model. Model yang baik apabila memiliki nilai PGFI jauh lebih besar daripada 0.6 (Byrne, 1998 dalam Imam Ghozali, 2005). Lain halnya menurut Kelloway (1998) dalam Didi Achjari (2003) nilai PGFI berkisar antara 0 sampai 1, dimana lebih besar nilai tersebut lebih baik.

Parsimony Normed Fit Index (PNFI)

Menurut Kelloway (1998) dalam Didi Achjari (2003) nilai PNFI berkisar antara 0 sampai 1, dimana lebih besar nilai tersebut lebih baik.

g) Respesifikasi

Peneliti seringkali dihadapkan pada hasil uji kesesuaian yang kurang memuaskan, maka dalam kasus ini SEM memberikan alternatif solusi yang dinamakan respesifikasi yang diharapkan mampu meningkatkan kesesuaian model yang sedang diuji.

Ada dua pendekatan dalam respesifikasi model, yaitu pertama, ’theory trimming’ (Pedhazur, 1982 dalam Untung W. dan Hartini, 2006) yang berusaha menjawab pertanyaan tentang parameter mana yang bisa dihilangkan agar

meningkatkan kesesuaian model. Kedua, ’theory building’ (Kelloway, 1998

dalam Malla Bahagia, 2007) yang digunakan untuk menjawab pertanyaan mengenai parameter mana yang bisa ditambahkan dalam model untuk meningkatkan kesesuaian. Cara-cara di atas disebut sebagai Lagrange Multiplier

Test yang di LISREL dikenal sebagai ’modifications indices’. Dengan kemampuan respesifikasi, maka SEM berbasis kovarians ini memerlukan landasan teori yang kuat (confirmatory) sehingga ketika harus menambah atau mengurangi parameter akan bisa dijelaskan secara masuk akal dan bisa ditopang dengan teori yang memadai. Holmes-Smith (2000) menjelaskan beberapa alternatif untuk melakukan respesifikasi :

Critical Ratio (nilai t)

Semua parameter dalam suatu model diharapkan agar signifikan. Parameter yang tidak signifikan bisa dihapus secara teknis dilakukan dengan menetapkan parameter tersebut menjadi nol (tidak diestimasi lagi).

Standardized Residuals

Adanya nilai standardized residual yang besar menandakan adanya mis- spesifikasi dan tingkat kesesuaian yang belum baik. Dengan memperhatikan

sumber standardized residual, maka untuk memperbaiki kesesuaian model

variabel yang menyebabkannya bisa dihapus atau juga dengan mengestimasi parameter tambahan, perlu didukung oleh teori dan harus masuk akal. (Holmes- Smith, 2000 dalam Malla Bahagia, 2007).

Modification Indices

Salah satu cara untuk mengetahui adanya mis-spesifikasi adalah melihat

besaran modification indices. Menurut Holmes-Smith (2000) dalam Imam

Ghozali (2005), nilai modifikasi index yang lebih besar dari 3.84 menunjukkan bahwa chi-square model tersebut akan berkurang drastis (semakin kecil) kalau parameter yang bersangkutan diestimasi.

Modifications indices dalam LISREL merupakan salah satu alternatif terbaik untuk memodifikasi model dan meningkatkan kesesuaian model. Namun harus diperhatikan juga bahwa segala modifikasi (walaupun sangat sedikit), harus berdasarkan teori yang mendukung.

Beberapa modifikasi model dapat dilakukan dengan cara :

• Mengkorelasikan antara dua indikator

• Menambah hubungan path antara indikator dan variabel laten

• Mengubah indikator dari suatu variabel

Setelah melakukan modifikasi tersebut, maka yang seharusnya kita lakukan adalah mempertimbangkan dan mencari justifikasi teori yang kuat terhadap dilakukannya modifikasi tersebut.

h) Validasi Silang Model

Validasi silang model merupakan tahap akhir dari analisis SEM, yaitu menguji fit atau tidaknya model terhadap suatu data baru (atau validasi sub- sampel yang diperoleh melalui pemecahan sampel). Validasi silang ini penting apabila terdapat modifikasi yang substansial yang dilakukan terhadap model asli yang dilakukan pada tahap sebelumnya.

2) Uji Kesesuaian Model

Uji kesesuaian model bertujuan untuk mengukur dan mengetahui derajat kesesuaian antara model yang dihipotesiskan dengan data yang disajikan berdasarkan pada kriteria seperti pada tabel berikut :

Tabel 3.1

Kriteria Uji Kesesuaian Model

Indikator Fit Nilai yang

Direkomendasikan Evaluasi Model Absolute Fit

Probabilitas P > 0.05 Tidak Signifikan

Normed chi-square (X2/df) < 2 2 < X2/df < 5 Over Fitting Good Fit RMSEA < 0.10 < 0.05 < 0.01 Good Fit Very Good Fit Outstanding Fit P-value for test of

close fit > 0.05 Good Fit

GFI > 0.90 Good Fit

AGFI > 0.90 Good Fit

Comparative Fit

NFI 0.9 Good Fit

NNFI or Tucker

Lewis Index (TLI) 0.9 Good Fit

CFI 0.9 Good Fit

RFI 0.9 Good Fit

Parsimonious Fit

PNFI 0-1 Lebih besar lebih baik

PGFI 0-1 Lebih besar lebih baik

3) Uji Signifikan

Uji signifikan dapat dilakukan dengan cara melihat jalur-jalur pada model pengukuran dan model struktural yang signifikan. Pada model pengukuran, jalur- jalur (pengaruh) yang dapat dilihat adalah jalur-jalur (pengaruh) yang menghubungkan antara variabel laten dengan indikatornya (variabel manifest), apakah mempunyai tingkat yang signifikan terhadap variabel latennya atau tidak. Uji signifikan pada model pengukuran bertujuan untuk menentukan kemampuan suatu indikator dalam mengukur variabel latennya. Pada model struktural jalur- jalur (pengaruh) dapat dilihat dari jalur-jalur (pengaruh) yang menghubungkan antara variabel eksogen dengan variabel endogen dan antara variabel endogen dengan variabel endogen. Untuk mengetahui jalur-jalur hubungan (pengaruh) dapat dilihat uji koefisien secara parsial. Uji secara parsial terhadap koefisian path

pada setiap jalur model pengukuran maupun struktural dapat ditunjukkan dari t- values (nilai t) sebagai berikut :

a. H0 : Koefisien jalur tidak signifikan

b. H1 : Koefisien jalur signifikan

• Jika t hitung > t tabel atau t-hitung < t-tabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima.

Dokumen terkait