• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pembagian Harta Koperasi dalam Penyelesaian 131

BAB IV ANALISIS AKIBAT HUKUM PEMBUBARAN

B. Analisis Pembagian Harta Koperasi dalam Penyelesaian 131

Pembubaran wajib diikuti likudasi untuk menyelesaikan hak dan kewajiban koperasi sebagai subjek hukum UU No. 17 Tahun 2012 tidak mengatur secara eksplisit bagaimana tata cara pembagian harta koperasi dalam likuidasi/ kepada para kreditor maupun kepada anggota pemegang sertifikat modal koperasi. Pasal 108 huruf c UU No. 17 Tahun 2012 menyebutkan “menyelesaikan hak dan keuangan keuangan kepada pihak ketiga,” dan huruf d menyebutkan “membagikan sisa hasil penyelesaian kepada anggota.” Pasal 11 huruf e PP No.17 Tahun 1994 menyebutkan

“menetapkan dan melaksanakan segala kewajiban pembagian yang didahulukan dari pembayaran hutang lainnya” dan huruf f menyebutkan “menggunakan sisa hasil kekayaan koperasi untuk menyelesaiakan sisa kewajiban koperasi.” Pasal 33 PP No 9 Tahun 1995 menyebutkan dalam penyelesaian, pembayaran kewajiban KSP atau USP dilakukan berdasarkan urutan sebagai berikut :

1. Gaji pegawai yang terutang. 2. Biaya perkara di pengadilan. 3. Biaya lelang.

4. Pajak KSP dan USP.

5. Biaya kantor, seperti listrik, air, telepon, sewa dan pemeliharaan gedung 6. Penyimpan dana atau penabung, yang pembayarannya dilakukan secara

berimbang untuk setiap penyimpan/ penabung dalam jumlah yang ditetapkan oleh Tim Penyelesaian berdasarkan persetujuan Menteri.

7. Kreditor lainnya.

Jadi pengaturan pembagian asset koperasi tersebut masih sangat sumir, maka timbul pertanyaan bagaimana menurut hukum membagi harta koperasi likuidasi jika jumlah uang tunai tidak cukup setelah dilakukan penjualan asset koperasi dalam likuidasi untuk membayar hutang koperasi kepada para kreditor?

Analisis hukum terhadap Pasal 33 PP No 9 Tahun 1995 tersebut diatas adalah 1. Gaji pegawai yang terutang.

Gaji pegawai yang terutang didahulukan pembayarannya sesuai dengan Pasal 95 ayat (4) UU No. 23 tahun 2004 tentang Ketenagakerjaan menyatakan “Dalam hal perusahaan dinyatakan pailit atau dilikuidasi berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, maka upah dan hak-hak lainnya dari pekerja/buruh merupakan utang yang didahulukan pembayarannya.” dan Penjelasannya Pasal 95 ayat 4 menyebutkan yang dimaksud didahulukan pembayarannya adalah upah pekerja/buruh harus dibayar lebih dahulu dari

pada utang lainnya. Pasal 1149 ayat 4 KUH Perdata menyebutkan upah karyawan yang dibayarkan dari hasil penjualan barang bergerak dan tidak bergerak sebagaimana diatur dalam Pasal 1138 KUH Perdata.441

2. Biaya perkara di pengadilan.

Biaya eksekusi untuk benda bergerak/tidak bergerak yang tertentu sesuai dengan Pasal 1139 ayat 1 KUH Perdata. Biaya perkara karena pelelangan atas benda bergerak dan benda tidak bergerak pada umumnya sesuai dengan Pasal 1149 ayat 1 KUH Perdata.

3. Biaya lelang.

Pasal 1137 KUH Perdata menyebutkan hak didahulukan kantor lelang tata tertib pelaksanaannya, dan lama jangka waktunya, diatur dalam berbagai undang-undang khusus yang berhubungan dengan hal-hal itu.

4. Pajak KSP dan USP.

Pasal 1137 KUH Perdata ditentukan hak didahulukan milik negara (pajak), tata tertib pelaksanaannya, dan lama jangka waktunya, diatur dalam berbagai undang-undang khusus yang berhubungan dengan hal-hal itu. Pasal 21 UU No. 28 Tahun 2007 tentang KUP maka kreditor piutang pajak mempunyai kedudukan di atas kreditor separatis. Dalam hal kreditor separatis mengeksekusi objek jaminan kebendaannya, maka kedudukan tagihan pajak di atas kreditor separatis hilang.

