• Tidak ada hasil yang ditemukan

6.3 Estimasi Nilai Ekonomi Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir untuk Kegiatan Budidaya Tambak Polikultur Kegiatan Budidaya Tambak Polikultur

6.3.1 Analisis Nilai Produksi .1 Biaya Faktor Produksi .1 Biaya Faktor Produksi

pendeteksian autokorelasi oleh Firdaus (2004), nilai D-W hasil statistik model regresi tidak mengalami pelanggaran asumsi autokorelasi.

6.3 Estimasi Nilai Ekonomi Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir untuk Kegiatan Budidaya Tambak Polikultur

6.3.1 Analisis Nilai Produksi 6.3.1.1 Biaya Faktor Produksi

Biaya faktor produksi merupakan komponen biaya dari pemakaian barang dan jasa untuk usaha budidaya polikultur yang harus dikeluarkan petani tambak selama kegiatan budidaya berlangsung. Biaya faktor produksi ini terbagi menjadi biaya investasi, biaya tetap, dan biaya variabel. Biaya investasi atau modal usaha adalah biaya awal yang harus dikeluarkan pada awal menjalankan suatu usaha atau biaya pemakaian sarana tau peralatan yang dapat digunakan dalam jangka waktu cukup lama.

Biaya modal usaha dalam kegiatan budidaya polikultur di lokasi penelitian adalah pembelian lahan serta peralatan budidaya yang dibutuhkan selama proses budidaya berlangsung. Sumber permodalan dalam usaha budidaya polikultur di lokasi penelitian pada umumnya berasal dari pribadi yang diinvestasikan untuk kegiatan ini.

Peralatan yang digunakan dalam kegiatan budidaya polikultur ini antara lain bubu yang dapat digunakan 1 tahun, berfungsi sebagai perangkap yang dipasang di pintu air untuk mendapatkan ikan atau udang (kecuali ikan bandeng dan udang windu) yang terbawa oleh air laut, hasil tangkapan itu biasanya digunakan untuk konsumsi pribadi atau dijual. Pompa air digunakan sebagai alat untuk mengisi air tambak setelah panen, dapat digunakan selama 4 tahun. Pintu air dan laha, pintu air berfungsi sebagai pintu keluar masuknya air

68 tambak,sedangkan laha adalah bambu yang disusun sedemikian rupa di sekeliling pintu air yang digunakan untuk mencegah ikan bandeng dan udang windu dewasa agar tidak keluar dari tambak dapat digunakan selama 5 tahun. Waring digunakan sebagai alat pencegah ikan-ikan bandeng kecil dan udang windu kecil keluar dari tambak, dapat digunakan selama 3 tahun. Paralon digunakan sebagai saluran air, alat ini memiliki fungsi yang sama seperti pintu air, dapat digunakan selama 8 tahun. Lokasi tambak di Desa Langensari berada cukup jauh dari pemukiman, oleh sebab itu diperlukan rumah jaga sebagai tempat beristirahat ketika petani tambak sedang beraktivitas di lokasi tambak.

Selain penggunaan peralatan, investai usaha budidaya tambak juga membutuhkan lahan tambak yang biasanya sudah didapatkan secara turun-temurun. Harga rata-rata lahan tambak di Desa Langensari sekitar Rp 70.000.000,00 per hektar tambak. Penggunaan peralatan budidaya ikan bandeng secara rinci dapat dilihat pada Tabel 6 dan rincian pengeluaran biaya investasi petani tambak untuk usaha budidaya polikultur secara jelas dapat dilihat pada Lampiran 3.

Tabel6. Rataan Penggunaan Peralatan dalam Kegiatan Budidaya Tambak Polikultur

No. Jenis Harga Satuan

(Rp) Umur Teknis (tahun) Biaya Penyusutan (Rp/tahun) 1 Bubu 384.091 1 130.000 2 Pompa air 454.545 4 113.636

3 Pintu air dan laha 2.100.000 5 133.636

4 Waring 168.363 3 56.212

5 Paralon 81.818 8 1.705

6 Rumah Jaga 690.909 5 138.182

Sumber : Data Primer, Diolah (2012)

Biaya tetap merupakan biaya yang tidak terkait langsung dengan junlah produksi satu masa panen, sedangkan besarnya biaya variabel tergantung dengan

69 jumlah produksi. Rataan komposisi biaya faktor produksi per unit tambak di Desa Langensari dalam satu tahun dijelaskan pada Tabel 7dan rincian pengeluaran biaya tetap petani tambak secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 4.

Tabel7. Rataan Komposisi Biaya Faktor Produksi per Hektar Tambak di Desa Langensari dalam Satu Tahun

No Komponen Jumlah Presentase (%)

1 Biaya Tetap

Pajak tambak 270.000 2,38

Rehabilitasi tanah tambak 1.000.000 8,83

Biaya Penyusutan 573.371 5,06

Sewa Alat Panen 900.000 7,94

Sewa Pekerja Panen 2.578.003 22,76

Total Biaya Tetap 5.321.374 46,97

2 Biaya Variabel

Pembelian Benih Bandeng 1.500.000 13,24

Pembelian Benih Udang Windu 1.500.000 13,24

Pembelian Obat 117.000 1,03

Pembelian Pupuk 545.455 4,81

Upah Tenaga Kerja Harian 2.345.455 20,70

Total Biaya Variabel 6.007.909 53,03

Total Biaya Produksi 11.329.283 100

Sumber : Data Primer, Diolah (2012)

Pada Tabel 7diperlihatkan jumlah biaya tetap per hektar tambak yang dikeluarkan oleh petani setiap tahun rata-rata sebesar Rp5.321.374,00 atau 46,97% dari total biaya produksi, dengan asumsi seluruh tambak yang berstatus tanah milik petani tambak Desa Langensari berproduksi, maka total biaya tetap yang dikeluarkan dalam satu tahun adalah Rp. 377.817.551,00. Upah sewa pekerja panen memiliki proporsi terbesar dari pengeluaran biaya tetap, yaitu Rp 2.578.003,00 atau 22,76% dari total biaya produksi.

