TESIS
Oleh
ASPIN ARUAN
117011061/M.Kn
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
TESIS
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara
Oleh
ASPIN ARUAN
117011061/M.Kn
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Nomor Pokok : 117011061 Program Studi : Kenotariatan
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, MHum)
Pembimbing Pembimbing
(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN) (Dr. Syahril Sofyan, SH, MKn)
Ketua Program Studi, Dekan,
(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN) (Prof. Dr. Runtung, SH, MHum)
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, MHum Anggota : 1. Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN
2. Dr. Syahril Sofyan, SH, MKn
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : ASPIN ARUAN
Nim : 117011061
Program Studi : Magister Kenotariatan FH USU
Judul Tesis : ANALISIS YURIDIS TENTANG PEMBUBARAN DAN
LIKUIDASI (PENYELESAIAN) ATAS PAILITNYA KOPERASI
Dengan ini menyatakan bahwa Tesis yang saya buat adalah asli karya saya sendiri
bukan Plagiat, apabila dikemudian hari diketahui Tesis saya tersebut Plagiat karena
kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia diberi sanksi apapun oleh Program Studi
Magister Kenotariatan FH USU dan saya tidak akan menuntut pihak manapun atas
perbuatan saya tersebut.
Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dalam keadaan
sehat.
Medan,
Yang membuat Pernyataan
Nama :ASPIN ARUAN
menurut hukum. Spesifikasi penelitian ini adalah penelitian Inventarisasi Hukum Positif sedangkan metode pendekatan yang digunakan adalah pendekatan perundang-undangan dan jenis penelitian ini termasuk penelitian hukum Yuridis Normatif. Jenis datanya menggunakan data sekunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi kepustakaan. Teknis analisa dalam menggunakan teknik analisis Normatif kualitatif.
Rumusan permasalahan dalam penelitian ini ada 2 (dua) permasalahan yang diteliti yakni: Bagaimana akibat hukum pembubaran koperasi yang diputus pailit oleh Pengadilan Niaga. Bagaimana pembagian harta koperasi (asset) koperasi likuidasi/ penyelesaian menurut hukum.
Pembubaran koperasi mempunyai dampak yang luas terhadap koperasi itu sendiri, pemerintah, pengurus, pengawas, anggota pemegang sertifikat koperasi, karyawan koperasi dan para kreditor koperasi. Pembubaran koperasi wajib dilaksanakan likuidasi/ penyelesaian hak dan kewajiban badan hukum koperasi sebagai subjek hukum yang memiliki hak dan kewajiban.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini bahwa akibat hukum pembubaran koperasi yaitu status badan hukumya tetap eksis sebelum didaftarkan pembubarannya dalam BNRI, koperasi tidak dapat melakukan perbuatan hukum kecuali diperlukan untuk membereskan kekayaan koperasi likuidasi, pembubaran wajib diikuti likuidasi, bisnis koperasi dihentikan kecuali untuk kepentingan likuidasi, kekuasaaan pengurus dan pengawas dibekukan, kekuasaan pengurus diambil alih likuidator, “koperasi dalam likuidasi/penyelesaian,” perjanjian yang sudah berlangsung dapat dihentikan, anggota koperasi tidak boleh lagi mengundur diri.Likuidasi merupakan cara koperasi yang bubar untuk tetap memenuhi pembayaran kewajibannya terhadap para kreditornya. Pembagian harta koperasi likuidasi menurut hukum yaitu dengan melakukan tindakan pemberesan yang meliputi pencatatan dan pengumpulan kekayaan koperasi termasuk memverifikasi hutang koperasi, penentuan tata cara pembagian kekayaan koperasi likuidasi, pembayaran kepada para kreditor dengan memperhatikan hukum jaminan, dan menentukan urutan prioritas kreditur, pembayaran sisa kekayaan hasil likuidasi kepada anggota pemegang sertifikat modal koperasi, tindakan-tindakan lain yang perlu dilakukan dalam proses pelaksanaan pemberesan kekayaan koperasi likuidasi, mendaftarkan koperasi yang telah dibubarkan dalam Berita Negara Republik Indonesia.
liquidated cooperative is divided. This normative juridical Positive Law Inventory study with regulatory approach employed the secondary data obtained through documentation study. The data obtained were analyzed through normative qualitative analysis technique.
Two research problems discussed in this study were what was the legal consequence of the liquidation of cooperative decided to be bankrupt by commercial court and how the asset of the liquidated cooperative was legally divided.
The liquidation of cooperative brings a widespread impact to the cooperative itself, the government, administrator, supervisor, members of cooperative certificate holders, cooperative employees, and cooperative creditors. The liquidation of cooperative requires the settlement of the right and responsibility of the cooperative legal entity as the subject of law having right and responsibility.
The result of this study showed that the legal consequence of the liquidation of cooperative is that its legal entity status continues to exist before its liquidation is registered in the Indonesian National Gazette. Cooperative cannot take legal action unless it is necessasry to settle the assets of the liquidated cooperative, the cessation must be followed with liquidation, the cooperative business is terminated unless it is for liquidation, the authority of administrator and supervisor is deactivated, the authority of administrator is taken over by the liquidator, “the cooperative is under liquidation/settlement”, once the agreement has been run can be terminated, the members of cooperative are no longer allowed to resign. Liquidation is the way used by a deactivated cooperative to keep paying its responsibilities to its creditor. Legally, the distribution of the assets of liquidated cooperative is done by taking action of settlement including listing and collecting the assets of the cooperative, verifying the debt of the cooperative, determining the procedures of distributing the assets of liquidated cooperative, paying the creditor with paying attention to law of guarantee and determining the creditor scale of priority, paying the remaining assets of liquidation proceeds to the members of cooperative capital certificate holders, other actions needed to do in the implementation process of liquidated cooperative asset settlement, and registrating the deactivated cooperative in the Indonesian National Gazette.
sehingga penulisan tesis yang berjudul : “Analisis Yuridis Tentang Pembubaran Dan Likuidasi (Penyelesaian) Atas Pailitnya Koperasi.” Dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Studi di Program Studi Magister
Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
Dalam penyusunan tesis ini, penulis banyak mendapat bimbingan atau
bantuan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc (CTM), Sp.A(K)
sebagai Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Runtung, SH. MHum sebagai Dekan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, MHum sebagai Pembimbing I
sekaligus tim penguji yang dengan segala ketulusan dan kearifan telah
berkenan mengkoreksi, mengarahkan dan membimbing serta telah banyak
memberikan masukan, kritik dan saran yang konstruktif dalam penulisan
tesis ini dan juga sebagai Pembatu Dekan I Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara.
4. Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN sebagai Ketua Program
Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
dan Pembimbing II dengan segala ketulusan dan kearifan telah berkenan
mengkoreksi, mengarahkan dan membimbing serta telah banyak
memberikan masukan, kritik dan saran yang konstruktif dalam penulisan
tesis ini.
5. Bapak Notaris. Dr. Syahril Sofyan, SH, MKn sebagai Pembimbing III yang
SH, CN, M.Hum yang menjadi Tim Penguji tesis ini dengan berbagai
masukan dan kritiknya yang konstruktif untuk penyempurnaan dalam
penulisan tesis ini.
7. Dan juga penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada dosen penulis
selama mengikuti kuliah pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas
Hukum USU yaitu Bapak Prof. Sanwani Nasution, SH, Prof. Dr. Alvi
Syahrin, SH, MS, Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH, Prof. H. T. Syamsul
Bahri, SH, Prof. Dr. Tan Kamello, SH, MS, Prof. Dr. Syafruddin Kalo, SH,
M.Hum, Bapak Prof. Dr. Hasbalah Thaib, MA, Dr. Faisal Akbar, SH,
M.Hum, Dr. Bastari SE, AK, MM, Abdul Rahim Lubis, SH, MKn,
Notaris/PPAT Syafnil Gani, SH, MKn, Notaris/PPAT (Pens) Sutrisno, SH,
SpN, Ibu Prof. Dr. Ningrum Natasya Sirait, SH. MLI, Dr. Utary Maharani
Barus, SH, M.Hum. Dr. Purnama T. Sianturi, SH, M.Hum, Dr. Idha
Aprilyana Sembiring, SH, M.Hum, Notaris/PPAT (Pens) Chairani Bustami,
SH, MKn, Notaris/PPAT Rosniaty Siregar, SH, MKn, Notaris/PPAT
Egawaty Siregar, SH, MKn.
8. Juga penulis mengucapkan terima kasih kepada semua Staff Administrasi
MKn Fakultas Hukum USU.
9. Secara khusus saya mengucapkan banyak kasih kepada istri saya yang
tercinta Ny Risda Aruan br Limbong yang telah banyak berkorban dan
memberikan dukungan moral, semangat dan materi kepada saya saya selama
kuliah sehingga dapat menyelesaikan tesis ini tepat waktu dan terutama
kepada anak saya tercinta Mangara Tua Grotius Aruan sebagai pelita hidup
dan pemberi semangat dalam hidup saya.
10. Kepada ayahanda St. Sophar Simon Aruan dan ibunda saya Hermina br
Nora, SH, Mahvira Siregar, SH, Bob Siahaan, SH sebagai pembanding
utama pada waktu seminar proposal dan seminar hasil tesis ini yang telah
banyak membantu saya dan memberikan masukan untuk penyempurnaan
dalam penulisan tesis ini.
