• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4. HASIL PENELITIAN

4.4. Analisis Multivariat

Berdasarkan hasil uji chi square diketahui keseluruhan variabel (dua variabel) yaitu hubungan dukungan orang tua dan dukungan teman sebaya dengan perkembangan pemulihan penyalahgunaan narkotika maka dapat diidentifikasi secara keseluruhan variabel independen dapat dimasukkan dalam analisis multivariat karena nilai pada uji chi square menunjukkan nilai p<0,25. Hasil uji chi square menunjukkan keseluruhan variabel tersebut layak untuk dilanjutkan dalam analisis multivariat.

Analisis multivariat merupakan analisis untuk mengetahui pengaruh variabel independen (dukungan orang tua dan dukungan teman sebaya) terhadap variabel dependen (perkembangan pemulihan penyalahgunaan narkotika) serta mengetahui variabel dominan yang memengaruhi. Pengujian terhadap hipotesis yang menyatakan bahwa dukungan orang tua dan dukungan teman sebaya berpengaruh terhadap

Insyaf Sumatera Utara dilakukan dengan uji regresi logistik berganda dengan metode enter dengan nilai signifikansi masing-masing variabel < 0,05.

Hasil analisis uji regresi logistik juga menunjukkan bahwa variabel dukungan orang tua yaitu dengan p value 0,000 (p<0,05) dan variabel dukungan teman sebaya dengan p value 0,016 (p<0,05) berpengaruh terhadap perkembangan pemulihan penyalahgunaan narkotika di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Sumatera Utara.

Hasil analisis uji regresi logistik berganda menunjukkan bahwa variabel yang paling dominan memengaruhi perkembangan pemulihan penyalahgunaan narkotika di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Sumatera Utara adalah dukungan orang tua. Hal ini menyatakan bahwa perkembangan pemulihan penyalahgunaan narkotika di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Sumatera Utara akan meningkat jauh lebih baik apabila terjadi peningkatan pada dukungan orang tua.

Berdasarkan hasil analisis regresi logistik pada variabel dukungan orang tua diperoleh Rasio Prevalens (RP) sebesar 5,24 pada Confidence Interval 95% yaitu antara 1,68 sampai 16,36 sehingga dapat disimpulkan bahwa remaja penyalahguna narkotika yang memperoleh dukungan dari orang tua akan lebih baik perkembangan pemulihannya 5,24 kali daripada remaja penyalahguna narkotika yang tidak memperoleh dukungan dari orang tua. Pada variabel dukungan teman sebaya diperoleh Rasio Prevalens (RP) sebesar 4,83 pada Confidence Interval 95% yaitu antara 0,63 sampai 37,29, sehingga dapat disimpulkan bahwa remaja penyalahguna narkotika yang memperoleh dukungan dari teman sebaya akan lebih baik

perkembangan pemulihannya 4,83 kali daripada remaja penyalahguna narkotika yang tidak memperoleh dukungan dari teman sebaya.

Berdasarkan hasil analisis regresi logistik berganda tersebut dapat ditentukan model persamaan regresi logistik berganda yang dapat menafsirkan dukungan orang tua dan dukungan teman sebaya yang memengaruhi variabel dependen (perkembangan pemulihan penyalahgunaan narkotika) di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Sumatera Utara adalah sebagai berikut:

1 f (Z) =

1 + e

f(Z) = Probabilitas perkembangan pemulihan penyalahgunaan narkotika –(-4,916 + 4,638 (X1) + 3,651(X2) α = Konstanta ß1- ß4 X = Koefisien regresi 1 X

= Dukungan orang tua 2

E = Error (tingkat kesalahan) = Dukungan teman sebaya

Tabel 4.11. Pengaruh Dukungan Orang Tua dan Dukungan Teman Sebaya Terhadap Perkembangan Pemulihan Penyalahgunaan Narkotika di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Sumatera Utara

Variabel Independen Risk Ratio Std. Err. z P>z 95% Conf.lnterval Lower Uppr Dukungan orang tua 5,242843 3,044149 2,85 0,004 1,680096 16,36061 Dukungan teman sebaya 4,828708 5,036603 1,51 0,131 0,6251464 37,29754

BAB 5 PEMBAHASAN

5.1. Pengaruh Dukungan Orang Tua terhadap Perkembangan Pemulihan Ketergantungan Narkotika

Hasil penelitian tentang variabel dukungan orang tua ditemukan yang mendapat dukungan dari orang tua dengan persentase tertinggi yaitu baik perkembangan pemulihan ketergantungan narkotika sebanyak 90,6%. Uji statistik menunjukkan variabel dukungan orang tua berpengaruh terhadap perkembangan pemulihan ketergantungan narkotika. Mengacu pada hasil uji tersebut dapat dijelaskan semakin tinggi dukungan orang tua maka akan meningkatkan perkembangan pemulihan ketergantungan narkotika.

Menurut Soetjiningsih (2007) yang mengutip pendapat Marheni, bahwa keluarga mempunyai pengaruh yang cukup besar bagi perkembangan pemulihan narkotika pada remaja, karena keluarga merupakan lingkungan sosial pertama yang meletakkan dasar-dasar kepribadian remaja, terutama orang tua.

