• Tidak ada hasil yang ditemukan

(1994) disebut sebagai faktor relationship yang dapat dituliskan dalam notasi sederhana seperti dibawah ini:

ƒ , , , …

Dimana Y dapat dikatakan sebagai output produksi yang nilainya dipengaruhi oleh X, sementara X merupakan input produksi yang nilainya mempengaruhi nilai output yang dihasilkan pada proses produksi. Kegiatan produksi bertujuan untuk meningkatkan atau mengubah nilai barang sebagai pemenuhan kebutuhan manusia. Produksi dapat digambarkan sebagai upaya untuk memaksimalkan keuntungan dengan kendala ketersediaan teknologi, sumberdaya yang dimiliki dan harga input variabel.

2.10 Analisis Produktivitas

Perubahan lingkungan akan mengarah kepada perubahan produktivitas dan biaya produksi, sehingga menyebabkan perubahan harga dan tingkat output yang dapat dilihat dan dinilai dari perubahan-perubahan tersebut, kualitas lingkungan dilihat sebagai faktor produksi. Nilai surplus yang didapat dari penggunaan metode ini merupakan nilai manfaat langsung yang diturunkan dari pemanfaatan output yang didapat dari alam.

Menurut Barton (1994) dalam Wijaya (2006) produktivitas tergantung pada pemanfaatan hasil langsung yang didapat dari lingkungan dengan asumsi agen ekonomi yang terpengaruh tidak mengkompensasi untuk merubah produktivitas dan kegiatan, dampak lingkungan serta perubahan output tidak mempengaruhi harga pasar. Nilai manfaat langsung juga dapat diinterpretasikan sebagai perkiraan dari fungsi nilai pemanfaatan tidak langsung. Berikut beberapa

21 metode yang terkait dengan perhitungan nilai yang beragam dalam tingkat estimasi suplai atau fungsi produksi dari sistem alami output:

1. Model Present Value per Hektar Lahan (Pendekatan Pendapatan)

Perhitungan terhadap manfaat dari produksi biologi didapat dari perhitungan terhadap habitatnya. Dengan memisahkan nilai produksi lahan per hektar dapat mendukung dalam menghitung manfaat biologi produksi per hektar dari habitatnya. Pendekatan ini mengabaikan biaya dari buruh dan sumberdaya manusia lainnya sebagai faktor produksi. Perhitungan produktivitas ekonomi tersebut menjadi dasar dalam menghitung manfaat ekosistem alami dari input populasinya.

2. Pendekatan Rent

Rent didefinisikan sebagai selisih antara biaya faktor produksi yang digunakan dalam suatu pemanfaatan sumberdaya dengan nilai total dari hasil panen usaha tersebut. Rent dapat juga dipandang sebagai kontribusi dari ekosistem alami atau faktor pendapatan, guna memperoleh nilai ekonomi dari suatu pemanfaatan sumberdaya.

3. Pendekatan Produktivitas Marjinal

Pendekatan ini digunakan untuk menghitung perubahan kecil dalam produktivitas akibat perubahan yang terjadi pada habitatnya. Teknik ini dapat menghasilkan determinasi dari fungsi produksi bioekonomi yang didapat dari determinasi produktivitas marjinal. Data-data yang signifikan dibutuhkan dalam menghitung produktivitas yang bervariasi. Dalam perubahan produktivitas lahan yang lebih sempit lagi pendekatan produktivitas marjinal tidak menghitung perubahan kesejahteraan.

22 2.11 Fungsi Produksi

Hubungan fisik antara input dan output sering disebut fungsi produksi. Bentuk fungsi produksi dipengaruhi oleh hukum ekonomi produksi “Hukum Kenaikan Hasil Yang Semakin Berkurang” (The Law of Diminishing Return). Hukum ini menyatakan bahwa jika faktor produksi terus menerus ditambahkan pada faktor produksi tetap, maka tambahan jumlah produksi per satuan akan semakin berkurang. Hukum ini menggambarkan adanya kenaikan hasil kurva produksi, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 5.

Sumber : Nicholson (1995)

Gambar 5. Hubungan Antara Produk Total, Produk Rata-Rata dan Produk Marjinal

Hubungan antara produk marjinal, produk rata-rata dan produk total memperlihatkan bahwa total produksi memiliki bataas optimum, hal yang mempengaruhi produk marjinal dan produk rata-rata juga berpengaruh terhadap biaya yang digunakan dan penerimaan petani dengan kombinasi penggunaan input. Dalam menggambarkan fungsi teknis dapat dilihat pada tiga daerah

23 produksi yang ditulis sebagai Daerah I, Daerah II, dan Daerah III berdasarkan elastisitas produksi faktor-faktor produksi.

