BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu masalah hukum adalah pembubaran badan hukum (recht person)
sebagai subjek hukum pendukung hak dan kewajiban. Pembubaran badan hukum
berkaitan erat dengan penyelesaian hak dan kewajiban subjek hukum tersebut.
Undang Undang No.17 Tahun 2012 menyebutkan bahwa koperasi adalah badan
hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau badan hukum koperasi, dengan
pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk menjalankan usaha, yang
memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang ekonomi, sosial, dan budaya
sesuai dengan nilai dan prinsip koperasi.1 Pengaturan koperasi sebagai lembaga
hukum di Indonesia pertama kali sejak keluarnya Stb. No. 431 Tahun 1915.2
Koperasi memiliki karakteristik yang membedakannya dengan badan usaha yang
lain,3 dan mempunyai dua sisi yaitu lembaga ekonomi yang menerapkan asas
ekonomi yaitu dalam memenuhi kebutuhan ekonomi dengan menerapkan
prinsip-prinsip ekonomi dalam berusaha dan sebagai lembaga hukum yaitu menerapkan
semua prinsip-prinsip hukum dalam usaha yang berbadan hukum.4
1Pasal 1 angka 1 UU No.17 Tahun 2012
2LihatVerordening op de cooperatieve Vereenigingen [ Koninklijke Besluit 7 April 1915 , Indish Staatsblat No 431] yaitu untuk untuk mendirikan koperasi harus mendapat ijin dari Gubernur Jenderal, harus dibuat dengan akta notaris dalam bahasa Belanda, membayar bea meterai sebesar 50 gulden, harus diumumkan di Javache Courant
3 Hans Munkner, Co-Operative Principles & Co-Operative Law Membangun UU Koperasi Berdasarkan Prinsip-Prinsip Koperasi, [ Jakarta: Reka Desa, 2011],hlm,82 bahwa koperasi memiliki idenditas ganda (the dual identity of the member) yaitu anggota sebagai pemilik (owner) dan sekaligus sebagai pengguna jasa koperasi (user own oriented firm)
4 Anjar Pachta W, Myra Rosana Bachtiar, Nadia Maulisa Benemay,
Ropke menjelaskan “koperasi suatu organisasi bisnis yang para
pemilik/anggotanya adalah juga pelanggan utama perusahaan tersebut.”5 Koperasi
sebagai bisnis juga memerlukan modal jika mau berusaha dan berhasil, berkembang,
berdaya hasil, dan bersaing dengan perusahaan-perusahaan asing.6 Aturan mengenai
permodalan ini tidak diatur secara detail seperti halnya pengaturan modal dalam
sebuah Perseroan Terbatas (PT); namun secara prinsip sangat jelas asal usul
pengumpulan modal dalam sebuah koperasi seperti ditentukan UU Perkoperasian.7
Sumber utama modal koperasi terdiri setoran pokok dan sertifikat modal koperasi
sebagai modal awal.8
Jika kontribusi modal awal tidak mencukupi untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya, maka koperasi dapat meminjam9 uang dari anggota dalam bentuk
simpanan deposito (saving deposits) atau dari sumber lain seperti koperasi sekunder
(pinjaman silang dilingkungan koperasi kredit ), bank atau investor lain.10
Jika suatu koperasi menerima tabungan dari para anggotanya (marketing) dan
jiga menyediakan pinjaman kepada anggotanya (purcahsing) koperasi ini disebut
Koperasi Simpan Pinjam (KSP).11 Secara umum ruang lingkup kegiatan usaha KSP
adalah penghimpunan dan penyaluran dana yang berbentuk penyaluran pinjaman
terutama dari dan untuk anggota. Pada perkembanganya memang KSP melayani tidak
5Dikutip dari : Hendar,Manajemen Koperasai Pokok-pokok Pikiran Mengenai Manajemen dan Kewirausahaan Koperasi,[Jakarta: Erlangga, 2010],hlm,19]
6Hans Munkner
Op.Cit,hlm 125 7Ibid, hlm 86
8Pasal 66 ayat 1 UU No. 17 Tahun 2012 .
9 Pasal 66 ayat 2 huruf (c) UU No. 17 Tahun 2012 .Modal pinjaman yang berasal dari: 1).Anggota 2).Koperasi lainnya dan/atau anggotanya 3). bank dan lembaga keuangan lainnya, 4). penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya; dan/atau 5)Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
saja anggota tetapi juga masyarakat luas. Untuk bisa menjalankan usahanya koperasi
simpan pinjam harus melakukan penghimpunan dana.
“Usaha KSP mirip dengan perbankan, yaitu menerima simpanan dan memberikan pinjaman, bahkan KSP berani memberikan bunga yang lebih tinggi kepada para penyimpan dana serta menawarkan kemudahan bagi pihak yang akan meminjam uang. Dan usaha ini mampu menarik minat anggota masyarakat baik untuk menyimpan dan maupun meminjam dana. Namun kejayaan KSP ini hanya berlaku hingga tahun 2006-2007. Mulai tahun 2005 satu persatu KSP mengalami kebangkrutan diikuti dengan pembubaran, hal ini berjalan terus hingga pada tahun 2007 banyak KSP yang bubar karena tidak mampu memenuhi kewajibannya kepada para penyimpan dana. Pembubaran KSP biasanya diawali dengan adanya gugatan yang dilakukan oleh pihak penyimpan dana yang bunga atau simpanannya tidak dibayar oleh koperasi”.12
Pembubaran koperasi merupakan satu pranata hukum yang diatur dalam UU.
No. 17 Tahun 2012 dan diikuti likuidasi untuk membereskan hak dan kewajibannya
sebagai seebagai subjek hukum. Salah satu kewajiban koperasi adalah
mengembalikan pinjaman modal kepada pemilik dana simpanan baik yang bersumber
dari anggota maupun pihak lain. Modal pinjaman koperasi yang tidak mampu
dikembalikan debitur (koperasi) kepada pemilik dana simpanan maupun pihak ketiga
merupakan ciri-ciri dari kebangkrutan secara ekonomi, dan akan membawa
konsekuensi kebangkrutan secara hukum.
Pengurus dalam memberikan pinjaman harus melaksanakan prinsip
kehati-hatian bisnis (principle business frudence), karena setiap pengurus wajib
menjalankan tugas dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab untuk kepentingan
dan usaha koperasi13 jika prinsip kehati-hatian bisnis ini diabaikan maka kesulitan
ekonomi dan resiko kerugian keuangan akan menimpa KSP. Kesulitan keuangan
12Widiastuti,
Tanggung Jawab Pengurus Koperasi Simpan Pinjam Berbadan Hukum Tehadap Penyimpan Dana,[ejournal.unisri.ac.id,Wacana Hukum, Vol VIII No.2 Okto 2009],hlm. 79diakses tanggal 17 Januari 2013
13
atau likuiditas (financial distress) adalah kesulitan keuangan atau likuiditas yang
mungkin awal kebangkrutan.Namun dari sisi manajemen resiko bisnis, kebangkrutan
perusahaan bukanlah sesuatu yang sulit terjadi terhadahap perusahaan melainkan hal
tersebut bisa terjadi terhadap perusahaan apapun,14 termasuk perusahaan koperasi.
Menurut Stuart Slatter mengemukakan sebelas sebab pokok kebangkrutan suatu
perusahaan yaitu ketidakcakapan manajemen, ketidakcukupan pengendalian,
intensitas persaingan, struktur biaya yang tinggi, perubahan pasar, pergerakan harga
komoditi, ketidakcukupan program pemasaran, proyek besar akuisisi, kebijaksanaan
keuangan dan pertumbuhan yang terlampau cepat.15
Koperasi yang tidak memiliki ketidakcakapan manajemen (mis manajemen)
dan ketidakcakapan pengendalian dalam mengelola koperasi serta koperasi yang
tidak mengadopsi tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance)
yang diterapkan pada BUMN dapat menimbulkan resiko dalam berbagai bentuk yang
akan mengancam kebangkrutan secara ekonomi maupun secara hukum, “karena
masa depan merupakan suatu yang sulit diprediksi.”16 Perusahaan yang mulai
membutuhkan dana dari luar, baik dalam bentuk utang maupun equity, menunjukkan
skala usaha yang semakin besar pula. Dalam kasus kredit di bank, pihak bank
menjadi pihak kreditor yang sangat berkepentingan dengan tingkat pengembalian
pinjaman yang diberikan.17 Sepuluh besar koperasi terbaik di Indonesia memiliki
14
M. Hadi Shubhan ,Hukum Kepailitan, Prinsip, Norma, dan Praktek di Peradilan, [Jakarta: Kencana Prenada,2009],hlm,57.
15
Ibid, hlm 55, dikutip dari Suwarsono Muhammad,Op. Cit, hlm 9.