12. Saya mengucapkan bayak terima kasih kepada semua teman teman
mahasiswa MKn angkatan 2011 khususnya mahasiswa kelas Grup A yang
selama kuliah penulis banyak diskusi diruang kelas dan dalam mengerjakan
tugas-tugas mata yang diberikan oleh dosen serta atas kebersamaan dan
bantuannya bagi penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
Akhir kata tidak ada gading yang tidak retak, demikian juga penulis
menyadari bahwa dalam penulisan tesis ini masih jauh dari sempurna baik dari segi
penulisan maupun penyajian materinya, namun penulis terbuka dan berharap apabila
ada kritikan atau saran yang bersifat membangun untuk penyempurnakan tesis.
Akhirnya kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan dan
dukungannya yang tidak dapat disebutkan satu persatu di sini, penulis ucapkan terima
kasih semoga budi baik dan bantuannya dibalas oleh Tuhan Yang Maha Kuasa.
Medan, Juli 2013 Penulis
Nama Lengkap : Aspin Aruan
Tempat/Tanggal Lahir : Sibide Silaen, 18 Pebruari 1969
Jenis kelamin : Laki Laki
Agama : Katholik
Alamat : Jln Karya Bakti II Gg Bakti No.5
Kel Sari Rejo Medan
II. KELUARGA
Nama Ayah : Sophar Aruan
Nama Ibu : Hermina br sianipar
Nama Isteri : Risda Limbong, AMd
Nama Anak : Mangara Tua Grotius Aruan
III. PENDIDIKAN
SD Negeri No.173586 Sibide Tahun 1976 s/d 1982
SMP Katholik Budi Dharma Balige Tahun 1982 s/d 1985
SMA Khatolik Bintang timur Balige Tahun 1985 s/d 1988
Pendidikan Tinggi:
1. D-3 Fakultas PIPS IKIP Negeri Medan Tahun 1988 s/d 1991
2. S-1 Fakultas Hukum USU Tahun 1989 s/d 1994
3. S-1 Fakultas PIPS UNIMED Tahun 1996 /d 1997
4. S-1 STKIP PELITA BANGSA Tahun 2007 s/d 2011
ABSTRACT... ii
KATA PENGANTAR... iii
RIWAYAT HIDUP ... vi
DAFTAR ISI... vii
DAFTAR ISTILAH ... ix
DAFTAR SINGKATAN... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 8
C. Tujuan Penelitian ... 9
D. Manfaat Penelitian ... 9
E. Keaslian Penelitian ... 10
F. Kerangka Teori dan Konsepsi ... 10
1. Kerangka Teori ... 10
2. Konsepsi ... 29
G. Metode Penelitian ... 32
1. Jenis dan Sifat Penelitian ... 32
2. Pendekatan Penelitian ... 33
3. Tehnik Pengumpulan Data ... 33
4. Bahan penelitian ... 33
5. Analisis Data ... 34
BAB II PEMBUBARAN KOPERASI DAN AKIBAT HUKUMNYA 36 A. Alasan Pembubaran Koperasi ... 36
B. Pembubaran Koperasi Menurut Undang-Undang ... 57
BAB III LIKUIDASI DAN PEMBAGIAN HARTA KOPERASI.. 81
A. Pengertian Likuidasi Badan Hukum ... 81
B. Tujuan Likuidasi /Penyelesaian Koperasi ... 85
C. Likuidasi /Penyelesaian Koperasi... 87
D. Tahap-tahap Pelaksanaan Likuidasi Koperasi ... 95
E. Pembagian Harta (Asset) Koperasi Dalam Likuidasi ... 101
F. Pembagian Harta (Asset) Koperasi Dalam Likuidasi/Penyelesaian ... 106
G. Hapusnya Status Badan Hukum Koperasi ... 110
BAB IV ANALISIS AKIBAT HUKUM PEMBUBARAN KOPERASI DAN PEMBAGIAN HARTA KOPERASI DALAM LIKUIDASI ... 112
A. Analisis Akibat Hukum Pembubaran Koperasi... 112
B. Analisis Pembagian Harta Koperasi dalam Penyelesaian 131 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... 168
A. Kesimpulan ... 168
B. Saran ... 170
Absolut responsibility Pertanggungjawab mutlak
Asas konsensualisme Kesepakatan para pihak
Bankrupt Pailit
Bankrupt’s estate Harta kekayaan yang pailit
Bankruptcy law Pailit berdasarkan hukum
Based on fault Pertanggungjawaban berdasarkan kesalahan
Bonorum emptor Pembelinya
Boedel Harta , kekayaan
Busines failure Menghentikan operasi dengan akibat
mengalami kerugian
By the operation of law Berlakunya demi hukum
Capital Modal
Claim Tagihan, tuntutannya
Class action Gugatan kelompok/ gugatan perwakilan
Collectiviteit theory Teori kekayaan kolektif
Concursus creditorium. Perbarengan diantara beberapa kreditor
Corporation Perusahaan
Consignatie Penawaran pembayaran tunai yang diikuti
dengan penyimpanan atau penitipan
Debt Debitor
Debt collection Konsep pembalasan dari kreditor terhadap
(debt collection principle)
debitor pailit dengan menagih klaimnya terhadap
debitor atau harta debitor
Deliquet Yang melakukan tindak pidana
Deontologi
Due diligence Melakukan pemeriksaan yang mendalam baik dalam aspek manajemen maupun legal
Economi failure Kegagalan ekonomi
Ekuitas Modal sendiri
Ex officio Karena Jabatan
Fault liability atau liability
based on fault Prinsip tanggung jawab berdasarkan
unsur kesalahan
Fautes de services
Kerugian terhadap pihak ketiga dibebankan pada
instansi dari pejabat yang bersangkutan
Fautes personalles Kerugian terhadap pihak ketiga dibebankan
kepada pejabat yang karena tindakannya itu telah menimbulkan kerugian
Fee likuidator Ongkos-ongkos likuidator/ tim penyelesai
Fiduciary duties Pemegang kepercayaan/ Pemegang amanah
Financial distress Kesulitan keuangan atau likuiditas
Finansial Keuangan
General statutory priority rights
Urutan prioritas dari tagihan-tagihan yang termasuk
kedalam hak terdahulu
Good Corporate Governance Tata kelola perusahaan yang baik
Hoge Raad Mahkamah Agung
Inbrekesteling Pernyataan lalai
Independent appraisal Penilai independen
Insolvensi Keadaan tidak mampu membayar
Insolvensi in bankrupcy
Jika nilai buku hutang melebihi nilai pasar asset
Juridiche constructive Konstruksi hukum
Juridische realiteit Kenyataan Yuridis
Leer der volledige reliteit Ajaran realitas sempurna
Kenningsgeving Memperingatkan
Kleine luiden Kurang mampu dalam hal kekayaan/ miskin
Kreditor separatis Kreditur pemegang jaminan kebendaan
Legal audit Pemeriksaan secara hukum
Legal bankrupcy
Bangkrut secara hukum yang telah diajukan tuntutan
resmi dengan undang undang
legal due diligence Pemeriksaan secara mendalam dari hukum
legal entity Kominitas hukum
Legal person Badan hokum
Legal risk aspect Aspek resiko hukum
Lex generalis Atutan Umum
Lex spesialis Aturan khusus
Library research Penelitian kepustakan
Limitation of liability principle Prinsip tanggung jawab dengan pembatasan
Liquidation Pembubaran perusahaan
Lliablity Tanggungjawab hukum
Marketable Suatu barang yang cocok dijual di pasaran
Mis manajemen Ketidakcakapan manajemen
Missio in bona
Harta kekayaan debitor dapat dijual untuk melunasi
Utang kepada kreditornya
Mutatis mutandis Dengan perubahan yang perlu-perlu
Natural person Manusia sebagai subjek hukum alami
Net realizable value Nilai bersih yang dapat direalisasi
Nexus of contrac Kontrak kerja sama
Notice Pemberitahuan
Onerous property
Asset asset yang sama sekali tidak bermanfaat
Onrechmatige daad Perbuatan melawan hukum
Outbinding Pembubaran
Pari passu Dibagi bersama-sama
Pari passu pro rata parte
Hasilnya harus dibagikan secara proporsional
Paritas creditorium Kesetaraan kedudukan para kreditor
principle jawab
Principle business frudence Prinsip kehati-hatian bisnis
Privilage Istimewa
Pro rata Sesuai dengan besarnya imbangan
piutang masing-masing kreditor terhadap utang debitur secara keseluruhan
Rangorde Tingkat-tingkat
Raison d’etre Alasan adanya
Rasio legis
Alasan/tujuan umum, maksud dan tujuan keputusan
perundang-undangan
Recht Person Badan Hukum
Rechtsbetrekking Hubungan-hubungan hukum
Rechtshandeling Perbuatan hukum
Reservation of title Harta dengan hak penahanan kepemilikan
Restriksi Pembatasan
Retensi Menahan
Rrechtimiddle Upaya hokum
Rule of Reason Bahwa akibat hukum tersebut tidak otomatis
berlaku, akan tetapi baru berlaku jika diberlakukan oleh pihak-pihak tertentu
Saving deposits Simpanan Tabungan
Schuld –Haftung Kesalahan dan Pertanggungjawaban
Set-of Kompensasi piutang
Sommatie Menegur
Staatsblad Lembaran Negara
Statute approach Pendekatan perundang-undangan
Strict liability Prinsip tanggung jawab mutlak
Structured creditors Mengklasifikasikan dan mengelompokkan
berbagai macam kreditor sesuai dengan kelasnya masing-masing
Structured pro rata Mengklasifikasikan dan mengelompokkan
Venditio bonorum Kreditornya
Vereffening Pemberesan
Verefferingstate Memasuki babak pemberesan
Verset Perlawanan
Winding up Pemberesan
Yuridis normative Hukum normative
BHP Balai Harta Peninggalan
BNRI Berita Negara Republik Indonesia
BW Burgelijk Wetboek
HT Hak Tanggungan
Jo Juncto
KSP Koperasi Simpan Pinjam
KUH Perdata Kitap Undang Undang Hukum Perdata
KUHD Kitap Undang Undang Hukum Dagang
KUHP Kitap Undang Undang Hukum Pidana
LDD Legal Due Diligence
PHK Pemutusan Hubungan Kerja
PP Peraturan Pemerintah
PPAT Pejabat Pembuat Akta Tanah
PT Perseroan Terbatas
RUPS RapatUmum Ppemegang Saham
Stb Staatsblab
USP Unit simpan Pinjam
UU Undang Undang
UU KUP
Undang Undang Ketentuan Umum Perpajakan
UUHT Undang Undang Hak Tanggungan
UUK-PKPU Undang Undang Kepailitan dan Penundaan
menurut hukum. Spesifikasi penelitian ini adalah penelitian Inventarisasi Hukum Positif sedangkan metode pendekatan yang digunakan adalah pendekatan perundang-undangan dan jenis penelitian ini termasuk penelitian hukum Yuridis Normatif. Jenis datanya menggunakan data sekunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi kepustakaan. Teknis analisa dalam menggunakan teknik analisis Normatif kualitatif.