5. Biaya kantor, seperti listrik, air, telepon, sewa dan pemeliharaan gedung.

441

Pasal 11 38 KUH Perdata, Hak-hak istimewa itu dapat mengenai barang-barang tertentu, atau dapat juga mengenai semua barang-barang bergerak dan tak bergerak, pada umumnya. Yang pertama didahulukan daripada yang kedua.

Pasal 1139 ayat 3, 4 dan 5 KUH Perdata biaya yang didahulukan yaitu uang sewa barang tetap, biaya perbaikan yang menjadi kewajiban penyewa serta segala biaya untuk menyelamatkan suatu barang dan biaya pengerjaan suatu barang yang masih harus dibayar kepada pekerjanya.

6. Penyimpan dana atau penabung, yang pembayarannya dilakukan secara berimbang untuk setiap penyimpan/ penabung dalam jumlah yang ditetapkan oleh Tim Penyelesaian berdasarkan persetujuan Menteri. “Keditur yang mempunyai kedudukan sama (paripasu, konkuren) yang dibayar seimbang (pond-pond gewijs) menurut besar kecilnya hutang (Pasal 1132 KUH Perdata).”442

7. Kreditor lainnya.

Yang termasuk krditor lainnya adalah kreditor separatis dan kreditor preferen yang belum disebutkan diatas dan kreditor konkuren. Kreditor Pemegang gadai dan hipotik (Pasal 1133 KUH Perdata).443 Kreditor Pemegang Jaminan Fiduasia (UU No. 42 Tahun 1999). Kreditor Pemegang Jaminan Hak Tanggungan (UU No. 4 Tahun 1996).

Maka untuk menganalisa pembagian harta koperasi dalam likuidasi dapat kita pergunakan ketentuan hukum perjanjian, hukum perburuhan, hukum pajak, hukum jaminan dan ketentuan hukum kepailitan sehinga pembagian asset/ harta koperasi dalam likuidasi mengandung prinsip keadilan dan kepastian hukum.

Dalam pembagian harta koperasi dalam likuidasi dapat kita pergunakan: 1. Dengan menggunakan analogi UUK-PKPU No. 37 Tahun 2004.

442

Mariam Darus Badulzaman,Aneka Hukum Bisnis, ,Op. Cit, hlm, 132.

2. Pasal 1131 samapai dengan,1139, dan Pasal 1149 KUH Perdata.

3. Kitap Undang Undang Perdata berkenaan dengan gadai (Pasal 1150-1160) dan hipotik.(Pasal 1160-1232)

4. Berbagai undang-undang khusus antara lain:

a. KUHD antara lain tentang tagihan-tagihan dari pengangkutan laut, surat berharga, dan sebagainya.

b. Undang Undang No. 4 Tahun 1996 tentang UUHT khususnya

tentang kedudukan kreditor dengan hak tanggungan, eksekusi hak tanggungan, dan lain-lain.

c. Undang Undang No. 42 Tahun 1999 Tentang Fidusia khususnya tentang kedudukan kreditor dengan jaminan fidusia, dan lain-lain.

d. Undang Undang No. 28 Tahun 2007 Tentang KUP khusunya

khususnya Pasal 21 ayat 3 mengenai hak prioritas negara untuk dibayar pajak terlebih dahulu dari kreditor lainnya.

e. Undang Undang No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan

khususnya pasal 95 ayat 4 tentang hak hak karyawan dan prioritasnya ketika di PHK ketika terjadi likuidasi perusahaan.

Analisis pembagian harta koperasi dalam likuidasi:

1. Pembagian Harta Koperasi Dalam Likuidasi Dengan Menggunakan Analogi Koperasi Pailit Berdasarkan UUK-PKPU No. 37 Tahun 2004.

