• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis dan pembahasan ini harus dibaca bersama-sama dengan Ikhtisar Data Keuangan Penting pada Prospektus (Bab X).

Analisis dan pembahasan ini disusun berdasarkan laporan keuangan Perseroan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2011 yang telah diaudit oleh KAP Mulyamin Sensi Suryanto & Lianny, dengan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan paragraf penjelasan mengenai penerapan beberapa Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) tertentu yang berlaku efektif sejak tanggal 1 Januari 2011, baik secara prospektif maupun retrospektif dan laporan keuangan Perseroan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2010 yang telah diaudit oleh KAP Mulyamin Sensi Suryanto dengan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan paragraf penjelasan tentang dampak penerapan PSAK No. 50 (Revisi 2006) Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan, dan PSAK No.55 (Revisi 2006) tentang Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran, yang disesuaikan ke saldo laba tanggal 1 Januari 2010 serta laporan keuangan Perseroan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2009, 2008 dan 2007 yang telah diaudit KAP Mulyamin Sensi Suryanto dengan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian.

Laporan keuangan perseroan disusun berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Publik Indonesia yang merupakan standar akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

1. Umum

Perseroan berdiri pada tahun 1989 berkedudukan di Jakarta sebelumnya bernama PT Bank Shinta Indonesia yang didirikan berdasarkan Akta Pendirian No.52 tanggal 18 Agustus 1989 jo Akta No.91 tanggal 15 September 1989 yang keduanya dibuat di hadapan Buniarti Tjandra, SH., Notaris di Jakarta dan telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia melalui Surat Keputusan No.C2-9142.HT.01.01-TH.89 yang telah diumumkan dalam Tambahan No.6448 Berita Negara Republik Indonesia No.49 tanggal 21 Juni 2005.

Perseroan mulai beroperasi secara komersial pada tanggal 16 Februari 1990 sesuai dengan izin usaha yang diterbitkan oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No.156/ KMK.013/1990 tanggal 16 Februari 1990. Sesuai dengan Surat Keputusan Bank Indonesia No.27/156/ KEP/DIR tanggal 22 Maret 1995, Perseroan memperoleh status menjadi Bank Devisa.

Seiring dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang positif, Perseroan berhasil mencapai peningkatan kinerja keuangan yang cukup memuaskan. Per tanggal 31 Desember 2011, jumlah aset Perseroan sebesar Rp16.658.656 juta, jumlah kredit gross yang diberikan sebesar Rp10.240.174 juta dan jumlah simpanan sebesar Rp14.853.064 juta. Jumlah kredit gross yang diberikan dibandingkan dengan jumlah simpanan dan simpanan dari bank lain Perseroan adalah sebesar 67,47%, hal ini menunjukkan fungsi intermediasi sudah berjalan dengan baik.

Hasil kinerja operasi dan perbandingan hasil kinerja keuangan selama beberapa periode berturut-turut telah dan akan tetap dipengaruhi oleh sejumlah faktor-faktor, termasuk kondisi ekonomi Indonesia, perubahan kebijakan dan peraturan pemerintah mengenai sektor perbankan, fluktuasi suku bunga dan nilai tukar mata uang asing.

A. Kondisi Perekonomian

Perekonomian Indonesia pada tahun 2011 menunjukkan daya tahan yang kuat di tengah meningkatnya ketidakpastian ekonomi global, tercermin pada kinerja pertumbuhan yang bahkan lebih baik dan kestabilan makroekonomi yang tetap terjaga. Pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 6,5%, angka tertinggi dalam sepuluh tahun terakhir, disertai dengan pencapaian inflasi pada level yang rendah sebesar 3,79%. Di sisi eksternal, Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) mengalami surplus

yang relatif besar dengan cadangan devisa yang meningkat dan nilai tukar rupiah yang mengalami apresiasi. Di sektor keuangan, stabilitas sistem keuangan tetap terjaga meski sempat terjadi tekanan di pasar keuangan pada semester II tahun 2011 sebagai dampak memburuknya krisis yang terjadi di kawasan Eropa dan Amerika Serikat (AS). Dengan ketahanan ekonomi yang kuat dan risiko utang luar negeri yang rendah, didukung oleh kebijakan makroekonomi yang tetap pruden dan berbagai langkah kebijakan struktural yang terus ditempuh selama ini, Indonesia kembali memperoleh peningkatan peringkat menjadi Investment Grade.