16
H . Masyhudi Ali,Manajemen Resiko strategi Perbankan dan Dunia Usaha Menghadapi Tantangan Globalisasi Bisnis, [ Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006 ], hlm, xix
17
modal pinjaman lebih besar dari modal sendiri.18 Hal ini beresiko tinggi karena
“permodalan yang berasal dari modal sendiri (equity) dirumuskan sebagai modal
yang menanggung resiko”19 terhadap semua kewajiban koperasi. Kerugian utama
perusahaan yang mempunyai tingkat hutang yang lebih tinggi adalah peningkatan
resiko kesulitan keuangan, dan akhirnya likuidasi20 dan jika porsi hutang dalam
struktur modal meningkat, kemungkinan bangkrut juga meningkat.21
Koperasi yang bangkrut secara financial dapat dimohonkan pailit sebagai
alternatif jalan keluar dari kesulitan keuangan. Kesulitan keuangan bisa berupa
economi failure (kegagalan ekonomi) yaitu pendapatan perusahaan tidak dapat
menutup total biaya, busines failure yang menghentikan operasi dengan akibat
mengalami kerugian, technical insolvensi yaitu tidak memenuhi kewajiban yang
sudah jatuh tempo,insolvensi in bankrupcyyaitu jika nilai buku hutang melebihi nilai
pasar asset, dan legal bankrupcy yaitu bangkrut secara hukum yang telah diajukan
tuntutan resmi dengan undang undang.22
Koperasi diputus pailit oleh Pengadilan Niaga karena kebangkrutan yaitu
Koperasi Sumber Artha Mandiri dengan Putusan Nomor: 01/Pailit/2008/PN.Niaga
Smg yang dikabulkan permohonan pengurus karena dinilai tidak mampu membayar
utang terhadap kreditor/ penyimpan dana.23“Di kota Surakarta, pada tahun 2007 lebih
18
Koperasi di Indonesia menurut data Kementerian Koperasi dan UKM. [Dawnload – Data Koperasi secara nasional tahun 2010] diakses tang 11 Oktober 2012
19
Anjar Pachta W, Myra Rosana Bachtiar, Nadia Maulisa Benemay, Op.Cit, hlm, 86.
20
Khaira Amalia Fachrudin,Kesulitan Keuangan Perusahaan dan Personal , Sebab Akibat Prediksi Tata Kelola Peluang Surive antispasi Rekomendasi Dzikir [Medan: USU Press, 2008 ], hlm. 15.
21
Ibid, hlm ,96.
22
Ibid, hlm, 2-3. Lihat Juga M. Hadi Shubhan,Op.Cit, hlm, 54-55.
23
dari 4 KSP diperkarakan oleh penyimpan dana di Pengadilan Negeri karena tidak
mampu mengembalikan dana milik penyimpan.”24
Selain kasus gugatan KSP tersebut dalam praktek ;
Seringkali Koperasi Simpan Pinjam melakukan penghimpunan dana dari masyarakat yang jelas-jelas bukan anggota koperasi dalam bentuk deposito berjangka dengan memberikan bunga kepada nasabahnya di atas bunga bank. Dengan menempatkan sejumlah uangnya pada koperasi, para calon nasabah diberikan harapan nantinya akan mendapatkan pengembalian yang tinggi, tanpa harus bekerja keras keuntungan pun bisa didapat. Tawaran semacam ini sangat menggiurkan, karena orang akan lebih cenderung bersikap pragmatis untuk mendapatkan sebuah keuntungan.25
Seperti kasus yang dilakukan oleh Koperasi Simpan Pinjam Manunggal
Utama Karya yang ada di Solo. Kasus tersebut berkedok penawaran deposito
berjangka.26
Disamping berpotensi sebagai lembaga intermediasi, KSP juga berpotensi
mempunyai resiko kebangkrutan ekonomi dan keuangan. Koperasi yang bangkrut
sehingga tidak mampu membayar utangnya yang jatuh tempo dapat dimohonkan
pailit. Berdasarkan Pasal 105 huruf a menteri dapat membubarkan koperasi apabila
koperasi dinyatakan pailit berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap. Putusan pernyataan pailit terhadap debitor (KSP) membawa
dampak besar bagi para kreditor, debitor (KSP) pailit tersebut. Hal ini menjadi
persoalan bagaimana mereka (kreditor) mendapatkan hak-haknya atas debitor pailit27
jika debitornya koperasi yang kemudian dibubarkan karena utangnya lebih besar
daripada assetnya atau koperasi dalam keadaan insolvensi.
24
Widiastuti,Loc.Cit. 25
Kun Kurokawa, Skripsi, Kajian Yuridis Penyelenggaraan Kegiatan Koperasi Simpan Pinjam Yang Beprpotensi Tindak Pidana[http://juarakontes.blogspot.com.] diakes tanggal 22 Juli 2012
26 Ibid
Prinsip kepailitan koperasi juga pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan dari
gejala kebangkrutan koperasi tersebut. Koperasi yang diputus pailit oleh Pengadilan
Niaga adalah salah satu alasan pembubaran terhadap koperasi yang sedang
mengalami kebangkrutan disamping alasan pembubaran lainnya. Undang Undang
No. 17 Tahun 2012 tidak secara tegas menyebutkan apakah setiap koperasi yang
diputus pailit atau hanya koperasi yang insolvensi dalam hal harta pailit tidak cukup
untuk membayar biaya kepailitan (artinya nilai harta pailit lebih kecil dari pada biaya
untuk membereskannya).
Koperasi yang diputuskan bubar berdasarkan Pasal 102 UU No. 17 Tahun
2012 harus dilakukan lagi perbuatan hukum berdasarkan Pasal 106 sampai 111
mengenai penyelesaian28 hak dan kewajiban koperasi tersebut terhadap kepentingan
para anggota pemegang sertifikat modal koperasi (APSMK) maupun kepentingan
kreditor dan pihak ketiga. Likuidator dalam UU No. 17 Tahun 2012 disebut “Tim
Penyelesai” dan sesuai dengan namanya penyelesai (likuidator) akan mengurus
seluruh penyelesaian atas nama koperasi yang bersangkutan, sehingga tidak lagi
terdapat urusan yang masih menjadi tanggungan koperasi.29
Koperasi yang dibubarkan selanjutnya akan dilakukan tindakan hukum
likuidasi (koperasi dalam penyelesaian) untuk menyelesaikan hak dan kewajibannya
yang menyangkut kepentingan anggota, koperasi lain dan anggotanya dan pihak
ketiga atau kepentingan kreditor koperasi.
28
Mengatur tentang penyelesaian hak dan kewajiban koperasi yang dibubarkan berdasarkan pasal 102 UU No. 17 Tahun 2012.
Pembubaran koperasi sejatinya merupakan penghapusan entitas hukum
sebagai subjek hukum. Persoalan yang muncul dengan pembubaran koperasi adalah
bagaimana nasib aktiva dan pasiva koperasi tersebut.30 Disamping itu Koperasi
memiliki kekayaan tersendiri yang menjadi jaminan utang kepada kreditor termasuk
penyimpan dana dan para kreditor.
Secara teoritis kepailitan koperasi harus dibedakan dengan kebangkrutan,
pembubaran dan likuidasi koperasi. Pembubaran koperasi merupakan suatu langkah
hukum yang diambil terhadap koperasi atas alasan-alasan hukum tertentu seperti yang
yang diatur dalam Pasal 102 UU No. 17 Tahun 2012.31 Persoalan hukum akan
muncul apabila harta koperasi tersebut telah diputus pailit oleh Pengadilan Niaga dan
hartanya tidak cukup mengembalikan pinjamanan/ utangnya karena mengalami
kesulitan keuangan dan pada akhirnya koperasi tersebut dibubarkan. Untuk
melakukan pengurusan dan pemberesan harta badan hukum koperasi dalam likuidasi
dibentuk tim likuidator (tim penyelesai).
Berdasarkan uraian diatas maka tesis ini ditulis dengan judul Analisis
Yuridis Tentang Pembubaran Dan Likuidasi (Penyelesaian) Atas Pailitnya
Koperasi.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka dapat
dirumuskan beberapa masalah yang menjadi dasar didalam pembahasan tesis ini,
adalah sebagai berikut :
30
Ibid,Bandingkan dengan nasib aktiva dan passiva perseroan.
1. Bagaimana akibat hukum pembubaran koperasi yang diputus pailit oleh
Pengadilan Niaga?
2. Bagaimana menurut hukum pembagian harta koperasi dalam likuidasi?
C. Tujuan Penelitian
Adapun yang tujuan dari penelitian tesis ini berdasarkan permasalahan yang
dikemukakan diatas adalah :
1. Untuk mengetahui akibat hukum pembubaran koperasi yang diputus pailit
oleh Pengadilan Niaga.
2. Untuk mengetahui bagaimakah menurut hukum pembagian harta koperasi
dalam likuidasi.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilakukan dalam tesis ini selain memiliki manfaat teoritis juga
memiliki manfaat praktis sesuai dengan tujuan penelitian ini. Manfaat penelitian ini :
1. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam
perkembangan ilmu hukum khususnya hukum koperasi tentang akibat hukum
pembubaran koperasi serta pembagian harta koperasi dalam likuidasi.
2. Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada penegak hukum
dan pembuat peraturan perundang undangan dan memberikan masukan bagi
penyempurnaan pranata hukum koperasi khususnya tentang pembubaran
E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan informasi yang didapat tanggal 25 Juli 2012 dari penelusuran
kepustakaan di lingkungan Universitas Sumatera Utara ternyata penelitian tentang “
Analisis Yuridis Tentang Pembubaran Dan Likuidasi (Penyelesaian) Atas Pailitnya
Koperasi tidak ada ditemukan judul yang sama maka penelitian ini adalah asli dan
dapat dipertanggungjawabkan keasliannya.
F. Kerangka Teori dan Konsepsi
1. Kerangka Teori
Suatu teori merupakan seperangkat konstruk (konsep), batasan , dan proposisi
yang menyajikan suatu pandangan sistematis tentang fenomena dengan merinci
hubungan-hubungan variabel dengan tujuan menjelaskan dan memprediksi gejala
itu.32Tujuan utama teori adalah menjelaskan atau memperkirakan agar masalah yang
dikaji mudah dipahami. Umumnya kekuatan suatu teori terletak pada kemampuannya
untuk membawa banyak pemikiran dan informasi mengenai suatu problem khusus
atau seperangkat problem dan dengan demikian melampaui pemikiran yang tidak
sistematis didalam detail dan ketepatan untuk pembentukan dan manipulasi konsep
berikutnya.33 Teori hukum adalah pengertian hukum, bukan istilah istilah hukum,
karena pengertian hukum itu sama, sedangkan untuk menyebut pengertian hukum
yang sama bisa digunakan istilah yang berlainan34 dengan kata lain “teori hukum”35
pada hakikatnya suatu keseluruhan pernyataan yang saling berkaitan berkenaan
32
Khudzaifah Dimiyati,Teorisasi Hukum Studi Tentang Perkembangan Pemikiran Hukum di Indonesia 1945-1990[ Yogyakarta: Gajah Mada University,1990], hlm,14. Dikutip dari bukunya Fred N Kerlinger,The Foundation of Behavioral Research, Third Edition, 1986,by Holt, Reinhart and Winston Inc, diterjemahkan oleh Landung R Simatupang,.
33
Hotman M. Siahaan, Pengantar Kearah Sejarah dan Teori Sosiologi, [Jakarta : Erlangga,1986] , hlm,3.
34Ahmad Rustandi,Resfonsi Filsafat Hukum[ Bandung: Armiko,1984], hlm, 20. 35
Khudzaifah Dimiyati, Op. Cit, hlm 42 dikutip dari J.J. H. Bruggink, Refleksi tentang Hukum ,
dengan sistem konseptual aturan-aturan dan putusan-putusan hukum dan sistem
tersebut untuk sebagian yang penting dipositifkan. Dalam persepsi Karl Raimund
Popper 36 suatu teori harus bersifat praktis dan berguna dalam pemecahan masalah.
Hukum akan terbentuk, apabila suatu teori telah diuji dan telah diterima oleh
kalangan ilmuan, sebagai suatu yang benar dalam keadaan-keadaan tertentu.37
Dengan teori hukum tidak akan berhenti pada rumusan teks-teks hukum. Ia akan
bergerak lebih jauh pada konteks dibalik teks tersebut38 sehingga teori hukum itu
berusaha untuk menjelaskan mengapa teks atau pasal pasal hukum saling
berhubungan, apa maksud, tujuan dan untuk kepentingan siapa pasal tersebut dibuat.
Pada pendekatan analitis, berbagai peraturan perundang-undangan koperasi
dianalisa (diuraikan) sebagai peraturan pelaksana struktur koperasi yang khas,
masalah yang aktual dan kemudian ketentuan-ketentuan apa yang ditawarkan oleh
pembentuk undang-undang untuk memecahkan masalah ini.39
Tesis ini menganalisis secara hukum tentang akibat hukum pembubaran dan
likuidasi atas koperasi dengan menggunakan:
1. Teori tentang pribadi hukum (“The juristic person”).40
2. Teori kewajiban dan hak kolektif.41
3. Teori tanggungjawab.42
36Ibid, hlm, 44. Dikutip buku Lili Rasjidi, Op. Cit, hlm, 29.
37Soerjono Soekamto, Pengantar Penelitian Hukum[Jakarta: UI Press, 2010] , hlm, 127.
38
Bernard L.Tanya , dkkTeori Hukum Stategi Manusia Lintas Ruang dan Generasi [ Genta Publishing, 2010], hlm, 8.
39
Hans.H. Munkner, Hukum Koperasi, (Alih bahasa Abdulkadir Muhammad ), [Bandung: Alumni, 1987 ], hlm, 3.
40
Jimly Asshiddiqie, M.Ali Safa’at,Teori Hans Kelsen Tentang Hukum,[ Jakarta: Konstitusi Press, 2012] , hlm, 76.
41
Ibid, hlm 80.
42
4. Teori perjanjian (agreement theory) atau teori persetujuan (approval
theory).”43
Bahwa setiap legal person pada dasarnya “juristic person” 44 yang
mempunyai kewajiban dan hak serta tanggungjawab hukum (liablity). Kasus tipikal
dari juristic person (dalam arti sempit) adalah suatu korporasi (corporation).45
Untuk mencari landasan teoritis dari badan hukum dalam memahami badan
hukum sebagai pribadi hukum (“The juristic person”) kita dapat melihat badan
hukum (rechtperson) bertindak sebagai subjek hukum seperti halnya manusia
(natural person). Terdapat beberapa teori mengenai badan hukum antara lain:
1. Teori Fiksi yang dikemukakan oleh Friedrich Carl von Savigny dan Opzomer.
Bahwa adanya badan hukum merupakan suatu abstraksi, bukan merupakan
suatu hal yang konkrit.46
2. Teori Organ yang (leer der volledige reliteit ajaran realitas sempurna)
dikemukakan oleh Otto von Gierke. Badan hukum seperti halnya manusia
memiliki alat kelengkapan. Maka suatu badan hukum harus memiliki
organ-organ penunjangnya sendiri.47
3. Teori kekayaan bersama berasal dari Rudolf von Jhering.Menurut teori ini
badan hukum sebenarnya adalah kumpulan manusia yang memiliki
kepentingan bersama.48
43
Tri Budiyono,Hukum Perusahaan : Telaah Yuridis terhadap Undang Undang No.40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas,[Salatia: Griya Media, 2011], hlm,235.
44
Jimly Asshiddiqie, M.Ali Safa’atoc.Cit, dikutip dari Kelsen ,Pure Theory, hlm, 174 -176.
45
Ibid, hal 77. Lihat Kelsen, Introduction, hlm, 96. 46
Chidir Ali,Badan Hukum, [Bandung: Alumni, 1987], hlm, 31-32 47Ibid, hlm 32-33
4. Teori Kekayaan bertujuan (collectiviteit theori) yang dikemukakan oleh A.
Brinz. Dikatakan bahwa kekayaan badan hukum itu tidak terdiri dari hak-hak
sebagaimana lazimnya. Kekayaan dipandang sebagai wewenang terlepas dari
yang memegangnya. Yang penting bukan siapakah badan hukum itu, tetapi
kekayaan itu diurus dengan tujuan tertentu.49
5. Teori kanyataan yuridis (Juridische realiteit). Teori dikekmukakan oleh
E.M.Meijers dan dianut oleh Paul Scholtel. Badan hukum itu merupakan
suatu realitas, konkrit, riil walaupun tidak dapat diraba, bukan hayal tetapi
suatu kenyataan yuridis.50
Berdasarkan doktrin mengenai badan hukum, bahwa sesuatu lembaga atau
badan disebut sebagai badan hukum, apabila memiliki unsur-unsur antara lain:51
a. Adanya harta kekayaan yang terpisah.
b. Mempunyai tujuan tertentu.
c. Mempunyai kepentingan sendiri.
d. Adanya organisasi yang teratur.
