• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 24

4.2   Analisis Nilai Signifikansi Kesejarahan 41

Nilai Signifikansi kesejarahan menunjukan makna kesejarahan berdasarkan tingkat kepentingan relatif yang dapat ditentukan dari penilaian derajat kenunikan (uniqueness) dan tipikal (typicality), berdasarkan tujuan perencanaannya dalam skala lokal, regional, nasional, bahkan dunia (Harris dan Dines, 1988). Penilaian keunikan menunjukkan hubungan kesejarahan lanskap dan elemen pembentuknya pada periode sejarah tertentu. Sedangkan, penilaian tipikal lanskap sejarah menunjukkan elemen pembentuk lanskap memiliki ciri tertentu yang membentuk lanskap sehingga memliki kekhasan.

Hasil penilaian keunikan dan tipikal lanskap sejarah masing-masing ditunjukkan oleh Tabel 14 dan 15. Penilaian keaslian lanskap sejarah ditunjukkan oleh Tabel 16. Hasil penilaian tersebut kemudian dioverlay ke dalam Tabel 17. Hasil overlay penilaian menunjukkan bahwa Zona III dan II memiliki derajat signifikansi kesejarahan tertinggi sedangkan Zona I derajat signifikansi kesejarahan sedang.

Tabel 14. Penilaian Keunikan Lanskap Sejarah Zona Kriteria Penilaian (Skor) Total

Skor Total Skor Zona 1 Nilai Rata-rata Kategori R-1 R-2 R-3 I Asosiasi kesejarahan 4 1 2 7 16 5,3 Unik Keragaman yang

Berbeda dari Kebiasaan 2 2 1 5

Integritas 1 1 2 4 II Asosiasi kesejarahan 4 3 4 11 32 10,7 Sangat Unik Keragaman yang

Berbeda dari Kebiasaan 4 4 3 11

Integritas 4 3 3 10 III Asosiasi kesejarahan 4 4 3 11 32 10,7 Sangat Unik Keragaman yang

Berbeda dari Kebiasaan 4 4 2 10

Integritas 4 4 3 11

Keterangan nilai 1-4 = kurang unik, 5-8 = unik, 9-12 = sangat unik

Hasil penilaian menunjukkan bahwa Zona I kategori unik dan sangat unik untuk Zona II dan III. Secara historis, baik Zona I, Zona II dan III adalah suatu kesatuan permukiman bangsa Eropa yang merupakan bagian dari perencanaan

perluasan kebun raya sejak 1917an. Pada periode tersebut, Ir. Thomas Karsten dan asosiasinya juga melakukan perencanaan untuk beberapa kota lainnya di Nusantara, diantarnya adalah Semarang (1916) dan Malang (1931). Pada tahun 1921, Thomas Karsten mempresentasikan makalah Indian Town Planning di Kongres Desentralisasi. Karsten berpendapat bahwa perencanaan kota merupakan aktivitas yang saling terkait (sosial, teknologi, ekonomi) yang harus dipertimbangkan bagi terciptanya keselasaran lingkungan perkotaan (Roosmalen, 2009). Karsten menciptakan rencana tata kota secara terorganisir dengan konsep yang mempertimbangkan dimensi sosial dan estetika. Perencanaan kawasan pada periode akhir penjajahan membuat kawasan permukiman di Taman Kencana ini mewakili suatu keunikan yang berbeda dari tempat lainnya, yaitu konsep dan pemikiran yang dikembangkan oleh Karsten.

Tabel 15. Penilaian Tipikal Lanskap Sejarah Zona Kriteria Penilaian (Skor) Total

Skor Total Skor Zona 1 Nilai Rata- rata Kategori R-1 R-2 R-3 I Tipe Struktur 2 1 3 6 30,0 7,5 Khas Fitur-fitur Ornamental 2 3 1 6 Kualitas Estetika 2 2 4 8 Hubungan Spasial 3 3 4 10 II Tipe Struktur 4 3 1 8 35,0 8,8 Khas Fitur-fitur Ornamental 3 3 2 8 Kualitas Estetika 3 3 3 9 Hubungan Spasial 3 4 3 10 III Tipe Struktur 4 4 2 10 43,0 10,8 Sangat Khas Fitur-fitur Ornamental 4 4 2 10 Kualitas Estetika 4 4 4 12 Hubungan Spasial 4 4 3 11

Keterangan nilai 1-4 = kurang tipikal, 5-8 = tipikal, 9-12 = sangat tipikal

Berdasarkan penilaian, Zona I dan II memiliki kategori tipikal. Elemen pembentuk Zona I menunjukkan karakternya sebagai permukiman militer dan permukiman pegawai di masa kolonial. Hal tersebut dapat dilihat dari tipe struktur, bangunan dan lokasi secara geografis berdekatan dengan zona militer Bogor.

Sedangkan karakter permukiman bangsa Eropa yang khas dapat terlihat pada Zona II dan Zona III. Kawasan permukiman ini berada dekat dengan pusat pemerintahan, sekolah dan fasilitas umum. Berdasarkan kriteria Garden City Howard (1898) dalam Sarilestari (2009) kawasan permukiman ini, dilihat dari tipe struktur, fitur ornamental, kualitas estetika dan hubugan spasial, memiliki ciri: 1. Terdapat berbagai jalan masuk menuju ke perumahan mewah (berbentuk

lingkaran), atau terletak di depan boulevard dengan jalan menuju satu titik yaitu pusat kota. Jalan yang menghubungkan permukiman ini dengan pusat kota adalah Jalan Jalak Harupat (Van Limburg Stirum weg) dan Gunung Gede I (Van Heut weg sekarang Jl. Pajajaran). Kedua jalan ini juga dihubungkan oleh Jalan Salak.