Rumusan permasalahan dalam penelitian ini ada 2 (dua) permasalahan yang diteliti yakni: Bagaimana akibat hukum pembubaran koperasi yang diputus pailit oleh Pengadilan Niaga. Bagaimana pembagian harta koperasi (asset) koperasi likuidasi/ penyelesaian menurut hukum.
Pembubaran koperasi mempunyai dampak yang luas terhadap koperasi itu sendiri, pemerintah, pengurus, pengawas, anggota pemegang sertifikat koperasi, karyawan koperasi dan para kreditor koperasi. Pembubaran koperasi wajib dilaksanakan likuidasi/ penyelesaian hak dan kewajiban badan hukum koperasi sebagai subjek hukum yang memiliki hak dan kewajiban.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini bahwa akibat hukum pembubaran koperasi yaitu status badan hukumya tetap eksis sebelum didaftarkan pembubarannya dalam BNRI, koperasi tidak dapat melakukan perbuatan hukum kecuali diperlukan untuk membereskan kekayaan koperasi likuidasi, pembubaran wajib diikuti likuidasi, bisnis koperasi dihentikan kecuali untuk kepentingan likuidasi, kekuasaaan pengurus dan pengawas dibekukan, kekuasaan pengurus diambil alih likuidator, “koperasi dalam likuidasi/penyelesaian,” perjanjian yang sudah berlangsung dapat dihentikan, anggota koperasi tidak boleh lagi mengundur diri.Likuidasi merupakan cara koperasi yang bubar untuk tetap memenuhi pembayaran kewajibannya terhadap para kreditornya. Pembagian harta koperasi likuidasi menurut hukum yaitu dengan melakukan tindakan pemberesan yang meliputi pencatatan dan pengumpulan kekayaan koperasi termasuk memverifikasi hutang koperasi, penentuan tata cara pembagian kekayaan koperasi likuidasi, pembayaran kepada para kreditor dengan memperhatikan hukum jaminan, dan menentukan urutan prioritas kreditur, pembayaran sisa kekayaan hasil likuidasi kepada anggota pemegang sertifikat modal koperasi, tindakan-tindakan lain yang perlu dilakukan dalam proses pelaksanaan pemberesan kekayaan koperasi likuidasi, mendaftarkan koperasi yang telah dibubarkan dalam Berita Negara Republik Indonesia.
liquidated cooperative is divided. This normative juridical Positive Law Inventory study with regulatory approach employed the secondary data obtained through documentation study. The data obtained were analyzed through normative qualitative analysis technique.
Two research problems discussed in this study were what was the legal consequence of the liquidation of cooperative decided to be bankrupt by commercial court and how the asset of the liquidated cooperative was legally divided.
The liquidation of cooperative brings a widespread impact to the cooperative itself, the government, administrator, supervisor, members of cooperative certificate holders, cooperative employees, and cooperative creditors. The liquidation of cooperative requires the settlement of the right and responsibility of the cooperative legal entity as the subject of law having right and responsibility.
The result of this study showed that the legal consequence of the liquidation of cooperative is that its legal entity status continues to exist before its liquidation is registered in the Indonesian National Gazette. Cooperative cannot take legal action unless it is necessasry to settle the assets of the liquidated cooperative, the cessation must be followed with liquidation, the cooperative business is terminated unless it is for liquidation, the authority of administrator and supervisor is deactivated, the authority of administrator is taken over by the liquidator, “the cooperative is under liquidation/settlement”, once the agreement has been run can be terminated, the members of cooperative are no longer allowed to resign. Liquidation is the way used by a deactivated cooperative to keep paying its responsibilities to its creditor. Legally, the distribution of the assets of liquidated cooperative is done by taking action of settlement including listing and collecting the assets of the cooperative, verifying the debt of the cooperative, determining the procedures of distributing the assets of liquidated cooperative, paying the creditor with paying attention to law of guarantee and determining the creditor scale of priority, paying the remaining assets of liquidation proceeds to the members of cooperative capital certificate holders, other actions needed to do in the implementation process of liquidated cooperative asset settlement, and registrating the deactivated cooperative in the Indonesian National Gazette.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Salah satu masalah hukum adalah pembubaran badan hukum (recht person)
sebagai subjek hukum pendukung hak dan kewajiban. Pembubaran badan hukum
berkaitan erat dengan penyelesaian hak dan kewajiban subjek hukum tersebut.
Undang Undang No.17 Tahun 2012 menyebutkan bahwa koperasi adalah badan
hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum koperasi, dengan
pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk menjalankan usaha, yang
memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang ekonomi, sosial, dan budaya
sesuai dengan nilai dan prinsip koperasi.1 Pengaturan koperasi sebagai lembaga
hukum di Indonesia pertama kali sejak keluarnya Stb. No. 431 Tahun 1915.2
Koperasi memiliki karakteristik yang membedakannya dengan badan usaha yang
lain,3 dan mempunyai dua sisi yaitu lembaga ekonomi yang menerapkan asas
ekonomi yaitu dalam memenuhi kebutuhan ekonomi dengan menerapkan
prinsip-prinsip ekonomi dalam berusaha dan sebagai lembaga hukum yaitu menerapkan
semua prinsip-prinsip hukum dalam usaha yang berbadan hukum.4
1Pasal 1 angka 1 UU No.17 Tahun 2012
2LihatVerordening op de cooperatieve Vereenigingen [ Koninklijke Besluit 7 April 1915 ,
Indish Staatsblat No 431] yaitu untuk untuk mendirikan koperasi harus mendapat ijin dari Gubernur Jenderal, harus dibuat dengan akta notaris dalam bahasa Belanda, membayar bea meterai sebesar 50 gulden, harus diumumkan di Javache Courant
3 Hans Munkner, Co-Operative Principles & Co-Operative Law Membangun UU Koperasi Berdasarkan Prinsip-Prinsip Koperasi, [ Jakarta: Reka Desa, 2011],hlm,82 bahwa koperasi memiliki idenditas ganda (the dual identity of the member) yaitu anggota sebagai pemilik (owner) dan sekaligus sebagai pengguna jasa koperasi (user own oriented firm)
Ropke menjelaskan “koperasi suatu organisasi bisnis yang para
pemilik/anggotanya adalah juga pelanggan utama perusahaan tersebut.”5 Koperasi
sebagai bisnis juga memerlukan modal jika mau berusaha dan berhasil, berkembang,
berdaya hasil, dan bersaing dengan perusahaan-perusahaan asing.6 Aturan mengenai
permodalan ini tidak diatur secara detail seperti halnya pengaturan modal dalam
sebuah Perseroan Terbatas (PT); namun secara prinsip sangat jelas asal usul
pengumpulan modal dalam sebuah koperasi seperti ditentukan UU Perkoperasian.7
Sumber utama modal koperasi terdiri setoran pokok dan sertifikat modal koperasi
sebagai modal awal.8
Jika kontribusi modal awal tidak mencukupi untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya, maka koperasi dapat meminjam9 uang dari anggota dalam bentuk
simpanan deposito (saving deposits) atau dari sumber lain seperti koperasi sekunder
(pinjaman silang dilingkungan koperasi kredit ), bank atau investor lain.10
Jika suatu koperasi menerima tabungan dari para anggotanya (marketing) dan
jiga menyediakan pinjaman kepada anggotanya (purcahsing) koperasi ini disebut
Koperasi Simpan Pinjam (KSP).11 Secara umum ruang lingkup kegiatan usaha KSP
adalah penghimpunan dan penyaluran dana yang berbentuk penyaluran pinjaman
terutama dari dan untuk anggota. Pada perkembanganya memang KSP melayani tidak
5Dikutip dari : Hendar,Manajemen Koperasai Pokok-pokok Pikiran Mengenai Manajemen dan Kewirausahaan Koperasi,[Jakarta: Erlangga, 2010],hlm,19]
6Hans MunknerOp.Cit,hlm 125 7Ibid, hlm 86
8Pasal 66 ayat 1 UU No. 17 Tahun 2012 .