Biaya Variabel sangat mempengaruhi jumlah produksi dari usaha budidaya polikultur (ikan bandeng dan udang windu). Biaya variabel terdiri atas biaya pembelian benih ikan bandeng, pembelian benih udang windu, pembelian obat, pembelian pupuk, dan upah tenaga kerja harian. Upah tenaga kerja harian

70 memiliki harian memiliki proporsi terbesar dari pengeluaran biaya variabel, yaitu sebesar Rp 2.345.455,00 atau 20,70% dari total biaya produksi

Biaya pembelian benih ikan bandeng dan udang windu juga memiliki proporsi pengeluaran yang cukup besar, yaitu masing-masing sebesar Rp 1.500.000 atau sebesar 13,24% dari total biaya produksi dengan harga beli bibit bandeng (nener) Rp 250,00 dan Rp 25,00 untuk harga beli bibit udang windu dengan jumlah bibit yang dibeli sebanyak 2.000 ekor bibit ikan bandeng dan 20.000 ekor bibit udang windu. Jumlah biaya variabel per hektar tambak yang dikeluarkan oleh petani setiap tahun rata-rata sebesar Rp 6.007.909,00 atau 53,03% dari total biaya produksi, dengan asumsi seluruh tambak yang berstatus tanah milik petani tambak di Desa Langensari berproduksi, maka total biaya variabel yang dikeluarkan dalam satu tahun adalah Rp 426.561.545,00. Pembelian obat dan pupuk untuk usaha tambak polikultur masing-masing petani sangat berbeda, hal ini tergantung pada kondisi tanah dan kesuburan lahan tambak mereka serta modal yang dimiliki petani tambak, namun tidak semua petani tambak menggunakan obat dan pupuk pada areal tambaknya. Secara rinci pengeluaran petani tambak untuk input variabel yang digunakan dapat dilihat pada Lampiran 5.

6.3.1.2 Analisis Nilai Panen

Dalam kegiatan budidaya polikultur ini ikan bandeng dan udang windu dengan masa tumbuh 3 sampai 4 bulan untuk sampai pada ukuran siap dijual. Oleh karena itu dalam usaha budidaya polikultur,petani tambak hanya mengalami 3 kali musim panen. Hasil produksi kegiatan budidaya tambak polikultur umumnya tidak selalu sama dari satu musim dengan musim berikutnya. Hal ini

71 sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain yaitu kondisi lahan, air, cuaca, bibit bandeng, dan bibit udang windu.

Nilai rata-rata panen per hektar tambak dalam satu tahun didapat dengan mengalikan jumlah produksi (kg) per unit tambak dalam satu tahun dengan harga jual produk (Rp). Pada saat panen, segala kebutuhan serta biaya pemanenan ditanggung pihak koperasi, dan harga jual dari hasil produksi sudah ditetapkan berdasarkan hasil pelelangan di koperasi tersebut. Rataan panen budidaya polikultur dalam satu tahun disajikan pada Tabel 8dan hasil panen untuk responden petani tambak, lebih lengkap dapat dilihat di Lampiran 6.

Tabel8. Nilai Rataan Panen per Hektar Tambak di Desa Langensari Penerimaan Usaha Panen/hektar tambak (Kg) Nilai Panen (Rp/Kg)

Nilai Total Panen Per musim Per tahun

Ikan Bandeng 193 14.182 2.737.126 8.211.378

Udang Windu 88 68.727 6.047.976 18.143.928

Sumber : Data Primer, Diolah (2012)

Tabel diatas merupakan nilai rataan panen dari 22 responden petani tambak di Desa Langensari. Harga ikan bandeng dan udang windu di tingkat petani tambak berfluktuatif berdasarkan hasil lelang di koperasi. Hasil pemantauan saat pelelangan di koperasi, rata-rata harga ikan bandeng dan udang windu yang berlaku di tingkat petani saat penelitian berlangsung adalah Rp 14.182/kg, sedangkan udang windu sebesar Rp 68.727/kg. Hasil panen ikan bandeng untuk tahun ini berkisar antara 150-300 kg dengan nilai rata-rata 193 kg per hektar tambak berukuran antara 4-7 ekor ikan bandeng per kg, sedangkan panen udang windu untuk tahun ini berkisar antara 55-150 kg dengan nilai rata-rata sebesar 88 kg per hektar tambak berukuran antara 30-34 ekor udang windu per kg, dengan demikian apabila seluruh tambak yang berstatus tanah milik petani tambak di Desa Langensari yang berjumlah 71 hektar berproduksi dan melakukan

72 tiga kali panen dalam satu tahun, maka total nilai panen ikan bandeng dan udang windu di Desa Langensari dalam satu tahun adalah Rp 1.871.226.726,00.

Dokumen terkait