Sejak ada keputusan pembubaran koperasi, demi hukum harta koperasi berada dalam likuidasi/penyelesaian, dalam keadaan insolvensi atau keadaan tidak mampu membayar. Sejak insolvensi terjadi maka dimulailah proses pengurusan dan pemberesan harta koperasi dalam likuidasi. Dalam UU No 17 Tahun 2012 tidak

mengatur tentang pemmbagian harta koperasi dalam likuidasi/ penyelesaian maka untuk itu dapat digunakan cara penjualan harta pailit menurut UU No 37 Tahun 2004 sebagai lex spesialis dan UU No. 17 Tahun 2012 sebagai lex generalisnya. Dengan menggunakan argumentum analogi UU No 37 Tahun 2004, tugas kurator444 dapat dipergunakan menjadi tugas likuidator/tim penyelesai dalam melakukan pemberesan dan menjual semua harta koperasi dalam likuidasi dengan melakukan:

1. Menyusun daftar inventarisasi boedel koperasi likuidasi dengan membuat kelompok daftar harta dan utang koperasi likuidasi.

2. Mengundang kreditor koperasi untuk mencocokkan piutang masing masing kepada koperasi likuidasi. Kreditor wajib menyerahkah piutangnya masing masing kepada likuidator disertai perhitungan atau keterangan tertulis. Disertai bukti atau salinannya dan suatu pernyataan ada atau tidak adanya kreditor yang mempunyai hak istemewa dan hak jaminan kebendaan gadai, hipotheek, fidusia dan HT dan hak kebendaan lainnya atau hak retensi445 3. Likuidator mencocokkan catatan yang dibuat sebelumnya dengan piutang

yang diserahkan kreditor dan berunding jika terdapat keberatan penagihan yang diajukan.446

4. Likuidator memasukkan piutang yang disetujui kedalam daftar piutang yang diakui sementara dan piutang yang dibantah dimasukkan dalam daftar tersendiri.447

444

Baca Edward Manik,Op.Cit,hlm 172-173

445Analogi Pasal 115 ayat 1 UU No. 37 tahun 2004

446Analogi Pasal 116 UU No. 37 tahun 2004

5. Likuidator membuat daftar piutang yang bersangkutan apakah piutang yang diistimewakan, jaminan gadai, fidusia, HT, hipotheek dan hak kebendaan lainnya atau hak retensi.apabila likuidator membantah adanya hak tersebut maka dimasukkan dalam daftar piutang yang untuk sementara diakui.448 6. Likuidator wajib mengumumkan salinan daftar piutang melalui surat kabar

atau ditempelkan dikantor koperasi likuidasi atau di kepaniteraan pengadilan dan meberitahukan daftar tersebut kepada kreditor yang diketahui atau dikenal.449

7. Piutang yang tidak dibantah dimasukkan kedalam daftar piutang yang diakui. Pengakuan piutang yang dicatat dalam berita acara rapat tidak dapat dituntut kecuali berdasarkan alasan penipuan.450

8. Kreditor yang dibantah wajib menguatkan piutangnya dengan alat bukti yang autentik.

9. Kreditor pemegang jaminan kebendaan yang dapat membuktikan, sebagian piutang tidak dapat dilunasi hasil penjualan benda jaminan dapat meminta diberikan hak kreditor konkuren tanpa mengurangi hak untuk didahulukan atas benda jaminan atas piutangnya.451

10. Piutang atas tunjuk dapat dicocokkan dengan mencatatkan surat tersebut.452 11. Kreditor yang piutangnya dijaminan oleh seorang penaggung dapat

mengajukan pencocokan piutang setelah dikurangi dengan pembayaran yang diterima dari penanggung.453

448Analogi pasal 118 UU No. 37 tahun 2004

449

Analogi Pasal 119 dan 120 UU No. 37 tahun 2004

450

Analogi Pasal 126 ayat 1 dan 5 No. 37 tahun 2004

451Analogi Pasal 138 dan Pasal 189 ayat 5 No. 37 tahun 2004

12. Dalam hal koperasi sebagai debitor tanggung menanggung maka kreditor dapat mengajukan piutangnya menjadi beban harta koperasi likuidasi.454 13. Semua benda harus dijual di muka umum sesuai dengan tata cara yang

ditentukan dalam peraturan perundang-undangan. Dalam hal penjualan di muka umum tidak tercapai maka penjualan di bawah tangan dapat dilakukan.455

