• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS DATA

A. Analisis Pendahuluan

Dalam analisis pendahuluan ini digunakan rumus kuartil. Kuartil ialah titik atau skor atau nilai yang membagi seluruh distribusi frekuensi ke dalam empat bagian yang sama besar, yaitu masing masing sebesar ¼ N. Jadi akan dijumpai tiga buah kuartil, yaitu kuartil pertama (Q1), kuartil kedua (Q2), dan kuartil ketiga (Q3).

Ketiga kuartil inilah yang membagi seluruh distribusi frekuensi dari data yang penulis selidiki menjadi empat bagian yang sama besar, masing-masing sebesar ¼ N.

Karena penulis hanya menggunakan sampel 10 maka Rumus kuartil data tunggal untuk jumlah data (n) genap dan tidak habis dibagi empat, maka Rumus kuartil yang penulis gunakan Yaitu:

Kuartil 1 :

Kuartil 3 : Keterangan : : Kuartil ke-1 : Kuartil ke-2 : Kuartil ke-3 n : Banyak data b. Analisis Uji Hipotesis

Digunakan analisis data Product Moment dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan:

: Koefisien korelasi

: Kuadrat Y

: Kuadrat X

: Jumlah skor total variabel X

: Jumlah skor total variabel Y

: Jumlah sampel yang diteliti

A. Latar belakang masalah B. Rumusan masalah C. Tujuan penelitian D. Hipotesis penelitian E. Manfaat penelitian F. Definisi operasional G. Metode penelitian

1. Pendekatan dan rancangan penelitian 2. Tempat dan waktu penelitian

3. Populasi dan sampel 4. Metode pengumpulan data 5. Instrument penelitian 6. Analisis data

H. Sistematika penulisan.

BAB II: KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian tentang supervisi klinis kepala sekolah B. Kajian tentang kinerja guru

C. Pengaruh supervisi klinis kepala sekolah terhadap kinerja guru

BAB III: LAPORAN HASIL PENELITIAN

Gambaran umum SD Negeri Banyusari Kec. Grabag Kab. Magelang Tahun Pelajaran 2014/2015, keadaan supervisi,

keadaan guru, dan sarana prasarana. Data tentang supervisi klinis kepala sekolah dan kinerja guru.

BAB IV: ANALISIS DATA A. Analisis pendahuluan B. Analisis uji hipotesis C. Analisis lanjut

BAB V: PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Supervisi Pendidikan 1. Pengertian Supervisi Pendidikan

Supervisi berasal dari bahasa inggris “supervision” yang terdiri dari dua perkataan “super” dan “vision”. Super berarti atas atau lebih sedangkan Vision berarti penglihatan atau meninjau. Oleh karena itu secara etimologis supervisi itu merupakan arti kiasan yang menggambarkan suatu posisi yang melihat berkedudukan lebih tinggi daripada yang dilihat (Subari, 1994 : 1).

Supervisi kaitannya dengan proses belajar mengajar yang dikutip oleh Mulyasa (2004: 155) dalam Carter Goods Dictionary Of

Education, adalah segala usaha pejabat sekolah dalam memimpin

guru-guru dan tenaga kependidikan lainnya, untuk memperbaiki pengajaran termasuk menstimulasi, menyeleksi pertumbuhan dan perkembangan jabatan guru-guru, menyeleksi dan merevisi tujuan pendidikan, bahan pengajaran dan metode-metode mengajar serta evaluasi.

Ada juga yang menjelaskan supervisi sebagai berikut: a. Mc. Nemey

Supervision is the procedures of giving direction to and providing critical evaluations of the instructional process (Subari, 1994: 5).

