• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pemilihan Alternatif Strategi Penerapan Model

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.5. Analisis Pemilihan Alternatif Strategi Penerapan Model

Kepemimpinan Servant Leadership secara penuh atau penerapan Kepemimpinan Servant Leadership yang dimodifikasi.

1. Penerapan Model Kepemimpinan Servant Leadership Secara Penuh (PN)

Penerapan model kepemimpinan servant leadership secara penuh yang dimaksud adalah penerapan model kepemimpinan sebagaimana teori servant leadership yang ada.

2. Penerapan Model Kepemimpinan Servant Leadership yang Dimodifikasi (PM)

Penerapan model kepemimpinan servant leadership yang dimodifikasi yang dimaksudkan adalah penerapan model kepemimpinan servant leadership yang disesuaikan dengan kondisi yang ada di IPB yang mencakup gaya kepemimpinan, karakteristik kepemimpinan dan ukuran keberhasilan.

4.5. Analisis Pemilihan Alternatif Strategi Penerapan Model Kepemimpinan Servant Leadership di IPB

Analisis pemilihan alternatif strategi dimulai dengan penyusunan struktur (hirarki). Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi, aktor yang terlibat serta tujuan yang ingin dicapai maka disusun struktur hirarki yang terdiri dari lima tingkat, dengan tingkat satu adalah fokus (ultimate goal), tingkat dua adalah faktor yang mempengaruhi (factor), tingkat tiga adalah aktor yang terlibat (actor), tingkat empat adalah tujuan yang ingin dicapai dalam pemilihan strategi (objective) dan tingkat kelima adalah alternatif-alternatif yang dapat dipilih untuk mencapai tujuan yang diharapkan (alternative). Penyusunan hirarki berdasarkan wawancara dengan para pakar,

baik yang terlibat secara langsung maupun yang tidak terlibat secara langsung. Struktur hirarki yang telah terbentuk menjadi dasar pembuatan kuesioner yang selanjutnya diberikan kepada para pakar untuk menentukan strategi penerapan model kepemimpinan yang sesuai dengan kondisi IPB. Kuesioner terlampir pada Lampiran 6.

Pengolahan data dilakukan pada setiap tingkat terhadap elemen pada tingkat di atasnya. Dari hasil pengolahan AHP didapat dua proses pengolahan yaitu pengolahan horizontal yang menunjukkan besarnya tingkat pengaruh suatu elemen pada satu tingkat terhadap tingkat di atasnya dan pengolahan vertikal yang digunakan untuk menyusun prioritas pengaruh setiap elemen tingkat tertentu terhadap sasaran utama.

4.5.1. Pengolahan Horizontal

Pengolahan data secara horizontal akan memperlihatkan tingkat pengaruh antara satu elemen pada satu tingkat terhadap tingkat di atasnya. Pengolahan horizontal ini dibagi menjadi empat bagian yaitu pengolahan horizontal tingkat dua, tingkat tiga, tingkat empat dan tingkat lima. Analisis tingkat dua merupakan analisis faktor-faktor yang mempengaruhi dalam penyusunan strategi penerapan model kepemimpinan servant leadership di IPB, analisis tingkat tiga merupakan analisis aktor-aktor yang terlibat, analisis tingkat empat merupakan analisis tujuan yang ingin dicapai serta analisis tingkat lima adalah analisis alternatif strategi yang dapat dipilih.

1. Elemen Faktor Pada Model Kepemimpinan Servant Leadership di IPB

Pengolahan pada tingkat dua untuk menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penentuan strategi penerapan model kepemimpinan servant leadership di IPB. Berdasarkan pengolahan data dengan AHP dengan menggunakan expert choice 2000 dan microsoft excel 2007 diperoleh bahwa karakteristik sebagai faktor yang paling berpengaruh dalam penerapan model kepemimpinan servant leadership di IPB adalah empati dengan prioritas sebesar 0.382 (Tabel 4).

Faktor-faktor yang menjadi prioritas selanjutnya dalam pemilihan strategi adalah membangun komunitas dengan bobot 0.212, melayani dengan bobot 0.179, persuasif dengan bobot 0.127, dan terakhir adalah menyembuhkan dengan bobot sebesar 0.100.

