• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

C. Kerangka Pemikiran

3. Hubungan Keputusan Keuangan dan Nilai Perusahaan

Perluasan aktiva dan peluang investasi baru yang menguntungkan menjadi faktor yang secara potensial akan mempengaruhi tingkat dividen yang dibagikan (Partington, 1989 dalam Bahtiar Usman, 2006:32). Hal ini konsisten dengan model residual dividend dari Brigham dan Gapenski (1996) dalam Bahtiar Usman (2006:32) yang menyatakan bahwa pendanaan terhadap peluang investasi yang menguntungkan harus dilakukan terlebih dahulu sebelum dividen dibayarkan. Myers & Majluf (1984) dalam Hartini Prasetyaning (2005:211) menyatakan bahwa perusahaan dengan pertumbuhan yang tinggi diharapkan memiliki kesempatan investasi yang tinggi. Untuk meningkatkan pertumbuhan yang tinggi, perusahaan memerlukan dana yang besar yang dibiayai dari sumber internal perusahaan. Jika terdapat penurunan pembayaran dividen artinya perusahaan memiliki sumber dana internal yang cukup untuk perluasan investasi. Namun di lain pihak, peningkatan dividen merupakan sinyal positif untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan. Manajemen memberikan sinyal positif kepada investor melalui pembagian dividen, sehingga investor mengetahui terdapat peluang investasi di masa yang akan datang yang menjanjikan bagi nilai perusahaan (Miller dan Rock, 1985 dalam Hartini Prasetyaning (2005:212).

Penelitian mengenai pengaruh investasi terhadap kebijakan dividen di Indonesia antara lain telah dilakukan oleh Untung W. dan Hartini (2006); MG Kentris & Muh. Yusuf (2005); Bahtiar Usman (2006); Sukmawati S. (2000); Sri Hasnawati (2005); Tettet Fitrijanti dan Jogiyanto (2002); Imanda F. dan Moh. Nasir (2006); serta Sih Widhi (2006).

Keputusan investasi secara positif mempengaruhi keputusan pendanaan ditemukan oleh Sri Hasnawati (2005). Temuan ini mendukung temuan terdahulu yang dilakukan oleh Myers (1984); Myers dan Majluf (1984) dalam Sri Hasnawati (2005:40). Secara tidak langsung keputusan investasi mempengaruhi keputusan pendanaan melalui kebijakan dividen. Namun temuan ini bertentangan dengan hasil studi Kaaro dan Hartono (2002) dalam Sri Hasnawati (2005:40) yang menyimpulkan bahwa investasi akan didanai oleh sumber internal terlebih dahulu sehingga keputusan investasi berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen.

Agency theory dapat menjelaskan hubungan dividen dengan kebijakan hutang melalui free cash flow hypothesis (kas internal perusahaan digunakan untuk membayar dividen sehingga diperlukan tambahan dana eksternal melalui hutang) yang memprediksi bahwa dividen mempengaruhi hutang dengan hubungan yang positif (Megginson, 1997 dalam Endar Pituriningsih, 2005:195). Sedangkan Jensen, et.al (1992) dalam Faisal (2003:139) menyatakan pembayaran dividen muncul sebagai pengganti hutang dalam struktur modal untuk mengawasi

perilaku manajer. Dalam hal ini, perusahaan yang mempunyai dividen payout

ratio yang tinggi menyukai pendanaan dengan modal sendiri, sehingga mengurangi biaya keagenan hutang. Penelitian mengenai pengaruh kebijakan dividen terhadap keputusan pendanaan dilakukan oleh Sekar Mayangsari (2001); Faisal (2003); Imanda F. dan Moh. Nasir (2006); Mahadwartha (2002); dan Endar Pituriningsih (2005).