Dari kutipan diatas penulis mengartikan bahwa supervisi adalah prosedur memberikan arah serta mengadakan penilaian secara kritis terhadap proses pengajaran.

b. Boardman et al

Supervisi adalah suatu usaha menstimulir, mengkoordinir, dan membimbing secara berlanjut pertumbuhan guru-guru baik secara pribadi maupun kelompok agar lebih memahami dan lebih efektif dalam mewujudkan seluruh fungsi pengajaran (Soekarno, 2006: 88).

c. P. Adams dan Frank G. Dickey

Supervision is a planned program for the improvement of instruction (Daryanto, 2008: 170).

Dari kutipan di atas penulis mengartikan bahwa supervisi adalah suatu program yang berencana untuk memperbaiki pengajaran.

Dari beberapa definisi diatas, supervisi dapat diartikan sebagai bantuan yang diberikan kepada seluruh staf sekolah untuk

membantu guru dalam memecahkan masalah yang di hadapinya sehubungan dengan pelaksanaan tugasnya dikelas, dan mampu memberi arahan kepada guru-guru, dapat juga diartikan sebagai suatu bagian yang tidak terpisahkan dari seluruh administrasi pendidikan yang ditujukan terutama untuk mengembangkan efektifitas kinerja personalia sekolah yang berhubungan dengan tugas-tugas utama pendidikan.

2. Tujuan Supervisi Pendidikan

Tujuan supervisi pendidikan adalah untuk meningkatkan kemampuan profesional guru dalam meningkatkan proses hasil belajar melalui pemberian bantuan yang terutama bercorak layanan professional kepada guru. Jika proses belajar meningkat, maka hasil belajar diharapkan juga meningkat. Dengan demikian, rangkaian usaha supervisi akan memperlancar pencapaian tujuan kegiatan belajar mengajar.

Secara umum, supervisi pembelajaran bertujuan untuk memberikan bantuan dalam mengembangkan situasi belajar mengajar yang lebih baik, melalui usaha peningkatan professional mengajar, menilai kemampuan guru sebagai pendidik dan pengajar dalam bidang masing-masing guna membantu mereka melakukan perbaikan dan bilamana diperlukan dengan menunjukkan kekurangan-kekurangan untuk diperbaiki sendiri (Imron, 2011:11)

Dalam rumusan yang lebih rinci, Fachrudi (1993: 71) mengemukakan tujuan supervisi pendidikan adalah sebagai berikut: 1. Membantu guru melihat dengan jelas tujuan pendidikan yang

sebenarnya dan peranan khusus sekolah dalam usaha mencapai tujuan.

2. Membantu guru melihat dengan jelas persoalan dan kebutuhan murid dan membantu mereka sedapat mungkin agar dapat memenuhi kebutuhan itu.

3. Membantu guru mengembangkan kecakapan mengajar yang lebih besar

4. Membantu guru melihat kasukaran murid belajar dan membantu merencanakan pelajaran yang efektif.

5. Membentuk moral kelompok yang kuat dan mempersatukan guru dalam suatu tim yang efektif, bekerja sama dan saling menghargai untuk mencapai tujuan yang sama.

6. Membantu memberi peringatan kepada masyarakat mengenai program sekolah agar umum dapat mengerti dan membantu usaha sekolah.

Jadi, supervisi hendaknya dapat menciptakan suatu proses yang lebih baik, sehingga dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dengan meningkatkan mutu para pendidik, meningkatkan pengelolaan sarana dan prasarana, dan semua hal yang menunjang

3. Fungsi-Fungsi Supervisi

Fungsi utama supervisi adalah membina program pengajaran yang ada sebaik-baiknya sehingga selalu ada usaha perbaikan (Sahertian, 2008: 21).

Supervisi juga berfungsi untuk mengoordinasi, menstimulasi, dan mengarahkan pertumbuhan guru-guru, mengoordinasi semua usaha sekolah, memperlengkapi kepemimpinan sekolah, memperluas pengalaman guru-guru, menstimulasi usaha-usaha yang kreatif, memberi fasilitas dan penilaian yang terus menerus, menganalisis situasi belajar mengajar, memberikan pengetahuan dan ketrampilan guru serta staf, mengintegrasikan tujuan pendidikan dan membantu meningkatkan kemampuan guru (Imron, 2011: 12).

