• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Analisis Yuridis Tentang Pembubaran Dan Likuidasi (Penyelesaian) Atas Pailitnya Koperasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Analisis Yuridis Tentang Pembubaran Dan Likuidasi (Penyelesaian) Atas Pailitnya Koperasi"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu masalah hukum adalah pembubaran badan hukum (recht person)

sebagai subjek hukum pendukung hak dan kewajiban. Pembubaran badan hukum

berkaitan erat dengan penyelesaian hak dan kewajiban subjek hukum tersebut.

Undang Undang No.17 Tahun 2012 menyebutkan bahwa koperasi adalah badan

hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum koperasi, dengan

pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk menjalankan usaha, yang

memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang ekonomi, sosial, dan budaya

sesuai dengan nilai dan prinsip koperasi.1 Pengaturan koperasi sebagai lembaga

hukum di Indonesia pertama kali sejak keluarnya Stb. No. 431 Tahun 1915.2

Koperasi memiliki karakteristik yang membedakannya dengan badan usaha yang

lain,3 dan mempunyai dua sisi yaitu lembaga ekonomi yang menerapkan asas

ekonomi yaitu dalam memenuhi kebutuhan ekonomi dengan menerapkan

prinsip-prinsip ekonomi dalam berusaha dan sebagai lembaga hukum yaitu menerapkan

semua prinsip-prinsip hukum dalam usaha yang berbadan hukum.4

1Pasal 1 angka 1 UU No.17 Tahun 2012

2LihatVerordening op de cooperatieve Vereenigingen [ Koninklijke Besluit 7 April 1915 , Indish Staatsblat No 431] yaitu untuk untuk mendirikan koperasi harus mendapat ijin dari Gubernur Jenderal, harus dibuat dengan akta notaris dalam bahasa Belanda, membayar bea meterai sebesar 50 gulden, harus diumumkan di Javache Courant

3 Hans Munkner, Co-Operative Principles & Co-Operative Law Membangun UU Koperasi Berdasarkan Prinsip-Prinsip Koperasi, [ Jakarta: Reka Desa, 2011],hlm,82 bahwa koperasi memiliki idenditas ganda (the dual identity of the member) yaitu anggota sebagai pemilik (owner) dan sekaligus sebagai pengguna jasa koperasi (user own oriented firm)

4 Anjar Pachta W, Myra Rosana Bachtiar, Nadia Maulisa Benemay,

(2)

Ropke menjelaskan “koperasi suatu organisasi bisnis yang para

pemilik/anggotanya adalah juga pelanggan utama perusahaan tersebut.”5 Koperasi

sebagai bisnis juga memerlukan modal jika mau berusaha dan berhasil, berkembang,

berdaya hasil, dan bersaing dengan perusahaan-perusahaan asing.6 Aturan mengenai

permodalan ini tidak diatur secara detail seperti halnya pengaturan modal dalam

sebuah Perseroan Terbatas (PT); namun secara prinsip sangat jelas asal usul

pengumpulan modal dalam sebuah koperasi seperti ditentukan UU Perkoperasian.7

Sumber utama modal koperasi terdiri setoran pokok dan sertifikat modal koperasi

sebagai modal awal.8

Jika kontribusi modal awal tidak mencukupi untuk memenuhi

kebutuhan-kebutuhannya, maka koperasi dapat meminjam9 uang dari anggota dalam bentuk

simpanan deposito (saving deposits) atau dari sumber lain seperti koperasi sekunder

(pinjaman silang dilingkungan koperasi kredit ), bank atau investor lain.10

Jika suatu koperasi menerima tabungan dari para anggotanya (marketing) dan

jiga menyediakan pinjaman kepada anggotanya (purcahsing) koperasi ini disebut

Koperasi Simpan Pinjam (KSP).11 Secara umum ruang lingkup kegiatan usaha KSP

adalah penghimpunan dan penyaluran dana yang berbentuk penyaluran pinjaman

terutama dari dan untuk anggota. Pada perkembanganya memang KSP melayani tidak

5Dikutip dari : Hendar,Manajemen Koperasai Pokok-pokok Pikiran Mengenai Manajemen dan Kewirausahaan Koperasi,[Jakarta: Erlangga, 2010],hlm,19]

6Hans Munkner

Op.Cit,hlm 125 7Ibid, hlm 86

8Pasal 66 ayat 1 UU No. 17 Tahun 2012 .

9 Pasal 66 ayat 2 huruf (c) UU No. 17 Tahun 2012 .Modal pinjaman yang berasal dari: 1).Anggota 2).Koperasi lainnya dan/atau anggotanya 3). bank dan lembaga keuangan lainnya, 4). penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya; dan/atau 5)Pemerintah dan Pemerintah Daerah.

(3)

saja anggota tetapi juga masyarakat luas. Untuk bisa menjalankan usahanya koperasi

simpan pinjam harus melakukan penghimpunan dana.

“Usaha KSP mirip dengan perbankan, yaitu menerima simpanan dan memberikan pinjaman, bahkan KSP berani memberikan bunga yang lebih tinggi kepada para penyimpan dana serta menawarkan kemudahan bagi pihak yang akan meminjam uang. Dan usaha ini mampu menarik minat anggota masyarakat baik untuk menyimpan dan maupun meminjam dana. Namun kejayaan KSP ini hanya berlaku hingga tahun 2006-2007. Mulai tahun 2005 satu persatu KSP mengalami kebangkrutan diikuti dengan pembubaran, hal ini berjalan terus hingga pada tahun 2007 banyak KSP yang bubar karena tidak mampu memenuhi kewajibannya kepada para penyimpan dana. Pembubaran KSP biasanya diawali dengan adanya gugatan yang dilakukan oleh pihak penyimpan dana yang bunga atau simpanannya tidak dibayar oleh koperasi”.12

Pembubaran koperasi merupakan satu pranata hukum yang diatur dalam UU.

No. 17 Tahun 2012 dan diikuti likuidasi untuk membereskan hak dan kewajibannya

sebagai seebagai subjek hukum. Salah satu kewajiban koperasi adalah

mengembalikan pinjaman modal kepada pemilik dana simpanan baik yang bersumber

dari anggota maupun pihak lain. Modal pinjaman koperasi yang tidak mampu

dikembalikan debitur (koperasi) kepada pemilik dana simpanan maupun pihak ketiga

merupakan ciri-ciri dari kebangkrutan secara ekonomi, dan akan membawa

konsekuensi kebangkrutan secara hukum.

Pengurus dalam memberikan pinjaman harus melaksanakan prinsip

kehati-hatian bisnis (principle business frudence), karena setiap pengurus wajib

menjalankan tugas dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab untuk kepentingan

dan usaha koperasi13 jika prinsip kehati-hatian bisnis ini diabaikan maka kesulitan

ekonomi dan resiko kerugian keuangan akan menimpa KSP. Kesulitan keuangan

12Widiastuti,

Tanggung Jawab Pengurus Koperasi Simpan Pinjam Berbadan Hukum Tehadap Penyimpan Dana,[ejournal.unisri.ac.id,Wacana Hukum, Vol VIII No.2 Okto 2009],hlm. 79diakses tanggal 17 Januari 2013

13

(4)

atau likuiditas (financial distress) adalah kesulitan keuangan atau likuiditas yang

mungkin awal kebangkrutan.Namun dari sisi manajemen resiko bisnis, kebangkrutan

perusahaan bukanlah sesuatu yang sulit terjadi terhadahap perusahaan melainkan hal

tersebut bisa terjadi terhadap perusahaan apapun,14 termasuk perusahaan koperasi.

Menurut Stuart Slatter mengemukakan sebelas sebab pokok kebangkrutan suatu

perusahaan yaitu ketidakcakapan manajemen, ketidakcukupan pengendalian,

intensitas persaingan, struktur biaya yang tinggi, perubahan pasar, pergerakan harga

komoditi, ketidakcukupan program pemasaran, proyek besar akuisisi, kebijaksanaan

keuangan dan pertumbuhan yang terlampau cepat.15

Koperasi yang tidak memiliki ketidakcakapan manajemen (mis manajemen)

dan ketidakcakapan pengendalian dalam mengelola koperasi serta koperasi yang

tidak mengadopsi tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance)

yang diterapkan pada BUMN dapat menimbulkan resiko dalam berbagai bentuk yang

akan mengancam kebangkrutan secara ekonomi maupun secara hukum, “karena

masa depan merupakan suatu yang sulit diprediksi.”16 Perusahaan yang mulai

membutuhkan dana dari luar, baik dalam bentuk utang maupun equity, menunjukkan

skala usaha yang semakin besar pula. Dalam kasus kredit di bank, pihak bank

menjadi pihak kreditor yang sangat berkepentingan dengan tingkat pengembalian

pinjaman yang diberikan.17 Sepuluh besar koperasi terbaik di Indonesia memiliki

14

M. Hadi Shubhan ,Hukum Kepailitan, Prinsip, Norma, dan Praktek di Peradilan, [Jakarta: Kencana Prenada,2009],hlm,57.

15

Ibid, hlm 55, dikutip dari Suwarsono Muhammad,Op. Cit, hlm 9.