1. Daerah Produksi I

Pada daerah ini elastisitas produksi lebih dari 1 (Ep>1) terletak antara titik asal 0 dan X2 artinya penambahan faktor produksi sebesar 1% akan menyebabkan penambahan output selalu lebih besar dari 1. Pada daerah ini belum dihasilkan produksi yang optimal yang akan memberikan keuntungan maksimum karena produksi masih dapat diperbesar dengan pemakaian input produksi lebih banyak sehingga Daerah Produksi I disebut daerah irrasional apabila produksi dihentikan.

2. Daerah Produksi II

Pada daerah ini elastisitas produksi bernilai antara 0 dan 1 (0<Ep<1) terletak antara titik X1 dan X3. Artinya setiap penambahan faktor produksi sebesar 1% akan menyebabkan penambahan produksi paling tinggi 1% dan paling rendah 0%. Daerah ini dicirikan oleh penambahan hasil produksi yang semakin meningkat berkurang (decreasing return). Pada tingkat tertentu dari penggunaan faktor-faktor produksi di daerah ini akan memberikan keuntungan maksimum sehingga Daerah Produksi II disebut daerah rasional.

3. Daerah Produksi III

Pada daerah ini nilai elastisitas produksi lebih kecil dari nol (Ep<0) artinya setiap penambahan faktor produksi sebesar 1% akan menyebabkan penurunan julah produksi yang dihasilkan. Daerahini mencerminkan pemakaian faktor-faktor produksi yang sudah tidak efisien sehingga Daerah Produksi III disebut juga daerah irrasional.

24 2.12 Penelitian Terdahulu

Meita (2009) melakukan penelitian “Analisis Dampak Ekonomi Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Lokal Studi Kasus Pantai Bandulu Kabupaten Serang Provinsi Banten”. Hasil analisis menunjukkan dampak ekonomi langsung yang berupa pendapatan pemilik unit usaha yaitu sebesar 46%. Sedangkan dampak tidak langsung yang berupa pendapatan tenaga kerja masih sangat rendah yaitu sebesar 2%. Nilai Keynesian Income Multiplier adalah 1,46, Ratio Income Multiplier Tipe 1 adalah 1,38 dan Ratio Income Multiplier Tipe 2 adalah 1,63.

Rifqa (2010) melakukan penelitian “Analisis Dampak Ekonomi Keberadaan Kawasan Wisata Pantai Sawarna Terhadap Pendapatan Masyarakat Lokal”. Hasil analisis menunjukkan nilai Keynesian Income Multiplier yang di dapat adalah 0,39. Nilai Ratio Income Multiplier Tipe I yang dihasilkan adalah 1,27 sedangkan Ratio Income Multiplier Tipe II untuk penelitian ini adalah sebesar 1,52.

Ria Larastiti (2011) melakukan penelitian “Estimasi Nilai dan Dampak Ekonomi Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir Sebagai Kawasan Budidaya Ikan Bandeng di Desa Ambulu, Kecamatan Losari, Kabupaten Cirebon”. Berdasarkan analisis data menunjukkan unit usaha yang berkembang di Desa Ambulu memberikan pendapatan bersih per-bulan sebesar Rp. 2.008.116 untuk usaha penjualan benih bandeng, Rp. 2.587.500 untuk penjualan pakan, pupuk dan obat-obatan, Rp. 660.000 untuk usaha pembuatan bubu, Rp. 244.450 untuk penyewaan alat panen, serta Rp. 965.000 untuk usaha bakul/ tengkulak.

25 Hasil analisis regresi Cobb-Douglas menunjukkan bahwa usaha tambak ikan bandeng di Desa Ambulu masih di dalam kondisi belum optimal dengan variabel yang mempengaruhi produksi ikan bandeng adalah benih penebaran, penggunaan pupuk dan penggunaan pakan tambahan. Sedangkan Nilai Rent dari total pemanfaatan sumberdaya pesisir untuk kegiatan budidaya ikan bandeng di Desa Ambulu adalah sebesar Rp. 2.810.262.630 dalam satu tahun.

Dampak ekonomi dari kawasan budidaya ikan bandeng di Desa Ambulu dapat dilihat dari nilai Keynesian Income Multiplier adalah 0,60, Ratio Income Multipier Tipe I sebesar 1,14 dan Ratio Income Multiplier Tipe II adalah 1,59. Hal ini menunjukkan bahwa pada saat ini kawasan budidaya ikan bandeng telah memberikan dampak ekonomi terhadap perekonomian lokal.