Supervisor dapat membantu guru dalam menciptakan suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan untuk mencapai hasil yang maksimal dan juga meningkatkan mutu pendidikan.

4. Prinsip-Prinsip Supervisi Pendidikan

Tidak sedikit masalah yang dihadapi oleh seorang supervisor dalam melaksanakan tugasnya. Dalam usahanya memecahkan masalah hendaklah ia berpegang teguh pada Pancasila yang merupakan prinsip asasi, yang merupakan landasan utama pelaksanaan tugas dan kewajibannya sebagai supervisor.

Di samping prinsip asasi itu Fachrudi (1993: 73) dalam bukunya membedakan juga dua prinsip, yaitu prinsip positif dan

prinsip negatif. Yang dimaksudkan dengan prinsip positif ialah prinsip-prinsip yang patut kita ikuti. Sedangkan yang dimaksud dengan prinsip negatif ialah prinsip yang sebaiknya kita hindari.

a. Prinsip positif

a) Supervisi dilaksanakan secara demokratis dan kooperatif.

Maksudnya demokratis ialah seorang supervisor harus menghargai kepribadian, pikiran, perasaan, dan pendapat guru. Sedangkan kooperatif ialah terdapat kerjasama yang baik antara supervisor dengan guru.

b) Supervisi bersifat kreatif dan konstruktif.

Maksudnya dalam melaksanakan supervisi hendaknya mengarah kepada perbaikan, apapun perbaikannya dan seberapapun perbaikannya seorang supervisor harus kreatif dan teliti.

c) Supervisi harus inovatif dan progresif.

Maksudnya seorang supervisi harus mengikhtiarkan pembaruan dan berusaha menemukan hal-hal baru dalam supervisi dan dilaksanakan maju selangkah demi selangkah namun tetap mantap.

d) Supervisi harus dapat memberi perasaan aman kepada guru. e) Supervisi harus berdasarkan kenyataan dan apa adanya.

f) Supervisi harus memberi kesempatan kepada supervisor dan guru untuk mengevaluasi diri mereka sendiri, dan menemukan jalan pemecahan atas keluarganya.

b. Prinsip negatif

a) Supervisi pendidikan tidak boleh di laksankan dengan otoriter. b) Supervisi pendidikan tidak boleh mencari-cari kesalahan guru. c) Supervisi pendidikan tidak boleh di laksanakan berdasarkan

tingginya pangkat.

d) Supervisi pendidikan tidak boleh terlalu cepat mengharapkan hasil.

e) Supervisi pendidikan tidak boleh dilepaskan dari tujuan pendidikan dan pembelajaran.

f) Supervisi pendidikan tidak boleh merasa lebih tahu dibandingkan dengan guru.

g) Supervisi pendidikan tidak boleh terlalu memperhatikan hal-hal yang terlalu kecil dalam mengajar sehingga membelokkan maksud supervisor.

h) Supervisor tidak boleh lekas kecewa jika mengalami kegagalan.

5. Teknik-Teknik Supervisi Pendidikan

Upaya dan kegiatan supervisi yang terarah pada usaha mencapai sasarannya dilaksanakan dengan menggunakan teknik supervisi. Umumnya alat dan teknik supervisi dapat dibedakan dalam

dua macam, yaitu: teknik yang bersifat individual dan kelompok. Teknik yang bersifat individual ialah teknik yang dilakukan atau dilaksanakan untuk seorang guru secara individual dan teknik yang bersifat kelompok ialah teknik yang dilaksanakan untuk melayani lebih dari satu orang (Sahertian, 2008: 52).

