BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
B. Analisis Obsesi terhadap Makanan dalam Novel Aruna dan
Kutipan tersebut mengartikan bahwa pantai Lampu‘uk begitu indah. Salah satu pantai yang menjadi primadona Aceh sebelum terjadinya tsunami ini digambarkan lebih indah daripada zamrud sekalipun.
Gaya bahasa yang terdapat dalam novel Aruna dan
Lidahnya berfungsi untuk meningkatkan minat membaca untuk
mengikuti apa yang disampaikan pengarang serta dapat menciptakan keadaan perasaan hati tertentu pada pembaca.
B. Analisis Obsesi Terhadap Makanan dalam Novel Aruna dan Lidahnya Obsesi merupakan ide, pikiran, bayangan atau emosi yang tidak terkendali, sering datang tanpa dikehendaki atau mendesak masuk dalam pikiran seseorang yang mengakibatkan rasa tertekan dan cemas. Obsesi terhadap makanan yang terdapat dalam novel Aruna dan Lidahnya difokuskan terhadap tokoh-tokoh yang berpengaruh dalam jalannya cerita, selain itu juga penulis melihat dari pemaparan Laksmi yang mengatakan bahwa ketiga tokoh ini
72 Ibid, h.91. 73 Ibid, h.316.
memiliki obsesi yang sama terhadap makanan. Tokoh-tokoh tersebut adalah Aruna, Nadezhda, dan Bono.
1. Aruna
Aruna seorang perempuan 35 tahun, berprofesi sebagai ahli wabah dengan spesialisasi flu unggas ini masih hidup menyendiri. Ia terobsesi pada makanan. Bagi Aruna, makanan tidak hanya sebagai penghilang rasa lapar, namun makanan memiliki dunia tersendiri dalam hidupnya. Aruna memiliki dua kehidupan berbeda yang diibaratkan bagai bumi dan langit. Kehidupan tersebut tidak lain ialah mengenai perkerjaannya dan makanan. Makanan sepertinya telah menjadi teman Aruna, bahkan sejak kecil ia telah diajarkan bagaimana memperlakukan makanan. Hal demikian terlihat pada kutipan tersebut.
―Selebihnya: nasi soto babat, nasi empal, dan entah berapa banyak aneka botok, kerupuk, tahu goreng, risoles, pastel, lemper, dan kroket dari etalase kaca di dekat kasir yang dipesan Bono seperti ibu-ibu kaya di toko sepatu yang memesan setiap model sepatu dalam dua belas warna. Bahkan aku saja, yang diam-diam ingin mencoba semua yang disajikan di rumah makan kecil ini, sedikit malu dengan teater ekses ini. Bagaimanapun juga, aku dididik Mama untuk menghabiskan makanan yang ada di
piringku.‖74
Berdasarkan kutipan di atas, Aruna dididik Mamanya untuk memperlakukan makanan dengan baik, salah satunya dengan cara menghabiskannya. Kecintaan terhadap makanan tidak hanya diwujudkan melalui sikapnya, namun juga kesehariannya yang meski disibukkan dengan berbagai kasus flu unggas di delapan kota, ia tetap bersentuhan dengan makanan. Tidak hanya makanan biasa, tetapi ia mencoba berbagai makanan khas di daerah tersebut. obsesi yang dialami oleh Aruna termasuk ke dalam golongan obesesif-kompulsif. Selain terobsesi terhadap makanan, Aruna mewujudkan obsesinya dengan plesiran mengunjungi berbagai
tempat makan di berbagai daerah. Ia juga menjadikan makanan sebagai pelepas kepenatan, karena orang yang mengalami obsesi kompulsi ini meyakini bahwa dengan melakukan perlakuan tersebut―makan―, kecemasan yang ia alami terkait obsesi pikirannya dapat berkurang.
Obsesi terhadap makanan yang terjadi pada Aruna juga disebabkan oleh beberapa faktor dalam kehidupannya. Faktor tersebut antara lain sebagai berikut.
a) Status yang Masih Sendiri (Single)
Status Aruna yang masih menyendiri, menyebabkan dirinya hanya terfokus pada dua hal dalam hidupnya, yakni makanan dan pekerjaannya. Kedua hal yang menjadi fokus dalam hidupnya itu pun masih dipisahkan olehnya dengan perumpamaan yang sangat berbeda. Hal demikian terlihat dalam kutipan di bawah ini.