Tabel 4. Prioritas elemen faktor penyusun strategi penerapan model kepemimpinan servant leadership di IPB.

Elemen Faktor Bobot

Empati (EM) 0.382

Menyembuhkan (MY) 0.100

Persuasif (PS) 0.127

Melayani (ML) 0.179

Membangun Komunitas (MK) 0.212

Sifat empati menjadi prioritas utama karena karakter tersebut berdasarkan hasil wawancara pakar dan studi literatur sangat diperlukan bagi seorang pemimpin. Kepekaan dan rasa empati mereka terhadap karyawan menjadi hal penting dalam pemberdayaan para karyawannya. Pemimpin yang memiliki rasa empati akan mengerti dan memahami bagaimana menempatkan posisi mereka pada kondisi tertentu yang sedang dihadapi karyawan, sehingga diharapkan efektivitas kepemimpinannya akan semakin meningkat.

Membangun komunitas menjadi prioritas yang penting juga bagi pemimpin, karena hal ini menyangkut bagaimana seorang pemimpin dapat menciptakan suasana kekeluargaan dalam organisasi mereka. Kondisi ini selanjutnya akan mengarah pada kekeluargaan dalam lingkungan masyarakat yang lebih luas, dan diharapkan akan diperolehnya banyak jaringan oleh pemimpin tersebut yang berarti akan semakin meluas dirasakan kepemimpinannya.

Sifat melayani seorang pemimpin memperoleh peringkat ketiga dari lima karakteristik tersebut di atas. Pelayanan dari seorang pemimpin mempengaruhi usaha pemimpin dalam memberdayakan para karyawannya agar setiap karyawan dapat memainkan peran penting mereka. Ini juga merupakan suatu

bentuk penghargaan seorang pemimpin terhadap kemampuan dan keunikan setiap individu dalam organisasi.

Salah satu bentuk kepemimpinan yang memberdayakan karyawannya adalah sifat persuasif pemimpin yang berarti mengikutsertakan karyawan dalam pengambilan keputusan organisasi meskipun keputusan akhir tetap berada di tangan pemimpin. Pemimpin melakukan komunikasi dua arah untuk mengumpulkan berbagai informasi dari seluruh anggota organisasi baik berupa kritikan, masukan, ataupun berupa dukungan terhadap pemimpin. Sifat menyembuhkan seorang pemimpin juga mempengaruhi gaya kepemimpinannya, pemimpin dengan jiwa servant leadership berusaha untuk ikut serta berperan memberikan kesembuhan emosional bagi karyawan mereka. Mereka merasa ikut bertanggungjawab atas apa yang dialami oleh karyawannya.

2. Elemen Aktor Pada Model Kepemimpinan Servant Leadership di IPB

Berdasar pada pengolahan data tingkat tiga diperoleh bobot dari setiap elemen aktor terhadap masing-masing faktor yang berpengaruh terhadap model kepemimpinan servant leadership di IPB. Aktor yang paling berpengaruh dalam karakteristik empati adalah rektor dengan bobot 0.636. Rektor merupakan pucuk pimpinan yang memang seharusnya lebih memiliki rasa empati karena dengan demikian rektor akan memahami kondisi karyawan dalam organisasi secara umum. Aktor kedua yang berpengaruh adalah dekan dan ketua departemen yang sama-sama memiliki bobot 0.182. Kedua aktor ini secara struktur lebih dekat hubungannya dengan karyawan dan mereka juga lebih mengetahui kondisi operasional lingkungan kerja, sehingga dalam rutinitasnya sangat diperlukan rasa empati yang tinggi agar dapat membaca situasi dan kondisi kerja karyawan.

Tabel 5. Prioritas elemen aktor yang berperan dalam

penerapan model kepemimpinan servant

leadership di IPB.