Adapun teknik yang bersifat individual adalah sebagai berikut: a. Kunjungan kelas

Kunjungan yang dilakukan oleh seorang supervisor kedalam kelas untuk melihat guru mengajar dengan tujuan memperoleh data mengenai keadaan sebenarnya selama guru mengajar. Dengan kegiatan ini seorang supervisor dapat berdiskusi dengan guru apa kesulitan yang dihadapi dan guru dapat menjelaskan kesulitan serta hambatan yang dihadapi guru dalam mengajar, serta guru dapat meminta bantuan dan dorongan, kunjungan kelas dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:

1) Kunjungan tanpa diberitahukan sebelumnya. 2) Kunjungan dengan diberitahukan sebelumnya. 3) Kunjungan atas undangan guru.

b. Percakapan pribadi

Yaitu percakapan pribadi antara supervisor dengan guru. Dalam percakapan ini keduanya berusaha berjumpa dalam pengertian mengajar dengan baik. Yang mencakup usaha-usaha

untuk memecahkan problema yang dihadapai oleh guru (Sahertian, 2008: 73).

c. Observasi kelas

Supervisor mengadakan observasi dengan jalan meneliti suasana kelas selama kegiatan belajar mengajar untuk memperoleh data yang subyektif mungkin sehingga dengan itu dapat digunakan untuk menganalisa kesulitan yang dihadapi oleh guru dalam memperbaiki proses kegiatan belajar mengajar (Sahertian, 2008: 73).

d. Saling mengunjungi kelas

Yaitu saling mengunjungi antara guru yang satu dengan guru yang lainnya pada saat kegiatan belajar mengajar. Hal ini merupakan langkah supervisi yang perlu dikembangkan di sekolah. Terutama guru-guru yang masih kurang berpengalaman, dapat belajar dari kemahiran mengajar guru-guru yang lain.

e. Menilai diri sendiri

Salah satu tugas tersukar bagi para guru ialah melihat kemampuan diri sendiri dalam menyajikan bahan pelajaran. Untuk mengukur kemampuan mengukur kemampuan mengajarnya, disamping menilai murid-muridnya juga penilaian terhadap diri sendiri merupakan teknik yang dapat membantu guru dalam pertumbuhannya (Sahertian, 2008: 83).

Adapun teknik supervisi yang bersifat kelompok (Sahertian, 2008: 86-100) di antaranya:

a. Pertemuan orientasi bagi guru baru

Yaitu suatu pertemuan yang bertujuan khusus mengantar guru untuk memasuki suasana kerja yang baru. Pertemuan orientasi ini bukan hanya guru baru tetapi juga seluruh staf guru.

b. Panitia penyelenggara

Yaitu suatu kegiatan yang di adakan bersama, dimana guru dillibatkan dalam kepanitiaan dan beberapa guru ditunjuk sebagai penanggung jawab pelaksanaan kegiatan tersebut. Dalam melaksanakan tugas ini guru mendapat pengalaman dalam mencapai tujuannya sehingga guru dapat tumbuh dan berkembang dalam profesi mengajarnya dengan adanya pengalaman-pengalaman tesebut.

c. Rapat guru

Supervisor mengadakan pertemuan dengan guru-guru guna membahas masalah-masalah yang timbul pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Jadi dengan adanya rapat ini, guru dapat dibantu baik secara individu maupun secara kelompok untuk menemukan dan menyadari kebutuhan mereka, menganalisa problema-problema mereka dan

d. Studi kelompok antar guru

Yaitu sesuatu kegiatan dimana guru yang mengajar mata pelajaran yang sama berkumpul untuk mempelajari suatu masalah atau sejumlah bahan materi pelajaran, selain itu juga membahas ilmu pengetahuan yang sedang berkembang.

e. Diskusi sebagai proses kelompok

Yaitu pertukaran pendapat tentang suatu masalah untuk dipecahkan bersama, dengan adanya diskusi dapat mengembangkan ketrampilan guru dalam mengatasi kesulitan-kesulitan dengan jalan bertukar pikiran di guru.