Menurut Pasal 1653 selain perseroan perrdata sejati,
perhimpunan-perhimpunan orang orang sebagai badan hukum diakui undang-undang. Perkumpulan
yang dimaksud pasal 1653 tersebut diatas adalah apa yang kita kenal sebagai badan
hukum 52 atau juristic person dan yang dapat dikategorikan sebagai subjek hukum
yaitu:53
1. Badan hukum yang didirikan oleh pemerintah
49Ibid, hlm 34-35 50Ibid, hlm 35 51
Ali Rido, Badan Hukum dan kedudukan Badan Hukum Perseroan, Perkumpulan, Koperasi, Yayasan, Wakaf [Bandung: Alumni, 1986].hlm.50
2. Badan hukum yang diakui keberadaanya
3. Badan hukum yang diperbolehkan atau diijinkan keberadaanya; dan
4. Badan hukum yang didirikan dengan maksud tertentu oleh siapa saja.
Pendapat lain yang mengatakan “alasan utama korporasi diakui sebagai legal
personadalah karena fakta bahwa pertanggungjawaban delik perdata yang dilakukan
oleh korporasi pada prinsipnya terbatas pada kekayaan korporasi itu sendiri”.54
Pendapat ini hampir sama dengan teori propriete collective yang mengatakan hak
dan kewajiban badan hukum itu pada hakekatnya adalah hak dan kewajiban anggota
bersama sama yang merupakan korporasi, badan hukum yang mempunyai anggota.55
“Perkumpulan koperasi diartikan perkumpulan perkumpulan orang orang, dimana anggota anggota dileluasakan masuk atau keluar, dan bertujuan untuk memperbaiki kepentingan kebendaan (materiil) para anggota dengan jalan bersama-sama menyelenggarakan usaha mendapat bahan bahan untuk keperluan hidup atau keperluan perusahaan bersama, maupun mengusahakan uang panjar atau kredit.”56
“Bahwa korporasi sebagai juristic person memiliki hak relatif atau absolut
berarti bahwa individu tertentu atau sejumlah individu tertentu diwajibkan oleh
hukum negara atas suatu perbuatan tertentu terhadap korporasi dan jika kewajiban
tidak dipenuhi, suatu sanksi akan dieksekusikan berdasarkan tuntutan yang dibawa
oleh korporasi.”57 “Hak tidak dilaksanakan oleh individu berdasarkan keinginan
mereka, tetapi berdasarkan ketentuan korporasi. Mereka memiliki hak tetapi dalam
arti hak kolektif”.58
54Ibid
55Ali Rido, Hukum Dagang Tentang Aspek-aspek Hukum Dalam Asuransi Udara dan Perkembangan Perseroan Terbatas[ Bandung: Remadja Karya, 1984 ], hlm. 34.
56
Sularso, E.D. Manik,Peraturan dan Perundang Undangan Koperasi Indonesia,[ Jakarta: Dwi Segera, 1981] hlm, 9.
Menurut Bentens, “teori hak merupakan suatu aspek dari deontologi (teori
kewajiban) karena hak tidak dapat dipisahkan dari kewajiban. Bila suatu hak bagi
seseorang, maka sebenarnya tindakan yang sama merupakan kewajiban bagi orang
lain.”59
“Kewajibannya adalah pada individu tertentu. Tetapi pada saat individu ini ditentukan oleh aturan parsial yang membentuk korporasi, dan sejak individu ini harus melaksanakan kewajiban sebagai organ korporasi maka dimungkinkan mengimputasi kewajiannya pada korporasi dan menyebutnya sebagai kewajiban korporasi. Fakta bahwa korporasi memiliki kewajiban memperhatikan perbuatan tertentu juga bahwa berarti jika kewajiban tidak dipenuhi, suatu sanksi dapat dikenakan terhadap kekayaan korporasi”60
Satu perjanjian yang dibuat para pihak menimbulkan hak dan kewajiban serta
mengikat bagi mereka yang membuatnya. “Hak kontraktual (contractual right),
mengikat individu-individu yang membuat kesepakatan/ kontrak bersama dalam
wujud hak dan kewajiban masing-masing kontrak.” Pandangan tentang perusahaan
sebagai nexus of contract dikemukakan oleh Armen Alchian dan Harold Demsetz.61
“Pada dasarnya teori kontrak menyatakan bahwa perusahaan merupakan rangkaian
kontrak diantara paktor produksi. Meskipun setiap individu memiliki kepentingan
pribadi, sebagai tim mereka juga solit sebagai kesatua yang mengalami kompetisi
dengan tim lain.”62
Koperasi sebagai Pribadi Hukum (“The Juristic Person”) yang mempunyai
hak dan kewajiban diperlukan suatu “peristiwa” yang oleh hukum dihubungkan
sebagai suatu akibat. Jadi hak pada pihak yang satu berakibat timbulnya kewajiban
pada pihak yang lain. Koperasi sebagai legal person mempunyai hak dan kewajiban
59Teori Etika,[Staaf.uny.ac.id/sites], diaksek tanggal 15 Oktober 2012 60
Jimly Asshiddiqie, M.Ali Safa’at Op.Cit. hlm. 81. Dikutip dari kelsen, General Teori, Op.cit,hlm 101-102.
serta tanggungjawab yang telah diatur oleh hukum. “Hak dan kewajiban ini
merupakan kewenangan yang diberikan kepada seseorang oleh hukum.”63 Hak itu
tertuju kepada orang lain, yaitu yang menjadi pemegang kewajiban. Antara hak dan
kewajiban terdapat hubungan yang korelatif.64 Kewajiban publik adalah yang
berkorelasi dengan hak-hak publik seperti kewajiban memenuhi hukum pidana.
Kewajiban perdata adalah korelatif dari hak-hak perdata, seperti kewajiban yang
timbul dari perjanjian.65
Tanggung jawab (liability) merupakan istilah hukum yang luas yang
menunjuk hampir semua karakter risiko atau tanggung jawab yang pasti, yang
bergantung atau yang mungkin meliputi semua karakter hak dan kewajiban secara
aktual atau potensial seperti kerugian, ancaman, kejahatan, biaya atau kondisi yang
menciptakan tugas untuk melaksanakan undang-undang.66 “Prinsip tanggungjawab
berarti bahwa orang-orang yang memutuskan untuk bergabung dengan maksud untuk
saling tolong-menolong pada waktu yang sama juga sepakat untuk menerima
tanggungjawab, resiko, kerugian-kerugian dan kewajiban-kewajiban yang timbul dari
usaha itu”.67
“Suatu konsep yang terkait dengan konsep kewajiban hukum adalah konsep tanggungjawab hukum (liability). Seseorang yang bertanggungjawab secara hukum atas perbuatan tertentu bahwa dia dapat dikenakan suatu sanksi dalam kasus perbuatannya bertentangan/berlawanan hukum. Sanksi dikenakandeliquet, karena perbuatannya sendiri yang membuat orang tersebut bertanggungjawab.”68
63
Sudikno Mertokusumo,Mengenal Hukum Suatu Pengantar,[Yogyakarta: Liberty, Cet ke 2, 2005], hlm,42.
64Satjipto Raharjo,Ilmu Hukum,[Bandung: PT Citra Aditya Bakti, cet keV, 2000], hlm,55. 65
Jimly Asshiddiqie, Ali Safa’at,Op.Cit,hlm, 60.
66
Sonny Tabelo Manyawa,Teori Pertanggunggjawaban[http://sonny-tobelo.blogspot.com/ ] diakses tanggal 5 Januai 2013, dikutip, Shidarta,Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, Edisi Revisi, [Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia 2006], hlm. 73-79
67
Hans Munkner, Op.Cit.hlm, 8
Mengenai persoalan pertanggungjawaban pejabat menurut Kranenburg dan Vegtig ada dua teori yang melandasinya yaitu:69
a. Teori fautes personalles, yaitu teori yang menyatakan bahwa kerugian terhadap pihak ketiga dibebankan kepada pejabat yang karena tindakannya itu telah menimbulkan kerugian. Dalam teori ini beban tanggung jawab ditujukan pada manusia selaku pribadi.
b. Teori fautes de services, yaitu teori yang menyatakan bahwa kerugian terhadap pihak ketiga dibebankan pada instansi dari pejabat yang bersangkutan. Menurut teori ini tanggung jawab dibebankan kepada jabatan. Dalam penerapannya, kerugian yang timbul itu disesuaikan pula apakah kesalahan yang dilakukan itu merupakan kesalahan berat atau kesalahan ringan, dimana berat dan ringannya suatu kesalahan berimplikasi pada tanggung jawab yang harus ditanggung.
Secara teori tradisional terdapat dua macam pertanggungjawaban yang
dibedakan yaitu pertanggungjawaban berdasarkan kesalahan (base on fault) dan
pertanggungjawaban mutlak (absolut responsibility).70
Koperasi yang berbadan hukum merupakan subjek hukum cakap untuk
mempunyai kekayaan tersendiri yang terpisah dari kekayaan orang perseorangan,
sehingga baik pendiri maupun pengurus badan hukum tersebut statusnya hanya
merupakan salah satu organ dari badan hukum tersebut.71 Calvert memberi defenisi
koperasi sebagai organisasi orang orang yang hasratnya dilakukan oleh manusia atas
dasar kesamaan untuk mencapai tujuan ekonomi masing masing,72 dan menurut M.
Iskandar Soesilo koperasi adalah perusahaan, dimana orang-orang berkumpul tidak
untuk menyatukan modal atau uang, melainkan sebagai akibat adanya kesamaan
kebutuhan dan kepentingan ekonomi,73 dengan demikian koperasi bersifat suatu
kerjasama antara orang orang yang tergolong kurang mampu dalam hal kekayaan
69Sonny Tabelo Manyawa, Op.Cit dikutip dari Ridwan H.R.,Hukum Administrasi Negara,[Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006], hlm. 365.