26 III. KERANGKA PEMIKIRAN

Pengelolaan sumberdaya perikanan dan kelautan dewasa ini masih tetap dihadapkan kepada suatu sistem yang kompleks. Salah satu pertanyaan mendasar dalam pengelolaan sumberdaya perikanan adalah bagaimana memanfaatkan sumberdaya tersebut sehingga menghasilkan manfaat ekonomi yang tinggi bagi penggunanya, namun kelestariannya tetap terjaga (Fauzi, 2006).

Sektor perikanan merupakan sektor andalan mengingat sumberdaya perikanan Indonesia yang besar. Dengan sumberdaya yang besar seharusnya perikanan mampu memberikan kontribusi yang besar bagi pembangunan nasional dan kesejahteraan masyarakat.

Penelitian ini dilatar belakangi adanya potensi lahan tambak yang cukup luas dimiliki Desa Langensari. Potensi ini menjadikan usaha budidaya polikultur (ikan bandeng dan udang windu) sebagai salah satu mata pencaharian utama bagi masyarakat desa. Besarnya potensi ini, ternyata belum diiringi oleh pengelolaan sumberdaya pesisir serta pembangunan fasilitas yang mendukung aktivitas usaha budidaya tambak polikultur. Hal ini cukup penting karena keberlanjutan sektor budidaya tambak polikultur tidak lepas dari peran sumberdaya dan lingkungan pesisir sebagai sarana penunjang utama di Desa Langensari.

Peningkatan jumlah penduduk akan mempengaruhi aktivitas pemanfaatan sumberdaya pesisir untuk kegiatan budidaya. Hal ini akan mempengaruhi aktivitas unit usaha yang memenuhi kebutuhan petani tambak, sehingga akan memberikan dampak ekonomi terhadap masyarakat lokal. Selama proses budidaya berlangsung petani akan mengeluarkan biaya untuk memenuhi kebutuhan tambak. Biaya tersebut akan memberikan dampak langsung, tidak langsung maupun lanjutan

27 terhadap perekonomian daerah setempat. Biaya-biaya tersebut kemudian akan dianalisis menggunakan analisis multiplier.

Nilai pemanfaatan serta kontribusi sumberdaya pesisir untuk aktivitas perikanan budidaya menjadi penting untuk diketahui nilainya sebagai acuan pengelolaan sumberdaya pesisir yang optimal. Besarnya nilai pemanfaatan sumberdaya pesisir, serta hubungannya dengan produktivitas usaha budidaya yang secara langsung akan berpengaruh kepada pendapatan petani tambak yang diperoleh. Oleh sebab itu informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani tambak polikultur penting untuk diketahui.

Pemanfaatan sumberdaya pesisir tidak lepas dari kondisi lingkungan yang mempengaruhi wilayah tersebut. Lingkungan yang baik tentunya akan mempengaruhi hasil produksi tambak. Berapa besar pengaruh lingkungan ini terhadap budidaya tambak ini perlu diketahui, agar masyarakat dapat memanfaatkan sumberdaya untuk jangka panjang, dan tetap melestarikan lingkungan agar tetap terjaga.

Aktivitas budidaya tambak polikultur diperkirakan telah menjadi salah satu sektor yang mempengaruhi perekonomian Desa Langensari, terutama dalam hal penyerapan tenaga kerja dan perkembangan unit usaha terkait dengan tambak. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai besarnya nilai manfaat ekonomi pemafaatan sumberdaya pesisir bagi kawasan budidaya tambak polikultur, serta dampak ekonomi yang ditimbulkan bagi aktivitas budidaya tersebut. Pada akhirnya besar nilai tersebut dapat dijadikan rekomendasi pengelolaan kawasan pesisir Desa Langensari yang lebih baik di masa yang akan datang. Secara rinci kerangka pemikiran disajikan pada Gambar 6.

28 Gambar 6. Kerangka Pemikiran Penelitian

Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir di Desa Langensari, Kecamatan Blanakan,

Kabupaten Subang Surplus Produsen Perbandingan pendapatan petani tambak yang terdapat mangrove dengan yang tidak terdapat mangrove Analisis Multiplier Rekomendasi Kebijakan Analisis dampak ekonomi Dampak Langsung Dampak tidak langsung Dampak lanjutan Analisis Regresi Berganda Rent Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan petani tambak Dampak ekonomi bagi masyarakat sekitar Nilai ekonomi budidaya tambak polikultur Budidaya Tambak Polikultur

29

IV. METODE PENELITIAN

Dokumen terkait