9 Pasal 66 ayat 2 huruf (c) UU No. 17 Tahun 2012 .Modal pinjaman yang berasal dari:
1).Anggota 2).Koperasi lainnya dan/atau anggotanya 3). bank dan lembaga keuangan lainnya, 4). penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya; dan/atau 5)Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
saja anggota tetapi juga masyarakat luas. Untuk bisa menjalankan usahanya koperasi
simpan pinjam harus melakukan penghimpunan dana.
“Usaha KSP mirip dengan perbankan, yaitu menerima simpanan dan memberikan pinjaman, bahkan KSP berani memberikan bunga yang lebih tinggi kepada para penyimpan dana serta menawarkan kemudahan bagi pihak yang akan meminjam uang. Dan usaha ini mampu menarik minat anggota masyarakat baik untuk menyimpan dan maupun meminjam dana. Namun kejayaan KSP ini hanya berlaku hingga tahun 2006-2007. Mulai tahun 2005 satu persatu KSP mengalami kebangkrutan diikuti dengan pembubaran, hal ini berjalan terus hingga pada tahun 2007 banyak KSP yang bubar karena tidak mampu memenuhi kewajibannya kepada para penyimpan dana. Pembubaran KSP biasanya diawali dengan adanya gugatan yang dilakukan oleh pihak penyimpan dana yang bunga atau simpanannya tidak dibayar oleh koperasi”.12
Pembubaran koperasi merupakan satu pranata hukum yang diatur dalam UU.
No. 17 Tahun 2012 dan diikuti likuidasi untuk membereskan hak dan kewajibannya
sebagai seebagai subjek hukum. Salah satu kewajiban koperasi adalah
mengembalikan pinjaman modal kepada pemilik dana simpanan baik yang bersumber
dari anggota maupun pihak lain. Modal pinjaman koperasi yang tidak mampu
dikembalikan debitur (koperasi) kepada pemilik dana simpanan maupun pihak ketiga
merupakan ciri-ciri dari kebangkrutan secara ekonomi, dan akan membawa
konsekuensi kebangkrutan secara hukum.
Pengurus dalam memberikan pinjaman harus melaksanakan prinsip
kehati-hatian bisnis (principle business frudence), karena setiap pengurus wajib
menjalankan tugas dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab untuk kepentingan
dan usaha koperasi13 jika prinsip kehati-hatian bisnis ini diabaikan maka kesulitan
ekonomi dan resiko kerugian keuangan akan menimpa KSP. Kesulitan keuangan
12Widiastuti,Tanggung Jawab Pengurus Koperasi Simpan Pinjam Berbadan Hukum Tehadap Penyimpan Dana,[ejournal.unisri.ac.id,Wacana Hukum, Vol VIII No.2 Okto 2009],hlm. 79diakses tanggal 17 Januari 2013
13
atau likuiditas (financial distress) adalah kesulitan keuangan atau likuiditas yang
mungkin awal kebangkrutan.Namun dari sisi manajemen resiko bisnis, kebangkrutan
perusahaan bukanlah sesuatu yang sulit terjadi terhadahap perusahaan melainkan hal
tersebut bisa terjadi terhadap perusahaan apapun,14 termasuk perusahaan koperasi.
Menurut Stuart Slatter mengemukakan sebelas sebab pokok kebangkrutan suatu
perusahaan yaitu ketidakcakapan manajemen, ketidakcukupan pengendalian,
intensitas persaingan, struktur biaya yang tinggi, perubahan pasar, pergerakan harga
komoditi, ketidakcukupan program pemasaran, proyek besar akuisisi, kebijaksanaan
keuangan dan pertumbuhan yang terlampau cepat.15
Koperasi yang tidak memiliki ketidakcakapan manajemen (mis manajemen)
dan ketidakcakapan pengendalian dalam mengelola koperasi serta koperasi yang
tidak mengadopsi tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance)
yang diterapkan pada BUMN dapat menimbulkan resiko dalam berbagai bentuk yang
akan mengancam kebangkrutan secara ekonomi maupun secara hukum, “karena
masa depan merupakan suatu yang sulit diprediksi.”16 Perusahaan yang mulai
membutuhkan dana dari luar, baik dalam bentuk utang maupun equity, menunjukkan
skala usaha yang semakin besar pula. Dalam kasus kredit di bank, pihak bank
menjadi pihak kreditor yang sangat berkepentingan dengan tingkat pengembalian
pinjaman yang diberikan.17 Sepuluh besar koperasi terbaik di Indonesia memiliki
14
M. Hadi Shubhan ,Hukum Kepailitan, Prinsip, Norma, dan Praktek di Peradilan, [Jakarta: Kencana Prenada,2009],hlm,57.
15
Ibid, hlm 55, dikutip dari Suwarsono Muhammad,Op. Cit, hlm 9.
16
H . Masyhudi Ali,Manajemen Resiko strategi Perbankan dan Dunia Usaha Menghadapi Tantangan Globalisasi Bisnis, [ Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006 ], hlm, xix
17
modal pinjaman lebih besar dari modal sendiri.18 Hal ini beresiko tinggi karena
“permodalan yang berasal dari modal sendiri (equity) dirumuskan sebagai modal
yang menanggung resiko”19 terhadap semua kewajiban koperasi. Kerugian utama
perusahaan yang mempunyai tingkat hutang yang lebih tinggi adalah peningkatan
resiko kesulitan keuangan, dan akhirnya likuidasi20 dan jika porsi hutang dalam
struktur modal meningkat, kemungkinan bangkrut juga meningkat.21
Koperasi yang bangkrut secara financial dapat dimohonkan pailit sebagai
alternatif jalan keluar dari kesulitan keuangan. Kesulitan keuangan bisa berupa
economi failure (kegagalan ekonomi) yaitu pendapatan perusahaan tidak dapat
menutup total biaya, busines failure yang menghentikan operasi dengan akibat
mengalami kerugian, technical insolvensi yaitu tidak memenuhi kewajiban yang
sudah jatuh tempo,insolvensi in bankrupcyyaitu jika nilai buku hutang melebihi nilai
pasar asset, dan legal bankrupcy yaitu bangkrut secara hukum yang telah diajukan
tuntutan resmi dengan undang undang.22
Koperasi diputus pailit oleh Pengadilan Niaga karena kebangkrutan yaitu
Koperasi Sumber Artha Mandiri dengan Putusan Nomor: 01/Pailit/2008/PN.Niaga
Smg yang dikabulkan permohonan pengurus karena dinilai tidak mampu membayar
utang terhadap kreditor/ penyimpan dana.23“Di kota Surakarta, pada tahun 2007 lebih
18
Koperasi di Indonesia menurut data Kementerian Koperasi dan UKM. [Dawnload – Data Koperasi secara nasional tahun 2010] diakses tang 11 Oktober 2012
19
Anjar Pachta W, Myra Rosana Bachtiar, Nadia Maulisa Benemay, Op.Cit, hlm, 86.
20
Khaira Amalia Fachrudin,Kesulitan Keuangan Perusahaan dan Personal , Sebab Akibat Prediksi Tata Kelola Peluang Surive antispasi Rekomendasi Dzikir [Medan: USU Press, 2008 ], hlm. 15.
21Ibid, hlm ,96.
22
Ibid, hlm, 2-3. Lihat Juga M. Hadi Shubhan,Op.Cit, hlm, 54-55. 23
dari 4 KSP diperkarakan oleh penyimpan dana di Pengadilan Negeri karena tidak
mampu mengembalikan dana milik penyimpan.”24
Selain kasus gugatan KSP tersebut dalam praktek ;
Seringkali Koperasi Simpan Pinjam melakukan penghimpunan dana dari masyarakat yang jelas-jelas bukan anggota koperasi dalam bentuk deposito berjangka dengan memberikan bunga kepada nasabahnya di atas bunga bank. Dengan menempatkan sejumlah uangnya pada koperasi, para calon nasabah diberikan harapan nantinya akan mendapatkan pengembalian yang tinggi, tanpa harus bekerja keras keuntungan pun bisa didapat. Tawaran semacam ini sangat menggiurkan, karena orang akan lebih cenderung bersikap pragmatis untuk mendapatkan sebuah keuntungan.25
Seperti kasus yang dilakukan oleh Koperasi Simpan Pinjam Manunggal
Utama Karya yang ada di Solo. Kasus tersebut berkedok penawaran deposito
berjangka.26
Disamping berpotensi sebagai lembaga intermediasi, KSP juga berpotensi
mempunyai resiko kebangkrutan ekonomi dan keuangan. Koperasi yang bangkrut
sehingga tidak mampu membayar utangnya yang jatuh tempo dapat dimohonkan
pailit. Berdasarkan Pasal 105 huruf a menteri dapat membubarkan koperasi apabila
koperasi dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap. Putusan pernyataan pailit terhadap debitor (KSP) membawa
dampak besar bagi para kreditor, debitor (KSP) pailit tersebut. Hal ini menjadi
persoalan bagaimana mereka (kreditor) mendapatkan hak-haknya atas debitor pailit27
jika debitornya koperasi yang kemudian dibubarkan karena utangnya lebih besar
daripada assetnya atau koperasi dalam keadaan insolvensi.