70Jimly Asshiddiqie, Ali Safa’at,Loc.Cit, dikutip, KelsenPure Theory,Op.Cit, hlm 119-123. 71
Ibid
72M. Iskandar Soesilo,
Dinamika Gerakan Koperasi Indonesia Corak Perjuangan ekonomi Rakyat dalam Mnggapai Sejahtera Bersama, [Jakarta : PT. Wahana Semesta Intermedia, 2008], hlm,3.
(“kleine luiden”) yang ingin bersama meringankan beban hidup atau beban kerja 74.
Senada dengan pendapat ini koperasi selain bentuk perkumpulan juga merupakan
bentuk perusahaan (bedriijf ).75 Koperasi sebagai badan hukum secara tegas
disebutkan dalam Stb. 91 Tahun 1927, Stb. 108 Tahun 1933, Stb. 179 Tahun 1949,
UU No. 79 Tahun 195876, UU No. 12 Tahun 196777, UU No. 25 Tahun 199278dan
Pasal 1 angka 1 UU No. 17 Tahun 2012 Koperasi adalah badan hukum yang didirikan
oleh orang perorangan atau badan hukum koperasi dengan pemisahan kekayaan para
anggotanya sebagai modal untuk menjalankan usahanya, yang memenuhi aspirasi dan
kebutuhan bersama dibidang ekonomi, sosial dengan nilai dan prinsip koperasi.
Timbulnya suatu kewajiban koperasi sebagai pribadi hukum (juristic person)
oleh karena diperoleh suatu hak yang membebani syarat untuk memenuhi kewajiban
atau berdasarkan suatu perjanjian yang telah disepakati atau adanya kesalahan
maupun kelalaian yang menimbulkan kerugian bagi orang lain sehingga koperasi
wajib membayar ganti rugi, atau karena telah menikmati hak tertentu yang harus
diimbangi dengan kewajiban tertentu. Dalam pengertiannya sebagai penyandang hak
dan kewajiban, badan hukum dapat digugat ataupun menggugat di pengadilan, jadi
keberadaannya dan ketidakberadaannya tidak digantungkan kepada kehendak pendiri
atau anggotanya melainkan pada sesuatu yang ditentukan oleh hukum.79
74Wiriyono Projodikoro,Hukum Perkumpulan Perseroan dan Koperasi di Indonesia[Jakarta: Dian Rakyat, 1969], hlm, 98.
75Sigmun M.D,Koperasi Indonesia [ Jakarta: PT Inti Jndayu Press, 1988], hlm 7.
76Pasal 2 ayat 2 UU No. 79 tahun 1958, badan hukum ialah badan badan koperasi yang telah memperoleh sifat koperasi menurut undang undang ini.
77 Pasal 39 UU No. 12 tahun 1967, Koperasi yang akta pendiriannya disahkan menurut ketentuan undang undang ini adalah badan hukum.
78
Pasal 9 UU No. 25 tahun 1992, Koperasi memperoleh satus badan hukum setelah akta pendiriannya disahkan oleh Pemerintah.
Hapusnya suatu kewajiban koperasi sebagai pribadi hukum (juristic person)
karena koperasi dibubarkan, masa berlakunya telah habis dan tidak diperpanjang,
kewajiban telah dipenuhi oleh yang bersangkutan, hak yang melahirkan kewajiban
telah dihapus, ketentuan undang-undang, kewajiban telah beralih atau dialihkan
kepada orang lain.
Koperasi sebagai “badan hukum ada karena dibuat berdasarkan teori
perjanjian (agreement theory) maupun berdasarkan teori persetujuan (approval
theory).”80 Perkumpulan dalam arti luas ada beberapa sarjana berpendapat bahwa
sifat perkumpulan adalah perjanjian seperti yang diatur dalam Pasal 1313 KUH
perdata.81 Dengan demikian koperasi sebagai badan hukum (legal person) yang
didirikan berdasarkan dengan satu perjanjian antara anggota pendiri yang dituangkan
dalam akta pendirian koperasi dan dibuat dengan akta notaris dimana akta
pendiriannya disahkan menteri supaya memperoleh status badan hukum. Koperasi
berbadan hukum adalah subjek hukum sebagai pendukung hak dan kewajiban dalam
hubungan hukum. Koperasi sebagai subjek hukum dapat memiliki harta kekayaan
yang berasal dari anggotanya dan harta yang bersumber dari pinjaman82 dan khusus
KSP dapat menghimpun dana dari anggota.83 Koperasi yang tidak dapat
mengembalikan modal pinjaman tersebut sesuai dengan yang diperjanjian baik
seluruhnya atau sebagaian karena suatu alasan tertentu, maka koperasi wanprestasi
sehingga koperasi akan diminta pertanggungjawabannya secara hukum untuk
80Tri Budiyono, Tri, Hukum Perusahaan : Telaah Yuridis terhadap Undang Undang No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Loc. Cit.
81
Chidir Ali,Op.Cit, hlm 132 82
membayar hutangnya. “Dengan demikian harta kekayaan menjadi objek tuntutan dari
pihak ketiga yang mengadakan hubungan hukum dengan badan”84hukum koprasi.
Koperasi sebagai debitur, mengabaikan atau mengalpakan kewajiban dan
karena itu melakukan cacat prestasi maka kreditornya dapat menuntut pemenuhan
prestasi dan ganti rugi.85 Ketentuan mengenai ganti rugi dalam KUH Perdata diatur
dalam Pasal 1243 KUHPerdata sampai dengan Pasal 1252 KUH Perdata. Dari
ketentuan pasal-pasal tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan
ganti rugi adalah sanksi yang dapat dibebankan kepada debitor yang tidak memenuhi
prestasi dalam suatu perikatan untuk memberikan penggantian biaya, rugi dan
bunga.86
Koperasi yang wanprestasi87 atau tidak dapat melaksanakan prestasi
(membayar utangnya) kepada krediturnya dapat digugat di pengadilan88 dan apabila
krediturnya lebih dari satu orang dapat dimohonkan pailit melalui Pengadilan Niaga.
Koperasi yang diputus pailit dan apabila harta koperasi tidak cukup untuk membayar
biaya pailit, curator dapat mengusulkan kepailitan tersebut dicabut kembali,89 dan
84 Ali Ridho, Badan Hukum dan kedudukan Badan Hukum Perseroan, Perkumpulan, Koperasi, Yayasan, Wakaf ,Op. Cit, hlm ,50
85
Sunarmi,Prinsip Keseimbangan Dalam Hukum Kepailitan di Indonesia A Critical Review on Bankkrupty Law: ards The Bankrupty Laws That Protect Creditor And Debitor Interest, [ Medan: PT Sofmedia, Edisi2,2010],hlm,12
86 Hubungan-sebab-akibat-dan-sifat-melawan, [http://mamluatulrohmah.blogspot.]diakses Tanggal 12 September 2012.
87 Bentuk dari wansprestasi bisa berupa empat kategori, yakni :Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya, Melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana yang dijanjikan, Melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat, Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya.
88Dapat digugat di Pengadilan untuk 1).Membayar kerugian yang diderita oleh kreditur (ganti rugi). Ganti rugi seperti biaya, rugi dan bunga. 2).Pembatalan perjanjian atau pemecahan Perjanjian..3). Peralihan resiko
kepailitan juga dapat di cabut atas anjuran hakim pengawas90maka koperasi tersebut
wajib dibubarkan.
Tuntutan terhadap kewajiban koperasi sebagai debitur untuk melaksanakan
prestasinya maka koperasi bertanggungjawab dengan seluruh harta kekayaannya baik
yang bergerak maupun yang tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang akan
baru ada di kemudian hari menjadi jaminan untuk segala perikatan debitor (pasal
1131, 1133 KUH Perdata).91 Pasal 1132 KUH Perdata menyebutkan harta kekayaan
debitor menjadi agunan bersama bagi semua keditornya hasil penjualan harta
kekayaan itu dibagi bagi menurut keseimbangan, yaitu menurut perbandingan besar
kecilnya tagihan masing masing kreditor, kecuali apabila ada diantara para kreditor
itu terdapat alasan yang sah untuk didahulukan daripada kredior lain.