Elemen Faktor Elemen Aktor

Rektor Dekan Kadep

Empati (EM) 0.636 0.182 0.182

Menyembuhkan (MY) 0.318 0.310 0.372

Persuasif (PS) 0.198 0.287 0.515

Melayani (ML) 0.163 0.292 0.545

Membangun Komunitas (MK) 0.410 0.245 0.345 Sifat menyembuhkan, menjadi prioritas utama bagi ketua departemen dengan bobot 0.372. Dengan kenyataan bahwa ketua departemen yang secara langsung intens berhubungan dengan karyawan maka seorang ketua departemen harus memiliki kemampuan menyembuhkan agar menjadi tempat penyelesaian masalah pertama bagi karyawan. Kemudian aktor kedua adalah rektor yang merupakan aktor yang berperan dalam penyembuhan karyawan. Seorang rektor tidak terlalu bayak berperan dalam hal-hal teknis tetapi lebih banyak berperan pada hal-hal-hal-hal yang bersifat konseptual tetapi juga dalam hal emosional, rasa menyembuhkan seorang rektor diperlukan untuk mengetahui tingkat kematangan para karyawannya dalam organisasi. Selanjutnya dekan yang juga berkecimpung langsung dengan kegiatan dalam organisasi baik secara langsung maupun tidak langsung akan ikut dalam penyembuhan kondisi emosional karyawan.

Ketua departemen menjadi aktor dengan prioritas tertinggi dalam hal persuasif dengan bobotnya sebesar 0.515. Kondisi kerja ketua departemen yang secara langsung berhubungan dengan karyawan dapat menjadi tempat pertama yang akan mendapatkan kritikan, masukan dan setiap informasi lainnya yang berasal dari karyawan untuk selanjutnya dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan organisasi. Kemudian sesuai dengan strukturnya dekan dengan bobot 0.287 akan menjadi aktor berikutnya yang akan menampung segala informasi yang kemudian disaring dalam pengambilan keputusan. Dan terakhir rektor dengan bobot 0.198 menjadi aktor

yang akan menentukan bagaimana suatu keputusan akan diambil dengan mempertimbangkan semua informasi yang ada. Inilah yang menjadi arti dan tujuan dari sifat persuasif dalam kepemimpinan.

Ketua departemen menjadi aktor yang berperan sebagai aktor utama dengan bobot 0.545 untuk karakter melayani. Pelayanan yang diberikan oleh seorang ketua departemen juga dipengaruhi oleh jarak hubungannya dengan karyawan. Karena secara teknis dalam setiap rutinitasnya ketua departemen beradaptasi secara langsung dengan karyawan. Sementara dekan menjadi aktor selanjutnya dengan bobot 0.292, sebagai aktor yang memberikan pelayan kepada karyawan mereka. Ini merupakan salah satu bentuk upaya untuk memberikan kepercayaan kepada karyawan dalam menjalankan tugas-tugasnya. Rektor menjadi aktor terakhir yang memberikan pelayanan dengn bobot 0.163. Dalam rutinitasnya karyawan tidak langsung berhubungan dengan rektor, sehingga sifat melayani dari seorang rektor menjadi prioritas terakhir namun juga tetap mempengaruhi efektivitas kepemimpinan.

Rektor menjadi penentu dalam terciptanya hubungan kekeluargaan organisasi seperti terlihat pada bobot yang diperolehnya sebesar 0.410. Karena suasana kekeluargaan itu selanjutnya akan mengarah pada terbentuknya kekeluargaan dalam masyarakat yang lebih luas sehingga pengaruh kepemimpinan rektor akan memiliki peran penting dalam membuka jaringan organisasi keluar. Membangun komunitas tentu juga dipengaruhi oleh ketua departemen dengan bobotnya sebesar 0.345.

Membentuk sebuah keluarga dengan anggota organisasi juga sangat ditentukan oleh hubungan ketua departemen dengan karyawan. Hubungan yang harmonis akan mendukung terciptanya hubungan baik dalam organisasi. Karena berkaitan

juga dengan sifat seorang ketua departemen terhadap karyawan yang dapat langsung mereka rasakan dalam menjalankan rutinitasnya. Dekan juga ikut membantu terciptanya lingkungan kerja yang kondusif dengan bobot 0.245, sehingga kenyamanan kerja akan dirasakan para karyawannya dalam setiap tingkatan dan akan mendukung terbentuknya komnitas berdasarakan kekeluargaan dalam organisasi.