24
Widiastuti,Loc.Cit.
25
Kun Kurokawa, Skripsi, Kajian Yuridis Penyelenggaraan Kegiatan Koperasi Simpan Pinjam Yang Beprpotensi Tindak Pidana[http://juarakontes.blogspot.com.] diakes tanggal 22 Juli 2012
26
Ibid
Prinsip kepailitan koperasi juga pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan dari
gejala kebangkrutan koperasi tersebut. Koperasi yang diputus pailit oleh Pengadilan
Niaga adalah salah satu alasan pembubaran terhadap koperasi yang sedang
mengalami kebangkrutan disamping alasan pembubaran lainnya. Undang Undang
No. 17 Tahun 2012 tidak secara tegas menyebutkan apakah setiap koperasi yang
diputus pailit atau hanya koperasi yang insolvensi dalam hal harta pailit tidak cukup
untuk membayar biaya kepailitan (artinya nilai harta pailit lebih kecil dari pada biaya
untuk membereskannya).
Koperasi yang diputuskan bubar berdasarkan Pasal 102 UU No. 17 Tahun
2012 harus dilakukan lagi perbuatan hukum berdasarkan Pasal 106 sampai 111
mengenai penyelesaian28 hak dan kewajiban koperasi tersebut terhadap kepentingan
para anggota pemegang sertifikat modal koperasi (APSMK) maupun kepentingan
kreditor dan pihak ketiga. Likuidator dalam UU No. 17 Tahun 2012 disebut “Tim
Penyelesai” dan sesuai dengan namanya penyelesai (likuidator) akan mengurus
seluruh penyelesaian atas nama koperasi yang bersangkutan, sehingga tidak lagi
terdapat urusan yang masih menjadi tanggungan koperasi.29
Koperasi yang dibubarkan selanjutnya akan dilakukan tindakan hukum
likuidasi (koperasi dalam penyelesaian) untuk menyelesaikan hak dan kewajibannya
yang menyangkut kepentingan anggota, koperasi lain dan anggotanya dan pihak
ketiga atau kepentingan kreditor koperasi.
28
Mengatur tentang penyelesaian hak dan kewajiban koperasi yang dibubarkan berdasarkan pasal 102 UU No. 17 Tahun 2012.
Pembubaran koperasi sejatinya merupakan penghapusan entitas hukum
sebagai subjek hukum. Persoalan yang muncul dengan pembubaran koperasi adalah
bagaimana nasib aktiva dan pasiva koperasi tersebut.30 Disamping itu Koperasi
memiliki kekayaan tersendiri yang menjadi jaminan utang kepada kreditor termasuk
penyimpan dana dan para kreditor.
Secara teoritis kepailitan koperasi harus dibedakan dengan kebangkrutan,
pembubaran dan likuidasi koperasi. Pembubaran koperasi merupakan suatu langkah
hukum yang diambil terhadap koperasi atas alasan-alasan hukum tertentu seperti yang
yang diatur dalam Pasal 102 UU No. 17 Tahun 2012.31 Persoalan hukum akan
muncul apabila harta koperasi tersebut telah diputus pailit oleh Pengadilan Niaga dan
hartanya tidak cukup mengembalikan pinjamanan/ utangnya karena mengalami
kesulitan keuangan dan pada akhirnya koperasi tersebut dibubarkan. Untuk
melakukan pengurusan dan pemberesan harta badan hukum koperasi dalam likuidasi
dibentuk tim likuidator (tim penyelesai).
Berdasarkan uraian diatas maka tesis ini ditulis dengan judul Analisis Yuridis Tentang Pembubaran Dan Likuidasi (Penyelesaian) Atas Pailitnya Koperasi.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka dapat
dirumuskan beberapa masalah yang menjadi dasar didalam pembahasan tesis ini,
adalah sebagai berikut :
30Ibid,Bandingkan dengan nasib aktiva dan passiva perseroan.
31Pembubaran koperasi dapat dilakukan berdasarkan keputusan rapat anggota, jangka waktu
1. Bagaimana akibat hukum pembubaran koperasi yang diputus pailit oleh
Pengadilan Niaga?
2. Bagaimana menurut hukum pembagian harta koperasi dalam likuidasi?
C. Tujuan Penelitian
Adapun yang tujuan dari penelitian tesis ini berdasarkan permasalahan yang
dikemukakan diatas adalah :
1. Untuk mengetahui akibat hukum pembubaran koperasi yang diputus pailit
oleh Pengadilan Niaga.
2. Untuk mengetahui bagaimakah menurut hukum pembagian harta koperasi
dalam likuidasi.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilakukan dalam tesis ini selain memiliki manfaat teoritis juga
memiliki manfaat praktis sesuai dengan tujuan penelitian ini. Manfaat penelitian ini :
1. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam
perkembangan ilmu hukum khususnya hukum koperasi tentang akibat hukum
pembubaran koperasi serta pembagian harta koperasi dalam likuidasi.
2. Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada penegak hukum
dan pembuat peraturan perundang undangan dan memberikan masukan bagi
penyempurnaan pranata hukum koperasi khususnya tentang pembubaran
E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan informasi yang didapat tanggal 25 Juli 2012 dari penelusuran
kepustakaan di lingkungan Universitas Sumatera Utara ternyata penelitian tentang “
Analisis Yuridis Tentang Pembubaran Dan Likuidasi (Penyelesaian) Atas Pailitnya
Koperasi tidak ada ditemukan judul yang sama maka penelitian ini adalah asli dan
dapat dipertanggungjawabkan keasliannya.
F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori
Suatu teori merupakan seperangkat konstruk (konsep), batasan , dan proposisi
yang menyajikan suatu pandangan sistematis tentang fenomena dengan merinci
hubungan-hubungan variabel dengan tujuan menjelaskan dan memprediksi gejala
itu.32Tujuan utama teori adalah menjelaskan atau memperkirakan agar masalah yang
dikaji mudah dipahami. Umumnya kekuatan suatu teori terletak pada kemampuannya
untuk membawa banyak pemikiran dan informasi mengenai suatu problem khusus
atau seperangkat problem dan dengan demikian melampaui pemikiran yang tidak
sistematis didalam detail dan ketepatan untuk pembentukan dan manipulasi konsep
berikutnya.33 Teori hukum adalah pengertian hukum, bukan istilah istilah hukum,
karena pengertian hukum itu sama, sedangkan untuk menyebut pengertian hukum
yang sama bisa digunakan istilah yang berlainan34 dengan kata lain “teori hukum”35
pada hakikatnya suatu keseluruhan pernyataan yang saling berkaitan berkenaan
32
Khudzaifah Dimiyati,Teorisasi Hukum Studi Tentang Perkembangan Pemikiran Hukum di Indonesia 1945-1990[ Yogyakarta: Gajah Mada University,1990], hlm,14. Dikutip dari bukunya Fred N Kerlinger,The Foundation of Behavioral Research, Third Edition, 1986,by Holt, Reinhart and Winston Inc, diterjemahkan oleh Landung R Simatupang,.
33
Hotman M. Siahaan, Pengantar Kearah Sejarah dan Teori Sosiologi, [Jakarta : Erlangga,1986] , hlm,3.
34Ahmad Rustandi,Resfonsi Filsafat Hukum[ Bandung: Armiko,1984], hlm, 20. 35
Khudzaifah Dimiyati, Op. Cit, hlm 42 dikutip dari J.J. H. Bruggink, Refleksi tentang Hukum ,
dengan sistem konseptual aturan-aturan dan putusan-putusan hukum dan sistem
tersebut untuk sebagian yang penting dipositifkan. Dalam persepsi Karl Raimund
Popper 36 suatu teori harus bersifat praktis dan berguna dalam pemecahan masalah.
Hukum akan terbentuk, apabila suatu teori telah diuji dan telah diterima oleh
kalangan ilmuan, sebagai suatu yang benar dalam keadaan-keadaan tertentu.37
Dengan teori hukum tidak akan berhenti pada rumusan teks-teks hukum. Ia akan
bergerak lebih jauh pada konteks dibalik teks tersebut38 sehingga teori hukum itu
berusaha untuk menjelaskan mengapa teks atau pasal pasal hukum saling
berhubungan, apa maksud, tujuan dan untuk kepentingan siapa pasal tersebut dibuat.
Pada pendekatan analitis, berbagai peraturan perundang-undangan koperasi
dianalisa (diuraikan) sebagai peraturan pelaksana struktur koperasi yang khas,
masalah yang aktual dan kemudian ketentuan-ketentuan apa yang ditawarkan oleh
pembentuk undang-undang untuk memecahkan masalah ini.39
Tesis ini menganalisis secara hukum tentang akibat hukum pembubaran dan
likuidasi atas koperasi dengan menggunakan:
1. Teori tentang pribadi hukum (“The juristic person”).40
2. Teori kewajiban dan hak kolektif.41
3. Teori tanggungjawab.42
36Ibid, hlm, 44. Dikutip buku Lili Rasjidi, Op. Cit, hlm, 29.
