• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.4. Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) Insyaf Sumatera Utara

Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) Insyaf merupakan unit pelaksana teknis di lingkungan Kementrian Sosial Republik Indonesia yang berada di Sumatera Utara, memberikan pelayanan rehabilitasi sosial bagi korban penyalahgunaan narkotika.

Rehabilitasi sosial merupakan serangkaian kegiatan profesional yang meliputi aspek fisik, mental, spritual, sosial, dan vokasional untuk mengembangkan kemampuan dan memulihkan korban penyalahgunaan narkotika agar dapat menjalankan fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan masyarakat.

Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) Insyaf sebagai pusat rehabilitasi sosial rujukan regional dengan jangkauan pelayanan daerah kabupaten/ kota pada wilayah Sumatera dan Kalimantan Barat. PSPP Insyaf mempunyai visi yaitu pelayanan rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan narkotika yang berkualitas dan profesional, dan misi yaitu menetapkan standarisasi pelayanan dan rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan narkotika, legislasi pelayanan dan rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan narkotika, mengembangkan alternatif-alternatif inteervensi di bidang pelayanan dan rehabilitasi sosial penyalahgunaan narkotika, meningkatkan kemampuan dan kompetensi pekerja sosial, dan membangun jaringan dengan dunia usaha. Tujuan dari PSPP Insyaf adalah korban penyalahgunaan narkotika dapat melaksanakan keberfungsian sosialnya meliputi kemampuan dalam melaksanakan peran, memenuhi kebutuhan, memecahkan masalah yang dihadapi, dan aktualisasi diri. PSPP Insyaf di dirikan pada luas tanah 46.962 m2, luas bangunan 8.103 m2, memiliki kapasitas isi 300 orang, dan kapasitas tampung 100 orang, yang terdiri dari kantor, aula, ruang pendidikan, ruang ketrampilan, ruang assesment, ruang data dan informasi, ruang perpustakaan, ruang konseling, asrama poliklinik, show room, rumah dinas, guest house, gedung khusus rehabilitasi terpadu, koperasi, mushala, kendaraan dinas, akses internet, lapangan voli, lapangan bulu tangkis dan tenis, lapangan sepak takraw.

Selama berada di PSPP Insyaf, korban penyalahgunaan narkotika mendapat fasilitas transportasi kedatangan dan pemulangan, akomodasi dan konsumsi, pakaian

perlengkapan mandi, mendapat bantuan toolkit (peralatan kunci-kunci), dan bantuan usaha ekonomi produktif (kompresor, alat doorsmer, mesin gerinda, mesin bor tangan, kunci sok, mesin bor tangan, kunci sok, kunci ring-pas, dan sebagainya) bagi eks klien yang telah membuka usaha perbengkelan (Kementrian Sosial RI, 2010).

Sasaran pelayanan di PSPP Insyaf adalah penyalahguna narkotika yang tidak ketergantungan (klien konvensional), dan penyalaguna narkotika yang masih ketergantungan (klien terpadu), dengan prosedur penerimaan klien yaitu penerimaan klien yang tidak ketergantungan narkotika dilaksanakan pada bulan januari sampai dengan februari, penerimaan klien yang masih ketergantungan narkotika dilaksanakan setiap saat. Proses pendaftaran calon klien dengan cara orang tua/ wali langsung menghubungi PSPP Insyaf Sumatera Utara atau menghubungi kantor dinas sosial setempat (Kementrian Sosial RI, 2010).

Pelayanan dan bimbingan rehabilitasi secara menyeluruh dan terpadu, terdiri dari registrasi dan penerimaan, orientasi dan pengenalan program, out bond, bimbingan fisik (senam, olahraga, pemeriksaan urine/darah, pengobatan ringan, pengobatan ke puskesmas/ rumah sakit), bimbingan (mental, psikologi, agama dan kecerdasan), bimbingan sosial dengan menggunakan metode therapeutic community bagi klien terpadu dan semi therapeutic community bagi klien konvensional, konseling dan terapi kelompok, pendampingan dan rujukan advokasi sosial, pelayanan perpustakaan, kesenian, karya wisata dan bimbingan ketrampilan kerja (ketrampilan sepeda motor, mobil dan elektro; praktek belajar kerja (pbk); bimbingan

kewirausahaan, penyaluran di usaha perbengkelan, peningkatan kompetensi di bengkel kerja/ sheltered workshop) (Kementrian Sosial RI, 2010).