f. Tukar menukar pengalaman

Yaitu suatu kegiatan dimana guru saling bertukar pikiran atau pengalaman, saling memberi dan menerima, saling belajar satu dengan yang lain. Dengan tujuan agar dapat belajar dari pengalaman temannya dalam membimbing murid dalam proses belajar mengajar.

g. Loka karya (workshop)

Dengan adanya lokakarya ini dimaksudkan agar guru dapat menyusun contoh model satuan pelajaran untuk tiap bidang studi.

h. Diskusi panel

Diskusi panel adalah satu bentuk diskusi yang dipentaskan dihadapan sejumlah partisipan atau pendengar

dengan tujuan untuk memecahkan suatu problema yang mana para panelistnya terdiri dari orang-orang yang dianggap ahli dalam masalah yang didiskusikan.

i. Seminar

Kegiatan ini biasanya mendatangkan tokoh ahli yang akan membahas suatu masalah tertentu kemudian akan ditanggapi oleh partisipant yang akan menghasilkan suatu kesimpulan dari masalah yang dibahas.

j. Pelajaran contoh

Suatu teknik yang bersifat kelompok bilamana supervisor itu memberi penjelasan-penjelasan kepada guru-guru tentang mengajar yang baik.

k. Membaca langsung

Guru membaca langsung sumber-sumber pustaka yang ada di sekolah atau tempat lain.

l. Mengikuti kursus

Suatu media yang dapat membantu guru dalam mengembangkan pengalaman profesi mengajar dan menambah ketrampilan guru dalam melengkapi profesi mereka. Dalam hal ini guru mengikuti kursus yang bersifat penataran sehingga guru memperoleh pengetahuan dan ketrampilan tambahan sehingga mereka akan mengalami peningkatan dalam profesi

Semua pendidikan pasti menginginkan maju dan berkembang dengan maksimal, jadi teknik keduanya tersebut, yaitu teknik individu maupun kelompok semua perlu dilakukan agar guru semakin meningkat dan profesional karena banyak berlatih dan belajar. Dengan cara-cara atau teknik-teknik di atas.

B. Supervisi Klinis

1. Pengertian Supervisi Klinis

Di dalam supervisi pembelajaran terdapat beberapa pendekatan, pendekatan yang penulis ambil yaitu pendekatan klinikal (klinis) yang dilakukan secara kolegial oleh supervisor dengan guru. Melalui hubungan kolegial atau kesejawatan tersebut, kemampuan mengajar guru dapat di tingkatkan.

supervisi klinis ialah suatu proses tatap muka antara supervisor dengan guru yang membicarakan hal mengajar dan yang ada hubungannya dengan itu. Pembicaraan ini bertujuan untuk membantu pengembangan professional guru dan sekaligus untuk perbaikan proses pengajaran itu sendiri. Pembicaraan ini biasanya dipusatkan kepada penampilan mengajar guru berdasarkan hasil observasi (Soetjipto, 1999: 247)

Sedangkan menurut Acheson dan Gall menyatakan bahwa supervisi klinis ialah proses membina guru untuk memperkecil jurang antara perilaku mengajar nyata dengan perilaku mengajar seharusnya/yang ideal (Pidarta, 1992: 249).

Sementara itu Sergiovani berpendapat bahwa supervisi pembelajaran dengan pendekatan klinik adalah suatu pertemuan tatap muka antara supervisor dengan guru, membahas tentang hal mengajar di dalam kelas guna perbaikan pembelajaran dan pengembangan profesi (Imron, 2011:59).

Dari beberapa definisi tentang supervisi klinis tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa supervisi klinis adalah tatap muka antara supervisor dengan guru, proses bantuan professional kepada guru melalui siklus perencanaan yang sistematis, pengamatan yang cermat, dan umpan balik yang objektif dan segera, serta seorang supervisor mampu memahami masalah-masalah yang di hadapi oleh guru, dan juga di dalam supervisi klinis seorang supervisor harus bisa berhubungan baik dan dekat dengan seorang guru, seperti teman sejawat. Agar seorang supervisor lebih mudah dalam memecahkan masalah dan juga mampu memperkecil jurang kegagalan guru.