16

H . Masyhudi Ali,Manajemen Resiko strategi Perbankan dan Dunia Usaha Menghadapi Tantangan Globalisasi Bisnis, [ Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006 ], hlm, xix

17

(5)

modal pinjaman lebih besar dari modal sendiri.18 Hal ini beresiko tinggi karena

“permodalan yang berasal dari modal sendiri (equity) dirumuskan sebagai modal

yang menanggung resiko”19 terhadap semua kewajiban koperasi. Kerugian utama

perusahaan yang mempunyai tingkat hutang yang lebih tinggi adalah peningkatan

resiko kesulitan keuangan, dan akhirnya likuidasi20 dan jika porsi hutang dalam

struktur modal meningkat, kemungkinan bangkrut juga meningkat.21

Koperasi yang bangkrut secara financial dapat dimohonkan pailit sebagai

alternatif jalan keluar dari kesulitan keuangan. Kesulitan keuangan bisa berupa

economi failure (kegagalan ekonomi) yaitu pendapatan perusahaan tidak dapat

menutup total biaya, busines failure yang menghentikan operasi dengan akibat

mengalami kerugian, technical insolvensi yaitu tidak memenuhi kewajiban yang

sudah jatuh tempo,insolvensi in bankrupcyyaitu jika nilai buku hutang melebihi nilai

pasar asset, dan legal bankrupcy yaitu bangkrut secara hukum yang telah diajukan

tuntutan resmi dengan undang undang.22

Koperasi diputus pailit oleh Pengadilan Niaga karena kebangkrutan yaitu

Koperasi Sumber Artha Mandiri dengan Putusan Nomor: 01/Pailit/2008/PN.Niaga

Smg yang dikabulkan permohonan pengurus karena dinilai tidak mampu membayar

utang terhadap kreditor/ penyimpan dana.23“Di kota Surakarta, pada tahun 2007 lebih

18

Koperasi di Indonesia menurut data Kementerian Koperasi dan UKM. [Dawnload – Data Koperasi secara nasional tahun 2010] diakses tang 11 Oktober 2012

19

Anjar Pachta W, Myra Rosana Bachtiar, Nadia Maulisa Benemay, Op.Cit, hlm, 86.

20

Khaira Amalia Fachrudin,Kesulitan Keuangan Perusahaan dan Personal , Sebab Akibat Prediksi Tata Kelola Peluang Surive antispasi Rekomendasi Dzikir [Medan: USU Press, 2008 ], hlm. 15.

21

Ibid, hlm ,96.

22

Ibid, hlm, 2-3. Lihat Juga M. Hadi Shubhan,Op.Cit, hlm, 54-55.

23

(6)

dari 4 KSP diperkarakan oleh penyimpan dana di Pengadilan Negeri karena tidak

mampu mengembalikan dana milik penyimpan.”24

Selain kasus gugatan KSP tersebut dalam praktek ;

Seringkali Koperasi Simpan Pinjam melakukan penghimpunan dana dari masyarakat yang jelas-jelas bukan anggota koperasi dalam bentuk deposito berjangka dengan memberikan bunga kepada nasabahnya di atas bunga bank. Dengan menempatkan sejumlah uangnya pada koperasi, para calon nasabah diberikan harapan nantinya akan mendapatkan pengembalian yang tinggi, tanpa harus bekerja keras keuntungan pun bisa didapat. Tawaran semacam ini sangat menggiurkan, karena orang akan lebih cenderung bersikap pragmatis untuk mendapatkan sebuah keuntungan.25

Seperti kasus yang dilakukan oleh Koperasi Simpan Pinjam Manunggal

Utama Karya yang ada di Solo. Kasus tersebut berkedok penawaran deposito

berjangka.26

Disamping berpotensi sebagai lembaga intermediasi, KSP juga berpotensi

mempunyai resiko kebangkrutan ekonomi dan keuangan. Koperasi yang bangkrut

sehingga tidak mampu membayar utangnya yang jatuh tempo dapat dimohonkan

pailit. Berdasarkan Pasal 105 huruf a menteri dapat membubarkan koperasi apabila

koperasi dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai

kekuatan hukum tetap. Putusan pernyataan pailit terhadap debitor (KSP) membawa

dampak besar bagi para kreditor, debitor (KSP) pailit tersebut. Hal ini menjadi

persoalan bagaimana mereka (kreditor) mendapatkan hak-haknya atas debitor pailit27

jika debitornya koperasi yang kemudian dibubarkan karena utangnya lebih besar

daripada assetnya atau koperasi dalam keadaan insolvensi.

24

Widiastuti,Loc.Cit. 25

Kun Kurokawa, Skripsi, Kajian Yuridis Penyelenggaraan Kegiatan Koperasi Simpan Pinjam Yang Beprpotensi Tindak Pidana[http://juarakontes.blogspot.com.] diakes tanggal 22 Juli 2012

26 Ibid

(7)

Prinsip kepailitan koperasi juga pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan dari

gejala kebangkrutan koperasi tersebut. Koperasi yang diputus pailit oleh Pengadilan

Niaga adalah salah satu alasan pembubaran terhadap koperasi yang sedang

mengalami kebangkrutan disamping alasan pembubaran lainnya. Undang Undang

No. 17 Tahun 2012 tidak secara tegas menyebutkan apakah setiap koperasi yang

diputus pailit atau hanya koperasi yang insolvensi dalam hal harta pailit tidak cukup

untuk membayar biaya kepailitan (artinya nilai harta pailit lebih kecil dari pada biaya

untuk membereskannya).

Koperasi yang diputuskan bubar berdasarkan Pasal 102 UU No. 17 Tahun

2012 harus dilakukan lagi perbuatan hukum berdasarkan Pasal 106 sampai 111

mengenai penyelesaian28 hak dan kewajiban koperasi tersebut terhadap kepentingan

para anggota pemegang sertifikat modal koperasi (APSMK) maupun kepentingan

kreditor dan pihak ketiga. Likuidator dalam UU No. 17 Tahun 2012 disebut “Tim

Penyelesai” dan sesuai dengan namanya penyelesai (likuidator) akan mengurus

seluruh penyelesaian atas nama koperasi yang bersangkutan, sehingga tidak lagi

terdapat urusan yang masih menjadi tanggungan koperasi.29

Koperasi yang dibubarkan selanjutnya akan dilakukan tindakan hukum

likuidasi (koperasi dalam penyelesaian) untuk menyelesaikan hak dan kewajibannya

yang menyangkut kepentingan anggota, koperasi lain dan anggotanya dan pihak

ketiga atau kepentingan kreditor koperasi.

28

Mengatur tentang penyelesaian hak dan kewajiban koperasi yang dibubarkan berdasarkan pasal 102 UU No. 17 Tahun 2012.

(8)

Pembubaran koperasi sejatinya merupakan penghapusan entitas hukum

sebagai subjek hukum. Persoalan yang muncul dengan pembubaran koperasi adalah

bagaimana nasib aktiva dan pasiva koperasi tersebut.30 Disamping itu Koperasi

memiliki kekayaan tersendiri yang menjadi jaminan utang kepada kreditor termasuk

penyimpan dana dan para kreditor.

Secara teoritis kepailitan koperasi harus dibedakan dengan kebangkrutan,

pembubaran dan likuidasi koperasi. Pembubaran koperasi merupakan suatu langkah

hukum yang diambil terhadap koperasi atas alasan-alasan hukum tertentu seperti yang

yang diatur dalam Pasal 102 UU No. 17 Tahun 2012.31 Persoalan hukum akan

muncul apabila harta koperasi tersebut telah diputus pailit oleh Pengadilan Niaga dan

hartanya tidak cukup mengembalikan pinjamanan/ utangnya karena mengalami

kesulitan keuangan dan pada akhirnya koperasi tersebut dibubarkan. Untuk

melakukan pengurusan dan pemberesan harta badan hukum koperasi dalam likuidasi

dibentuk tim likuidator (tim penyelesai).

Berdasarkan uraian diatas maka tesis ini ditulis dengan judul Analisis

Yuridis Tentang Pembubaran Dan Likuidasi (Penyelesaian) Atas Pailitnya

Koperasi.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka dapat

dirumuskan beberapa masalah yang menjadi dasar didalam pembahasan tesis ini,

adalah sebagai berikut :

30

Ibid,Bandingkan dengan nasib aktiva dan passiva perseroan.

(9)

1. Bagaimana akibat hukum pembubaran koperasi yang diputus pailit oleh

Pengadilan Niaga?

2. Bagaimana menurut hukum pembagian harta koperasi dalam likuidasi?

C. Tujuan Penelitian

Adapun yang tujuan dari penelitian tesis ini berdasarkan permasalahan yang

dikemukakan diatas adalah :

1. Untuk mengetahui akibat hukum pembubaran koperasi yang diputus pailit

oleh Pengadilan Niaga.

2. Untuk mengetahui bagaimakah menurut hukum pembagian harta koperasi

dalam likuidasi.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian yang dilakukan dalam tesis ini selain memiliki manfaat teoritis juga

memiliki manfaat praktis sesuai dengan tujuan penelitian ini. Manfaat penelitian ini :

1. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam

perkembangan ilmu hukum khususnya hukum koperasi tentang akibat hukum

pembubaran koperasi serta pembagian harta koperasi dalam likuidasi.

2. Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada penegak hukum

dan pembuat peraturan perundang undangan dan memberikan masukan bagi

penyempurnaan pranata hukum koperasi khususnya tentang pembubaran

(10)

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan informasi yang didapat tanggal 25 Juli 2012 dari penelusuran

kepustakaan di lingkungan Universitas Sumatera Utara ternyata penelitian tentang “

Analisis Yuridis Tentang Pembubaran Dan Likuidasi (Penyelesaian) Atas Pailitnya

Koperasi tidak ada ditemukan judul yang sama maka penelitian ini adalah asli dan

dapat dipertanggungjawabkan keasliannya.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

1. Kerangka Teori

Suatu teori merupakan seperangkat konstruk (konsep), batasan , dan proposisi

yang menyajikan suatu pandangan sistematis tentang fenomena dengan merinci

hubungan-hubungan variabel dengan tujuan menjelaskan dan memprediksi gejala

itu.32Tujuan utama teori adalah menjelaskan atau memperkirakan agar masalah yang

dikaji mudah dipahami. Umumnya kekuatan suatu teori terletak pada kemampuannya

untuk membawa banyak pemikiran dan informasi mengenai suatu problem khusus

atau seperangkat problem dan dengan demikian melampaui pemikiran yang tidak

sistematis didalam detail dan ketepatan untuk pembentukan dan manipulasi konsep

berikutnya.33 Teori hukum adalah pengertian hukum, bukan istilah istilah hukum,

karena pengertian hukum itu sama, sedangkan untuk menyebut pengertian hukum

yang sama bisa digunakan istilah yang berlainan34 dengan kata lain “teori hukum”35

pada hakikatnya suatu keseluruhan pernyataan yang saling berkaitan berkenaan

32

Khudzaifah Dimiyati,Teorisasi Hukum Studi Tentang Perkembangan Pemikiran Hukum di Indonesia 1945-1990[ Yogyakarta: Gajah Mada University,1990], hlm,14. Dikutip dari bukunya Fred N Kerlinger,The Foundation of Behavioral Research, Third Edition, 1986,by Holt, Reinhart and Winston Inc, diterjemahkan oleh Landung R Simatupang,.

33

Hotman M. Siahaan, Pengantar Kearah Sejarah dan Teori Sosiologi, [Jakarta : Erlangga,1986] , hlm,3.

34Ahmad Rustandi,Resfonsi Filsafat Hukum[ Bandung: Armiko,1984], hlm, 20. 35

Khudzaifah Dimiyati, Op. Cit, hlm 42 dikutip dari J.J. H. Bruggink, Refleksi tentang Hukum ,

(11)

dengan sistem konseptual aturan-aturan dan putusan-putusan hukum dan sistem

tersebut untuk sebagian yang penting dipositifkan. Dalam persepsi Karl Raimund

Popper 36 suatu teori harus bersifat praktis dan berguna dalam pemecahan masalah.

Hukum akan terbentuk, apabila suatu teori telah diuji dan telah diterima oleh

kalangan ilmuan, sebagai suatu yang benar dalam keadaan-keadaan tertentu.37

Dengan teori hukum tidak akan berhenti pada rumusan teks-teks hukum. Ia akan

bergerak lebih jauh pada konteks dibalik teks tersebut38 sehingga teori hukum itu

berusaha untuk menjelaskan mengapa teks atau pasal pasal hukum saling

berhubungan, apa maksud, tujuan dan untuk kepentingan siapa pasal tersebut dibuat.

Pada pendekatan analitis, berbagai peraturan perundang-undangan koperasi

dianalisa (diuraikan) sebagai peraturan pelaksana struktur koperasi yang khas,

masalah yang aktual dan kemudian ketentuan-ketentuan apa yang ditawarkan oleh

pembentuk undang-undang untuk memecahkan masalah ini.39

Tesis ini menganalisis secara hukum tentang akibat hukum pembubaran dan

likuidasi atas koperasi dengan menggunakan:

1. Teori tentang pribadi hukum (“The juristic person”).40

2. Teori kewajiban dan hak kolektif.41

3. Teori tanggungjawab.42

36Ibid, hlm, 44. Dikutip buku Lili Rasjidi, Op. Cit, hlm, 29.

37Soerjono Soekamto, Pengantar Penelitian Hukum[Jakarta: UI Press, 2010] , hlm, 127.

38

Bernard L.Tanya , dkkTeori Hukum Stategi Manusia Lintas Ruang dan Generasi [ Genta Publishing, 2010], hlm, 8.

39

Hans.H. Munkner, Hukum Koperasi, (Alih bahasa Abdulkadir Muhammad ), [Bandung: Alumni, 1987 ], hlm, 3.

40

Jimly Asshiddiqie, M.Ali Safa’at,Teori Hans Kelsen Tentang Hukum,[ Jakarta: Konstitusi Press, 2012] , hlm, 76.

41

Ibid, hlm 80.

42

(12)

4. Teori perjanjian (agreement theory) atau teori persetujuan (approval

theory).”43

Bahwa setiap legal person pada dasarnya “juristic person” 44 yang

mempunyai kewajiban dan hak serta tanggungjawab hukum (liablity). Kasus tipikal

dari juristic person (dalam arti sempit) adalah suatu korporasi (corporation).45

Untuk mencari landasan teoritis dari badan hukum dalam memahami badan

hukum sebagai pribadi hukum (“The juristic person”) kita dapat melihat badan

hukum (rechtperson) bertindak sebagai subjek hukum seperti halnya manusia

(natural person). Terdapat beberapa teori mengenai badan hukum antara lain:

1. Teori Fiksi yang dikemukakan oleh Friedrich Carl von Savigny dan Opzomer.

Bahwa adanya badan hukum merupakan suatu abstraksi, bukan merupakan

suatu hal yang konkrit.46

2. Teori Organ yang (leer der volledige reliteit ajaran realitas sempurna)

dikemukakan oleh Otto von Gierke. Badan hukum seperti halnya manusia

memiliki alat kelengkapan. Maka suatu badan hukum harus memiliki

organ-organ penunjangnya sendiri.47

3. Teori kekayaan bersama berasal dari Rudolf von Jhering.Menurut teori ini

badan hukum sebenarnya adalah kumpulan manusia yang memiliki

kepentingan bersama.48

43

Tri Budiyono,Hukum Perusahaan : Telaah Yuridis terhadap Undang Undang No.40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas,[Salatia: Griya Media, 2011], hlm,235.

44

Jimly Asshiddiqie, M.Ali Safa’atoc.Cit, dikutip dari Kelsen ,Pure Theory, hlm, 174 -176.

45

Ibid, hal 77. Lihat Kelsen, Introduction, hlm, 96. 46

Chidir Ali,Badan Hukum, [Bandung: Alumni, 1987], hlm, 31-32 47Ibid, hlm 32-33

(13)

4. Teori Kekayaan bertujuan (collectiviteit theori) yang dikemukakan oleh A.

Brinz. Dikatakan bahwa kekayaan badan hukum itu tidak terdiri dari hak-hak

sebagaimana lazimnya. Kekayaan dipandang sebagai wewenang terlepas dari

yang memegangnya. Yang penting bukan siapakah badan hukum itu, tetapi

kekayaan itu diurus dengan tujuan tertentu.49

5. Teori kanyataan yuridis (Juridische realiteit). Teori dikekmukakan oleh

E.M.Meijers dan dianut oleh Paul Scholtel. Badan hukum itu merupakan

suatu realitas, konkrit, riil walaupun tidak dapat diraba, bukan hayal tetapi

suatu kenyataan yuridis.50

Berdasarkan doktrin mengenai badan hukum, bahwa sesuatu lembaga atau

badan disebut sebagai badan hukum, apabila memiliki unsur-unsur antara lain:51

a. Adanya harta kekayaan yang terpisah.

b. Mempunyai tujuan tertentu.

c. Mempunyai kepentingan sendiri.

d. Adanya organisasi yang teratur.