―Tapi sebelum aku bercerita tentang dua kehidupanku yang bak bumi dan langit──makanan dan politik unggas──perlu kujelaskan bahwa aku
sehari hari bekerja sebagai konsultan epidemologi.‖75
Dari kutipan di atas terlihat jelas bahwa Aruna menyatakan memiliki dua kehiduan yang berbeda dan sangat kontras. Pada satu sisi ia harus serius dalam menjalani tugasnya sebagai ahli wabah, dan pada sisi lain ia bisa menggunakan makanan sebagai ajang hiburan selepas bekerja atau di sela-sela pekerjaannya. Seperti pada kutipan berikut.
―Tapi lu kan kerja. Lu ada tugas.‖
―Iya, tapi bukan berarti lu nggak bisa berada di kota yang sama. Juga bukan berarti kita nggak bisa
makan-makan di jam-jam kosong gue.‖76
Kutipan di atas menyatakan bahwa selalu ada ruang untuk makanan dalam diri Aruna, meski dihadapkan dengan
75 Ibid, h.21. 76 Ibid, h.101.
tugas yang begitu banyak, yakni ke delapan kota, namun ia sudah menyusun rencana agar tidak kesepian dan membuat perjalanan tugasnya layaknya setali tiga uang dengan rekreasi yang dilakukan bersama teman-temannya. Ia telah menyusun rencana di waktu-waktu luang untuk mencicipi berbagai makanan dari daerah yang akan dikunjunginya nanti. Makanan sepertinya memang memiliki porsi yang besar dalam kehidupan Aruna. Hal tersbut tampak pada kutipan berikut.
―Aku mengecilkan volume suaraku karena tak ingin memberi kesan dangkal ke teman-teman seperjalananku. (Seakan yang ada di otakku hanya makanan. Padahal memang begitu.) ―Ada rumah
makan yang khusus menyuguhkan masakan
Banyuwangi.‖77
Kutipan di atas menunjukkan Aruna mengakui bahwa makanan memiliki porsi yang cukup besar dalam hidupnya. Ia tidak menyangkal kalau makanan memang terus menjadi topik dalam pikirannya, meski ia tidak ingin dianggap dangkal oleh teman-temannya karena terus memikirkan mengenai makanan.
Hidup sendiri tanpa pendamping di usia yang cukup matang, membuat Aruna mencurahkan sebagian besar waktunya kepada makanan, pekerjaan, serta berkumpul dengan sahabatnya yang juga memiliki kegemaran yang sama; makan. Hal demikian tampak pada kutipan di bawah ini.
―Tapi aku senang melihatnya. Aku selalu senang kalau dia ada di apartemen, masak-masak, nonton DVD, kadang menginap satu-dua malam, terutama di akhir minggu. Kami sepasang kakak-adik, atau sepasang kembar, atau apalah namanya──ia pernah menyebut twin solitudes, yang kedengarannya jauh lebih pas, dan lebih jujur, ketimbang soulmates atau belahan jiwa. Kami tahu bagaimana harus hidup
dalam kapsul masing-masing, dan karena kami bukan
sepasang kekasih, kami jarang menggunakan
keheningan sebagai alasan untuk memulai
pertengkaran. Tapi begitu makanan mengejawantah di wajan, menghias piring, mengisi ruang, yang ada
hanya percakapan.‖78
Kutipan di atas menunjukkan bahwa Aruna masih sendiri, ia tidak memiliki pacar. Ia hanya dekat dengan sahabatnya yang berprofesi sebagai seorang chef, yakni Bono. Ketika mereka bertemu, makanan bisa menjadi penyatu di antara perbedaan yang ada, dan lagi-lagi di saat suasana sedang panas karena pertengkaran, makanan kembali berperan, ia bisa kembali memuculkan percakapan hangat antara mereka yang berseteru. Aruna juga menganggap dalam kesendiriannya, ia memang sengaja ditakdirkan oleh Hidup, sebuah hubungan yang dekat dengan makanan. Oleh karenanya ia terobsesi dengan makanan.