2. Pepohonan atau jalur hijau yang selalu hadir di berbagai jalan perkotaan. Jalur hijau terhubung membentuk koridor, ditanami rumput dan pohon-pohon bertajuk lebar sebagai penaung. Pemilihan jenis tanaman juga memperhatikan estetika, karakter dan kemudahan perawatannya. Pada jalan-jalan utama tanaman yang banyak ditemukan adalah mahoni, flamboyan dan kenari. 3. Rumah mewah disertai arsitektur dan disain rumah atau sekelompok rumah

yang beragam. Rumah mewah yang dimaksud adalah rumah villa besar bagi petinggi atau pejabat pemerintahan yang berada di sepanjang Jl. Ciremai (JP Coen weg) dan beberapa di Jl. Papandayan dan Cikuray (zona III) dengan tipe atap rumah gandeng. Sedangkan rumah pegawai bertipe atap tunggal yang lebih sederhana atau villa sedang atau kecil, sebagian besar berada pada zona II. Pada zona I ragam rumah dapat dikategorikan sebagai rumah sederhana bagi pegawai militer.

4. Beberapa memiliki taman umum. Taman yang terdapat di Zona III adalah Taman Kencana (Van Imhoff Plein) seluas 5075 m2. Berbentuk geometri dengan axis yang menuju focal point, Van Imhoff Plein merupakan taman yang konsep awalnya sebagai tempat rekreasi pasif, penyegar dan keindahan lingkungan (Widjaja, 1991).

Tabel 16. Penilaian Keaslian Lanskap Sejarah Zona Kriteria Penilaian (Skor) Total

Skor

Total Skor

Zona 1 Nilai Rata-rata Kategori R-1 R-2 R-3 I Pola Distrik 2 1 4 7 19,0 6,3 Cukup Asli Ruang Terbuka 2 2 4 8 Jalur Hijau 2 1 1 4 II Pola Distrik 3 2 1 6 22,0 7,3 Cukup Asli Ruang Terbuka 4 2 1 7 Jalur Hijau 4 3 2 9 III Pola Distrik 3 3 3 9 31,0 10,3 Asli Ruang Terbuka 4 4 4 12 Jalur Hijau 4 4 2 10

Keterangan nilai 1-4 = kurang asli, 5-8 = cukup asli, 9-12 = asli

Berdasarkan penilaian, zona I dan II termasuk kategori cukup asli dan kategori asli untuk Zona III. Ketiga Zona masih asli secara layout, memiliki karakter sebagai permukiman tipe kolonial bagian dari konsep town planning ekspansi Buitenzorg ke arah timur. Kondisi fisik alami seperti kontur masih mempertahankan konsep awal. Munculnya permukiman kumuh padat di sekitar sungai Ciliwung, yang seharusnya merupakan kawasan lindung sempadan sungai, pada zona I merupakan perubahan yang jelas terlihat. Sedangkan, pada zona II dan III adalah perubahan penggunaan lahan ke arah perdagangan jasa. Perubahan ini ada yang tetap mempertahankan karakter elemen lanskap maupun bangunan, tetapi ada juga yang berubah.

Konsep yang diterapkan dalam pola distrik permukiman ini adalah berdasarkan strata sosial masyarakatnya. Maka, dapat diidentifikasi bahwa zona I adalah untuk strata yang lebih rendah, zona II dan III untuk strata yang lebih tinggi dari zona I.

Zona I dan III memiliki ruang terbuka hijau yang berfungsi sebagai tempat rekreasi. Perubahan terutama terlihat pada jenis aktivitas, sekarang lebih banyak digunakan untuk rekreasi aktif. Sedangkan sistem jalur hijau sebagian besar masih dipertahankan, yaitu adanya jalur hijau jalan sepanjang 2-3 meter di zona II dan

III. Sedangkan, pada zona I jalur hijau lebih kecil, juga tidak terdapat pohon- pohon peneduh yang berderet atau rimbun.

Tabel 17. Sintesis Nilai Signifikansi Kesejarahan

Zona Keunikan Kekhasan Keaslian Total Skor Kategori

I 5,3 7,5 6,3 19,1 Sedang

Unik Khas Cukup Asli

II 10,7 8,8 7,3 26,8 Tinggi

Sangat Unik Khas Cukup Asli

III 10,7 10,8 10,3 31,8 Tinggi

Sangat Unik Sangat Khas Asli

Keterangan nilai 1-12 = Rendah, 13-24 = Sedang, 25-36 = Tinggi

Berdasarkan penilaian keunikan, tipikal dan keaslian pada Tabel 17, maka didapatkan hasil overlay yang dapat dilihat pada Gambar 19. Hasil sintesis penilaian signifikansi kesejarahan menunjukan bahwa zona I nilai signifikansi kesejarahan sedang, zona II dan III nilai signifikansi kesejarahan tinggi. Maka, rekomendasi tindakan pelestarian masing-masing zona dapat berbeda atau memiliki tingkatan, sebagai berikut:

1. Zona I, dengan skor 19,1 merupakan kawasan dengan nilai signifikansi kesejarahan sedang. Tindakan pelestarian yang dapat direkomendasikan adalah konservasi untuk menjaga atau meningkatkan karakteristik lanskap dan elemen pembentuknya tidak berubah (Konservasi Tingkat II).

2. Zona II, dengan skor 26,8 merupakan kawasan dengan nilai signifikansi kesejarahan tinggi. Tindakan pelestarian yang dapat direkomendasikan adalah konservasi dan preservasi (Konservasi Tingkat I)..

3. Zona III, dengan skor 31,8 merupakan kawasan dengan nilai signifikansi kesejarahan tinggi. Tindakan pelestarian yang dapat direkomendasikan adalah ke arah preservasi dan restorasi (Konservasi Tingkat I).

46

Dokumen terkait