“Dikenal adagium yang disebut “missio in bona.” Arti dari adagium itu adalah bahwa harta kekayaan debitor dapat dijual untuk melunasi utang kepada kreditornya (venditio bonorum). Pembelinya (bonorum emptor) adalah seseorang yang memperoleh hak atas harta kekayaan debitor berdasarkan asas umum yang berkaitan dengan pelunasan utang terhadap kekayaan debitor tersebut. Dari hasil penjualan harta kekayaan tersebut debitor akan melunasi utang – utangnya itu secara proporsional sesuai dengan besarnya tagihan masing – masing kreditor.”92
Pasal 1131 dan 1132 merupakan asas-asas tentang hak-hak si kreditor yaitu:93
1. Apabila debitur tidak membayar utangnya dengan sukarela atau tidak membayarnya, walaupun telah ada putusan pengadilan yang menghukumnya supaya melunasi hutangnya atau karena tidak mampu membayar seluruh utangya maka semua harta bendanya disita untuk dijual dan hasil penjualan itu dibagi bagi antara semua kreditornya “ponds-ponds gewijze” artinya menurut perimbangan, yaitu menurut besar kecilnya piutang masing masing kreditor
90
Ibid,Lihat Pasal 18 UU NO 37 Tahun 2004 91
Ibid 92
Irwan,Pembatalan Pailit, [Lontar.ui.ac.id] hlm 2 diakses tanggal 25 Nopember 2012.
93
kecuali apabila diantara para kreditor itu ada alasan yang sah untuk didahulukan.
2. Semua kreditor mempunyai hak yang sama
3. Tidak ada nomor urut dari kreditor yang didasarkan atas timbulnya piutang masing masing
Koperasi yang memiliki lebih dari satu orang kreditor dapat dimohonkan
pailit melalui lembaga hukum kepailitan. Lembaga hukum kepailitan disediakan
untuk menyelesaikan utang piutang diantara debitor dan kreditor. Koperasi yang
sudah diputus pailit oleh Pengadilan Niaga dan kepailitannya diangkat karena
berhenti membayar (insolvensi) dapat dibubarkan melalui lembaga hukum
“Pembubaran dan Likuidasi/penyelesaian.” Lembaga hukum pembubaran dan
likuidasi ini disediakan untuk menyelesaikan hak dan kewajiban koperasi kepada para
kreditornya dan juga untuk mengakhiri status badan hukum koperasi. Jadi ada dua
tujuan instrument pembubaran dan likuidasi yaitu untuk membagikan harta kekayaan
koperasi secara adil dan berimbang kepada seluruh kreditornya dan mengakhiri status
badan hukum koperasi.
Menurut Sutan Remy Syahdeini tujuan kepailitan (bankruptcy law) adalah:94
1. Menjamin pembagian yang sama terhadap harta kekayaan debitur diantara para kreditornya.
2. Mencegah agar debitur tidak melakukan perbuatan perbuatan yang dapat merugikan kepentingan para kreditor.
3. Memberikan Perlindungan kepada debitor yang beritikat baik dari para kreditornya, dengan cara pembebasan hutang.
Likuidasi dan kepailitan tujuannya sama yaitu untuk membereskan kewajiban
debitor kepada kreditor dengan membagikan harta likuidasi atau harta pailit kepada
debitor, melindungi kepentingan kreditor, melindungi debitor yang beritikat baik.
Perbedaannya bahwa kepailitan adalah sita umum atas harta pailit debitor sedangkan
likuidasi bukan sita umum atas harta likuidasi.
Pada umumnya undang-undang kepailitan atau bankrupty law berkaitan
dengan “utang” debitor (debt) atau “piutang” atau “tagihan” kreditor (claim).95 Dari
keseluruhan sumber dana KSP adalah simpanan dan utang koperasi. Menurut Pasal 1
angka 14 UU No 17 Tahun 2012 “Simpanan adalah sejumlah uang yang disimpan
oleh anggota kepada koperasi simpan pinjam, dengan memperoleh jasa dari Koperasi
Simpan Pinjam sesuai perjanjian,” dan berdasarkan PP 9 Tahun 1995 simpanan
adalah dana yang dipercayakan oleh anggota, calon anggota, koperasi lain dan atau
anggotanya kepada KSP/USP dalam bentuk tabungan dan simpanan koperasi
berjangka. Pengertian simpanan sebagaimana dinyatakan dalam PP tersebut simpanan
merupakan utang KSP/USP, sementara itu terdapat jenis simpanan lain dari anggota
yang merupakan kekayaan bersih bagi KSP/USP, yaitu simpanan pokok dan
simpanan wajib (bagi KSP). Dalam UU No. 17 Tahun 2012 modal koperasi terdiri
dari modal awal (bersumber dari setoran pokok dan sertifikat modal koperasi), modal
yang bersumber dari hibah, modal penyertaan dan modal yang bersumber dari
pijaman. Modal pinjaman merupakan utang koperasi.
Utang bisa dalam arti luas dan dalam arti sempit.
Menurut Setiawan: utang seogianya diberi dalam arti luas; arti kewajiban membayar sejumlah uang tertentu yang timbul karena ada perjanjian utang-piutang (dimana debitor telah menerima sejumlah uang tertentu dari kreditornya), maupun kewajiban pembayaran sejumlah uang tertentu yang timbul dari perjanjian atau kontrak lain yang menyebabkan debitor harus membayar sejumlah uang tertentu.96
95 Ibid,hlm, 71.
Utang timbul karenan perjanjian antara debitor dengan kreditor. Perjanjian
melibatkan sedikitnya dua pihak yang saling memberikan kesepakatan diantara
mereka. Para pihak ini berdiri berhadap-hadapan dalam kutub-kutub hak dan
kewajiban. Pihak yang berkewajiban memenuhi isi perjanjian disebut debitur,97
sedangkan pihak lain yang berhak atas pemenuhan kewajiban itu disebut kreditur.98
Pinjaman antara KSP dengan kreditur (anggota koperasi, koperasi lain dan
anggotanya, bank dan lembaga keuangan lainnya, pemerintah dan pemerintah daerah
dibuat dengan suatu perjanjian. Selain orang-perorangan,para pihak dalam perjanjian
bisa juga terdiri dari badan hukum. Koperasi merupakan badan hukum yang dapat
menjadi salah satu pihak atau keduanya dalam perjanjian. Keduanya merupakan
subyek hukum, yaitu pihak yang dapat melakukan perbuatan hukum,
pihak-pihak yang mengemban hak dan kewajiban. Segala perbuatan hukum dari badan akan
mengikat badan hukum itu sebagai sebuah entitas legal (legal entity). Meskipun
perbuatan badan hukum itu diwakili pemimpinnya pengurus koperasi namun
perbuatan itu tidak mengikat pemimpin badan hukum itu secara perorangan,
melainkan mewakili perusahaan sebagailegal entity.99
Sampai saat ini berdasarkan peraturan perundang-undangan yang ada yang
mengatur perkoperasian, khususnya KSP, diatur dalam UU No 17 Tahun 2012
Tentang Perkoperasian Jo PP No. 9 Tahun 1995 Tentang Pelaksanaan Kegiatan
Usaha Simpan Pinjam Oleh Koperasi Jo. Keputusan Menteri Koperasi, Pengusaha
97Debitor adalah pihak yang yang berutang pada pihak lain yang dijanjikan akan di bayar kembali pada masa yang akan dating, Kreditor adalah pihak yang mempunyai pituang atau pihak yang memberikan kredit atau memberikan utang pada pihak lain.
98
Dadang Sukandar, Pengertian dan Syarat Syarat Perjanjian,[ http://legalakses.com/ perjanjian/], diakses tanggal 15 Maret 2013
Kecil dan Menengah RI Nomor 351/Kep/M/XII/1998 Tentang Petunjuk Pelaksanaan
Kegiatan Usaha Simpan Pinjam Oleh Koperasi, belum terdapat adanya pengaturan
secara khusus mengenai perlindungan maupun jaminan bagi kreditur dalam
penyelesaian harta koperasi bila dibubarkan.
Koperasi sebagai legal personmemiliki hak klaim, kepemilikan hak ini sama
dengan hak klaim kolektif para anggota.100 Jika legal person diwajibkan
melaksanakan suatu tindakan tertentu, dan apabila tidak dilaksanakan maka
pelaksanaan penyelesaiannya bukan asset individu, tetapi asset kolektif mereka. Pasal
1661 KUH Perdata menyebutkan “para anggota badan hukum sebagai perseorangan
tidak bertanggungjawab atas perjanjian-perjanjian perkumpulannya. Semua utang
perkumpulan itu hanya dapat dilunasi dengan harta benda perkumpulan.” Membatasi
penyelesaian asset asset kolektif individu-individu pembentuk komunitas yang
berfungsi sebagai legal person inilah yang disebut pembatasan tanggungjawab
adalah karakter khusus legal person dalam hukum privat.101 Pelaksanaan sanksi yang
ditentukan oleh aturan hukum terhadap debitor yang gagal memenuhi kewajibannya
adalah untuk kepentingan semua yang mungkin menjadi kreditor atau setiap orang
yang ingin aturan hukum dilaksanakan.102 Demikian juga halnya jika koperasi
dikenakan sanksi pembubaran maka akan dilakukan perbuatan hukum likuidasi
(penyelesaian) untuk memenuhi kewajibannya terhadap para kreditornya dan
anggotanya.