―Aku gemetar. Inikah yang namanya Hidup? Sebuah arus yang gemuruh dan gila? Yang meledak-ledak, penuh kejutan, seperti di dalam fiksi? Apabila itulah Hidup, artinya selama tiga puluh lima tahun aku belum pernah hidup, tak tahu artinya hidup: aku bahkan dilarang oleh Hidup untuk berhubungan seks, untuk menghadirkan Aruna-Aruna kecil di dunia, bahkan untuk mengurus seorang laki-laki sampai akhir hayatnya. Yang terjadi malah: Hidup melihatku, menilaiku, lalu memutuskan: wahai Aruna, bersama ini kuanugerahi kau sebuah hubungan yang dalam dengan Makanan, sebab hanya untuk itu kau layak. Tak seperti kawanmu, Nadezhda. Kau tak punya kemampuan sampanye yang membuatmu berhak mendapatkan dua anugerah hidup sekaligus: Makanan DAN Seks. Maaf, tapi begitulah Hidup. Hidup
memang tak adil.‖79
Berdasarkan kutipan di atas, Aruna yang masih dalam kesendirian merasa bahwa hidup tidak adil baginya. Ia memikirkan kehidupannya yang ternyata belum benar-benar
78 Ibid, h.55-56. 79 Ibid, h.96-97.
hidup seutuhnya, tidak seperti sahabatnya──Nadezhda──, ia merasa tidak diizinkan oleh Hidup untuk memiliki keturunan dan memiliki pendamping hingga tua. Aruna yang juga menganggap Hidup hanya memberinya sebuah hubungan yang dalam dengan makanan, membuatnya kini lebih fokus terhadap sebuah anugerah yang dikaruniakan Hidup untuknya, yakni makanan. Oleh karena itu, kesendirian yang dialami oleh Aruna membuatnya terfokus pada suatu hal yang membuatnya senang, hal tersebut tidak lain adalah makanan.
b) Sarana Pembebasan Diri
Salah satu pemicu terjadinya obsesi ialah stres, ketika stres melanda, Aruna menggunakan makanan sebagai ajang pembebasan diri. Ia melampiaskan semuanya kepada makanan.
―Dan begitulah, dalam sekejap aku kembali tersingkirkan. Aku, Aruna yang di mata mereka hanyalah si konsultan aneh, si manusia burung, nerd. Tapi aku tak peduli, karena saat itu telah kubebaskan diriku untuk menyerap bau dan bumbu. Pelan-pelan kusurup lagi telunjuk yang baru saja kucelupkan ke
dalam kuah kol nenek. Pedas, amis, sedikit manis.‖80
Kutipan tersebut menggambarkan ketika Aruna merasa mengalami tekanan dalam dirinya, meski tidak besar, ia kembali melampiaskannya pada makanan. Ia membebaskan diri untuk berfokus hanya kepada makanan yang saat itu berada di hadapannya. Ketika seseorang merasa stres, makanan memang bisa menjadi salah satu obatnya. Seperti beberapa makanan yang bisa membuat lebih rileks dan mengurangi tingkat stres atau depresi ketika
kita mengkonsumsinya, yaitu kacang kenari, cokelat,
buah-buahan dan ikan.81
Ketika Aruna diberhentikan dari pekerjaannya dan menurut sahabatnya ia dilanda depresi, maka Aruna dan sahabatnya memutuskan untuk pergi berlibur
―I am so sorry, Run, tapi mereka minta tim
investigasi berhenti bekerja sementara ini‖82
―Bono prihatin karena menurut dia aku mengalami depresi.‖
―Aku dengar dari Nedezhda. Katanya, kamu kasih makan Gulali salmon segar setiap hari, baca
buku-buku murahan, dan nggak pernah ganti baju.‖83
Kutipan di atas menunjukkan bahwa ketika Aruna mendapatkan masalah──diberhentikan dari pekerjaannya ──dan dianggap depresi oleh Bono, ia melakukan hal-hal yang tidak biasa dilakukannya di kala tidak stres. Maka sebagai bentuk pengalihan stresnya, Aruna memberi makan Gulali──kucingnya──dengan salmon segar setiap hari dan membaca buku-buku murahan yang tidak pernah ia baca sebelumnya. Pekerjaan yang dijalaninya berhubungan dengan wabah terutama flu unggas, membuatnya memiliki tanggung jawab lebih terhadap kasus yang merebak di delapan kota. Pemberhentian secara mendadak tersebut membuat Aruna terkejut, pasalnya ia dan timnya belum menyelesaikan tugasnya hingga akhir.
Kedekatan Aruna terhadap unggas ternyata tidak hanya ketika ia bekerja sebagai ahli wabah dan mendapat tugas menyelidiki kasus flu unggas saja, tetapi ia sudah akrab dengan unggas sejak tantenya sering mengajaknya pergi berburu masakan ayam maupun bebek di akhir minggu. Hal tersebut tampak pada kutipan di bawah ini.