Menurut Pasal 1653 selain perseroan perrdata sejati,

perhimpunan-perhimpunan orang orang sebagai badan hukum diakui undang-undang. Perkumpulan

yang dimaksud pasal 1653 tersebut diatas adalah apa yang kita kenal sebagai badan

hukum 52 atau juristic person dan yang dapat dikategorikan sebagai subjek hukum

yaitu:53

1. Badan hukum yang didirikan oleh pemerintah

49Ibid, hlm 34-35 50Ibid, hlm 35 51

Ali Rido, Badan Hukum dan kedudukan Badan Hukum Perseroan, Perkumpulan, Koperasi, Yayasan, Wakaf [Bandung: Alumni, 1986].hlm.50

(14)

2. Badan hukum yang diakui keberadaanya

3. Badan hukum yang diperbolehkan atau diijinkan keberadaanya; dan

4. Badan hukum yang didirikan dengan maksud tertentu oleh siapa saja.

Pendapat lain yang mengatakan “alasan utama korporasi diakui sebagai legal

personadalah karena fakta bahwa pertanggungjawaban delik perdata yang dilakukan

oleh korporasi pada prinsipnya terbatas pada kekayaan korporasi itu sendiri”.54

Pendapat ini hampir sama dengan teori propriete collective yang mengatakan hak

dan kewajiban badan hukum itu pada hakekatnya adalah hak dan kewajiban anggota

bersama sama yang merupakan korporasi, badan hukum yang mempunyai anggota.55

“Perkumpulan koperasi diartikan perkumpulan perkumpulan orang orang, dimana anggota anggota dileluasakan masuk atau keluar, dan bertujuan untuk memperbaiki kepentingan kebendaan (materiil) para anggota dengan jalan bersama-sama menyelenggarakan usaha mendapat bahan bahan untuk keperluan hidup atau keperluan perusahaan bersama, maupun mengusahakan uang panjar atau kredit.”56

“Bahwa korporasi sebagai juristic person memiliki hak relatif atau absolut

berarti bahwa individu tertentu atau sejumlah individu tertentu diwajibkan oleh

hukum negara atas suatu perbuatan tertentu terhadap korporasi dan jika kewajiban

tidak dipenuhi, suatu sanksi akan dieksekusikan berdasarkan tuntutan yang dibawa

oleh korporasi.”57 “Hak tidak dilaksanakan oleh individu berdasarkan keinginan

mereka, tetapi berdasarkan ketentuan korporasi. Mereka memiliki hak tetapi dalam

arti hak kolektif”.58

54Ibid

55Ali Rido, Hukum Dagang Tentang Aspek-aspek Hukum Dalam Asuransi Udara dan Perkembangan Perseroan Terbatas[ Bandung: Remadja Karya, 1984 ], hlm. 34.

56

Sularso, E.D. Manik,Peraturan dan Perundang Undangan Koperasi Indonesia,[ Jakarta: Dwi Segera, 1981] hlm, 9.

(15)

Menurut Bentens, “teori hak merupakan suatu aspek dari deontologi (teori

kewajiban) karena hak tidak dapat dipisahkan dari kewajiban. Bila suatu hak bagi

seseorang, maka sebenarnya tindakan yang sama merupakan kewajiban bagi orang

lain.”59

“Kewajibannya adalah pada individu tertentu. Tetapi pada saat individu ini ditentukan oleh aturan parsial yang membentuk korporasi, dan sejak individu ini harus melaksanakan kewajiban sebagai organ korporasi maka dimungkinkan mengimputasi kewajiannya pada korporasi dan menyebutnya sebagai kewajiban korporasi. Fakta bahwa korporasi memiliki kewajiban memperhatikan perbuatan tertentu juga bahwa berarti jika kewajiban tidak dipenuhi, suatu sanksi dapat dikenakan terhadap kekayaan korporasi”60

Satu perjanjian yang dibuat para pihak menimbulkan hak dan kewajiban serta

mengikat bagi mereka yang membuatnya. “Hak kontraktual (contractual right),

mengikat individu-individu yang membuat kesepakatan/ kontrak bersama dalam

wujud hak dan kewajiban masing-masing kontrak.” Pandangan tentang perusahaan

sebagai nexus of contract dikemukakan oleh Armen Alchian dan Harold Demsetz.61

“Pada dasarnya teori kontrak menyatakan bahwa perusahaan merupakan rangkaian

kontrak diantara paktor produksi. Meskipun setiap individu memiliki kepentingan

pribadi, sebagai tim mereka juga solit sebagai kesatua yang mengalami kompetisi

dengan tim lain.”62

Koperasi sebagai Pribadi Hukum (“The Juristic Person”) yang mempunyai

hak dan kewajiban diperlukan suatu “peristiwa” yang oleh hukum dihubungkan

sebagai suatu akibat. Jadi hak pada pihak yang satu berakibat timbulnya kewajiban

pada pihak yang lain. Koperasi sebagai legal person mempunyai hak dan kewajiban

59Teori Etika,[Staaf.uny.ac.id/sites], diaksek tanggal 15 Oktober 2012 60

Jimly Asshiddiqie, M.Ali Safa’at Op.Cit. hlm. 81. Dikutip dari kelsen, General Teori, Op.cit,hlm 101-102.

(16)

serta tanggungjawab yang telah diatur oleh hukum. “Hak dan kewajiban ini

merupakan kewenangan yang diberikan kepada seseorang oleh hukum.”63 Hak itu

tertuju kepada orang lain, yaitu yang menjadi pemegang kewajiban. Antara hak dan

kewajiban terdapat hubungan yang korelatif.64 Kewajiban publik adalah yang

berkorelasi dengan hak-hak publik seperti kewajiban memenuhi hukum pidana.

Kewajiban perdata adalah korelatif dari hak-hak perdata, seperti kewajiban yang

timbul dari perjanjian.65

Tanggung jawab (liability) merupakan istilah hukum yang luas yang

menunjuk hampir semua karakter risiko atau tanggung jawab yang pasti, yang

bergantung atau yang mungkin meliputi semua karakter hak dan kewajiban secara

aktual atau potensial seperti kerugian, ancaman, kejahatan, biaya atau kondisi yang

menciptakan tugas untuk melaksanakan undang-undang.66 “Prinsip tanggungjawab

berarti bahwa orang-orang yang memutuskan untuk bergabung dengan maksud untuk

saling tolong-menolong pada waktu yang sama juga sepakat untuk menerima

tanggungjawab, resiko, kerugian-kerugian dan kewajiban-kewajiban yang timbul dari

usaha itu”.67

“Suatu konsep yang terkait dengan konsep kewajiban hukum adalah konsep tanggungjawab hukum (liability). Seseorang yang bertanggungjawab secara hukum atas perbuatan tertentu bahwa dia dapat dikenakan suatu sanksi dalam kasus perbuatannya bertentangan/berlawanan hukum. Sanksi dikenakandeliquet, karena perbuatannya sendiri yang membuat orang tersebut bertanggungjawab.”68

63

Sudikno Mertokusumo,Mengenal Hukum Suatu Pengantar,[Yogyakarta: Liberty, Cet ke 2, 2005], hlm,42.

64Satjipto Raharjo,Ilmu Hukum,[Bandung: PT Citra Aditya Bakti, cet keV, 2000], hlm,55. 65

Jimly Asshiddiqie, Ali Safa’at,Op.Cit,hlm, 60.

66

Sonny Tabelo Manyawa,Teori Pertanggunggjawaban[http://sonny-tobelo.blogspot.com/ ] diakses tanggal 5 Januai 2013, dikutip, Shidarta,Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, Edisi Revisi, [Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia 2006], hlm. 73-79

67

Hans Munkner, Op.Cit.hlm, 8

(17)

Mengenai persoalan pertanggungjawaban pejabat menurut Kranenburg dan Vegtig ada dua teori yang melandasinya yaitu:69

a. Teori fautes personalles, yaitu teori yang menyatakan bahwa kerugian terhadap pihak ketiga dibebankan kepada pejabat yang karena tindakannya itu telah menimbulkan kerugian. Dalam teori ini beban tanggung jawab ditujukan pada manusia selaku pribadi.

b. Teori fautes de services, yaitu teori yang menyatakan bahwa kerugian terhadap pihak ketiga dibebankan pada instansi dari pejabat yang bersangkutan. Menurut teori ini tanggung jawab dibebankan kepada jabatan. Dalam penerapannya, kerugian yang timbul itu disesuaikan pula apakah kesalahan yang dilakukan itu merupakan kesalahan berat atau kesalahan ringan, dimana berat dan ringannya suatu kesalahan berimplikasi pada tanggung jawab yang harus ditanggung.

Secara teori tradisional terdapat dua macam pertanggungjawaban yang

dibedakan yaitu pertanggungjawaban berdasarkan kesalahan (base on fault) dan

pertanggungjawaban mutlak (absolut responsibility).70

Koperasi yang berbadan hukum merupakan subjek hukum cakap untuk

mempunyai kekayaan tersendiri yang terpisah dari kekayaan orang perseorangan,

sehingga baik pendiri maupun pengurus badan hukum tersebut statusnya hanya

merupakan salah satu organ dari badan hukum tersebut.71 Calvert memberi defenisi

koperasi sebagai organisasi orang orang yang hasratnya dilakukan oleh manusia atas

dasar kesamaan untuk mencapai tujuan ekonomi masing masing,72 dan menurut M.

Iskandar Soesilo koperasi adalah perusahaan, dimana orang-orang berkumpul tidak

untuk menyatukan modal atau uang, melainkan sebagai akibat adanya kesamaan

kebutuhan dan kepentingan ekonomi,73 dengan demikian koperasi bersifat suatu

kerjasama antara orang orang yang tergolong kurang mampu dalam hal kekayaan

69Sonny Tabelo Manyawa, Op.Cit dikutip dari Ridwan H.R.,Hukum Administrasi Negara,[Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006], hlm. 365.

70Jimly Asshiddiqie, Ali Safa’at,Loc.Cit, dikutip, KelsenPure Theory,Op.Cit, hlm 119-123. 71

Ibid

72M. Iskandar Soesilo,

Dinamika Gerakan Koperasi Indonesia Corak Perjuangan ekonomi Rakyat dalam Mnggapai Sejahtera Bersama, [Jakarta : PT. Wahana Semesta Intermedia, 2008], hlm,3.