Penelitian mengenai pengaruh investasi terhadap nilai perusahaan dilakukan oleh Sri Hasnawati (2005); Hartini Prasetyaning (2005); serta Eddy Suranta & Pratana (2003). Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa keputusan investasi berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, yang berarti bahwa investasi akan meningkatkan nilai perusahaan. Hasil ini konsisten dengan pendapat Fama (1978) dalam Hartini Prasetyaning (2005:219) bahwa nilai perusahaan semata-mata ditentukan oleh keputusan investasi. Pendapat tersebut dapat diartikan bahwa untuk mencapai tujuan perusahaan, yaitu maksimalisasi nilai perusahaan dapat dicapai melalui kegiatan investasi perusahaan. Hasil penelitian mereka juga mendukung teori sinyal, dimana pengeluaran modal perusahaan (capital expenditure) sangat penting dalam upaya meningkatkan nilai perusahaan. Adanya kegiatan investasi akan memberikan sinyal tentang pertumbuhan pendapatan di masa yang akan datang dan mampu meningkatkan nilai pasar saham perusahaan. (Fama dan French, 1998 dalam Sri Hasnawati, 2005:38).

Dividen merupakan aliran kas masuk bagi pemegang saham, sehingga semakin tinggi dividen, maka akan semakin sejahtera pemegang saham. Pembayaran dividen yang semakin meningkat menunjukkan prospek perusahaan yang bagus sehingga investor akan tertarik untuk membeli saham dan nilai perusahaan akan meningkat (Rozeff, 1982 dalam Sri Hasnawati, 2005:39). Penelitian yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh antara kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan dilakukan oleh Sri Hasnawati (2005) serta Sujoko dan Ugy S. (2007).

Salah satu instrumen yang sangat sensitif terhadap nilai perusahaan adalah kebijakan hutang. Perusahaan diharapkan menjaga hutang pada tingkat tertentu untuk meningkatkan nilai perusahaan. Walaupun tingkat hutang akan meningkatkan pula harga saham, tetapi jika telah mencapai titik tertentu maka akan menurunkan nilai perusahaan (Modigliani, Miller, dan Brigham, 1999 dalam Etty M. dan Fielyandi, 2006:106). Masulis (1980) dalam Sri Hasnawati (2005:38) menyatakan bahwa keputusan pendanaan dapat meningkatkan nilai perusahaan. Apabila pendanaan didanai melalui hutang peningkatan tersebut terjadi akibat dari efek tax deductible. Artinya perusahaan yang memiliki hutang akan membayar bunga pinjaman yang dapat mengurangi penghasilan kena pajak, yang dapat memberi manfaat bagi pemegang saham.

Penelitian mengenai pengaruh keputusan pendanaan terhadap nilai perusahaan dilakukan oleh Etty M. dan Fielyandi (2006), Sri Hasnawati (2005), Eddy S. dan Pratana (2003), Sujoko dan Ugy S. (2007), Hartini Prasetyaning (2005), dan Untung W. dan Hartini Prasetyaning (2006).

Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian yang disesuaikan dengan teori, konsep jalur, dan hasil penelitian terdahulu maka skematis dapat dibuat kerangka pemikiran yang dapat dilihat dari path diagram berikut.

Dari gambar di atas juga dapat menunjukkan keterangan- keterangan sebagai berikut, yaitu :

• (gama) yaitu koefisien jalur yang menjelaskan pengaruh dari variabel

eksogen ke variabel endogen. Seperti dari X1 ke Y1 , X1 ke Y2 , dan X1 ke

Y3 .

• (beta) yaitu koefisien jalur yang menjelaskan pengaruh dari variabel

endogen ke variabel endogen lainnya. Seperti Y1 ke Y2 , Y1 ke Y3, Y1 ke Y4, Y2

ke Y3 , Y2 ke Y4 , dan Y3 ke Y4 .

• ε (residual variable) yang berkaitan dengan variabel endogen.

Paradigma penelitian yang dinyatakan dalam bentuk persamaan struktural adalah sebagai berikut :

Y1 = 1 X1 + ε ... Persamaan 1

Y2 = 2 X1 + 1 Y1 + ε ... Persamaan 2

Y3 = 3 X1 + 2 Y1 + 4 Y2 + ε ... Persamaan 3

Y4 = 4 X1 + 3 Y1 + 5 Y2 + 6 Y3 + ε ... Persamaan 4

Pada persamaan struktural pertama, X1 merupakan variabel eksogen, Y1

sebagai variabel endogen, ε merupakan residual variable yang berkaitan dengan variabel endogen dan 1 adalah koefisien jalur yang menjelaskan pengaruh dari

variabel eksogen X1 ke variabel endogen Y1.