3. Elemen Tujuan Pada Model Kepemimpinan Servant Leadership di IPB

Pengolahan horizontal pada tingkat empat menggambarkan besarnya bobot dari tiap elemen tujuan terhadap masing-masing aktor yang terlibat dalam model kepemimpinan servant leadership di IPB. Bagi rektor, tujuan terpenting yang ingin dicapai adalah keberhasilan berkesinambungan dengan bobot 0.397, karena ini merupakan sasaran jangka panjang yang penting bagi keberadaan organisasi selanjutnya, dan sebagai bukti atas keberhasilan pada kepemimpinan yang sedang dijalankan saat ini. Kemudian secara berurutan diikuti oleh tujuan untuk meningkatkan nilai tambah, pengembangan karyawan dan kepuasan mahasiswa.

Tabel 6. Prioritas elemen tujuan yang ingin dicapai dalam penerapan model kepemimpinan servant leadership

di IPB.

Elemen Aktor Elemen Tujuan

PK NT KP KB Rektor (RK) 0.199 0.223 0.181 0.397 Dekan (DK) 0.233 0.178 0.192 0.396 Ketua departemen (KD) 0.280 0.125 0.175 0.420 Keterangan : PK : Pengembangan Karyawan NT : Nilai Tambah bagi Mahasiswa KP : Kepuasan Mahasiswa

Dekan sangat memperhatikan keberhasilan berkesinambungan sebagai tujuan utama yang ingin dicapai dengan bobot yang tidak jauh berbeda yaitu sebesar 0.396, kemudian diiringi dengan tujuan untuk meningkatkan pengembangan karyawan, kepuasan mahasiswa, nilai tambah bagi mahasiswa.

Ketua departemen memiliki pandangan yang sama bahwa keberhasilan berkesinambungan merupakan tujuan terpenting yang harus dicapai dengan bobot 0.420. Selanjutnya tujuan lain seperti pengembangan karyawan menjadi fokus kedua karena ketua departemen secara langsung akan memberdayakan karyawan yang merupakan usaha dalam pencapaian sasaran utama. Kepuasan mahasiswa dan nilai tambah bagi mahasiswa akan menjadi tujuan selanjutnya yang ikut mendukung pencapaian sasaran utama.

4. Elemen Alternatif Strategi Penerapan Model Kepemimpinan Servant Leadership di IPB

Hasil pengolahan horizontal pada tingkat lima menunjukkan bobot untuk masing-masing elemen alternatif terhadap setiap tujuan yang ingin dicapai dalam penerapan model kepemimpinan servant leadership di IPB. Terdapat dua alternatif strategi penerapan model kepemimpinan servant leadership di IPB yaitu penerapan model kepemimpinan servant leadership secara penuh yang berarti bahwa penerapan servant leadership disesuaikan dengan teori yang seharusnya dan penerapan servant leadership yang dimodifikasi yang artinya adalah penerapan model kepemimpinan servant leadership disesuaikan dengan kondisi yang ada di IPB.

Tabel 7. Prioritas elemen alternatif yang dapat dipilih dalam

penyusunan strategi penerapan model

kepemimpinan servant leadership di IPB.

Elemen Tujuan Elemen Alternatif

PN PM

Pengembangan karyawan (PK) 0.380 0.620

Nilai Tambah bagi Mahasiswa (NT) 0.394 0.606

Kepuasan Mahasiswa (KP) 0.394 0.606

Keberhasilan Berkesinambungan (KB) 0.213 0.787

Keterangan :

PN : Penerapan secara penuh PM : Penerapan yang dimodifikasi

Pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa semua tujuan dalam penerapan model kepemimpinan servant leadership akan lebih dapat diterapkan dengan memilih alternatif strategi penerapan yang dimodikasi. Artinya perlu adanya penyesuaian dalam penerapan model kepemimpinan servant leadership di IPB. Hal ini dilatarbelakangi oleh kondisi organisasi yang tidak sepenuhnya sama dengan teori yang ada pada servant leadership yang dipelajari pada studi literatur. Penerapan yang dimodifikasi menyangkut gaya kepemimpinan yang diterapkan dalam upaya pencapaian tujuan seperti upaya pengembangan karyawan, peningkatan nilai tambah bagi mahasiswa, kepuasan mahasiswa serta keberhasilan berkesinambungan.