14. Melaksanakan pembayaran kepada kreditor:456

a. Likuidator menyusun suatu dapat pembagian tetap yang memuat rincian penerimaan dan pengeluaran termasuk didalamnya upah tim penyelesai/ likuidator, nama kreditor, jumlah utang dan piutang yang dicocokkan dari tiap tiap piutang koperasi dan bagian yang wajib diberikan kepada kreditor,457termasuk daftar nama anggota pemegang

sertifikat modal koperasi.458

b. Pemegang gadai, jaminan fidusia, hak tanggungan, hipotheek, atau hak agunan atas kebendaan lainnya sepanjang mereka tidak mengeksekusi hak kebendaan yang diagunkan kepadanya.

c. Pembayaran kepada kreditor konkuren, termasuk jika hasil penjualan benda jaminan oleh kreditor separatis tidak mencukupi membayar seluruh

453Analogi Pasal 141 UU No. 37 tahun 2004

454Analogi Pasal 142 UU No. 37 tahun 2004

455 Analogi Pasal 185 ayat 1 dan 2 UU No. 37 tahun 2004. Penjualan dimuka umum dilakukan melalui lelang dan penjualan dibawah tangan dilakukan jual beli melalui PPAT untuk tanah sebagai jaminan.

456

Analogi pasal 189 ayat 4 UU No. 37 Tahun 2004

457Analogi Pasal 189 ayat 1 dan 2 UU No. 37 tahun 2004

piutang kreditor yang didahulukan maka kekurangannya mereka berkedudukan sebagai kreditor konkuren.459

d. Biaya likuidasi dibebankan kepada harta koperasi dalam likuidasi kecuali terhadap jaminan kebendaan telah dijual oleh kreditor.460

e. Kreditor yang lalai dan baru mencocokkan piutangnya setelah dilakukan pembagian dapat dilakukan pembayaran jika masih ada sisa harta koperasi likuidasi, secara berimbang dengan apa yang diterima kreditor yang diakui. Dan jika kreditor mempunyai hak didahulukan, maka kreditor kehilangan hak tersebut terhadap hasil penjualan benda tersebut.461

2. Pembagian Harta Koperasi Yang Likuidasi Apabila Uang Tunai Cukup.

Pembagian asset adalah merupakan suatu proses yang paling penting dalam likuidasi karena hal itu menyangkut pengembalian atas kewajiban koperasi dalam likuidasi/penyelesaian terhadap kreditor dan para anggota pemegang sertifikat modal koperasi. Pembagian hasil penjualan harta koperasi dalam likuidasi, dilakukan berdasarkan urutan prioritas di mana kreditor yang kedudukannnya lebih tinggi mendapatkan pembagian lebih dahulu dari kreditor lain yang kedudukannya lebih rendah, dan antara kreditor yang memiliki tingkatan yang sama memperoleh pembayaran dengan asas prorata (pari passu prorata parte). Tipe jaminan yang berbeda memiliki hak yang berbeda juga tergantung ketentuan dan juga peraturan

459Analogi pasal 189 ayat 5 UU No. 37 Tahun 2004

460Analogi pasal 191 UU No. 37 Tahun 2004

lainnya.462 Kreditor konkuren dibayar setelah seluruh kreditor preference dilunasi piutangnya.

Dalam praktenya pembagian asset umumnya dilakukan dengan penjualan asset dan

hasilnya dibagikan secara proporsional dalam bentuk uang tunai kepada para kreditor. Hasil

penjualan asset yang tidak ada jaminannya diberikan kepada para kreditor berdasarkan jenis

piutang masing-masing.

Penjualan asset koperasi dalam likuidasi dilakukan dengan “lelang noneksekusi suka rela”463 dengan memperhatikan ketentuan peralihan benda tidak bergerak dan benda tidak bergerak. Kreditor sebagai pemegang HT berhak menjual objek HT melalui pelelangan umum menurut tatata cara yang ditentukan dalam peraturan-peraturan perundang-undangan untuk pelunasan piutang pemegang HT dengan hak mendahului dari kreditor lain.464