Kegiatan pelayanan rehabilitasi sosial bagi korban penyalahgunaan narkotika sesuai dengan standar minimal dan pedoman pelayanan dan rehabilitasi sosial penyalahgunaan narkotika yang disusun oleh Badan Narkotika Nasional (2003), meliputi:

1. Pendekatan awal

Pendekatan awal adalah kegitan yang mengawali keseluruhan proses pelayanan dan rehabilitasi sosial yang dilaksanakan dengan penyampaian informasi program kepada masyarakat, instansi terkait, dan organisasi sosial lain guna memperoleh dukungan dan data awal calon klien dengan persyaratan yang telah ditentukan.

2. Penerimaan

Pada tahap ini dilakukan kegiatan administrasi untuk menentukan apakah calon klien diterima atau tidak, dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

a. Pengurusan administrasi surat menyurat yang diperlukan untuk persyaratan masuk panti seperti surat keterangan medical check up, surat keterangan cek urine negatif, dan lainnya.

b. Pengisian formulir, wawancara, dan penentuan syarat menjadi residen c. Pencatatan residen dalam buku registrasi.

3. Assesment

Assesment merupakan kegiatan penelaahan dan pengungkapan masalah untuk mengetahui seluruh permasalahan residen, menetapkan rencana dan pelaksanaan intrevensi. Kegiatan assesment meliputi:

a. Menelusuri dan mengungkapkan latar belakang keadaan residen b. Melaksanakan diagnosa permasalahan

c. Menentukan langkah-langkah rehabilitasi

d. Menentukan dukungan pelatihan yang diperlukan e. Menetapkan residen dalam proses rehabilitasi 4. Bimbingan Fisik

Kegiatan ini untuk memulihkan kondisi fisik residen, meliputi: pelayanan kesehatan, peningkatan gizi, baris berbaris, dan olah raga.

5. Bimbingan Mental dan Sosial

Bimbingan mental dan sosial meliputi bidang keagamaan, budi pekerti individual dan sosial/ kelompok, dan motivasi residen (psikologi).

6. Bimbingan Orang Tua dan Keluarga

Bimbingan orang tua dan keluarga dimaksudkan agar orang tua dan keluarga dapat menerima keadaan residen, memberi dukungan, dan akan menerima kembali residen setelah menyelesaikan rehabilitasi.

7. Bimbingan Ketrampilan

Kegian ini berupa vokalisasi, ketrampilan usaha (survival skill), dan hal lain yang dibutuhkan residen.

8. Resosialisasi/ reintegrasi

Kegiatan ini merupakan komponen pelayanan dan rehabilitasi yang diarahkan untuk menyiapkan kondisi residen yang akan kembali kepada keluarga dan masyarakat. Kegiatan ini meliputi:

a.Pendekatan ke residen untuk persiapan kembali ke lingkungan keluarga dan masyarakat tempat tinggalnya.

b.Menghubungi dan memotivasi keluarga residen serta lingkungan masyarakat untuk menerima kembali residen.

c.Menghubungi lembaga pendidikan bagi klien yang akan melanjutkan pendidikan.

9. Penyaluran dan bimbingan lanjut (after care)

Dilakukan pemulangan residen kepada orang tua/ wali, disalurkan kepada lembaga pendidikan dan instansi dan rangka melanjutkan pendidikan atau penempatan kerja. Bimbingan lanjut dilakukan secara berkala dalam rangka pencegahan kambuh dengan kegiatan konseling, kelompok, dan sebagainya. 10.Terminasi

Kegiatan ini berupa pengakhiran atau pemutusan program pelayanan dan rehabilitasi bagi residen yang telah mencapai target program.

Dokumen terkait