4.5.2. Pengolahan Vertikal

Analisis pengolahan vertikal bertujuan untuk melihat pengaruh setiap elemen pada tingkat hirarki tertentu terhadap ultimate goal (sasaran utama). Pengolahan vertikal akan menunjukkan alternatif strategi penerapan model kepemimpinan servant leadership di IPB yang dapat dipilih dan bobot yang dikandung masing-masing elemen hirarki.

1. Elemen Aktor Terhadap Model Kepemimpinan Servant Leadership di IPB

Hasil pengolahan vertikal menunjukkan bahwa aktor yang paling terlibat dalam penerapan model kepemimpinan servant leadership di IPB adalah rektor dengan bobot sebesar

0.416. Servant leadership memposisikan pemimpin di bagian dasar hirarki organisasi artinya pemimpin menjadi pelayan bagi organisasi. Sebagai pimpinan utama dalam organisasi, rektor menjadi pihak penentu dan juga menjadi pihak yang sangat erat kaitannya dengan penerapan model kepemimpinan servant leadership di IPB. Bagaimana penerapan model kepemimpinan ini dalam organisasi di IPB merupakan hal yang menjadi keputusan rektor.

Dekan dan ketua departemen menjadi aktor selanjutnya yang berperan dalam penerapan model kepemimpinan servant leadership di IPB dengan bobotnya secara berurutan adalah 0.241 dan 0.343. Dekan dan kadep akan menjadi penentu diterapkannya model kepemimpinan servant leadership di IPB dalam kondisi kerja nyata mereka.

2. Elemen Tujuan Terhadap Model Kepemimpinan Servant Leadership di IPB

Pengolahan vertikal berikutnya berkaitan dengan tujuan yang ingin dicapai dalam penerapan model kepemimpinan servant leadership di IPB. Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai keberhasilan berkesinambungan memiliki prioritas tertinggi dengan bobot 0.405 karena keberhasilan kepemimpinan dalam memimpin organisasi saat ini akan menentukan keberhasilan organisasi selanjutnya yang dapat dilihat pada kemampuan organisasi untuk dapat terus bertahan dan berhasil. Tujuan selanjutnya adalah pengembangan karyawan dengan bobot 0.235. Untuk dapat mencapai sasaran jangka panjang organisasi, pemimpin harus mampu memberdayakan karyawan mereka agar efektivitas kerja tercipta dan peningkatan kualitas akan semakin terlihat yang selanjutnya akan tercipta kepuasan mahasiswa dengan bobot 0.182 dan nilai tambah bagi mahasiswa dengan bobot 0.179 akibat adanya peningkatan performansi kerja dari karyawan yang sangat dirasakan oleh mahasiswa.

ULTIMATE GOAL FACTORS ACTORS OBJECTIVES SCENARIO

Gambar 8. Bobot hirarki pemilihan strategi penerapan model kepemimpinan servant leadership di IPB MODEL KEPEMIMPINAN SERVANT LEADERSHIP di IPB

EM 0.382 KD 0.343 DK 0.241 RK 0.416 KB 0.405 KP 0.182 NT 0.179 PK 0.235 PM 0.615 PN 0.385 ML 0.179 MY 0.100 PS 0.127 MK 0.212

3. Elemen Alternatif Strategi Pada Penerapan Model Kepemimpinan Servant Leadership di IPB

Hasil pengolahan vertikal menunjukkan bobot untuk masing-masing elemen alternatif terhadap strategi penerapan model kepemimpinan servant leadership di IPB. Alternatif dengan penerapan secara modifikasi dirasa lebih tepat untuk dipilih dalam menerapkan model kepemimpinan servant leadership di IPB. Hal ini berdasarkan pada perolehan bobotnya sebesar 0.615 dan juga dilatarbelakangi oleh perbedaan kondisi setiap organisasi dimana kondisi IPB tidak sepenuhnya sesuai dengan kondisi yang ada pada teori servant leaderhip.

Dokumen terkait