Pembubaran perusahaan adalah bahwa suatu tindakan yang menyebabkan perusahaan berhenti eksistensinya dan tidak lagi menjalankan binis untuk
100
Siwi Purwandari ( Penerjemah ), Hans Kelsen,Pengantar Teori Hukum [Bandung: Nusa Media, 2010], hlm, 89.
101Ibid, hlm, 90.
selama lamanya, diikuti dengan proses pengadministrasiannya berupa pemberitahuan, pengumuman dan pemutusan kerja dengan karyawannya. Bubarnya perusahaan ini, baik dengan proses likuidasi secara keseluruhan (dengan dilakukan pemberesan) atau dengan proses likuidasi tanpa proses pemberesan sama sekali.103
Koperasi sebagai badan hukum tidak dapat didirikan atau berdiri dan kemudian bubar atau dibubarkan. Mendirikan dan membubarkan koperasi harus melalui prosedur tertentu dan ada peraturan peraturan yang harus diperhatikan. Misalnya ada pembubaran koperasi harus dijalankan dan diselesaikan menurut peraturan yang ada dan berlaku. Jadi membubarkan koperasi tidaklah semudah membubarkan usaha kerjasama secara tradisional atau gotong royong.104
Menurut Pasal 1663 KUH Perdata menyebutkan “badan hukum tetap berdiri
sampai pada saat dibubarkannya secara tegas menurut akta pendirian, reglemen atau
perjanjian atau pada saat berhentinya pengejararan tujuan badan hukum.” Koperasi
yang dibubarkan menurut tata cara yang diatur dalam peraturan perundang undangan
harus diselesaikan semua yang menyangkut hak dan kewajiban badan hukum
koperasi sebelum status badan hukumnya hapus dengan melakukan likuidasi koperasi
atau penyelesaian pembubaran.105
Pasal 1165 KUH Perdata menyebutkan bila terjadi pembubaran badan hukum maka para anggota yang masih ada atauanggota yang tingal satu satunya wajib membayar utang-utang badan hukum dengan kekayaan badan hukum itu, dan hanya sisa kekayaan itu yang boleh mereka bagi antara mereka dan mereka serahkan kepada ahli waris mereka.
Pembubaran koperasi adalah merupakan tindakan hukum, jadi akibat hukum
dari pembubaran adalah akibat dari tindakan hukum pembubaran. Pembubaran
103
Munir Fuady ,Perseroan Terbatas Paradigma Baru[ Jakarta: Citra Aditya Bakti, 2003 ], hlm 178
koperasi merupakan suatu perbuatan hukum yang akibatnya “diatur oleh hukum,
karena akibat itu bisa dianggap sebagai kehendak dari yang melakukan hukum.”106
Pembubaran koperasi wajib diikuiti likuidasi/ penyelesaian.Yang dimaksud
dengan pembubaran adalah penghentian kegiatan badan hukum koperasi sebagai
akibat berakhirnya tujuan koperasi. Elips dalam kamus ekonominya mengartikan
liquidation sebagai pembubaran perusahaan diikuti proses penjualan harta
perusahaan, penagihan piutang, pelunasan utang serta penyelesaian sisa harta atau
utang antara pemegang saham 107. Likuidasi perusahaan adalah keseluruhan proses
penutupan dan pengakhiran perusahaan dari awal proses sampai selesai, baik
pengakhiran bisnis maupun pengakhiran badan hukum termasuk proses pembubaran
dan penutupan perusahaan, pemberesan dan penyelesaian administratif dari
pemberesannya.108 Untuk melaksanakan penyelesaian/ likuidasi ditunjuk likuidator.”
Likuidator adalah orang yang ditunjuk atau diangkat menjadi penyelenggara
likuidasi.109 Pada dasarnya yang dilakukan likuidator sama dengan yang dilakukan
oleh pengurus koperasi dalam keadaan koperasi nomal (tidak dalam dalam rangka
pembubaran).110
Salah satu akibat hukum pembubaran harus dilakukan penyelesaian/likuidasi
atas hak dan kewajiban koperasi. “Akibat hukum ialah suatu akibat tindakan yang
106R. Soeroso,Penagantar Ilmu Hukum, [Jakarta: Sinar Grafika, 2000], hlm, 291 107M. Hadi Shubhan
, Op.Cit, hlm, 64 dalam Elipsi ( 1997), dikutip dari Kamus Hukum Ekonomi, Penerbit Proyek Elips, Jakarta, h. 105.
108 Munir Fuady , Perseroan Terbatas Paradigma Baru, [Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2003], hlm, 104.
109
Tri Budiyono, Tri,Hukum Perusahaan : Telaah Yuridis terhadap Undang Undang No 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas,Op. Cit, hlm 236.
dilakukan suatu akibat yang dikehendaki oleh pelaku dan diatur oleh hukum.”111
Akibat pembubaran dilaksanakan pemberesan dan pembagian atau pendistribusikan
harta koperasi dalam likuidasi didasarkan pada pasal 1131 dan 1132 KUH Perdata
dengan menggunakan:
1. Prinsipparitas creditorium(kesetaraan kedudukan para kreditor).
2. Prinsippari passu pro rata parte.
3. Prinsip structured pro rata atau yang disebut juga dengan istilah structured
creditors.
4. Prinsipdebt collection (debt collection principle).
Dalam UU No. 37 Tahun 2004 yang dapat dimohonkan pailit adalah orang
perseorangan atau korporasi termasuk korporasi yang berbadan hukum maupun
bukan badan hukum.112 Namun dalam likuidasi yang dapat dibubarkan adalah badan
hukum yang ditunjuk oleh undang-undang sebagai badan hukum, baik badan hukum
berbentuk yayasan, perseroan terbatas dan koperasi.113 Koperasi yang statusnya
sebagai badan hukum, segala perbuatan pengurus atas nama perusahaan dengan itikat
baik yang bertanggungjawab adalah lembaganya atau perusahaanya.114
Prinsip dasar pembagian asset koperasi dibagikan kepada kreditor separatis,
kreditor preference, kreditorkonkurenkoperasi dan apabila ada sisa lalu dibagikan ke
yang lain sesuai dengan jumlah utang pada mereka115 oleh likuidator (liquidateur,
111Ibid,hlm,295.
112 UU Nomor 37 tahun 2004 pasal 1 angka 11
113 Yang ditujuk secara tegas sebagai badan adalah dalam UU No. 28 Tahun 2004 tentang Yayasan, UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas dan UU No. 17 Tahun 2012 Tentang Perkoperasian.
114
Gatot Supramoto, Kedudukan Perusahaan Sebagai Subjek Dalam Gugatan Perdata di Pengadilan,[ Jakarta: PT. Rineka Cipta 2007 ] hlm, 136.
liquidator) yaitu orang yang ditunjuk atau diangkat menjadi penyelenggara
likuidasi.116 Likuidasi (penyelesaian) dilakukan oleh badan pengurus koperasi yang
bertindak sebagai likuidator, kecuali jika ditentukan undang undang koperasi,
anggaran dasar atau keputusan rapat anggota memberikan persetujuan kepada orang
lain sebagai likuidator.117
Menurut H.M.N. Purwosutjipto,SH penyelesaian dapat disistematisir sebagai
berikut:118
1. Menginventarisir semua harta kekayaan koperasi. 2. Melakukan penagihan kepada para debitur koperasi.
3. Menetapkan sejumlah uang sebagai tanggungan masing masing anggota serta bekas anggota.
4. Membayar utang koperasi, termasuk biaya penyelesaian.
5. Menggunakan sisa kekayaan koperasi sesuai dengan ketentuan yang ada. 6. Menetapkan siapa yang berkewajiban untuk menyimpan arsip koperasi. 7. Membuat laporan kepada para pejabat.
2. Konsepsi
Konsepsi merupakan pedoman operasional yang akan memudahkan pelaksanaan proses penelitian.
“Di dalam penelitian hukum normatif maupun sosiologis atau empiris dimungkinkan untuk menyusun kerangka konsepsional yang didasarkan atau diambil dari peraturan perundang-undangan tertentu. Biasanya kerangka konsepsional tersebut, sekaligus merumuskan definisi-definisi tertentu , yang dapat dijadikan pedoman operasional di dalam proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan konstruksi data”.119
Untuk memperoleh penjelasan yang relevan bagi pemahaman pengkajian
ilmiah di dalam penulisan tesis ini, maka terdapat istilah-istilah yang dijumpai dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
116
M. Yahya Harahap,Hukum Perseroan Terbatas,Jakarta [Jakarta: Sinar Grafika, 2009], hlm, 556.
117
Hans .H.Munkner,10 Kuliah mengenai Hukum Koperasi 10 Lectures of Co-operative Law[ Jakarta: Rekadesa, 2012], hlm, 184.
118 H.M.N. Purwosutjipto, Pengertian Pokok Pokok Hukum Dagang 2 Bentuk Bentuk Perusahaan ,[Klaten: Intan Sejati,2005], hlm, 231.