(18)

(“kleine luiden”) yang ingin bersama meringankan beban hidup atau beban kerja 74.

Senada dengan pendapat ini koperasi selain bentuk perkumpulan juga merupakan

bentuk perusahaan (bedriijf ).75 Koperasi sebagai badan hukum secara tegas

disebutkan dalam Stb. 91 Tahun 1927, Stb. 108 Tahun 1933, Stb. 179 Tahun 1949,

UU No. 79 Tahun 195876, UU No. 12 Tahun 196777, UU No. 25 Tahun 199278dan

Pasal 1 angka 1 UU No. 17 Tahun 2012 Koperasi adalah badan hukum yang didirikan

oleh orang perorangan atau badan hukum koperasi dengan pemisahan kekayaan para

anggotanya sebagai modal untuk menjalankan usahanya, yang memenuhi aspirasi dan

kebutuhan bersama dibidang ekonomi, sosial dengan nilai dan prinsip koperasi.

Timbulnya suatu kewajiban koperasi sebagai pribadi hukum (juristic person)

oleh karena diperoleh suatu hak yang membebani syarat untuk memenuhi kewajiban

atau berdasarkan suatu perjanjian yang telah disepakati atau adanya kesalahan

maupun kelalaian yang menimbulkan kerugian bagi orang lain sehingga koperasi

wajib membayar ganti rugi, atau karena telah menikmati hak tertentu yang harus

diimbangi dengan kewajiban tertentu. Dalam pengertiannya sebagai penyandang hak

dan kewajiban, badan hukum dapat digugat ataupun menggugat di pengadilan, jadi

keberadaannya dan ketidakberadaannya tidak digantungkan kepada kehendak pendiri

atau anggotanya melainkan pada sesuatu yang ditentukan oleh hukum.79

74Wiriyono Projodikoro,Hukum Perkumpulan Perseroan dan Koperasi di Indonesia[Jakarta: Dian Rakyat, 1969], hlm, 98.

75Sigmun M.D,Koperasi Indonesia [ Jakarta: PT Inti Jndayu Press, 1988], hlm 7.

76Pasal 2 ayat 2 UU No. 79 tahun 1958, badan hukum ialah badan badan koperasi yang telah memperoleh sifat koperasi menurut undang undang ini.

77 Pasal 39 UU No. 12 tahun 1967, Koperasi yang akta pendiriannya disahkan menurut ketentuan undang undang ini adalah badan hukum.

78

Pasal 9 UU No. 25 tahun 1992, Koperasi memperoleh satus badan hukum setelah akta pendiriannya disahkan oleh Pemerintah.

(19)

Hapusnya suatu kewajiban koperasi sebagai pribadi hukum (juristic person)

karena koperasi dibubarkan, masa berlakunya telah habis dan tidak diperpanjang,

kewajiban telah dipenuhi oleh yang bersangkutan, hak yang melahirkan kewajiban

telah dihapus, ketentuan undang-undang, kewajiban telah beralih atau dialihkan

kepada orang lain.

Koperasi sebagai “badan hukum ada karena dibuat berdasarkan teori

perjanjian (agreement theory) maupun berdasarkan teori persetujuan (approval

theory).”80 Perkumpulan dalam arti luas ada beberapa sarjana berpendapat bahwa

sifat perkumpulan adalah perjanjian seperti yang diatur dalam Pasal 1313 KUH

perdata.81 Dengan demikian koperasi sebagai badan hukum (legal person) yang

didirikan berdasarkan dengan satu perjanjian antara anggota pendiri yang dituangkan

dalam akta pendirian koperasi dan dibuat dengan akta notaris dimana akta

pendiriannya disahkan menteri supaya memperoleh status badan hukum. Koperasi

berbadan hukum adalah subjek hukum sebagai pendukung hak dan kewajiban dalam

hubungan hukum. Koperasi sebagai subjek hukum dapat memiliki harta kekayaan

yang berasal dari anggotanya dan harta yang bersumber dari pinjaman82 dan khusus

KSP dapat menghimpun dana dari anggota.83 Koperasi yang tidak dapat

mengembalikan modal pinjaman tersebut sesuai dengan yang diperjanjian baik

seluruhnya atau sebagaian karena suatu alasan tertentu, maka koperasi wanprestasi

sehingga koperasi akan diminta pertanggungjawabannya secara hukum untuk

80Tri Budiyono, Tri, Hukum Perusahaan : Telaah Yuridis terhadap Undang Undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Loc. Cit.

81

Chidir Ali,Op.Cit, hlm 132 82

(20)

membayar hutangnya. “Dengan demikian harta kekayaan menjadi objek tuntutan dari

pihak ketiga yang mengadakan hubungan hukum dengan badan”84hukum koprasi.

Koperasi sebagai debitur, mengabaikan atau mengalpakan kewajiban dan

karena itu melakukan cacat prestasi maka kreditornya dapat menuntut pemenuhan

prestasi dan ganti rugi.85 Ketentuan mengenai ganti rugi dalam KUH Perdata diatur

dalam Pasal 1243 KUHPerdata sampai dengan Pasal 1252 KUH Perdata. Dari

ketentuan pasal-pasal tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan

ganti rugi adalah sanksi yang dapat dibebankan kepada debitor yang tidak memenuhi

prestasi dalam suatu perikatan untuk memberikan penggantian biaya, rugi dan

bunga.86

Koperasi yang wanprestasi87 atau tidak dapat melaksanakan prestasi

(membayar utangnya) kepada krediturnya dapat digugat di pengadilan88 dan apabila

krediturnya lebih dari satu orang dapat dimohonkan pailit melalui Pengadilan Niaga.

Koperasi yang diputus pailit dan apabila harta koperasi tidak cukup untuk membayar

biaya pailit, curator dapat mengusulkan kepailitan tersebut dicabut kembali,89 dan

84 Ali Ridho, Badan Hukum dan kedudukan Badan Hukum Perseroan, Perkumpulan, Koperasi, Yayasan, Wakaf ,Op. Cit, hlm ,50

85

Sunarmi,Prinsip Keseimbangan Dalam Hukum Kepailitan di Indonesia A Critical Review on Bankkrupty Law: ards The Bankrupty Laws That Protect Creditor And Debitor Interest, [ Medan: PT Sofmedia, Edisi2,2010],hlm,12

86 Hubungan-sebab-akibat-dan-sifat-melawan, [http://mamluatulrohmah.blogspot.]diakses Tanggal 12 September 2012.

87 Bentuk dari wansprestasi bisa berupa empat kategori, yakni :Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya, Melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana yang dijanjikan, Melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat, Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya.

88Dapat digugat di Pengadilan untuk 1).Membayar kerugian yang diderita oleh kreditur (ganti rugi). Ganti rugi seperti biaya, rugi dan bunga. 2).Pembatalan perjanjian atau pemecahan Perjanjian..3). Peralihan resiko

(21)

kepailitan juga dapat di cabut atas anjuran hakim pengawas90maka koperasi tersebut

wajib dibubarkan.

Tuntutan terhadap kewajiban koperasi sebagai debitur untuk melaksanakan

prestasinya maka koperasi bertanggungjawab dengan seluruh harta kekayaannya baik

yang bergerak maupun yang tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang akan

baru ada di kemudian hari menjadi jaminan untuk segala perikatan debitor (pasal

1131, 1133 KUH Perdata).91 Pasal 1132 KUH Perdata menyebutkan harta kekayaan

debitor menjadi agunan bersama bagi semua keditornya hasil penjualan harta

kekayaan itu dibagi bagi menurut keseimbangan, yaitu menurut perbandingan besar

kecilnya tagihan masing masing kreditor, kecuali apabila ada diantara para kreditor

itu terdapat alasan yang sah untuk didahulukan daripada kredior lain.

“Dikenal adagium yang disebut “missio in bona.” Arti dari adagium itu adalah bahwa harta kekayaan debitor dapat dijual untuk melunasi utang kepada kreditornya (venditio bonorum). Pembelinya (bonorum emptor) adalah seseorang yang memperoleh hak atas harta kekayaan debitor berdasarkan asas umum yang berkaitan dengan pelunasan utang terhadap kekayaan debitor tersebut. Dari hasil penjualan harta kekayaan tersebut debitor akan melunasi utang – utangnya itu secara proporsional sesuai dengan besarnya tagihan masing – masing kreditor.”92

Pasal 1131 dan 1132 merupakan asas-asas tentang hak-hak si kreditor yaitu:93

1. Apabila debitur tidak membayar utangnya dengan sukarela atau tidak membayarnya, walaupun telah ada putusan pengadilan yang menghukumnya supaya melunasi hutangnya atau karena tidak mampu membayar seluruh utangya maka semua harta bendanya disita untuk dijual dan hasil penjualan itu dibagi bagi antara semua kreditornya “ponds-ponds gewijze” artinya menurut perimbangan, yaitu menurut besar kecilnya piutang masing masing kreditor

90

Ibid,Lihat Pasal 18 UU NO 37 Tahun 2004 91

Ibid 92

Irwan,Pembatalan Pailit, [Lontar.ui.ac.id] hlm 2 diakses tanggal 25 Nopember 2012.

93

(22)

kecuali apabila diantara para kreditor itu ada alasan yang sah untuk didahulukan.