Prospek ekonomi Indonesia tahun 2012 diperkirakan masih tetap kuat, meskipun risiko yang berasal dari pelemahan ekonomi global masih tinggi. Perekonomian nasional pada tahun 2012 diprakirakan tumbuh 6,3% - 6,7% dan inflasi diprakirakan dapat berada di kisaran sasaran 4,5% ± 1%. Pertumbuhan ekonomi terutama bersumber dari perekonomian domestik dengan peran investasi yang semakin meningkat. Pasar domestik yang besar, terjaganya stabilitas makroekonomi, suku bunga yang rendah, perbaikan iklim investasi, dan status investment grade merupakan faktor pendorong tingginya pertumbuhan investasi ke depan. Sejalan dengan itu, arus modal masuk FDI diperkirakan akan meningkat lebih tinggi sehingga surplus NPI akan tetap besar. Kondisi ini mendukung tercapainya stabilitas nilai tukar Rupiah dalam menghadapi risiko tingginya gejolak arus modal. Meskipun demikian, risiko pelemahan ekonomi global dapat menyebabkan pertumbuhan ekonomi Indonesia cenderung ke batas bawah kisaran prakiraan apabila tidak ditempuh langkah-langkah stimulus baik dari sisi moneter maupun fiskal. Sementara itu, rencana kebijakan Pemerintah terkait dengan BBM bersubsidi dan komoditas strategis lainnya dapat memberikan tekanan ke atas terhadap perkembangan inflasi kedepan.

B. Perubahan Kondisi Likuiditas

Perseroan memprediksi bahwa kondisi likuiditas pasar akan tetap likuid dan baik terkait dengan beberapa kebijakan baru BI di pasar dan perkembangan ekonomi global. Faktor-faktor yang menunjukkan likuiditas akan tetap tinggi adalah sebagai berikut:

a. Bank Indonesia pada 10 Mei 2012 memutuskan untuk mempertahankan BI Rate sebesar 5,75%. Tingkat BI Rate tersebut dinilai masih konsisten dengan tekanan inflasi dari sisi fundamental ke depan yang diperkirakan masih relatif terkendali, atas kondisi tersebut diperkirakan tidak akan mempengaruhi likuiditas Perseroan. Saat ini bank juga telah menurunkan suku bunga dana pihak ketiga Rupiah karena likuidnya pasar uang.

b. Selain itu, faktor kapital inflow dengan pertimbangan bahwa investor asing masih tertarik untuk berinvestasi di Indonesia karena rating yang membaik dan Indonesia sudah masuk dalam kategori

investment grade oleh Fitch & Moody’s. Hal ini juga yang menyebabkan stabilitas nilai tukar Rupiah

akhir-akhir ini dan ikut menambah likuiditas di pasar.

C. Kemampuan Untuk Mendapatkan Pendanaan Dengan Harga Yang Menarik

Dalam menentukan suku bunga yang akan diberikan untuk menarik minat dari masyarakat untuk menginvestasikan dana ke Perseroan, maka setiap bulannya diadakan pertemuan Asset Liabilities

Commitee yang membahas kondisi ekonomi dan rata-rata suku bunga yang ditawarkan oleh pasar.

Kemampuan Perseroan untuk mendapatkan pendanaan dengan harga yang menarik dan bersaing terbukti dari meningkatnya dana pihak ketiga dari tahun ke tahun.

Berikut ini adalah tabel total investasi nasabah:

(dalam jutaan Rupiah)

2011 2010 2009 2008 2007

Giro 2.547.150 1.867.669 1.097.746 770.140 478.058

Tabungan 2.367.613 1.371.475 970.389 594.076 102.879

Deposito berjangka 9.938.301 6.580.070 4.764.287 3910.985 4.321.814

D. Perubahan Perilaku Konsumen

Secara umum konsumen atau nasabah Perseroan dibagi menjadi 2 kategori yaitu : a. Kebutuhan akan pelayanan