119Soerjono Soekamto,
1. Analisis yuridis. Dalam analisis yuridis itu bahan bahan hukum dipelajari
isinya,120 atau bagian pasal pasal dari undang-undang koperasi ditafsirkan
sebagai pernyataan dari prinsip koperasi.
2. Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau
badan hukum koperasi, dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai
modal untuk menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan
bersama di bidang ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan
prinsip koperasi.121
3. Badan hukum adalah perkumpulan orang (organisasi), dapat melakukan
perbuatan hukum (rechtshandeling) dalam hubungan-hubungan hukum
(rechtsbetrekking), mempunyai harta kekayaan sendiri, mempunyai pengurus,
mempunyai hak dan kewajiban, dapat digugat dan dapat menggugat di depan
pengadilan.122
4. Pembubaran adalah suatu tindakan yang menyebabkan perusahaan berhenti
dan tidak lagi menjalankan bisnis untuk selama lamanya, diikuti proses
administrasinya berupa pemberitahuan, pengumuman dan pemutusan
hubungan kerja dengan karyawannya.123
5. Pemberesan suatu tindakan yang dilakukan dalam suatu proses likuidasi untuk
mendata dan menjual atau mencaikan asset asset dalam perusahaan likuidasi
untuk kemudian hasilnya dibagi bagikan kepada pihak pihak yang berhak.124
120
Theo Huijbers,Filsafat hukum Dalam Lintasan Sejarah,[Yogyakarta: Kanisius,1982],hlm, 131
121
Pasal 1 angka 1 UU No. 17 Tahun 2012
122 Chidir Ali,Op.Cit,hlm 21. 123
Munir Fuady,Perseroan Terbatas Pradigma Baru, Op.Cit, hlm 178
124
6. Likuidasi (liquidation) pendistribusian asset perusahaan setelah usaha terhenti
atau proses, diawali dengan pembubaran dandiikuti dengan pemberesan.125
Menurut Sutan Remy Sjahdeini, “Likuidasi adalah tindakan pemberesan
terhadap harta kekayaan atau aset (aktiva) dan kewajiban-kewajiban (pasiva)
suatu perusahaan sebagai tindak lanjut dari bubarnya perusahaan.126
7. Pailit adalah suatu keadaan dimana seseorang yang oleh suatu
pengadilan dinyatakan bankrupt dan yang aktivanya atau warisannya telah
diperuntukkan untuk membayar utang-utangnya127 atau keadaan dimana
debitor dalam keadaan berhenti membayar hutang dikarenakan tidak mampu.
8. Tanggung jawab hukum adalah suatu konsep yang terkait dengan konsep
kewajiban hukum.
9. Akibat hukum128 ialah segala akibat/konsekuensi yang terjadi dari segala
perbuatan hukum yang dilakukan oleh subjek hukum terhadap objek hukum
ataupun akibat-akibat lain yang disebabkan oleh kejadian-kejadian tertentu
yang oleh hukum yang bersangkutan sendiri telah ditentukan atau dianggap
sebagai akibat hukum.129
125 Mariam Darus Badulzaman,Aneka Hukum Bisnis,[Bandung: Alumni,1994.], hlm, 124. 126 Yeny Abdullah,
Beberapa Defenisi Terkait Likuidasi, http://yenaset.wordpress. Com ], diakses tanggal 16 Maret 2016
127Jeany Tabita, Pengertian dan Syarat Kepailitan [ http://www.hukumkepailitan.co Pailit menurut Ensiklopedia Ekonomi Keuangan Perdagangan ] diakses tanggal 20 Oktober 2012
128
10. Pengurusan adalah menginventarisasi, menjaga dan memelihara agar harta pailit
atau likuidasi tidak berkurang dalam jumlah, nilai dan bahkan bertambah dalam
jumlah dan nilai.130
11. Pemberesan merupakan salah satu tugas yang dilakukan oleh kurator terhadap
pengurusan harta debitor pailit, dimana pemberesan baru dapat dilakukan setelah
Debitor pailit benar-benar dalam keadaan tidak mampu membayar (insolvensi)
setelah adanya putusan pernyataan pailit.131
G. Metode Penelitian
1. Jenis dan Sifat Penelitian
Penelitian pada dasarnya adalah “suatu upaya pencarian ” dan bukannnya
sekedar mengamati dengan teliti terhadap suatu objek.132 Penelitian hukum
merupakan suatu kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika dan
pemikiran tertentu yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala
hukum tertentu dengan jalan menganalisanya.133 Jenis penelitian dalam tesis ini
adalah penelitan hukum normatif (yuridis normatif). Penelitian yuridis normatif
adalah pengkajian terhadap bahan hukum primer maupun sekunder.134
Untuk mencapai tujuan pada penelitian ini, maka penelitian ini akan bersifat
preskriptif. Penelitian preskriptif yaitu mempelajari tujuan hukum, nilai nilai keadilan
130 Tri Reni Novita,
Pengurusan Dan Pemberesan Harta Perusahaan Pailit,(Studi Kasus Pada Pengadilan Niaga Medan),[ www.umnaw.com/kultura/], diakses Tanggal 16 Maret 2013
131Ibid
132Bambang Sunggono,Metologi Penelitian Hukum, [ Jakarta : PT Grafindo Persada, 2003], hlm , 27
133
Soerjono Soekamto,Op.Cit,hal 43
validitas aturan hukum, konsep-konsep hukum dan norma-norma hukum,135 dan
penelitian ditujukan untuk mendapatkan saran-saran mengenai apa yang harus
dilakukan untuk mengatasi masalah masalah tertentu.136
2. Pendekatakan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan perundang-undangan (statute
approach) dilakukan dengan menelaah semua undang undang dan regulasi yang
bersangkut paut dengan isu hukum yang ditangani,137 tingkat sinkronisasi hukum
baik vertikal maupun horisontal termasuk penelusuran kaedah meliputi asas hukum,
kaedah dalam arti sempit (value), peraturan hukum konkret.138
3. Tehnik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data penelitian ini menggunakan penelitian kepustakan
(library research) yaitu untuk mendapatkan bahan baku atau data primer hukum
normatif ( yuridis normatif ) merupakan penelitian hukum yang dilakukan dengan
meneliti bahan pustaka atau data sekunder belaka.139
4. Bahan Penelitian
Sumber data yang dipakai dalam penelitian ini adalah sumber data sekunder
yaitu bahan pustaka merupakan data dasar dalam (ilmu) penelitian digolongkan
sebagai data sekunder140 seperti :
a. Bahan hukum primer
135 Peter Mahmud Marzuki,Penelitian Hukum , [ Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2005], hlm,22.
136Soerjono Soekanto,Op.Cit,hlm, 10. 137Ibid,hlm, 93.
138Sudikno Mertokusumo, Penemuan Hukum, Sebuah Pengantar [ Yogyakarta: Liberty ,1996], hlm, 29.
139 Soerjono Soekamto, Sri Mamuji,
Penelitian Hukum Normatif:Suatu tinjauan Singkat [ Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1983], hlm,14.
Bahan hukum primer terdiri dari perundang-undangan, catatan catatan resmi
atau risalah dalam pembuatan perundang undangan dan putusan putusan
hakim 141 putusan-putusan pengadilan yang berkaitan dengan isu yang
dihadapi.142 Dalam penelitian ini yaitu sumber data primer yang berasal dari
perundang-undangan khususnya UU No 17 Tahun 2012, UU No. 37 tahun
2004, PP No.17 Tahun 1994, PP No.9 Tahun 1995.
b. Bahan hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder terutama buku-buku teks berisi prinsip-prinsip dasar
dalam ilmu hukum dan pandangan pandangan klasik para sarjana yang
mempunyai kualifikasi tinggi143termasuk skripsi, tesis dan disertasi.144
c. Bahan hukum tersier
Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang memberikan petunjuk atau
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.
5. Analisis Data
Keseluruhan data yang diperoleh baik bahan hukum primer dan bahan hukum
sekunder dianalisis secara kualitatif yaitu “analisis data yang tidak menggunakan
angka-angka, melainkan memberikan gambaran-gambaran (deskripsi) dengan
kata-kata atas temuan-temuan, dan karenanya ia lebih mengutamakan mutu/kualitas dari
141
Peter Mahmud Marzuki,Op.Cit,hlm, 141 142
Ibid,hlm ,146 143Ibid
data bukan kuantitas.”145 Analisis dilakukan terhadap pasal pasal yang isinya
merupakan kaedah hukum. Setelah dianalisis, maka konstruksi dilaksanakan dengan
cara memasukkan pasal pasal tertentu ke dalam kategori-kategori atas dasar
pengertian-pengertian dasar dari sistem hukum tersebut. Hasil dari telaah tersebut
merupakan suatu argumen untuk memecahkan isu yang dihadapi 146 dan penarikan
kesimpulan dilakukan dengan cara deduktif-induktif.
145 H.Salim,HS, Erlies Septiana Nurbani,
Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian Tesis Dan Disertasi[Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2013], hlm,19.