• Tidak ada hasil yang ditemukan

6.1 Simpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Kawasan Taman Kencana merupakan kawasan yang direncanakan pada akhir

masa penjajahan, yaitu pada tahun 1917an oleh Thomas Karsten. Kawasan ini dibangun sebagai bagian dari konsep perluasan Kebun Raya dengan peruntukan lahan sebagai permukiman bagi bangsa Eropa yang dibagi berdasarkan strata sosial. Identifikasi karakteristik: 1) penggunaan lahan: Zona I merupakan kawasan permukiman yang diperuntukan bagi militer dan kelas pegawai. Sedangkan Zona II dan III adalah untuk strata sosial yang lebih tinggi, peneliti, petinggi atau penguasa. Penggunaan lahan dalam permukiman selain hunian, juga terdapat kantor pemerintahan dan taman ketetanggaan. 2) Bangunan: Baik rumah tinggal maupun bangunan kantor pemerintahnnya memiliki arsitektur khas Indo-Eropa. 3) Sirkulasi: terdapat sirkulasi utama dan jalan-jalan lokal. 4) Tata hijau yaitu adanya jalur hijau jalan yang lebar dan dilengkapi dengan pohon-pohon penaung dan taman pada titik ketetanggaan yang strategis. Perubahan karakteristik kawasan pada zona II dan III meliputi perubahan penggunaan lahan dari hunian menjadi komersial yang menyebabkan perubahan arsitektur bangunan. Sedangkan pada zona I, perubahan ke arah penggunaan lahan yang semakin padat.

b. Analisis nilai signifikansi historis dilakukan dengan pembagian zona. Hasil menunjukkan bahwa Zona I, dengan skor 19,1 merupakan kawasan dengan nilai signifikansi kesejarahan sedang. Zona II dan III, masing-masing dengan skor 26,8 dengan skor 31,8 merupakan kawasan dengan nilai signifikansi kesejarahan tinggi. Maka, rekomendasi pelestariannya dibagi berdasarkan tingkat konservasi, yaitu zona II dan III tingkat konservasi I, maka pelestarian ke arah preservasi atau lebih tinggi. Sedangkan zona I dengan tingkat konservasi II.

c. Kawasan permukiman tipe kolonial di Taman Kencana telah memenuhi kriteria UU Cagar Budaya No 10/2011 sebagai kawasan Cagar Budaya. Perda Kota Bogor telah menetapkan kawasan ini sebagai kawasan strategis kota

bidang sosial budaya, dengan fungsi dan tujuan mempreservasi bentuk arsitektur bangunan yang khas. Pelestarian kawasan ini juga mendapat dukungan dari masyarakat, LSM, pemerintah dan ahli. Bentuk pelestarian yang direkomendasikan meliputi aspek fisik dan aspek legal.

d. Perencanaan lanskap untuk pelestarian kawasan menghasilkan zona inti, zona pengembangan dan pelayanan, serta zona penyangga. Zona inti seluas 62% berfungsi mempertahankan karakter kawasan. Zona penunjang (22%) berfungsi mendukung kebutuhan zona inti. Sedangkan zona penyangga (16%) berfungsi melindungi karakter zona inti dan zona pengembangan dari pengaruh perkembangan kawasan di sekitarnya.

6.2 Saran

Pelestarian kawasan heritage Kota Bogor membutuhkan dukungan semua pihak untuk dapat merealisasikannya. Penelitian ini merupakan salah satu bentuk dukungan yang dapat ditindaklanjuti oleh stakeholder terutama pemerintah. Penelitian lebih lanjut dapat dilakukan dengan pendekatan yang berbeda dan perumusan design guideline terhadap modifikasi elemen tapak. Pendataan ulang juga perlu dilakukan secara berkala, baik terhadap elemen bangunan yang mengalami perubahan unsur arsitekturnya, maupun inventarisasi terhadap kondisi pohon.

DAFTAR PUSTAKA

[Bappeda]. 2005. Dokumenter Perkembangan Tata Ruang Kota Bogor. Bogor: Badan Perencanaan Daerah Kota Bogor.

[Bappeda]. 2007. Laporan Akhir Zoning Regulation Kawasan Strategis Kota Bogor. Bogor: Badan Perencanaan Daerah Kota Bogor.

Baskara, M. 2012. Kota Malang: Kota Taman Specifiek Indonesische. http://medha.lecture.ub.ac.id/. [diunduh Febuari 2012].

Birnbaum, C.A. 1994. Planning, Treatment and Management of Historic Landscapes [web summary version]. National Register Bulletin. U. S National Park Services. 17p.

[Disparbud]. 2006. Bogor Travel Guide. Bogor: Dinas Informasi Kepariwisataan dan Kebudayaan Kota Bogor. p 9-15.

Danasasmita, S. 1983. Sejarah Bogor. Bogor: Pemerintah Kotamadya DT II Bogor. p 82-91.