Untuk perilaku konsumen yang mengutamakan pelayanan, maka hal terpenting adalah adanya kenyamanan yang diberikan kepada para nasabah dalam melakukan transaksi perbankan sehari-hari. Terkait dengan hal ini, Perseroan telah berusaha untuk melengkapi alternatif transaksi elektronik yang umum digunakan nasabah seperti ATM, Phone Banking dan Internet Banking. Di lain pihak, Perseroan juga terus mengembangkan kerjasama bill payment untuk memudahkan nasabah dalam melakukan pembayaran tagihan rutinnya melalui Perseroan. Atas dasar keyakinan Perseroan, apabila nasabah mendapatkan kepuasan atas pelayanan yang diberikan serta adanya kenyamanan dan kemudahan dalam melakukan aktivitas transaksinya, sehingga kecenderungan perilaku konsumen untuk berpindah ke bank lain sangatlah kecil.

b. Kebutuhan akan investasi

Untuk konsumen yang menjadi nasabah Perseroan untuk berinvestasi, maka hal terpenting adalah tingkat hasil investasi yang menarik dan adanya jaminan keamanan investasi yang ditawarkan Perseroan kepada nasabah. Mengenai jaminan keamanan investasi, tentunya tidak terlepas dari nama besar Grup Sinarmas yang selalu ditekankan Perseroan kepada para nasabah. Sedangkan mengenai tingkat hasil investasi, Perseroan beranggapan bahwa produk-produk investasi yang dimiliki Perseroan cukup dapat bersaing dan sejauh ini terus bertumbuh sehingga hal ini menunjukkan adanya kepuasan dan kepercayaan nasabah yang tinggi kepada Perseroan maupun produk-produk Perseroan. Atas dasar kondisi di atas maka Perseroan berkeyakinan bahwa perilaku konsumen yang terkait dengan kebutuhan investasi cenderung dapat dijaga dengan baik, dan selain itu Perseroan memiliki keyakinan juga bahwa jumlah konsumen ini akan terus bertumbuh sejalan dengan inovasi produk baru yang menarik yang akan tetap dikembangkan terus untuk memenuhi kebutuhan nasabah dan calon nasabah.

E. Perkembangan Aktivitas Pemasaran

Aktivitas pemasaran yang dilakukan Perseroan selama ini dibagi menjadi 2 yaitu retail marketing dan

affinity marketing. Kedua aktivitas marketing tersebut tentunya didukung oleh para tenaga pemasaran

yang tersebar di seluruh kantor cabang/capem Perseroan. Selain itu para tenaga pemasaran Perseroan diikutkan program pendidikan yang secara rutin diadakan dua kali dalam setahun di mana hal ini selain bertujuan untuk memberikan career path kepada mereka, juga untuk terus meningkatkan product

knowledge dan profesionalisme mereka dalam melakukan kegiatan pemasaran kepada para calon

nasabah.

Retail marketing yang Perseroan tempuh sejauh ini memberikan hasil yang memuaskan di mana

seluruh sales force termasuk di dalamnya para branch manager dan sub branch manager aktif dalam memasarkan produk-produk yang ada dengan melakukan kunjungan langsung ke tempat nasabah. Di samping itu untuk mendukung penjualan retail ini Perseroan juga mengembangkan sistem agency yang bertugas memasarkan produk tabungan dan bancassurance sehingga akan membantu cabang dalam meningkatkan sales performancenya. Khusus untuk sistem agency Perseroan telah merancang sistem kompensasi yang menarik di antaranya adalah insentif untuk rekruter sehingga akan memotivasi para agen yang ada untuk merekrut agen baru, sehingga hal ini akan terus menambah jumlah agen Perseroan dengan cepat.

Affinity marketing yang telah Perseroan jalankan selama ini adalah dalam memasarkan produk

tabunganKu seiring untuk mensukseskan program pemerintah yang telah dicanangkan pada bulan Februari 2010 yang lalu. Kegiatan marketing ini diarahkan kepada kerja sama dengan komunitas-komunitas yang berminat untuk membukakan rekening tabunganKu untuk para anggotanya. Di samping penjualan produk tabunganKu seperti yang dijelaskan di atas, Perseroan juga aktif melakukan kerja sama payroll dengan perusahaan-perusahaan bersakala kecil maupun besar untuk memudahkan proses penggajian bagi para karyawan.