37Soerjono Soekamto, Pengantar Penelitian Hukum[Jakarta: UI Press, 2010] , hlm, 127.
38
Bernard L.Tanya , dkkTeori Hukum Stategi Manusia Lintas Ruang dan Generasi [ Genta Publishing, 2010], hlm, 8.
39
Hans.H. Munkner, Hukum Koperasi, (Alih bahasa Abdulkadir Muhammad ), [Bandung: Alumni, 1987 ], hlm, 3.
40
Jimly Asshiddiqie, M.Ali Safa’at,Teori Hans Kelsen Tentang Hukum,[ Jakarta: Konstitusi Press, 2012] , hlm, 76.
41
Ibid, hlm 80. 42
4. Teori perjanjian (agreement theory) atau teori persetujuan (approval
theory).”43
Bahwa setiap legal person pada dasarnya “juristic person” 44 yang
mempunyai kewajiban dan hak serta tanggungjawab hukum (liablity). Kasus tipikal
dari juristic person (dalam arti sempit) adalah suatu korporasi (corporation).45
Untuk mencari landasan teoritis dari badan hukum dalam memahami badan
hukum sebagai pribadi hukum (“The juristic person”) kita dapat melihat badan
hukum (rechtperson) bertindak sebagai subjek hukum seperti halnya manusia
(natural person). Terdapat beberapa teori mengenai badan hukum antara lain:
1. Teori Fiksi yang dikemukakan oleh Friedrich Carl von Savigny dan Opzomer.
Bahwa adanya badan hukum merupakan suatu abstraksi, bukan merupakan
suatu hal yang konkrit.46
2. Teori Organ yang (leer der volledige reliteit ajaran realitas sempurna)
dikemukakan oleh Otto von Gierke. Badan hukum seperti halnya manusia
memiliki alat kelengkapan. Maka suatu badan hukum harus memiliki
organ-organ penunjangnya sendiri.47
3. Teori kekayaan bersama berasal dari Rudolf von Jhering.Menurut teori ini
badan hukum sebenarnya adalah kumpulan manusia yang memiliki
kepentingan bersama.48
43
Tri Budiyono,Hukum Perusahaan : Telaah Yuridis terhadap Undang Undang No.40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas,[Salatia: Griya Media, 2011], hlm,235.
44
Jimly Asshiddiqie, M.Ali Safa’atoc.Cit, dikutip dari Kelsen ,Pure Theory, hlm, 174 -176. 45
Ibid, hal 77. Lihat Kelsen, Introduction, hlm, 96.
46
Chidir Ali,Badan Hukum, [Bandung: Alumni, 1987], hlm, 31-32
4. Teori Kekayaan bertujuan (collectiviteit theori) yang dikemukakan oleh A.
Brinz. Dikatakan bahwa kekayaan badan hukum itu tidak terdiri dari hak-hak
sebagaimana lazimnya. Kekayaan dipandang sebagai wewenang terlepas dari
yang memegangnya. Yang penting bukan siapakah badan hukum itu, tetapi
kekayaan itu diurus dengan tujuan tertentu.49
5. Teori kanyataan yuridis (Juridische realiteit). Teori dikekmukakan oleh
E.M.Meijers dan dianut oleh Paul Scholtel. Badan hukum itu merupakan
suatu realitas, konkrit, riil walaupun tidak dapat diraba, bukan hayal tetapi
suatu kenyataan yuridis.50
Berdasarkan doktrin mengenai badan hukum, bahwa sesuatu lembaga atau
badan disebut sebagai badan hukum, apabila memiliki unsur-unsur antara lain:51
a. Adanya harta kekayaan yang terpisah.
b. Mempunyai tujuan tertentu.
c. Mempunyai kepentingan sendiri.
d. Adanya organisasi yang teratur.
Menurut Pasal 1653 selain perseroan perrdata sejati,
perhimpunan-perhimpunan orang orang sebagai badan hukum diakui undang-undang. Perkumpulan
yang dimaksud pasal 1653 tersebut diatas adalah apa yang kita kenal sebagai badan
hukum 52 atau juristic person dan yang dapat dikategorikan sebagai subjek hukum
yaitu:53
1. Badan hukum yang didirikan oleh pemerintah
49Ibid, hlm 34-35 50Ibid, hlm 35 51
Ali Rido, Badan Hukum dan kedudukan Badan Hukum Perseroan, Perkumpulan, Koperasi, Yayasan, Wakaf [Bandung: Alumni, 1986].hlm.50
2. Badan hukum yang diakui keberadaanya
3. Badan hukum yang diperbolehkan atau diijinkan keberadaanya; dan
4. Badan hukum yang didirikan dengan maksud tertentu oleh siapa saja.
Pendapat lain yang mengatakan “alasan utama korporasi diakui sebagai legal
personadalah karena fakta bahwa pertanggungjawaban delik perdata yang dilakukan
oleh korporasi pada prinsipnya terbatas pada kekayaan korporasi itu sendiri”.54
Pendapat ini hampir sama dengan teori propriete collective yang mengatakan hak
dan kewajiban badan hukum itu pada hakekatnya adalah hak dan kewajiban anggota
bersama sama yang merupakan korporasi, badan hukum yang mempunyai anggota.55
“Perkumpulan koperasi diartikan perkumpulan perkumpulan orang orang, dimana anggota anggota dileluasakan masuk atau keluar, dan bertujuan untuk memperbaiki kepentingan kebendaan (materiil) para anggota dengan jalan bersama-sama menyelenggarakan usaha mendapat bahan bahan untuk keperluan hidup atau keperluan perusahaan bersama, maupun mengusahakan uang panjar atau kredit.”56
“Bahwa korporasi sebagai juristic person memiliki hak relatif atau absolut
berarti bahwa individu tertentu atau sejumlah individu tertentu diwajibkan oleh
hukum negara atas suatu perbuatan tertentu terhadap korporasi dan jika kewajiban
tidak dipenuhi, suatu sanksi akan dieksekusikan berdasarkan tuntutan yang dibawa
oleh korporasi.”57 “Hak tidak dilaksanakan oleh individu berdasarkan keinginan
mereka, tetapi berdasarkan ketentuan korporasi. Mereka memiliki hak tetapi dalam
arti hak kolektif”.58
54Ibid
55Ali Rido, Hukum Dagang Tentang Aspek-aspek Hukum Dalam Asuransi Udara dan
Perkembangan Perseroan Terbatas[ Bandung: Remadja Karya, 1984 ], hlm. 34.
56
Sularso, E.D. Manik,Peraturan dan Perundang Undangan Koperasi Indonesia,[ Jakarta: Dwi Segera, 1981] hlm, 9.
Menurut Bentens, “teori hak merupakan suatu aspek dari deontologi (teori
kewajiban) karena hak tidak dapat dipisahkan dari kewajiban. Bila suatu hak bagi
seseorang, maka sebenarnya tindakan yang sama merupakan kewajiban bagi orang
lain.”59
“Kewajibannya adalah pada individu tertentu. Tetapi pada saat individu ini ditentukan oleh aturan parsial yang membentuk korporasi, dan sejak individu
ini harus melaksanakan kewajiban sebagai organ korporasi maka
dimungkinkan mengimputasi kewajiannya pada korporasi dan menyebutnya sebagai kewajiban korporasi. Fakta bahwa korporasi memiliki kewajiban memperhatikan perbuatan tertentu juga bahwa berarti jika kewajiban tidak dipenuhi, suatu sanksi dapat dikenakan terhadap kekayaan korporasi”60
Satu perjanjian yang dibuat para pihak menimbulkan hak dan kewajiban serta
mengikat bagi mereka yang membuatnya. “Hak kontraktual (contractual right),
mengikat individu-individu yang membuat kesepakatan/ kontrak bersama dalam
wujud hak dan kewajiban masing-masing kontrak.” Pandangan tentang perusahaan
sebagai nexus of contract dikemukakan oleh Armen Alchian dan Harold Demsetz.61
“Pada dasarnya teori kontrak menyatakan bahwa perusahaan merupakan rangkaian
kontrak diantara paktor produksi. Meskipun setiap individu memiliki kepentingan
pribadi, sebagai tim mereka juga solit sebagai kesatua yang mengalami kompetisi
dengan tim lain.”62
Koperasi sebagai Pribadi Hukum (“The Juristic Person”) yang mempunyai
hak dan kewajiban diperlukan suatu “peristiwa” yang oleh hukum dihubungkan
sebagai suatu akibat. Jadi hak pada pihak yang satu berakibat timbulnya kewajiban
pada pihak yang lain. Koperasi sebagai legal person mempunyai hak dan kewajiban
59Teori Etika,[Staaf.uny.ac.id/sites], diaksek tanggal 15 Oktober 2012 60
Jimly Asshiddiqie, M.Ali Safa’at Op.Cit. hlm. 81. Dikutip dari kelsen, General Teori,
Op.cit,hlm 101-102.
serta tanggungjawab yang telah diatur oleh hukum. “Hak dan kewajiban ini
merupakan kewenangan yang diberikan kepada seseorang oleh hukum.”63 Hak itu
tertuju kepada orang lain, yaitu yang menjadi pemegang kewajiban. Antara hak dan
kewajiban terdapat hubungan yang korelatif.64 Kewajiban publik adalah yang
berkorelasi dengan hak-hak publik seperti kewajiban memenuhi hukum pidana.