Goodchild, P.H. 1990. Some Principal For Conservation of Historic Landscape. [Draft Document for Discussion Purpose]. Canada: Icomos (UK) Historic Gardens and Landscape Comittee. p 43-48.

Harris, C.W. dan N.T. Dines 1988. Time Saver Standards for Landscape Architecture. New York: Mc Graw Hill. Section 630: 33p.

Hidayat, R. 2009. Perda Pelestarian Cagar Budaya Kota Bogor Disiapkan. http://kompas.com. [diunduh Januari 2011].

Handinoto. 1998. Arsitektur Gaya Indo Eropa tahun 1920an di Indonesia [Jurnal Dimensi Arsitektur Vol 26 Desember 1998]. Surabaya: Universitas Kristen Petra. 19p.

Heryanto, B. 2000. Urban Form Of Indonesian Cities During The Colonization Period [Jurnal]. http://pasca.unhas.ac.id. [diunduh Maret 2011].

[Kampoeng Bogor]. 2008. Nyaman di Kedoeng Halang. kampoengbogor.org. [diunduh Maret 2011].

[Kampoeng Bogor]. 2008. Publikasi Kompilasi Foto-foto Bogor Tempoe Doeloe. kampoengbogor.org/bingkai. [diunduh Maret 2011].

Keller, J.T. dan G.P. Keller. 1989. How to Evaluate and Nominate Designed Historic Landscapes. National Register Bulletin. U. S National Park Services. 12p.

Nurisyah, S. dan Q. Pramukanto. 2001. Perencanaan Kawasan untuk Pelestarian Lanskap dan Taman Sejarah. Program Studi Arsitektur Lanskap, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian. Bogor: IPB. 49p.

Murtomo, A.B. 2008. Arsitektur Kolonial Kota Lama Semarang [Jurnal Enclosure Vol 7 tanggal 2 Juni 2008]. http://eprints.undip.ac.id. [diunduh Maret 2011]. Platcher, H. dan M. Rossler. 1995. Cultural Landscape of Universal Value. New

York: Gustav Fischer Verlag. Chapter 1.

Roosmalen, P.K.M. van. 2009. Ontwerpen aan de stad: Stedenbouw in Nederlands-Indië en Indonesië. http://knstwrk.nl/phdstudy.htm [diunduh Januari 2012].

[Royal Tropical Institut]. 2012. Digital Image Library. http://kitlv.pictura-dp.nl/. [diunduh Maret 2011]

Sanjaya, C. 2008. Penerapan Desain Garden City dalam Kaitannya dengan Kota

Berkelanjutan [Jurnal Ilmiah Arsitektur Vol 5, 2008].

http://isjd.pdii.lipi.go.id. [diunduh Desember 2011].

Sarilestari, W. 2009. Rencana Pelestarian Konsep Garden City Kota Bogor Lama (Buitenzorg), Jawa Barat [Tesis]. Bogor: IPB. 170p.

Safeyah, M. 2006. Perkembangan “Arsitektur Kolonial” Di Kawasan Potroagung [Jurnal Rekayasa Perencanaan Vol 3 Oktober 2006]. http://eprints.upnjatim.ac.id. [diunduh Januari 2011].

Simonds, J. O. dan Barry W. Starke. 1983. Lanscape Architecture: A Manual of Environmental Planning and Design. New York: Mc-Graw Hill.

Soepandi, S. 2008. Arsitektur Kota Bogor: Dulu dan Sekarang. http://handelstraat.wordpress.com [diunduh Januari 2011].

Sobara, S. 2008. Catatan Kecil Sekilas Warga RW III Kelurahan Babakan dengan Kota Bogor-nya [Buletin Dokter Hewan Lansia No 30 Th. VI Februari 2008]. Surabaya: Unhair. p 67-74.

[Tropenmuseum]. 2011. Collectie Online. http://collectie.tropenmuseum.nl. [diunduh Maret 2011].

Widjaja, I. 1991. Studi Sejarah dan Pelestarian Taman Kolonial Kota Bogor Kasus Taman Kencana dan Taman Istana Bogor [Skripsi]. Bogor: Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. p 83-116.

Lampiran

Pedoman Wawancara

Tujuan 1: Mengetahui informasi mengenai sejarah dan karakter kawasan - Sejarah perencanaan kota Buitenzorg pada tahun 1920-1940

- Sejarah pembentukan kawasan Kedoeng Halang

- Sejarah pembentukan permukiman Eropa di kawasan Taman Kencana

- Kondisi fisik kawasan permukiman Eropa yang di kawasan Taman Kencana (Tata Ruang, Struktur, Elemen)

- Fungsi elemen pembentuk ruang

- Perubahan yang terjadi, wujud dan besarnya perubahan, dan penyebabnya

Tujuan 2: Mendapatkan pendapat dan masukan mengenai tindakan pelestarian - Tindakan pelestarian yang dapat diterapkan pada kawasan (aspek fisik dan

Dokumen terkait