F. Kondisi Persaingan Dan Perubahan Yang Terjadi Pada Kompetitor

Persaingan yang terjadi selama ini untuk produk deposito umumnya adalah pada suku bunga yang ditawarkan, di mana jika terdapat bank yang memberikan suku bunga yang lebih tinggi, maka sebagian nasabah akan berpindah mengikuti suku bunga yang lebih tinggi tersebut. Hal ini lebih banyak terjadi pada kota-kota kecil yang umumnya lebih price sensitive. Dalam menyikapi kondisi seperti ini, biasanya Perseroan akan melakukan analisa terhadap posisi likuiditas dan bagaimana kebutuhannya untuk beberapa bulan ke depan dan hal ini secara rutin dilakukan pada saat meeting ALCO bulanan sehingga akan ditetapkan pricing yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan Perseroan.

Mengenai persaingan pada produk lainnya umumnya tidak terlalu banyak terjadi dikarenakan produk giro dan tabungan adalah lebih pada kebutuhan nasabah akan pelayanan dan transaksi seperti yang telah dikemukakan pada bagian di atas. Namun khusus untuk produk tabungan, Perseroan akan terus melakukan inovasi untuk mengadakan program promosi yang menarik untuk para nasabah sehingga diharapkan dana murah melalui produk tabungan bisa terus ditingkatkan khususnya untuk dana jangka menengah-panjang yang berhasil Perseroan himpun melalui produk tabungan berjangka.

Selain yang telah diuraikan di atas, persaingan yang terjadi juga terhadap produk-produk non bank dimana bank bertindak sebagai agen penjual. Umumnya produk-produk yang dijual saat ini adalah produk bancassurance dan reksadana. Mengenai produk-produk tersebut, Perseroan tidak mengalami kendala yang berarti sejauh ini dikarenakan produk yang ditawarkan adalah jenis produk yang low

risk dengan jaminan tingkat hasil investasi yang pasti, sehingga menjadi daya tarik yang besar bagi

para nasabah yang ingin berinvestasi secara aman dengan hasil investasi yang tetap menarik. Hal ini terbukti dengan portofolio Perseroan yang terus bertumbuh pesat setiap tahunnya.

G. Perubahan Yang Mempengaruhi Pendapatan Perusahaan

Kondisi perekonomian selama tahun 2011 dinilai cukup kuat, dilihat dari pertumbuhan ekonomi yang positif, terjaganya stabilitas ekonomi, tingkat suku bunga yang rendah, perbaikan iklim investasi dan nilai tukar yang cenderung stabil serta strategi bisnis Perseroan yang cukup baik menjadi modal Perseroan dalam melakuan peningkatan usaha. Hal tersebut tercermin dari pendapatan usaha Perseroan yang cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, sehingga membuktikan kemampuan Perseroan dalam menjalankan usaha bidang Perbankan dan mengatasi berbagai permasalahan yang timbul di kemudian hari. Sampai dengan saat ini, Perseroan tidak menghadapi persoalan dengan nasabah maupun peristiwa lainnya yang mempengaruhi pendapatan Perseroan.

H. Pengembangan Produk Baru

Perseroan akan terus mengembangkan dan meluncurkan produk dan aktivitas yang mampu mendorong pertumbuhan usaha dan pendapatan bagi bank, diantaranya melalui kerjasama pemasaran produk-produk bancassurance serta masuk dalam bisnis kartu kredit yang saat ini menunjukan peluang cukup besar bagi Perseroan. Kerjasama dengan pihak ketiga juga terus dikembangkan sejalan dengan pertumbuhan dan tren kebutuhan nasabah, yaitu dengan penambahan fitur-fitur seperti fasilitas pembayaran dan pembelian baik itu secara swalayan melalui media elektronik banking seperti ATM,

Internet Banking, layanan Bills Payment, maupun Mobile Banking.

I. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kondisi Keuangan Perseroan

Sama seperti bank - bank lainnya, Perseroan menghadapi faktor-faktor eksternal dan internal dalam menjalankan kegiatan sehari-hari yang bisa berakibat positif maupun negatif terhadap kondisi keuangan. Perubahan peraturan dari Bank Indonesia, gejolak ekonomi, dan sumber daya manusia merupakan beberapa faktor eksternal dan internal yang dihadapi. Untuk memitigasi dampak dari peraturan baru dan gejolak ekonomi, langkah - langkah yang sudah dilakukan adalah mematuhi regulasi yang berlaku, memastikan Perseroan memiliki modal yang cukup, melakukan estimasi tingkat kredit macet dan melakukan sekuritisasi aset, jika diperlukan. Untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, Perseroan mengharuskan existing karyawan untuk mengikuti program pelatihan minimal 40 jam setahun dan mengadakan Management Development Program.