Penjualan benda tetap hak atas tanah harus dilakukan dengan akta PPAT. Menurut ketentuan PP No 24 Tahun 1997 perjanjian yang menyangkut peralihan hak atas tanah termasuk jual beli, semestinya dilakukan dihadapan PPAT. Pada prinsipnya setiap eksekusi harus dilakukan melalui pelelangan umum, namun dalam keadaan tertentu apabila melalui pelelangan umum diperkirakan tidak menghasilkan harga tertinggi, atas kesepakatan pemberi dan pemegang HT dan dipenuhinya

syarat-462 Menjadi Kreditor yang Efektif dalam Perkara Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU), http://www.pn-medankota.go.id/v2/index.php/panitera/layanan-perkara-lainnya/kepailitan/135-hak-kreditor,diakses tanggal 22 Juni 2013.

463 Lelang Noneksekusi Sukarela, yaitu lelang untuk melaksanakan penjualan barang milik perorangan, kelompok masyarakat atau Badan Swasta yang dilelang secara sukarela oleh pemiliknya. Pejabat lelang terdiri atas: Pejabat Lelang Kelas I, yaitu Pejabat Lelang pegawai Ditjen Kekayaan Negara yang berwenang melaksanakan Lelang Eksekusi, Lelang Noneksekusi Wajib, dan Lelang Noneksekusi Sukarela. Pejabat Lelang Kelas II, yaitu Pejabat Lelang swasta yang berwenang melaksanakan Lelang Noneksekusi Sukarela

464

Marian Darus Badrulzaman, Serial Hukum Perdata Buku II Kompilasi Hukum Jaminan,

[Bandung : Mandar Maju,2004],hlm 102-103. Hak eksekusi melalui pelelangan umum diberi oleh Pasal 6 jo pasal 11 ayat 2 e UU No. 4 Tahun 1996 atau berdasarkan title eksekutorial yang terdapat pada sertifikat hak tanggungan (Pasal 14 ayat 2 UU HT)

syarat tertentu, dimungkinkan eksekusi dilakukan dengan cara penjualan obyek HT oleh kreditor pemegang HT di bawah tangan, jika dengan cara demikian itu akan dapat diperolah harga tertinggi yang menguntungkan semua pihak. Hal ini ditentukan dalam Pasal 20 ayat 2 UU No. 4 Tahun 1996 Tentang HT. Penjualan obyek HT “di bawah tangan” artinya penjualan yang tidak melalui pelelangan umum. Namun penjualan tersebut tetap wajib dilakukan menurut ketentuan PP 24/1997 tentang pendaftaran tanah yaitu dilakukan di hadapan PPAT yang membuat aktanya dan diikuti dengan pendaftarannya di kantor Pertanahan. Terhadap jaminan fidusia diperboleh dijual dibawah tangan sesuai Pasal 29 ayat 1 huruf c UU No. 42 Tahun 1999 “penjualan di bawah tangan yang dilakukan berdasarkan kesepakatan pemberi dan penerima fidusia jika dengan cara demikian dapat diperoleh harga tertinggi yang menguntungkan para pihak”.

3. Pembagian Harta Koperasi Yang Dilikuidasi Kepada Kreditor Separatis Apabila Benda Jaminan Tidak Cukup.

Dalam hal hasil penjualan benda jaminan tersebut tidak mencukupi untuk membayar seluruh piutang kreditor yang didahulukan maka untuk kekurangannya mereka berkedudukan sebagai kreditor konkuren.465Untuk kreditor yang piutangnya diterima dengan bersyarat maka besarnya jumlah bagian kreditor tersebut dalam daftar pembagian di hitung berdasarkan prosentase dari seluruh jumlah piutang.466

4. Pembagian Harta Koperasi Yang Dilikuidasi Dengan Piutang Yang Didahulukan Pembayaran.

Dalam pembagian asset koperasi untuk penyelesaian utang koperasi dalam penyelesaian /likuidasi harus dilakukan berdasarkan urutan terlebih dahulu yaitu:

465

Ananlogi Pasal 189 ayat 5 UU No. 37 Tahun 2004

1. Piutang yang diistimewakan.

Piutang yang diistimewakan untuk barang tertentu lebih didahulukan dari piutang diistimewakan secara umum. Piutang diistimewakan secara umum mempunyai urutan didahulukan sesuai nomor penyebutan dalam KUH Perdata sedangkan piutang kreditor konkuren dibagi secaraprorata.