2. Semua kreditor mempunyai hak yang sama

3. Tidak ada nomor urut dari kreditor yang didasarkan atas timbulnya piutang masing masing

Koperasi yang memiliki lebih dari satu orang kreditor dapat dimohonkan

pailit melalui lembaga hukum kepailitan. Lembaga hukum kepailitan disediakan

untuk menyelesaikan utang piutang diantara debitor dan kreditor. Koperasi yang

sudah diputus pailit oleh Pengadilan Niaga dan kepailitannya diangkat karena

berhenti membayar (insolvensi) dapat dibubarkan melalui lembaga hukum

“Pembubaran dan Likuidasi/penyelesaian.” Lembaga hukum pembubaran dan

likuidasi ini disediakan untuk menyelesaikan hak dan kewajiban koperasi kepada para

kreditornya dan juga untuk mengakhiri status badan hukum koperasi. Jadi ada dua

tujuan instrument pembubaran dan likuidasi yaitu untuk membagikan harta kekayaan

koperasi secara adil dan berimbang kepada seluruh kreditornya dan mengakhiri status

badan hukum koperasi.

Menurut Sutan Remy Syahdeini tujuan kepailitan (bankruptcy law) adalah:94

1. Menjamin pembagian yang sama terhadap harta kekayaan debitur diantara para kreditornya.

2. Mencegah agar debitur tidak melakukan perbuatan perbuatan yang dapat merugikan kepentingan para kreditor.

3. Memberikan Perlindungan kepada debitor yang beritikat baik dari para kreditornya, dengan cara pembebasan hutang.

Likuidasi dan kepailitan tujuannya sama yaitu untuk membereskan kewajiban

debitor kepada kreditor dengan membagikan harta likuidasi atau harta pailit kepada

debitor, melindungi kepentingan kreditor, melindungi debitor yang beritikat baik.

(23)

Perbedaannya bahwa kepailitan adalah sita umum atas harta pailit debitor sedangkan

likuidasi bukan sita umum atas harta likuidasi.

Pada umumnya undang-undang kepailitan atau bankrupty law berkaitan

dengan “utang” debitor (debt) atau “piutang” atau “tagihan” kreditor (claim).95 Dari

keseluruhan sumber dana KSP adalah simpanan dan utang koperasi. Menurut Pasal 1

angka 14 UU No 17 Tahun 2012 “Simpanan adalah sejumlah uang yang disimpan

oleh anggota kepada koperasi simpan pinjam, dengan memperoleh jasa dari Koperasi

Simpan Pinjam sesuai perjanjian,” dan berdasarkan PP 9 Tahun 1995 simpanan

adalah dana yang dipercayakan oleh anggota, calon anggota, koperasi lain dan atau

anggotanya kepada KSP/USP dalam bentuk tabungan dan simpanan koperasi

berjangka. Pengertian simpanan sebagaimana dinyatakan dalam PP tersebut simpanan

merupakan utang KSP/USP, sementara itu terdapat jenis simpanan lain dari anggota

yang merupakan kekayaan bersih bagi KSP/USP, yaitu simpanan pokok dan

simpanan wajib (bagi KSP). Dalam UU No. 17 Tahun 2012 modal koperasi terdiri

dari modal awal (bersumber dari setoran pokok dan sertifikat modal koperasi), modal

yang bersumber dari hibah, modal penyertaan dan modal yang bersumber dari

pijaman. Modal pinjaman merupakan utang koperasi.

Utang bisa dalam arti luas dan dalam arti sempit.

Menurut Setiawan: utang seogianya diberi dalam arti luas; arti kewajiban membayar sejumlah uang tertentu yang timbul karena ada perjanjian utang-piutang (dimana debitor telah menerima sejumlah uang tertentu dari kreditornya), maupun kewajiban pembayaran sejumlah uang tertentu yang timbul dari perjanjian atau kontrak lain yang menyebabkan debitor harus membayar sejumlah uang tertentu.96

95 Ibid,hlm, 71.

(24)

Utang timbul karenan perjanjian antara debitor dengan kreditor. Perjanjian

melibatkan sedikitnya dua pihak yang saling memberikan kesepakatan diantara

mereka. Para pihak ini berdiri berhadap-hadapan dalam kutub-kutub hak dan

kewajiban. Pihak yang berkewajiban memenuhi isi perjanjian disebut debitur,97

sedangkan pihak lain yang berhak atas pemenuhan kewajiban itu disebut kreditur.98

Pinjaman antara KSP dengan kreditur (anggota koperasi, koperasi lain dan

anggotanya, bank dan lembaga keuangan lainnya, pemerintah dan pemerintah daerah

dibuat dengan suatu perjanjian. Selain orang-perorangan,para pihak dalam perjanjian

bisa juga terdiri dari badan hukum. Koperasi merupakan badan hukum yang dapat

menjadi salah satu pihak atau keduanya dalam perjanjian. Keduanya merupakan

subyek hukum, yaitu pihak yang dapat melakukan perbuatan hukum,

pihak-pihak yang mengemban hak dan kewajiban. Segala perbuatan hukum dari badan akan

mengikat badan hukum itu sebagai sebuah entitas legal (legal entity). Meskipun

perbuatan badan hukum itu diwakili pemimpinnya pengurus koperasi namun

perbuatan itu tidak mengikat pemimpin badan hukum itu secara perorangan,

melainkan mewakili perusahaan sebagailegal entity.99

Sampai saat ini berdasarkan peraturan perundang-undangan yang ada yang

mengatur perkoperasian, khususnya KSP, diatur dalam UU No 17 Tahun 2012

Tentang Perkoperasian Jo PP No. 9 Tahun 1995 Tentang Pelaksanaan Kegiatan

Usaha Simpan Pinjam Oleh Koperasi Jo. Keputusan Menteri Koperasi, Pengusaha

97Debitor adalah pihak yang yang berutang pada pihak lain yang dijanjikan akan di bayar kembali pada masa yang akan dating, Kreditor adalah pihak yang mempunyai pituang atau pihak yang memberikan kredit atau memberikan utang pada pihak lain.

98

Dadang Sukandar, Pengertian dan Syarat Syarat Perjanjian,[ http://legalakses.com/ perjanjian/], diakses tanggal 15 Maret 2013

(25)

Kecil dan Menengah RI Nomor 351/Kep/M/XII/1998 Tentang Petunjuk Pelaksanaan

Kegiatan Usaha Simpan Pinjam Oleh Koperasi, belum terdapat adanya pengaturan

secara khusus mengenai perlindungan maupun jaminan bagi kreditur dalam

penyelesaian harta koperasi bila dibubarkan.

Koperasi sebagai legal personmemiliki hak klaim, kepemilikan hak ini sama

dengan hak klaim kolektif para anggota.100 Jika legal person diwajibkan

melaksanakan suatu tindakan tertentu, dan apabila tidak dilaksanakan maka

pelaksanaan penyelesaiannya bukan asset individu, tetapi asset kolektif mereka. Pasal

1661 KUH Perdata menyebutkan “para anggota badan hukum sebagai perseorangan

tidak bertanggungjawab atas perjanjian-perjanjian perkumpulannya. Semua utang

perkumpulan itu hanya dapat dilunasi dengan harta benda perkumpulan.” Membatasi

penyelesaian asset asset kolektif individu-individu pembentuk komunitas yang

berfungsi sebagai legal person inilah yang disebut pembatasan tanggungjawab

adalah karakter khusus legal person dalam hukum privat.101 Pelaksanaan sanksi yang

ditentukan oleh aturan hukum terhadap debitor yang gagal memenuhi kewajibannya

adalah untuk kepentingan semua yang mungkin menjadi kreditor atau setiap orang

yang ingin aturan hukum dilaksanakan.102 Demikian juga halnya jika koperasi

dikenakan sanksi pembubaran maka akan dilakukan perbuatan hukum likuidasi

(penyelesaian) untuk memenuhi kewajibannya terhadap para kreditornya dan

anggotanya.

Pembubaran perusahaan adalah bahwa suatu tindakan yang menyebabkan perusahaan berhenti eksistensinya dan tidak lagi menjalankan binis untuk

100

Siwi Purwandari ( Penerjemah ), Hans Kelsen,Pengantar Teori Hukum [Bandung: Nusa Media, 2010], hlm, 89.

101Ibid, hlm, 90.