J. Kebijakan Perseroan Untuk Memperbaiki Dan Meningkatkan Kinerja

Sebagai bank swasta nasional, Perseroan mengambil langkah-langkah nyata guna memperbaiki dan meningkatkan kinerja di tengah tantangan pasar yang terus berkembang. Upaya perbaikan dan peningkatan kualitas terutama dilakukan terhadap kinerja pelayanan, teknologi informasi dan Sumber Daya Manusia (SDM). Peningkatan pelayanan dilakukan antara lain melalui pembentukan unit kerja

Service Quality yang secara khusus bertanggung jawab memberikan pengarahan dan memastikan

bahwa petugas telah memberikan pelayanan yang berkualitas. Terkait teknologi informasi, Perseroan secara berkala melakukan pemeliharaan dan sejumlah pengujian untuk memastikan bahwa seluruh sistem/jaringan dapat berfungsi dengan baik. Sumber Daya Manusia merupakan aset Perseroan yang berharga sehingga pengembangan dan peningkatan kualitas SDM senantiasa menjadi perhatian Manajemen. Pelatihan dan pendidikan SDM merupakan upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas SDM yang handal.

K. Kebijakan Akuntansi Penting

Pencatatan laporan keuangan Perseroan telah sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia, Peraturan Bapepam dan LK serta Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia yang berlaku.

Penggunaan Estimasi

Manajemen membuat estimasi dan asumsi dalam penyusunan laporan keuangan yang mempengaruhi jumlah-jumlah yang dilaporkan atas aset, liabilitas, pendapatan dan beban. Realisasi dapat berbeda dengan jumlah yang diestimasi. Revisi estimasi akuntansi diakui dalam periode yang sama pada saat terjadinya revisi estimasi atau pada periode masa depan yang terkena dampak.

Instrumen Keuangan

Efektif 1 Januari 2010, Perseroan menerapkan PSAK No. 50 (Revisi 2006), “Instrumen Keuangan: Penyajian dan Pengungkapan”, PSAK No. 55 (Revisi 2006), “Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran”.

Dalam penerapan standar diatas, Perseroan telah mengidentifikasi sejumlah penyesuaian transisi sesuai dengan Buletin Teknis No. 4 mengenai Ketentuan Transisi Penerapan Awal PSAK 50 (Revisi 2006) dan PSAK 55 (Revisi 2006) yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia.

Pengakuan dan Klasifikasi

Perseroan mengakui aset keuangan atau liabilitas keuangan pada laporan posisi keuangan, jika dan hanya jika, Perseroan menjadi salah satu pihak dalam ketentuan pada kontrak instrumen tersebut. Pembelian atau penjualan yang lazim adalah instrumen keuangan diakui pada tanggal penyelesaian. Instrumen keuangan pada pengakuan awal diukur pada nilai wajarnya, yang merupakan nilai wajar kas yang diserahkan (dalam hal aset keuangan) atau yang diterima (dalam hal liabilitas keuangan). Nilai wajar kas yang diserahkan atau diterima ditentukan dengan mengacu pada harga transaksi atau harga pasar yang berlaku. Jika harga pasar tidak dapat ditentukan dengan andal, maka nilai wajar kas yang diserahkan atau diterima dihitung berdasarkan estimasi jumlah seluruh pembayaran atau penerimaan kas masa depan, yang didiskontokan menggunakan suku bunga pasar yang berlaku untuk instrumen sejenis dengan jatuh tempo yang sama atau hampir sama. Pengukuran awal instrumen keuangan termasuk biaya transaksi, kecuali untuk instrumen keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi.

Biaya transaksi adalah biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung pada perolehan atau penerbitan aset keuangan atau liabilitas keuangan, dimana biaya tersebut adalah biaya yang tidak akan terjadi apabila entitas tidak memperoleh atau menerbitkan instrumen keuangan. Biaya transaksi tersebut diamortisasi sepanjang umur instrumen menggunakan metode suku bunga efektif.