2. Piutang kepada pihak luar didahulukan daripada piutang kepada kepada pemegang sertifikat modal koperasi, pengurus atau pengawas.

3. Apabila ada kelebihan asset dari hasil likuidasi diserahkan kembali kepada pemengang sertifikat modal koperasi dalam penyelesaian/likuidasi.

Penentuan golongan kreditur di dalam likuidasi adalah berdasarkan pasal 1131 sampai dengan pasal 1138 KUH Perdata jo. UU No. 28 Tahun 2007 tentang perubahan UU No.6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP), dan UU No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan UU NO. 37 Tahun 2004.

Berdasarkan peraturan-peraturan di atas, golongan kreditur meliputi:

1. Kreditur istimewa yang kekududukannya didahulukan dari pada hutang pajak yaitu biaya perkara dan menyelamatkan barang yang diatur dalam Pasal 21 ayat 3 UU No. 28 Tahun 2007.

2. Kreditur istimewa yang kedudukannya di atas kreditur pemegang jaminan kebendaan yaitu pajak. Dasar hukum diatur Pasal 21 UU KUP jo. pasal 1137 KUH Perdata.

3. Kreditur pemegang jaminan kebendaan yang disebut sebagai kreditur separatis. Dasar hukum: 1134 ayat 2 KUH Perdata).Beberapa jaminan

kebendaan yang diatur di Indonesia antara lain; gadai, fidusia, hak tanggungan, hipotik kapal.

4. Kreditor yang memegang piutang dan dianggap sebagai utang harta likuidasi (kreditor istimewa), antara lain:

a. Upah buruh, baik untuk waktu sebelum debitor pailit atau dilikuidasi maupun sesudah debitor pailit atau dilikuidasi.467

b. Biaya likuidasi dan upah likuidator.. c. Sewa gedung sesudah debitor likuidasi.468

5. Kreditor preference khusus, sebagaimana disebutkan pada pasal 1139 KUH Perdata dan Kreditor preference umum sebagaimana terdapat pada pasal 1149 KUH Perdata.

6. Kreditor konkuren, yaitu kreditor yang tidak termasuk pada kreditor separatis dan kreditor preference, baik umum maupun khusus. (Pasal 1131 jo pasal 1132 KUH Perdata).

4.1. Pembagian Harta Koperasi Yang Dilikuidasi Terhadap Utang Pajak Yang Didahulukan.

Pasal 1137 KUH Perdata telah menempatkan utang pajak untuk didahulukan dari pada kreditor lainnya :“Hak dari Kas Negara, Kantor lelang dan lain-lain badan umum yang dibentuk pemerintah, untuk didahulukan, tertibnya melaksanakan hak itu, dan jangka waktu berlangsungnya hak tersebut, diatur dalam berbagai undang-undang khusus yang mengenai hal-hal itu”.

Dengan demikian maka menurut Pasal 1137 KUH Perdata tersebut maka kedudukan utang pajak sebagai pemegang hak istimewa dengan hak mendahului yang

467Analogi Pasal 39 UU No. 37 Tahun 2004.

468

merujuk pengaturannya dalam undang-undang khusus, yaitu Undang-Undang Perpajakan. Pasal 21 ayat 3 Undang-Undang No. 28 Tahun 2007, menentukan “Hak mendahului untuk pajak melebihi segala hak mendahului lainnya kecuali terhadap :

a. Biaya perkara yang hanya disebabkan oleh suatu penghukuman untuk melelang suatu barang bergerak dan atau barang tidak bergerak.

b. Biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan barang dimaksud, dan atau

c. biaya perkara yang hanya disebabkan oleh pelelangan dan penyelesaian suatu warisan.”