Kewajiban perdata adalah korelatif dari hak-hak perdata, seperti kewajiban yang
timbul dari perjanjian.65
Tanggung jawab (liability) merupakan istilah hukum yang luas yang
menunjuk hampir semua karakter risiko atau tanggung jawab yang pasti, yang
bergantung atau yang mungkin meliputi semua karakter hak dan kewajiban secara
aktual atau potensial seperti kerugian, ancaman, kejahatan, biaya atau kondisi yang
menciptakan tugas untuk melaksanakan undang-undang.66 “Prinsip tanggungjawab
berarti bahwa orang-orang yang memutuskan untuk bergabung dengan maksud untuk
saling tolong-menolong pada waktu yang sama juga sepakat untuk menerima
tanggungjawab, resiko, kerugian-kerugian dan kewajiban-kewajiban yang timbul dari
usaha itu”.67
“Suatu konsep yang terkait dengan konsep kewajiban hukum adalah konsep tanggungjawab hukum (liability). Seseorang yang bertanggungjawab secara hukum atas perbuatan tertentu bahwa dia dapat dikenakan suatu sanksi dalam kasus perbuatannya bertentangan/berlawanan hukum. Sanksi dikenakandeliquet, karena perbuatannya sendiri yang membuat orang tersebut bertanggungjawab.”68
63
Sudikno Mertokusumo,Mengenal Hukum Suatu Pengantar,[Yogyakarta: Liberty, Cet ke 2, 2005], hlm,42.
64Satjipto Raharjo,Ilmu Hukum,[Bandung: PT Citra Aditya Bakti, cet keV, 2000], hlm,55. 65
Jimly Asshiddiqie, Ali Safa’at,Op.Cit,hlm, 60.
66
Sonny Tabelo Manyawa,Teori Pertanggunggjawaban[http://sonny-tobelo.blogspot.com/ ] diakses tanggal 5 Januai 2013, dikutip, Shidarta,Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, Edisi Revisi, [Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia 2006], hlm. 73-79
67
Hans Munkner, Op.Cit.hlm, 8
68Jimly Asshiddiqie, Ali Safa’at,Op.Cit hlm 65,dikutip dari Kelsen General Teori, hlm 65,
Mengenai persoalan pertanggungjawaban pejabat menurut Kranenburg dan Vegtig ada dua teori yang melandasinya yaitu:69
a. Teori fautes personalles, yaitu teori yang menyatakan bahwa kerugian terhadap pihak ketiga dibebankan kepada pejabat yang karena tindakannya itu telah menimbulkan kerugian. Dalam teori ini beban tanggung jawab ditujukan pada manusia selaku pribadi.
b. Teori fautes de services, yaitu teori yang menyatakan bahwa kerugian terhadap pihak ketiga dibebankan pada instansi dari pejabat yang bersangkutan. Menurut teori ini tanggung jawab dibebankan kepada jabatan. Dalam penerapannya, kerugian yang timbul itu disesuaikan pula apakah kesalahan yang dilakukan itu merupakan kesalahan berat atau kesalahan ringan, dimana berat dan ringannya suatu kesalahan berimplikasi pada tanggung jawab yang harus ditanggung.
Secara teori tradisional terdapat dua macam pertanggungjawaban yang
dibedakan yaitu pertanggungjawaban berdasarkan kesalahan (base on fault) dan
pertanggungjawaban mutlak (absolut responsibility).70
Koperasi yang berbadan hukum merupakan subjek hukum cakap untuk
mempunyai kekayaan tersendiri yang terpisah dari kekayaan orang perseorangan,
sehingga baik pendiri maupun pengurus badan hukum tersebut statusnya hanya
merupakan salah satu organ dari badan hukum tersebut.71 Calvert memberi defenisi
koperasi sebagai organisasi orang orang yang hasratnya dilakukan oleh manusia atas
dasar kesamaan untuk mencapai tujuan ekonomi masing masing,72 dan menurut M.
Iskandar Soesilo koperasi adalah perusahaan, dimana orang-orang berkumpul tidak
untuk menyatukan modal atau uang, melainkan sebagai akibat adanya kesamaan
kebutuhan dan kepentingan ekonomi,73 dengan demikian koperasi bersifat suatu
kerjasama antara orang orang yang tergolong kurang mampu dalam hal kekayaan
69Sonny Tabelo Manyawa, Op.Cit dikutip dari Ridwan H.R.,Hukum Administrasi
Negara,[Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006], hlm. 365.
70Jimly Asshiddiqie, Ali Safa’at,Loc.Cit, dikutip, KelsenPure Theory,Op.Cit, hlm 119-123. 71
Ibid
72M. Iskandar Soesilo, Dinamika Gerakan Koperasi Indonesia Corak Perjuangan ekonomi Rakyat dalam Mnggapai Sejahtera Bersama, [Jakarta : PT. Wahana Semesta Intermedia, 2008], hlm,3.
(“kleine luiden”) yang ingin bersama meringankan beban hidup atau beban kerja 74.
Senada dengan pendapat ini koperasi selain bentuk perkumpulan juga merupakan
bentuk perusahaan (bedriijf ).75 Koperasi sebagai badan hukum secara tegas
disebutkan dalam Stb. 91 Tahun 1927, Stb. 108 Tahun 1933, Stb. 179 Tahun 1949,
UU No. 79 Tahun 195876, UU No. 12 Tahun 196777, UU No. 25 Tahun 199278dan
Pasal 1 angka 1 UU No. 17 Tahun 2012 Koperasi adalah badan hukum yang didirikan
oleh orang perorangan atau badan hukum koperasi dengan pemisahan kekayaan para
anggotanya sebagai modal untuk menjalankan usahanya, yang memenuhi aspirasi dan
kebutuhan bersama dibidang ekonomi, sosial dengan nilai dan prinsip koperasi.
Timbulnya suatu kewajiban koperasi sebagai pribadi hukum (juristic person)
oleh karena diperoleh suatu hak yang membebani syarat untuk memenuhi kewajiban
atau berdasarkan suatu perjanjian yang telah disepakati atau adanya kesalahan
maupun kelalaian yang menimbulkan kerugian bagi orang lain sehingga koperasi
wajib membayar ganti rugi, atau karena telah menikmati hak tertentu yang harus
diimbangi dengan kewajiban tertentu. Dalam pengertiannya sebagai penyandang hak
dan kewajiban, badan hukum dapat digugat ataupun menggugat di pengadilan, jadi
keberadaannya dan ketidakberadaannya tidak digantungkan kepada kehendak pendiri
atau anggotanya melainkan pada sesuatu yang ditentukan oleh hukum.79
74Wiriyono Projodikoro,Hukum Perkumpulan Perseroan dan Koperasi di Indonesia[Jakarta:
Dian Rakyat, 1969], hlm, 98.
75Sigmun M.D,Koperasi Indonesia [ Jakarta: PT Inti Jndayu Press, 1988], hlm 7.
76Pasal 2 ayat 2 UU No. 79 tahun 1958, badan hukum ialah badan badan koperasi yang telah
memperoleh sifat koperasi menurut undang undang ini.
77 Pasal 39 UU No. 12 tahun 1967, Koperasi yang akta pendiriannya disahkan menurut
ketentuan undang undang ini adalah badan hukum.
78
Pasal 9 UU No. 25 tahun 1992, Koperasi memperoleh satus badan hukum setelah akta pendiriannya disahkan oleh Pemerintah.
Hapusnya suatu kewajiban koperasi sebagai pribadi hukum (juristic person)
karena koperasi dibubarkan, masa berlakunya telah habis dan tidak diperpanjang,
kewajiban telah dipenuhi oleh yang bersangkutan, hak yang melahirkan kewajiban
telah dihapus, ketentuan undang-undang, kewajiban telah beralih atau dialihkan
kepada orang lain.
Koperasi sebagai “badan hukum ada karena dibuat berdasarkan teori
perjanjian (agreement theory) maupun berdasarkan teori persetujuan (approval
theory).”80 Perkumpulan dalam arti luas ada beberapa sarjana berpendapat bahwa
sifat perkumpulan adalah perjanjian seperti yang diatur dalam Pasal 1313 KUH
perdata.81 Dengan demikian koperasi sebagai badan hukum (legal person) yang
didirikan berdasarkan dengan satu perjanjian antara anggota pendiri yang dituangkan
dalam akta pendirian koperasi dan dibuat dengan akta notaris dimana akta
pendiriannya disahkan menteri supaya memperoleh status badan hukum. Koperasi
berbadan hukum adalah subjek hukum sebagai pendukung hak dan kewajiban dalam
hubungan hukum. Koperasi sebagai subjek hukum dapat memiliki harta kekayaan
yang berasal dari anggotanya dan harta yang bersumber dari pinjaman82 dan khusus
KSP dapat menghimpun dana dari anggota.83 Koperasi yang tidak dapat
mengembalikan modal pinjaman tersebut sesuai dengan yang diperjanjian baik
seluruhnya atau sebagaian karena suatu alasan tertentu, maka koperasi wanprestasi
sehingga koperasi akan diminta pertanggungjawabannya secara hukum untuk
80Tri Budiyono, Tri, Hukum Perusahaan : Telaah Yuridis terhadap Undang Undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Loc. Cit.