Metode suku bunga efektif adalah metode yang digunakan untuk menghitung biaya perolehan diamortisasi dari aset keuangan atau liabilitas keuangan dan metode untuk mengalokasikan pendapatan bunga atau beban bunga selama periode yang relevan, menggunakan suku bunga yang secara tepat mendiskontokan estimasi pembayaran atau penerimaan kas di masa depan selama perkiraan umur instrumen keuangan atau, jika lebih tepat, digunakan periode yang lebih singkat untuk memperoleh nilai tercatat bersih dari instrumen keuangan. Pada saat menghitung suku bunga efektif, Perseroan mengestimasi arus kas dengan mempertimbangkan seluruh persyaratan kontraktual dalam instrumen keuangan tersebut, tanpa mempertimbangkan kerugian kredit di masa depan, namun termasuk seluruh komisi dan bentuk lain yang dibayarkan atau diterima, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari suku bunga efektif.

Biaya perolehan diamortisasi dari aset keuangan atau liabilitas keuangan adalah jumlah aset keuangan atau liabilitas keuangan yang diukur pada saat pengakuan awal dikurangi pembayaran pokok, ditambah atau dikurangi dengan amortisasi kumulatif menggunakan metode suku bunga efektif yang dihitung dari selisih antara nilai awal dan nilai jatuh temponya, dan dikurangi cadangan kerugian penurunan nilai untuk penurunan nilai atau nilai yang tidak dapat ditagih.

Pengklasifikasian instrumen keuangan dilakukan berdasarkan tujuan perolehan instrumen tersebut dan mempertimbangkan apakah instrumen tersebut memiliki kuotasi harga di pasar aktif. Pada saat pengakuan awal, Perseroan mengklasifikasikan instrumen keuangan dalam kategori berikut: aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, pinjaman yang diberikan dan piutang, investasi dimiliki hingga jatuh tempo, aset keuangan tersedia untuk dijual, liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi dan liabilitas keuangan yang diukur pada biaya perolehan diamortisasi; dan melakukan evaluasi kembali atas kategori-kategori tersebut pada setiap tanggal pelaporan, apabila diperlukan dan tidak melanggar ketentuan yang disyaratkan.

Penentuan Nilai Wajar

Nilai wajar instrumen keuangan yang diperdagangkan di pasar aktif pada tanggal laporan posisi keuangan adalah berdasarkan kuotasi harga pasar atau harga kuotasi penjual/dealer (bid price untuk posisi beli dan ask price untuk posisi jual), tanpa memperhitungkan biaya transaksi. Apabila bid price dan ask price yang terkini tidak tersedia, maka harga transaksi terakhir yang digunakan untuk mencerminkan bukti nilai wajar terkini, sepanjang tidak terdapat perubahan signifikan dalam perekonomian sejak terjadinya transaksi. Untuk seluruh instrumen keuangan yang tidak terdaftar pada suatu pasar aktif, kecuali investasi pada instrumen ekuitas yang tidak memiliki kuotasi harga, maka nilai wajar ditentukan menggunakan teknik penilaian. Teknik penilaian meliputi teknik nilai kini (net present value), perbandingan terhadap instrumen sejenis yang memiliki harga pasar yang dapat diobservasi, model harga opsi (options pricing

models), dan model penilaian lainnya.

Laba/Rugi Hari ke-1

Apabila harga transaksi dalam suatu pasar yang tidak aktif berbeda dengan nilai wajar instrumen sejenis pada transaksi pasar terkini yang dapat diobservasi atau berbeda dengan nilai wajar yang dihitung menggunakan teknik penilaian dimana variabelnya merupakan data yang diperoleh dari pasar yang dapat diobservasi, maka Perseroan mengakui selisih antara harga transaksi dengan nilai wajar tersebut (yakni Laba/Rugi hari ke-1) dalam laporan laba rugi komprehensif, kecuali jika selisih tersebut memenuhi kriteria pengakuan sebagai aset yang lain. Dalam hal tidak terdapat data yang dapat diobservasi, maka selisih antara harga transaksi dan nilai yang ditentukan berdasarkan teknik penilaian hanya diakui dalam laporan laba rugi komprehensif apabila data tersebut menjadi dapat diobservasi atau pada saat instrumen tersebut dihentikan pengakuannya. Untuk masing-masing transaksi, Perseroan menerapkan metode pengakuan Laba/Rugi Hari ke-1 yang sesuai.

Aset Keuangan

1. Aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi

Aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi meliputi aset keuangan dalam kelompok diperdagangkan dan aset keuangan yang pada saat pengakuan awal ditetapkan untuk