2. Tujuan Supervisi Klinis

Tujuan supervisi klinis adalah perbaikan pengajaran dan bukan perbaikan kepribadian guru. Untuk ini supervisor diharapkan untuk mengajarkan berbagai ketrampilan kepada guru. Biasanya sasaran ini dioperasikan dalam sasaran-sasaran yang lebih kecil, yaitu bagian ketrampilan mengajar yang bersifat spesifik, yang mempuyai arti sangat penting dalam proses mengajar. Analisis kontruktif dilakukan

yang berhasil, dan mengarahkan serta tidak mencela atau menghukum pola-pola tingkah laku yang belum sukses. Dalam supervisi klinis, supervisor dan guru merupakan teman sejawat dalam memecahkan masalah-masalah pengajaran di kelas.

Pada umumnya supervisi pendidikan lebih tertuju kepada supervisi kelas. Supervisi macam ini lebih mengutamakan kegiatan kunjungan kelas untuk mengobservasi proses belajar mengajar di kelas. Kunjungan ini biasanya didahului dengan konferensi atau wawancara yang pada umunya membicarakan program semester, satuan pelajaran, kehadiran, dan penilaian hasil belajar. Setelah kunjungan kelas lazim juga diadakan paska observasi yang terdiri dari konferensi dan wawancara untuk memberikan tanggapan dan kesan, penilaian dan diskusi. Sering pula hasil penilaian terhadap guru dikemukakan dalam kesempatan ini.supervisi dengan langkah-langkah tersebut digolongkan sebagai jenis supervisi klinikal atau klinis (Daryanto, 2008: 176).

3. Ciri-Ciri Supervisi Klinis

Menurut Goldhammer, Anderson, dan Krawjewski dalam bukunya Soetjipto dan Kosasi (1999: 247) menjelaskan bahwa ciri-ciri supervisi sebagai berikut:

a. Merupakan tekhnologi dalam meperbaiki pengajaran.

b. Merupakan intervensi secara sengaja ke dalam proses pengajaran.

c. Berorientasi kepada tujuan, mengombinasikan tujuan sekolah, dan mengembangkan kebutuhan pribadi.

d. Mengandung pengertian hubungan kerja antara guru dan supervisor.

e. Memerlukan saling kepercayaan yang dicerminkan dalam pengertian, dukungan dan komitmen untuk berkembang

f. Suatu usaha yang sistematik, namun memerlukan keluwesan dan perubahan metodologi yang terus menerus.

g. Menciptakan ketegangan yang kreatif untuk menjembatani kesenjangan antara keadaan real dan ideal.

h. Mebgansumsi bahwa supervisor mengetahui lebih banyak dibandingkan dengan guru.

i. Memerlukan latihan untuk supervisor.

Seperti halnya menurut Mulyasa (2004:112) salah satu supervisi akademik yang populer adalah supervisi klinis, yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Supervisi diberikan berupa bantuan (bukan perintah), sehingga inisiatif tetap berada di tangan tenaga kependidikan.

b. Aspek yang disupervisi berdasarkan usul guru, yang dikaji bersama kepala sekolah sebagai supervisor untuk dijadikan kesepakatan.

d. Mendiskusikan dan menafsirkan hasil pengamatan dengan mendahulukan interpretasi guru.

e. Supervisi dilakukan dalam suasana terbuka secara tatap muka, dan supervisor lebih banyak mendengarkan serta menjawab pertanyaan guru daripada memberi saran dan pengarahan.

f. Supervisi klinis sedikitnya memiliki tiga tahap, yaitu pertemuan awal, pengamatan, dan umpan balik.

g. Adanya penguatan dan umpan balik dari kepala sekolah sebagai supervisor terhadap perubahan perilaku guru yang positif sebagai hasil pembinaan.

h. Supervisi dilakukan secara berkelanjutan untuk meningkatkan suatu keadaan dan memecahkan suatu masalah.