Sesuai dengan penelitian Widianingsih (2009), bahwa sebagai orang terdekat, orang tua sangat memainkan peranan penting dalam perkembangan anaknya, apalagi jika berkaitan dengan kondisi pasca pemakaian narkotika dan memiliki relevansi dengan adaptasi dan kehidupan anaknya dalam bermasyarakat. Dalam proses mendidik dan membina, orang tua hendaknya menciptakan sinergi keterbukaan dan penerimaan pada anak sehingga dukungan orang tua akan sangat membantu anak remaja dalam menghadapi kondisi pasca sembuh narkotika. Dukungan dari orang tua

terhadap anak yang mengalami ketergantungan narkotika akan berpengaruh terhadap peningkatan perkembangan pemulihan ketergantungan narkotika, anak akan merasa diperhatikan dan berusaha untuk lebih memacu semangat dalam proses terapi ketergantungan narkotika yang sedang dilaksanakan.

Hal ini sesuai Oktarina, H. (2002) yang mengutip pendapat Setiyanto, bahwa dalam mendidik dan membina, orang tua hendaknya bertindak bijaksana, menyediakan hati dan pikiran untuk anak-anaknya, namun terkadang kurang memperhatikan aspirasi remaja, kecendrungan orang tua memaksakan kehendaknya, cenderung memerintah anak-anak untuk memenuhi keinginan orangtua. Remaja umumnya mendambakan orangtua sebagai figur yang mampu mendengarkan aspirasi mereka, keluhan-keluhan, dan perasaan-perasaan mereka, sehingga terkadang terdapat pembatas antara remaja dan orangtua dalam berkomunikasi, bahkan bisa menjadi konflik pada diri remaja.

Pada masa remaja sering terjadi adanya kesenjangan dan konflik antara remaja dengan orang tuanya. Pada saat ini ikatan emosional menjadi berkurang dan remaja sangat membutuhkan kebebasan emosional dari orang tuanya. Kadang-kadang remaja menemui pertentangan dari orang tua yang dapat menimbulkan konflik, namun orang tua dalam melalui proses tersebut berusaha meminimalkan konflik dan membantu anak remajanya untuk mengembangkan kebebasan berpikirnya dan kebebasan untuk mengatur dirinya sendiri. Konflik antara orang tua dan remaja juga dapat dipicu oleh kesalahan komunikasi. Idealnya, komunikasi antara orang tua dan remaja bersifat

Beberapa titik kritis komunikasi remaja dan orang tua adalah saling curiga, tidak menghargai, terlambat memberi tanggapan, terlalu cepat memotong, monopoli, orang tua menghakimi, saling memaksakan keinginan, anak remaja merasa orangtua terlalu lamban, metode penyampaian. Untuk menjalin komunikasi yang intim mesra dan bersahabat anatara orang tua dan remaja adalah: ciptakan saling pengertian, ciptakan atmosfer bersahabat, mendengarkan keluhan anak, berikan jalan keluar bukan cela, jangan menjadi hakim, alat pendidikan, sabar mandengarkan, singkirkan hierarki, pola komunikasi yang baik, dan menjaga kesantunan (Sahrani, dkk, 2008).

Dalam proses rehabilitasi, beberapa orang tua dari remaja yang menjalani terapi menyesali pola pengasuhan mereka karena telah mengabaikan perkembangan anak-anaknya sehingga bisa terjerumus ke narkotika, hal ini membuat beberapa orang tua menjadi lebih peduli dengan perkembangan anaknya selama menjalani rehabilitasi untuk menebus kesalahan mereka. Namun hal ini akan lebih baik ketika remaja menerima perhatian orang tuanya dengan pemikiran positif, karena ada remaja yang berfikir bahwa kasih sayang yang diberikan orang tua selama rehabilitasi berlangsung sebagai topeng untuk menutupi kesalahan dan aib mereka (Surbakti, 2008).

Menurut pekerja sosial di panti rehabilitasi Insyaf, setiap kunjungan orang tua, dan partisipasi orang tua untuk menghadiri undangan yang di adakan oleh panti rehabilitasi Insyaf memberi semangat baru bagi remaja yang menjadi rehabilitasi. Mereka merasa di perhatikan oleh orang tuanya dan orang tua telah bisa menerima kondisi mereka sebagai mantan pemakai narkotika.

Pekerja sosial menjadi penghubung komunikasi antara remaja dan orang tua, dan memberikan informasi pada orang tua seputar remaja dan pelaksanaan rehabilitasi narkotika yang dijalani remaja. Partisipasi orang tua untuk menghadiri undangan yang di adakan oleh panti rehabilitasi Insyaf memberi semangat baru bagi remaja yang menjadi rehabilitasi. Mereka merasa di perhatikan oleh orang tuanya dan orang tua telah bisa menerima kondisi mereka sebagai mantan pengguna narkotika. Pekerja sosial juga menjadi konselor, tempat berbagi cerita dan pemberi nasehat bagi remaja. Pekerja sosial mengatakan bahwa selama masa rehabilitasi, kunjungan orang tua memberikan semangat bagi remaja, mereka merasa diperhatikan, masih dianggap anak yang bisa diharapkan, namun adapula remaja yang tidak baik hubungannya dengan orang tuanya, hal ini dapat berubah bila interaksi antara pekerja sosial, orang tua dan remaja berjalan baik.

5.2. Pengaruh Dukungan Teman Sebaya Terhadap Perkembangan Pemulihan

Dokumen terkait