Pada persamaan struktural kedua, X1 merupakan variabel eksogen, Y2

sebagai variabel endogen, ε merupakan residual variable yang berkaitan dengan

variabel eksogen X1 ke variabel endogen Y2, dan 1 yaitu koefisien jalur yang

menjelaskan pengaruh dari variabel endogen Y1 ke variabel endogen Y2 .

Pada persamaan struktural ketiga, X1 merupakan variabel eksogen, Y3

sebagai variabel endogen, ε merupakan residual variable yang berkaitan dengan

variabel endogen, 3 adalah koefisien jalur yang menjelaskan pengaruh dari

variabel eksogen X1 ke variabel endogen Y4, 2 yaitu koefisien jalur yang

menjelaskan pengaruh dari variabel endogen Y1 ke variabel endogen Y3, 4 yaitu

koefisien jalur yang menjelaskan pengaruh dari variabel endogen Y2 ke variabel

endogen Y3 .

Pada persamaan struktural keempat, X1 merupakan variabel eksogen, Y4

sebagai variabel endogen, ε merupakan residual variable yang berkaitan dengan

variabel endogen, 3 adalah koefisien jalur yang menjelaskan pengaruh dari

variabel eksogen X1 ke variabel endogen Y3, 3 yaitu koefisien jalur yang

menjelaskan pengaruh dari variabel endogen Y1 ke variabel endogen Y4, 5 yaitu

koefisien jalur yang menjelaskan pengaruh dari variabel endogen Y2 ke variabel

endogen Y4, 6 yaitu koefisien jalur yang menjelaskan pengaruh dari variabel

endogen Y3 ke variabel endogen Y4 .

Penelitian ini diawali dengan mengamati perusahaan-perusahaan yang terdaftar berturut-turut dalam Bursa Efek Indonesia periode tahun 2004, 2005, dan 2006. Selanjutnya dari perusahaan-perusahaan tersebut, peneliti mengambil data laporan keuangan yang berupa total aktiva, total hutang, total ekuitas, laba bersih tersedia bagi pemegang saham, earning per share (EPS), dividen per share (DPS), persentase kepemilikan saham, harga penutupan, kapitalisasi pasar, dan jumlah

saham beredar. Data tersebut selanjutnya diolah untuk mendapatkan variabel- variabel yang diperlukan dalam penelitian. Penelitian ini melibatkan variabel laten dan beberapa indikator sebagai variabel manifest. Variabel laten yaitu variabel yang tidak dapat diukur secara langsung dan memerlukan beberapa indikator sebagai proksi dan variabel manifest adalah variabel yang secara langsung dapat diukur.

Variabel laten terdiri dari variabel endogen dan variabel eksogen. Variabel endogen dalam penelitian ini adalah keputusan investasi (Y1), kebijakan dividen

(Y2), kebijakan hutang (Y3), dan nilai perusahaan (Y4). Sedangkan variabel

eksogennya adalah struktur kepemilikan (X1).

Setelah variabel manifest/ indikator tersebut diperoleh maka dilakukan

pengujian dengan menggunakan metode Structural Equation Modeling (SEM).

D. Hipotesis

Berdasarkan landasan teori, penelitian terdahulu, dan kerangka pemikiran di atas, maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut :

H1a : Struktur kepemilikan berpengaruh positif terhadap keputusan investasi. H1b : Struktur kepemilikan berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen. H1c : Struktur kepemilikan berpengaruh negatif terhadap kebijakan

hutang.

H1d : Struktur kepemilikan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. H2a : Keputusan investasi berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen. H2b : Keputusan investasi berpengaruh negatif terhadap kebijakan

hutang.

H2c : Keputusan investasi berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. H3a : Kebijakan dividen berpengaruh negatif terhadap kebijakan

hutang.

H3b : Kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. H4 : kebijakan hutang berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan.

BAB III

Dokumen terkait