81 Unoviana Kartika. Makanan Yang Bantu Atasi Stres dan Cemas. Artikel diakses pada 9 September 2015 dari http://health.kompas.com/read/Makanan.yang.Bantu.Atasi.Stres.dan.Cemas. 82 Ibid, h.236.
―Tapi unggas──itu lain perkara. Tanteku pecinta berat unggas. Unggas yang masih hidup, dan juga yang siap disantap. Sebagai contoh: setiap kali ia melihat ayam berkeliaran di luar rumah, ia akan minta pembantu menangkapnya untuk dipiara. Tapi di akhir minggu ia suka membawaku keliling daerah Kota dan berburu masakan ayam maupun bebek. Ia juga memberiku resep confit de canard dan duck a
l’orange yang selalu memegang peran utama di
dapurku setiap kali kolega-kolegaku dari One World kangen masakan Barat tapi terlalu pelit untuk pergi ke
restoran‖84
Kutipan tersebut menunjukkan kedekatan Aruna dengan unggas tidak hanya terjadi pada pekerjaannya saja. Ia juga gemar mengkonsumsinya hingga menjadi andalan dalam dapurnya. Pada bagian ini, Laksmi berupaya menghubungkan antara profesi, kegemaran, serta orang– orang di sekitar Aruna. Tantenya yang memiliki kecintaan terhadap unggas, Aruna yang gemar makan, tidak terkecuali unggas, profesi Aruna sebagai ahli wabah yang ditugasi menyelidiki kasus flu unggas, dan cara Aruna menyampaikan kegemarannya terhadap unggas melalui Bono. Bangkalan, Madura menjadi saksi kelezatan duck
confit yang diungkapkan oleh Bono. Bagaimana pun
sebagai pencerita di dalam novel, Aruna yang memilih Bono untuk mengungkapkan kelezatan bebek bukan tanpa alasan. Bono yang berprofesi sebagai chef muda bebakat dipercaya Aruna memiliki kedekatan dengan unggas dan bahan makanan lainnya. Kegemaran Aruna terhadap unggas tersebut, senada dengan Laksmi Pamuntjak yang
juga memiliki kegemaran terhadap unggas.85
84 Ibid, h.22.
85 Laksmi Pamuntjak memelihara sepasang burung merpati yang diberi nama Maximus dan Sharlinda, begitu juga dengan anak-anaknya yang memelihara banyak unggas, yakni sepasang ayam jago dan betina bernama Bailey dan Dahlia. Artikel diakses pada tanggal 10 September 2015 dari http://www.cnnindonesia.com/hiburan/20141117102106-234-11920/nama-curian-di-novel-anyar-laksmi-pamuntjak/.
Setelah diberhentikan dari pekerjaannya dan diduga mengalami depresi oleh sahabatnya, Aruna memutuskan berlibur ke Lombok. Saat berada di Lombok, ia kembali melakukan ekspedisi kuliner. Dari satu restoran ke restoran lainnya, Aruna dan teman-temannya mencicipi berbagai makanan.
―Kami semua turun dari mobil, tanpa argumen, tanpa perlawanan. Sopir kami memandang kami dengan heran; makhluk-makhluk apakah ini, begitulah ia mungkin berpikir, yang melompat dari satu restoran
ke restoran lainnya.‖86
Berdasarkan kutipan di atas, mengunjungi Lombok sepertinya tidak disia-siakan Aruna dan teman-temannya. Mereka berkeliling dari satu restoran ke restoran yang lain. Laksmi sebagai pengarang ingin menunjukkan kepada pembaca bahwa minat Aruna dan teman-temannya sangat luar biasa terhadap makanan. Betapa terobsesinya mereka kepada makanan sampai membuat sopir keheranan dengan tingkah mereka yang berburu makanan dengan cara yang tidak biasa, yakni berpindah dari satu restoran ke restoran lainnya. Begitulah Aruna yang menggunakan makanan sebagai ajang pembebasan diri ketika ia dilanda masalah dari pekerjaannya, ketika ia merasa tersingkirkan, dan ketika merasa stres sekali pun, Aruna membebaskan dirinya terhadap makanan.
c) Sumber Kebahagiaan
Selain sebagai penghilang rasa lapar dan sebagai sarana pembebasan diri, ternyata makanan memiliki fungsi lain bagi Aruna. Makanan merupakan salah satu sumber kebahagiaan. Hal demikian tampak seperti kutipan di bawah ini.