81
Chidir Ali,Op.Cit, hlm 132
82
Pasal 66 ayat 2 Huruf c UU No. 17 Tahun 2012 mengenai sumber modal pinjaman.
83Pasal 89 huruf a UU No. 17 Tahun 2012. Dana yang dihimpun ini adalah merupakan
membayar hutangnya. “Dengan demikian harta kekayaan menjadi objek tuntutan dari
pihak ketiga yang mengadakan hubungan hukum dengan badan”84hukum koprasi.
Koperasi sebagai debitur, mengabaikan atau mengalpakan kewajiban dan
karena itu melakukan cacat prestasi maka kreditornya dapat menuntut pemenuhan
prestasi dan ganti rugi.85 Ketentuan mengenai ganti rugi dalam KUH Perdata diatur
dalam Pasal 1243 KUHPerdata sampai dengan Pasal 1252 KUH Perdata. Dari
ketentuan pasal-pasal tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan
ganti rugi adalah sanksi yang dapat dibebankan kepada debitor yang tidak memenuhi
prestasi dalam suatu perikatan untuk memberikan penggantian biaya, rugi dan
bunga.86
Koperasi yang wanprestasi87 atau tidak dapat melaksanakan prestasi
(membayar utangnya) kepada krediturnya dapat digugat di pengadilan88 dan apabila
krediturnya lebih dari satu orang dapat dimohonkan pailit melalui Pengadilan Niaga.
Koperasi yang diputus pailit dan apabila harta koperasi tidak cukup untuk membayar
biaya pailit, curator dapat mengusulkan kepailitan tersebut dicabut kembali,89 dan
84 Ali Ridho, Badan Hukum dan kedudukan Badan Hukum Perseroan, Perkumpulan,
Koperasi, Yayasan, Wakaf ,Op. Cit, hlm ,50
85
Sunarmi,Prinsip Keseimbangan Dalam Hukum Kepailitan di Indonesia A Critical Review on Bankkrupty Law: ards The Bankrupty Laws That Protect Creditor And Debitor Interest, [ Medan: PT Sofmedia, Edisi2,2010],hlm,12
86 Hubungan-sebab-akibat-dan-sifat-melawan, [http://mamluatulrohmah.blogspot.]diakses
Tanggal 12 September 2012.
87 Bentuk dari wansprestasi bisa berupa empat kategori, yakni :Tidak melakukan apa yang
disanggupi akan dilakukannya, Melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana yang dijanjikan, Melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat, Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya.
88Dapat digugat di Pengadilan untuk 1).Membayar kerugian yang diderita oleh kreditur (ganti
rugi). Ganti rugi seperti biaya, rugi dan bunga. 2).Pembatalan perjanjian atau pemecahan Perjanjian..3). Peralihan resiko
kepailitan juga dapat di cabut atas anjuran hakim pengawas90maka koperasi tersebut
wajib dibubarkan.
Tuntutan terhadap kewajiban koperasi sebagai debitur untuk melaksanakan
prestasinya maka koperasi bertanggungjawab dengan seluruh harta kekayaannya baik
yang bergerak maupun yang tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang akan
baru ada di kemudian hari menjadi jaminan untuk segala perikatan debitor (pasal
1131, 1133 KUH Perdata).91 Pasal 1132 KUH Perdata menyebutkan harta kekayaan
debitor menjadi agunan bersama bagi semua keditornya hasil penjualan harta
kekayaan itu dibagi bagi menurut keseimbangan, yaitu menurut perbandingan besar
kecilnya tagihan masing masing kreditor, kecuali apabila ada diantara para kreditor
itu terdapat alasan yang sah untuk didahulukan daripada kredior lain.
“Dikenal adagium yang disebut “missio in bona.” Arti dari adagium itu adalah bahwa harta kekayaan debitor dapat dijual untuk melunasi utang kepada kreditornya (venditio bonorum). Pembelinya (bonorum emptor) adalah seseorang yang memperoleh hak atas harta kekayaan debitor berdasarkan asas umum yang berkaitan dengan pelunasan utang terhadap kekayaan debitor tersebut. Dari hasil penjualan harta kekayaan tersebut debitor akan melunasi utang – utangnya itu secara proporsional sesuai dengan besarnya tagihan masing – masing kreditor.”92
Pasal 1131 dan 1132 merupakan asas-asas tentang hak-hak si kreditor yaitu:93
1. Apabila debitur tidak membayar utangnya dengan sukarela atau tidak membayarnya, walaupun telah ada putusan pengadilan yang menghukumnya supaya melunasi hutangnya atau karena tidak mampu membayar seluruh utangya maka semua harta bendanya disita untuk dijual dan hasil penjualan itu dibagi bagi antara semua kreditornya “ponds-ponds gewijze” artinya menurut perimbangan, yaitu menurut besar kecilnya piutang masing masing kreditor
90
Ibid,Lihat Pasal 18 UU NO 37 Tahun 2004
91Ibid
92
Irwan,Pembatalan Pailit, [Lontar.ui.ac.id] hlm 2 diakses tanggal 25 Nopember 2012. 93
kecuali apabila diantara para kreditor itu ada alasan yang sah untuk didahulukan.
2. Semua kreditor mempunyai hak yang sama
3. Tidak ada nomor urut dari kreditor yang didasarkan atas timbulnya piutang masing masing
Koperasi yang memiliki lebih dari satu orang kreditor dapat dimohonkan
pailit melalui lembaga hukum kepailitan. Lembaga hukum kepailitan disediakan
untuk menyelesaikan utang piutang diantara debitor dan kreditor. Koperasi yang
sudah diputus pailit oleh Pengadilan Niaga dan kepailitannya diangkat karena
berhenti membayar (insolvensi) dapat dibubarkan melalui lembaga hukum
“Pembubaran dan Likuidasi/penyelesaian.” Lembaga hukum pembubaran dan
likuidasi ini disediakan untuk menyelesaikan hak dan kewajiban koperasi kepada para
kreditornya dan juga untuk mengakhiri status badan hukum koperasi. Jadi ada dua
tujuan instrument pembubaran dan likuidasi yaitu untuk membagikan harta kekayaan
koperasi secara adil dan berimbang kepada seluruh kreditornya dan mengakhiri status
badan hukum koperasi.
Menurut Sutan Remy Syahdeini tujuan kepailitan (bankruptcy law) adalah:94
1. Menjamin pembagian yang sama terhadap harta kekayaan debitur diantara para kreditornya.
2. Mencegah agar debitur tidak melakukan perbuatan perbuatan yang dapat merugikan kepentingan para kreditor.
3. Memberikan Perlindungan kepada debitor yang beritikat baik dari para kreditornya, dengan cara pembebasan hutang.
Likuidasi dan kepailitan tujuannya sama yaitu untuk membereskan kewajiban
debitor kepada kreditor dengan membagikan harta likuidasi atau harta pailit kepada
debitor, melindungi kepentingan kreditor, melindungi debitor yang beritikat baik.
Perbedaannya bahwa kepailitan adalah sita umum atas harta pailit debitor sedangkan
likuidasi bukan sita umum atas harta likuidasi.
Pada umumnya undang-undang kepailitan atau bankrupty law berkaitan
dengan “utang” debitor (debt) atau “piutang” atau “tagihan” kreditor (claim).95 Dari
keseluruhan sumber dana KSP adalah simpanan dan utang koperasi. Menurut Pasal 1
angka 14 UU No 17 Tahun 2012 “Simpanan adalah sejumlah uang yang disimpan
oleh anggota kepada koperasi simpan pinjam, dengan memperoleh jasa dari Koperasi
Simpan Pinjam sesuai perjanjian,” dan berdasarkan PP 9 Tahun 1995 simpanan
adalah dana yang dipercayakan oleh anggota, calon anggota, koperasi lain dan atau
anggotanya kepada KSP/USP dalam bentuk tabungan dan simpanan koperasi
berjangka. Pengertian simpanan sebagaimana dinyatakan dalam PP tersebut simpanan
merupakan utang KSP/USP, sementara itu terdapat jenis simpanan lain dari anggota
yang merupakan kekayaan bersih bagi KSP/USP, yaitu simpanan pokok dan
simpanan wajib (bagi KSP). Dalam UU No. 17 Tahun 2012 modal koperasi terdiri
dari modal awal (bersumber dari setoran pokok dan sertifikat modal koperasi), modal
yang bersumber dari hibah, modal penyertaan dan modal yang bersumber dari
pijaman. Modal pinjaman merupakan utang koperasi.
Utang bisa dalam arti luas dan dalam arti sempit.
Menurut Setiawan: utang seogianya diberi dalam arti luas; arti kewajiban membayar sejumlah uang tertentu yang timbul karena ada perjanjian utang-piutang (dimana debitor telah menerima sejumlah uang tertentu dari kreditornya), maupun kewajiban pembayaran sejumlah uang tertentu yang timbul dari perjanjian atau kontrak lain yang menyebabkan debitor harus membayar sejumlah uang tertentu.96
95 Ibid,hlm, 71.