(26)

selama lamanya, diikuti dengan proses pengadministrasiannya berupa pemberitahuan, pengumuman dan pemutusan kerja dengan karyawannya. Bubarnya perusahaan ini, baik dengan proses likuidasi secara keseluruhan (dengan dilakukan pemberesan) atau dengan proses likuidasi tanpa proses pemberesan sama sekali.103

Koperasi sebagai badan hukum tidak dapat didirikan atau berdiri dan kemudian bubar atau dibubarkan. Mendirikan dan membubarkan koperasi harus melalui prosedur tertentu dan ada peraturan peraturan yang harus diperhatikan. Misalnya ada pembubaran koperasi harus dijalankan dan diselesaikan menurut peraturan yang ada dan berlaku. Jadi membubarkan koperasi tidaklah semudah membubarkan usaha kerjasama secara tradisional atau gotong royong.104

Menurut Pasal 1663 KUH Perdata menyebutkan “badan hukum tetap berdiri

sampai pada saat dibubarkannya secara tegas menurut akta pendirian, reglemen atau

perjanjian atau pada saat berhentinya pengejararan tujuan badan hukum.” Koperasi

yang dibubarkan menurut tata cara yang diatur dalam peraturan perundang undangan

harus diselesaikan semua yang menyangkut hak dan kewajiban badan hukum

koperasi sebelum status badan hukumnya hapus dengan melakukan likuidasi koperasi

atau penyelesaian pembubaran.105

Pasal 1165 KUH Perdata menyebutkan bila terjadi pembubaran badan hukum maka para anggota yang masih ada atauanggota yang tingal satu satunya wajib membayar utang-utang badan hukum dengan kekayaan badan hukum itu, dan hanya sisa kekayaan itu yang boleh mereka bagi antara mereka dan mereka serahkan kepada ahli waris mereka.

Pembubaran koperasi adalah merupakan tindakan hukum, jadi akibat hukum

dari pembubaran adalah akibat dari tindakan hukum pembubaran. Pembubaran

103

Munir Fuady ,Perseroan Terbatas Paradigma Baru[ Jakarta: Citra Aditya Bakti, 2003 ], hlm 178

(27)

koperasi merupakan suatu perbuatan hukum yang akibatnya “diatur oleh hukum,

karena akibat itu bisa dianggap sebagai kehendak dari yang melakukan hukum.”106

Pembubaran koperasi wajib diikuiti likuidasi/ penyelesaian.Yang dimaksud

dengan pembubaran adalah penghentian kegiatan badan hukum koperasi sebagai

akibat berakhirnya tujuan koperasi. Elips dalam kamus ekonominya mengartikan

liquidation sebagai pembubaran perusahaan diikuti proses penjualan harta

perusahaan, penagihan piutang, pelunasan utang serta penyelesaian sisa harta atau

utang antara pemegang saham 107. Likuidasi perusahaan adalah keseluruhan proses

penutupan dan pengakhiran perusahaan dari awal proses sampai selesai, baik

pengakhiran bisnis maupun pengakhiran badan hukum termasuk proses pembubaran

dan penutupan perusahaan, pemberesan dan penyelesaian administratif dari

pemberesannya.108 Untuk melaksanakan penyelesaian/ likuidasi ditunjuk likuidator.”

Likuidator adalah orang yang ditunjuk atau diangkat menjadi penyelenggara

likuidasi.109 Pada dasarnya yang dilakukan likuidator sama dengan yang dilakukan

oleh pengurus koperasi dalam keadaan koperasi nomal (tidak dalam dalam rangka

pembubaran).110

Salah satu akibat hukum pembubaran harus dilakukan penyelesaian/likuidasi

atas hak dan kewajiban koperasi. “Akibat hukum ialah suatu akibat tindakan yang

106R. Soeroso,Penagantar Ilmu Hukum, [Jakarta: Sinar Grafika, 2000], hlm, 291 107M. Hadi Shubhan

, Op.Cit, hlm, 64 dalam Elipsi ( 1997), dikutip dari Kamus Hukum Ekonomi, Penerbit Proyek Elips, Jakarta, h. 105.

108 Munir Fuady , Perseroan Terbatas Paradigma Baru, [Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2003], hlm, 104.

109

Tri Budiyono, Tri,Hukum Perusahaan : Telaah Yuridis terhadap Undang Undang No 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas,Op. Cit, hlm 236.

(28)

dilakukan suatu akibat yang dikehendaki oleh pelaku dan diatur oleh hukum.”111

Akibat pembubaran dilaksanakan pemberesan dan pembagian atau pendistribusikan

harta koperasi dalam likuidasi didasarkan pada pasal 1131 dan 1132 KUH Perdata

dengan menggunakan:

1. Prinsipparitas creditorium(kesetaraan kedudukan para kreditor).

2. Prinsippari passu pro rata parte.

3. Prinsip structured pro rata atau yang disebut juga dengan istilah structured

creditors.

4. Prinsipdebt collection (debt collection principle).

Dalam UU No. 37 Tahun 2004 yang dapat dimohonkan pailit adalah orang

perseorangan atau korporasi termasuk korporasi yang berbadan hukum maupun

bukan badan hukum.112 Namun dalam likuidasi yang dapat dibubarkan adalah badan

hukum yang ditunjuk oleh undang-undang sebagai badan hukum, baik badan hukum

berbentuk yayasan, perseroan terbatas dan koperasi.113 Koperasi yang statusnya

sebagai badan hukum, segala perbuatan pengurus atas nama perusahaan dengan itikat

baik yang bertanggungjawab adalah lembaganya atau perusahaanya.114

Prinsip dasar pembagian asset koperasi dibagikan kepada kreditor separatis,

kreditor preference, kreditorkonkurenkoperasi dan apabila ada sisa lalu dibagikan ke

yang lain sesuai dengan jumlah utang pada mereka115 oleh likuidator (liquidateur,

111Ibid,hlm,295.

112 UU Nomor 37 tahun 2004 pasal 1 angka 11

113 Yang ditujuk secara tegas sebagai badan adalah dalam UU No. 28 Tahun 2004 tentang Yayasan, UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas dan UU No. 17 Tahun 2012 Tentang Perkoperasian.

114

Gatot Supramoto, Kedudukan Perusahaan Sebagai Subjek Dalam Gugatan Perdata di Pengadilan,[ Jakarta: PT. Rineka Cipta 2007 ] hlm, 136.

(29)

liquidator) yaitu orang yang ditunjuk atau diangkat menjadi penyelenggara

likuidasi.116 Likuidasi (penyelesaian) dilakukan oleh badan pengurus koperasi yang

bertindak sebagai likuidator, kecuali jika ditentukan undang undang koperasi,

anggaran dasar atau keputusan rapat anggota memberikan persetujuan kepada orang

lain sebagai likuidator.117

Menurut H.M.N. Purwosutjipto,SH penyelesaian dapat disistematisir sebagai

berikut:118

1. Menginventarisir semua harta kekayaan koperasi. 2. Melakukan penagihan kepada para debitur koperasi.

3. Menetapkan sejumlah uang sebagai tanggungan masing masing anggota serta bekas anggota.

4. Membayar utang koperasi, termasuk biaya penyelesaian.

5. Menggunakan sisa kekayaan koperasi sesuai dengan ketentuan yang ada. 6. Menetapkan siapa yang berkewajiban untuk menyimpan arsip koperasi. 7. Membuat laporan kepada para pejabat.

2. Konsepsi

Konsepsi merupakan pedoman operasional yang akan memudahkan pelaksanaan proses penelitian.

“Di dalam penelitian hukum normatif maupun sosiologis atau empiris dimungkinkan untuk menyusun kerangka konsepsional yang didasarkan atau diambil dari peraturan perundang-undangan tertentu. Biasanya kerangka konsepsional tersebut, sekaligus merumuskan definisi-definisi tertentu , yang dapat dijadikan pedoman operasional di dalam proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan konstruksi data”.119

Untuk memperoleh penjelasan yang relevan bagi pemahaman pengkajian

ilmiah di dalam penulisan tesis ini, maka terdapat istilah-istilah yang dijumpai dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut :

116

M. Yahya Harahap,Hukum Perseroan Terbatas,Jakarta [Jakarta: Sinar Grafika, 2009], hlm, 556.

117

Hans .H.Munkner,10 Kuliah mengenai Hukum Koperasi 10 Lectures of Co-operative Law[ Jakarta: Rekadesa, 2012], hlm, 184.

118 H.M.N. Purwosutjipto, Pengertian Pokok Pokok Hukum Dagang 2 Bentuk Bentuk Perusahaan ,[Klaten: Intan Sejati,2005], hlm, 231.

119Soerjono Soekamto,

(30)

1. Analisis yuridis. Dalam analisis yuridis itu bahan bahan hukum dipelajari

isinya,120 atau bagian pasal pasal dari undang-undang koperasi ditafsirkan

sebagai pernyataan dari prinsip koperasi.

2. Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau

badan hukum koperasi, dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai

modal untuk menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan

bersama di bidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan

prinsip koperasi.121

3. Badan hukum adalah perkumpulan orang (organisasi), dapat melakukan

perbuatan hukum (rechtshandeling) dalam hubungan-hubungan hukum

(rechtsbetrekking), mempunyai harta kekayaan sendiri, mempunyai pengurus,

mempunyai hak dan kewajiban, dapat digugat dan dapat menggugat di depan

pengadilan.122

4. Pembubaran adalah suatu tindakan yang menyebabkan perusahaan berhenti

dan tidak lagi menjalankan bisnis untuk selama lamanya, diikuti proses

administrasinya berupa pemberitahuan, pengumuman dan pemutusan

hubungan kerja dengan karyawannya.123

5. Pemberesan suatu tindakan yang dilakukan dalam suatu proses likuidasi untuk

mendata dan menjual atau mencaikan asset asset dalam perusahaan likuidasi

untuk kemudian hasilnya dibagi bagikan kepada pihak pihak yang berhak.124

120

Theo Huijbers,Filsafat hukum Dalam Lintasan Sejarah,[Yogyakarta: Kanisius,1982],hlm, 131

121

Pasal 1 angka 1 UU No. 17 Tahun 2012

122 Chidir Ali,Op.Cit,hlm 21. 123

Munir Fuady,Perseroan Terbatas Pradigma Baru, Op.Cit, hlm 178

124

(31)

6. Likuidasi (liquidation) pendistribusian asset perusahaan setelah usaha terhenti

atau proses, diawali dengan pembubaran dandiikuti dengan pemberesan.125

Menurut Sutan Remy Sjahdeini, “Likuidasi adalah tindakan pemberesan

terhadap harta kekayaan atau aset (aktiva) dan kewajiban-kewajiban (pasiva)

suatu perusahaan sebagai tindak lanjut dari bubarnya perusahaan.126

7. Pailit adalah suatu keadaan dimana seseorang yang oleh suatu

pengadilan dinyatakan bankrupt dan yang aktivanya atau warisannya telah

diperuntukkan untuk membayar utang-utangnya127 atau keadaan dimana

debitor dalam keadaan berhenti membayar hutang dikarenakan tidak mampu.

8. Tanggung jawab hukum adalah suatu konsep yang terkait dengan konsep

kewajiban hukum.

9. Akibat hukum128 ialah segala akibat/konsekuensi yang terjadi dari segala

perbuatan hukum yang dilakukan oleh subjek hukum terhadap objek hukum

ataupun akibat-akibat lain yang disebabkan oleh kejadian-kejadian tertentu

yang oleh hukum yang bersangkutan sendiri telah ditentukan atau dianggap

sebagai akibat hukum.129

125 Mariam Darus Badulzaman,Aneka Hukum Bisnis,[Bandung: Alumni,1994.], hlm, 124. 126 Yeny Abdullah,

Beberapa Defenisi Terkait Likuidasi, http://yenaset.wordpress. Com ], diakses tanggal 16 Maret 2016

127Jeany Tabita, Pengertian dan Syarat Kepailitan [ http://www.hukumkepailitan.co Pailit menurut Ensiklopedia Ekonomi Keuangan Perdagangan ] diakses tanggal 20 Oktober 2012

128

(32)

10. Pengurusan adalah menginventarisasi, menjaga dan memelihara agar harta pailit

atau likuidasi tidak berkurang dalam jumlah, nilai dan bahkan bertambah dalam

jumlah dan nilai.130

11. Pemberesan merupakan salah satu tugas yang dilakukan oleh kurator terhadap

pengurusan harta debitor pailit, dimana pemberesan baru dapat dilakukan setelah

Debitor pailit benar-benar dalam keadaan tidak mampu membayar (insolvensi)

setelah adanya putusan pernyataan pailit.131

G. Metode Penelitian

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Penelitian pada dasarnya adalah “suatu upaya pencarian ” dan bukannnya

sekedar mengamati dengan teliti terhadap suatu objek.132 Penelitian hukum

merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan

pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala

hukum tertentu dengan jalan menganalisanya.133 Jenis penelitian dalam tesis ini

adalah penelitan hukum normatif (yuridis normatif). Penelitian yuridis normatif

adalah pengkajian terhadap bahan hukum primer maupun sekunder.134

Untuk mencapai tujuan pada penelitian ini, maka penelitian ini akan bersifat

preskriptif. Penelitian preskriptif yaitu mempelajari tujuan hukum, nilai nilai keadilan

130 Tri Reni Novita,

Pengurusan Dan Pemberesan Harta Perusahaan Pailit,(Studi Kasus Pada Pengadilan Niaga Medan),[ www.umnaw.com/kultura/], diakses Tanggal 16 Maret 2013

131Ibid

132Bambang Sunggono,Metologi Penelitian Hukum, [ Jakarta : PT Grafindo Persada, 2003], hlm , 27

133

Soerjono Soekamto,Op.Cit,hal 43

(33)

validitas aturan hukum, konsep-konsep hukum dan norma-norma hukum,135 dan

penelitian ditujukan untuk mendapatkan saran-saran mengenai apa yang harus

dilakukan untuk mengatasi masalah masalah tertentu.136

2. Pendekatakan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan perundang-undangan (statute

approach) dilakukan dengan menelaah semua undang undang dan regulasi yang

bersangkut paut dengan isu hukum yang ditangani,137 tingkat sinkronisasi hukum

baik vertikal maupun horisontal termasuk penelusuran kaedah meliputi asas hukum,

kaedah dalam arti sempit (value), peraturan hukum konkret.138

3. Tehnik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data penelitian ini menggunakan penelitian kepustakan

(library research) yaitu untuk mendapatkan bahan baku atau data primer hukum

normatif ( yuridis normatif ) merupakan penelitian hukum yang dilakukan dengan

meneliti bahan pustaka atau data sekunder belaka.139

4. Bahan Penelitian

Sumber data yang dipakai dalam penelitian ini adalah sumber data sekunder

yaitu bahan pustaka merupakan data dasar dalam (ilmu) penelitian digolongkan

sebagai data sekunder140 seperti :

a. Bahan hukum primer

135 Peter Mahmud Marzuki,Penelitian Hukum , [ Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2005], hlm,22.

136Soerjono Soekanto,Op.Cit,hlm, 10. 137Ibid,hlm, 93.

138Sudikno Mertokusumo, Penemuan Hukum, Sebuah Pengantar [ Yogyakarta: Liberty ,1996], hlm, 29.

139 Soerjono Soekamto, Sri Mamuji,

Penelitian Hukum Normatif:Suatu tinjauan Singkat [ Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1983], hlm,14.

(34)

Bahan hukum primer terdiri dari perundang-undangan, catatan catatan resmi

atau risalah dalam pembuatan perundang undangan dan putusan putusan

hakim 141 putusan-putusan pengadilan yang berkaitan dengan isu yang

dihadapi.142 Dalam penelitian ini yaitu sumber data primer yang berasal dari

perundang-undangan khususnya UU No 17 Tahun 2012, UU No. 37 tahun

2004, PP No.17 Tahun 1994, PP No.9 Tahun 1995.

b. Bahan hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder terutama buku-buku teks berisi prinsip-prinsip dasar

dalam ilmu hukum dan pandangan pandangan klasik para sarjana yang

mempunyai kualifikasi tinggi143termasuk skripsi, tesis dan disertasi.144

c. Bahan hukum tersier

Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang memberikan petunjuk atau

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.

5. Analisis Data

Keseluruhan data yang diperoleh baik bahan hukum primer dan bahan hukum

sekunder dianalisis secara kualitatif yaitu “analisis data yang tidak menggunakan

angka-angka, melainkan memberikan gambaran-gambaran (deskripsi) dengan

kata-kata atas temuan-temuan, dan karenanya ia lebih mengutamakan mutu/kualitas dari

141

Peter Mahmud Marzuki,Op.Cit,hlm, 141 142

Ibid,hlm ,146 143Ibid

(35)

data bukan kuantitas.”145 Analisis dilakukan terhadap pasal pasal yang isinya

merupakan kaedah hukum. Setelah dianalisis, maka konstruksi dilaksanakan dengan

cara memasukkan pasal pasal tertentu ke dalam kategori-kategori atas dasar

pengertian-pengertian dasar dari sistem hukum tersebut. Hasil dari telaah tersebut

merupakan suatu argumen untuk memecahkan isu yang dihadapi 146 dan penarikan

kesimpulan dilakukan dengan cara deduktif-induktif.

145 H.Salim,HS, Erlies Septiana Nurbani,

Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian Tesis Dan Disertasi[Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2013], hlm,19.

Referensi

Dokumen terkait

Motif ragam hias yang digunakan pada bangunan Keraton Surakarta yaitu kaligrafi, motif tumbuhan / sulur (pola lengkung-lengkung tanaman, batang, daun dan buah) dan geometri

penduduknya bekerja sebagai petani yang kegiatan perekonomiannya sebagian kecil dikuasai oleh para petani kaya yang memiliki lahan luas dan modal cukup besar.

Dapat dikatakan bahwa multimedia adalah penggunaan komputer untuk menyajikan dan menggabungkan teks, suara, gambar, animasi, audio dan video dengan alat bantu

YANG DIPERLUKAN (MENIT) PENGALAMAN BELAJAR K S P MATEMATIKA Mampu menerapkan pemikiran logis, kritis, sistematis, dan inovatif dalam konteks pengembangan atau

Saran : Ibu hamil terutama primigravida yang telah memasuki Trimester III diharapkan lebih meningkatkan intensitas senam hamil dengan harapan tidak adanya kecemasan

Dari M-7 akan terjadi pemisahan, untuk buburan kertas yang sudah halus dan bersih akan dialirkan ke C-02 bergabung dengan buburan kertas dari proses no 4 dan yang masih kotor dan

Pembuluh darah kolateral berasal dari dilatasi pembuluh darah yang menghubungkan sirkulasi portal dengan vena cava di mana pada keadaan normal tertutup.. Faktor

Ijin pemutusan hubungan kerja dimaksudkan sebagai ijin pemutusan hubungan kerja oleh Panitia Penyelesaian Perselisihan Perburuhan Daerah/Pusat atas permintaan pihak- pihak