―Aruna, telah lama memutuskan bahwa ia akan menyediakan waktunya hanya untuk hal-hal yang membuatnya bahagia, dan ini sangat masuk akal karena orang yang tidak banyak bicara sering disalahartikan sebagai orang yang tidak bahagia, dan dalam usianya sekarang, dianggap tidak bahagia bukanlah sesuatu yang menyenangkan, malah sedikit menyebalkan menjurus ke tidak adil, karena yang tersirat adalah sebentuk kepribadian yang lemah, sepotong jiwa yang rentan, padahal ia seratus delapan puluh derajat berbeda, paling tidak begitulah ia melihat dirinya sendiri, sebab bagaimana mungkin ia tak berkepribadian apabila satu-satunya hal yang
membuatnya bahagia adalah makanan,..‖87
Berdasarkan kutipan di atas, salah satu hal yang membuat Aruna bahagia ialah makanan, oleh karena itu tidak heran jika ia begitu menggemari makanan hingga terobsesi. Seperti dinyatakan dalam kutipan tersebut, Aruna hanya menyediakan waktu untuk hal-hal yang membuatnya bahagia, salah satunya ialah makanan. Makanan memang bisa mengubah sesuatu, dari suasana yang dingin dan kaku misalnya seketika bisa mencair berkat adanya pembicaraan di meja makan. Hal tersebut terlihat pada kutipan di bawah ini.
―...kami jarang menggunakan keheningan sebagai alasan untuk memulai pertengkaran. Tapi begitu makanan mengejawantah di wajan, menghias
piring, mengisi ruang, yang ada hanyalah
percakapan.‖88
Berdasarkan kutipan di atas, terlihat jelas bahwa Aruna mengakui jika makanan dapat memecah suasana
menegangkan, pertengkaran, dan keheningan. Saat
makanan sudah tersaji di meja, yang ada hanyalah percakapan, dan hal itu membuat suasana mencair, karena salah satu hal yang bisa menyatukannya ialah makanan. Makanan bersifat universal bagi penikmatnya.
87 Ibid, h.12. 88 Ibid, h.56.
Makanan sebagai sumber kebahagiaan ini juga tampak pada bentuk fisik Aruna yang tidak langsing yang disebutkan pada bagian prolog.
―..dan meskipun ia tidak kurus, ia juga tidak gembrot seperti si Meh yang gila donat, atau si Cho yang baru bisa tidur setelah makan nasi sebakul, katakanlah ia seperti orang yang ingin menjaga berat badan tapi tidak bisa menahan nafsu makan, maka
jadilah ia seorang yang montok,..‖89
Kutipan tersebut menjelaskan keinginan Aruna menjaga berat badannya namun tidak bisa. Hal itu berdampak pada tubuh Aruna yang tidak kurus dan juga tidak gemuk, atau orang menyebutnya montok. Aruna yang memiliki tubuh montok tidak mempermasalahkan bentuk tubuhnya. Ia tetap bahagia karena makanan selalu menjadi temannya.
―...sebab bagaimana mungkin ia tak
berkepribadian apabila satu-satunya hal yang
membuatnya bahagia adalah makanan..‖90
Kutipan di atas menyatakan betapa bahagianya Aruna karena makanan, ketika makanan sudah menjadi sumber kebahagiaan, pasti seseorang tidak akan melepaskannya begitu saja, melainkan selalu mengikutsertakannya dalam keseharian. Begitu pula dengan Aruna yang selalu menyertakan makanan dalam kesehariannya.
Berdasarkan pemaparan di aras, obsesi yang dialami Aruna disebabkan oleh beberapa faktor yakni statusnya yang masih sendiri, sebagai sarana pembebasan diri, serta sebagai sumber kebahagiaan. Hingga akhir cerita, Aruna tetap tidak bisa lepas dari makanan. Setelah memutuskan untuk hidup bersama Farish dan keluar dari pekerjaannya yang semula, ia menanam saham di Siria 2, yakni cabang
89 Ibid, h.11. 90 Ibid, h.12.
restoran yang dimiliki oleh Bono. Ia juga bereksperimen mengenai makanan bersama Bono berdasarkan perjalanan yang telah mereka lakukan.
2. Nadezhda
Nadezhda yang memiliki nama lengkap Nadezhda Azhari merupakan salah satu sahabat Aruna dengan obsesi yang sama, yakni makanan. Terkadang obsesi ini membuatnya tertekan dan stres karena terkadang ia mengkhawatirkan dirinya sendiri sebagai penulis dengan spesialisasi makanan yang dianggap dangkal oleh pembaca.