4.2. Pembagian Harta Koperasi Yang Dilikuidasi Terhadap Hak Jaminan Kebendaan.

Para kreditor adalah sama (paritas credetorim) dan karenanya mempunyai hak yang sama atas eksekusi harta dalam likuidasi sesuai dengan besarnya tagihan masing masing (pari pasu pro rata parte). Namun demikian, asas tersebut mengenal perkecualian yaitu golongan kreditor yang memegang hak agunan atas kebendaan dan golongan kreditor yang haknya didahulukan berdasarkan KUH Perdata dan perundang undangan lain. Dengan demikian asas paristas creditorium berlaku bagi kreditor konkuren saja.469 Dalam likuidasi/ penyelesaian koperasi, semua kreditor yang mempunyai piutang kepada koperasi adalah sama (paritas credotorim) karena mereka mempunyai hak yang sama atas harta koperasi dalam likuidasi sesuai dengan besarnya tagihan masing masing, adalah konsekuensi dari Pasal 1131 KUH Perdata.470

469Imran Nating,Op.Cit, hlm 46

470Passl 1131 KUH Perdata ” Segala kebendaan siberutang baik yang bergerak maupun yang tidak tak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang akan ada di kemudian hari, menjadi tanggungan

Pasal 1132 KUH Perdata471... kecuali apabila di antara para berpiutang itu ada alasan-alasan yang sah untuk didahulukan”. Pasal 1132 KUH Perdata ini mengatakan bahwa ada kemungkinan undang undang memberikan kedudukan istimewa atau privilageatau preferencesikepada kreditor tertentu.472

Berdasarkan ketentuan pasal 1131 dan 1132 KUH Perdata dapat diketahui pembedaan lembaga hak jaminan berdasarkan sifatnya yaitu:473

1. Hak jaminan yang bersifat umum 2. Hak jaminan yang bersifat khusus

Jaminan yang bersifat umum ditujukan kepada seluruh kreditor dan mengenai segala kebendaan debitur. Setiap kreditor mempunyai hak yang sama untuk mendapatkan pelunasan utang dari hasil penjualan segala kebendaan yang dipunyai debitor. Dalam hak jaminan yang bersifat umum ini semua kreditor mempunyai kedudukan yang sama terhadap kreditor lain (kreditor konkuren), tidak ada kreditor yang diutamakan, diistemewakan dari kreditor lain.474 Jaminan umum tercermin dari ketentuan Pasal 1131 KUH Perdata, disempurnakan oleh ketentuan Pasal 1132 KUH Perdata, yang menegaskan persamaan kedudukan para kreditor, juga memungkinkan diadakannya suatu jaminan khusus apabila diantara para kreditor ada alasan sah untuk didahulukan, karena ketentuan undang-undang maupun karena diperjanjikan.

untuk segala perikatan perseorangan.” Kalau seseorang mempunyai utang, jaminannya adalah semua kekayaannya. Kekayaan ini dapat disita dan dilelang dan dari hasil pelelangan dan dari hasil pelelangan ini dapat diambil suatu jumlah untuk membayar utangnya kepada kreditornya.

471Pasal 1132 KUH Perdata “Kebendaan tersebut menjadi jaminan bersama-sama bagi semua orang yang mengutangkan padanya, pendapatan penjualan benda-benda itu dibagi-bagi menurut keseimbanganya itu menurut besar kecilnya piutang masing-masing, kecuali apabila di antara para berpiutang itu ada alasan-alasan yang sah untuk didahulukan”

472

Imran Nating,Op.Cit, hlm 22

473Racmadi Usman,Hukum Jaminan keperdataan,[Jakarta: Sinar Grafika, Cet Kedua, 2009], hlm,73

Jaminan kebendaan adalah jaminan yang memberikan kepada kreditor atas suatu kebendaan milik debitor hak untuk memanfaatkan benda tersebut jika debitor melakukan wanprestasi. Jaminan kebendaan475 (zekerheidsrechten) merupakan jaminan khusus karena sifatnya memberikan jaminan, sehingga hak-hak kreditor dengan jaminan hak kebendaan seperti ini memberikan jaminan untuk didahulukan.

Karena jaminan umum menyangkut seluruh harta benda debitor, ketentuan dalam Pasal 1131 KUH Perdata tersebut dapat menimbulkan dua kemungkinan:476

1. Bahwa kebendaan tersebut sudah cukup memberikan jaminan kepada kreditor jika kekayaan debitor paling sedikit (minimal) sama atau melebihi jumlah utang-utangnya artinya hasil bersih penjualan harta kekayaan debitor sudah cukup untuk menutupi atau memenuhi seluuh hutang-hutangnya.

Dokumen terkait