―Coba, bagaimana menurul lu gue diniai sesama penulis? Oh itu dia si Nadezhda, penulis makanan dan gaya
hidup itu. Penulis ecek-ecek. Second-rate writer.‖91
Berdasarkan kutipan di atas, Nadezhda yang terobsesi dengan makanan bisa mengalami stres karena mengkhawatirkan anggapan pembaca soal dirinya yang terus-menerus memikirkan makanan. Ketika perasaan stres dan tertekan datang, tidak jarang ia melampiaskannya pada minuman seperti wine, karena wine terkenal memiliki khasiat yang membuat pikiran menjadi lebih rileks. Sama halnya dengan Aruna, obsesi terhadap makanan yang dialami Nadezhda memiliki beberapa faktor, di antaranya.
a) Pekerjaan
Memiliki pekerjaan sebagai seorang penulis dengan spesialisasi makanan dan perjalanan mengharuskannya mengenal berbagai jenis makanan untuk diulas. Hal tersebut tampak pada kutipan di bawah ini.
―Dua, lu punya pikiran lu sendiri tentang makanan. Orang banyak belajar dari lu. Soalnya lu bukan cuma lapor makan di sana sini, lu selalu mencoba menelaah lebih, mengaitkan apa yang lu
makan dengan hal-hal lain.‖92
91 Ibid, h.84. 92 Ibid, h.86.
Kutipan di atas menjelaskan bahwa Nadezhda memang akrab dengan makanan, pekerjaannya yang setiap hari mengharuskan dirinya bersentuhan langsung dengan makanan membuatnya terobsesi dengan makanan. Namun, obsesi memiliki asal-usul, salah satunya stres. Nadezhda yang berprofesi sebagai penulis, terkadang stres karena pekerjaannya sendiri. Hal itu tampak pada kutipan di bawah ini.
―Run‖ katanya mendahuluiku, ―Gue lagi stres nih.‖
―Bukannya lu baru pulang dari Paris?‖ jawabku, ―Dan Paris adalah surga lu di dunia?‖
―Iya sih,‖ ujarnya sama sekali tak mengindahkan ironinya, ―Tapi ini yang gue takutin, Run. Gue baru sadar bahwa jangan-jangan, selama
ini, orang menganggap gue ini dangkal.‖93
Berdasarkan kutipan di atas, Nadezhda seorang penulis yang memiliki kolomnya sendiri pada majalah, masih saja dilanda stres. Ia khawatir orang lain atau pembaca menyebut dirinya dangkal tentang selama ini yang ia tulis dengan sebutan penulis ecek-ecek dan
second-rate writer. Padahal menurut Aruna, apa yang ia lakukan
sudah benar. Sebagai sesama pencinta makanan, Aruna menenangkan Nadezhda dengan ungkapan bahwa ―apa yang ia lakukan sudah membantu orang lain dalam mempelajari soal makanan‖.
Selain karena tuntutan pekejaan, sama halnya dengan Aruna, makanan memiliki porsi yang cukup besar dalam hidup Nadezhda.
―Pasti, soalnya penulis macam apa yang otaknya mikirin makanan selama 24 jam, obsesif
tentang restoran ini restoran itu,..‖94
93 Ibid, h.83-84. 94 Ibid, h.84.
Kutipan di atas menjelaskan bahwa Nadezhda mengakui obsesinya terhadap makanan. Bagaimana tidak, seharian penuh waktunya digunakan untuk memikirkan makanan, hingga terkadang rasa stres dan cemas melanda. Khawatir dianggap dangkal ataupun penulis ecek-ecek karena begitu gemarnya dengan makanan.
b) Gaya Hidup
Besar dalam lingkungan yang mewah membuat Nadezhda sangat memperhatikan gaya hidup. Cara berpakaian, tampil di depan banyak orang, serta bagaimana gaya dalam berbicara. Semua hal itu membuat Aruna iri terhadapnya, namun mereka tetap bersahabat. Nadezhda yang merupakan keturunan Aceh-Sunda-Prancis selalu tampil menawan dan selalu mementingkan gaya hidup. Hal tersebut tampak pada kutipan di bawah ini.
―Aku segera duduk di sebelahnya. Ini jam tiga sore hari Sabtu, jam tidur siang, tapi restoran masih penuh sesak oleh manusia-manusia indah