4. Manfaat Supervisi Klinis

Dengan adanya supervisor yang selalu mengawasi dan memperhatikan guru diharapkan dapat memberikan manfaat-manfaat sebagai berikut:

Menurut Piet (2008: 150-151) manfaat dari supervisi klinis yaitu sebagai berikut:

a. Membantu guru dalam mengahadapi kesulitan dalam mengajarkan bidang studi

b. Mengembangkan sumberdaya guru dan staf sekolah

c. Membantu guru dalam memecahkan masalah-masalah pribadi yang berpengaruh terhadap kualitas kerja.

Sedangkan menurut Soetjipto dan Kosasi (1999: 248) manfaat dari supervisi klinis adalah sebagai berikut:

a. Guru dapat memiliki ketrampilan mengamati dan memahami proses pengajaran secara analistis

b. Guru mampu menguasai ketrampilan menganalisis proses pengajaran secara rasional berdasarkan bukti-bukti pengamatan yang jelas dan tepat.

c. Guru menguasai ketrampilan dalam pembaruan kurikulum, pelaksanaan, serta pencobaannya.

d. Guru mahir dalam ketrampilan belajar mengajar

5. Langkah-Langkah Supevisi Klinis

Terdapat lima langkah dalam melaksanakan supervisi klinis, yaitu: pembicaraan pra-observasi, melaksanakan observasi, melakukan analisis dan menentukan strategi, melakukan pembicaraan tentang hasil supervisi, serta melakukan analisis setelah pembicaraan.

a. Tahap Pembicaraan Pra-Observasi

Tahap ini disebut pula dengan tahap pembicaraan pendahuluan. Dalam tahap ini supervisor dan guru bersama-sama membicarakan rencana ketrampilan yang akan diobservasi atau dicatat. Pelaksanaan tahap ini memerlukan komunikasi terbuka, sehingga tercipta ikatan kolegial antara supervisor dengan guru dalam suasana kerja sama yang harmonis. Seperti: menciptakan

suasana akrab antara supervisor dengan guru, membicarakan bersama tentang instrumen yang akan dikembangkan.

b. Tahap Observasi

Pada tahap ini guru melakukan latihan dalam tingkah laku mengajar yang dipilih dan disepakati dalam pertemuan pendahuluan. Sementara guru berlatih, supervisor mengamati dan mencatat atau merekamnya. Supervisor dapat juga mengadakan observasi dan mencatat tingkah laku siswa di kelas serta interaksi antara guru dan siswa.

c. Tahap Analisis Data Dan Penetapan Strategi

Supevisor mengadakan analisis tentang hasil rekaman observasi. Tujuan tahap ini ialah mengartikan data yang diperoleh dan merencanakan manajemen petemuan yang akan di adakan dengan guru. Dalam melakukan analisis, supervisor harus menggunakan kategorisasi perilaku mengajar dan melihat data yang akan dikumpulkan itu atas kategori yang ditetapkan.

d. Pembicaraan Tentang Hasil

Tujuan pembicaraan ini adalah untuk memberikan balikan kepada guru dalam memperbaiki perilaku mengajarnya, memberikan imbalan dan perasaan puas, mendifinisikan isu dalam mengajar, memberikan bantuan kepada guru dalam memperbaiki teknik mengajar dan mengembangkan diri-sendiri.

Supervisi merupakan pekerjaan professional. Oleh karena itu pengalaman supervisor dalam melaksanakan supervisi harus dapat di manfaatkan untuk pertumbuhan jabatannya sendiri. Dalam analisis sesudah pembicaraan ini, supervisor harus menilik ulang tentang apa yang telah dilakukan dalam menetapkan kriteria perilaku mengajar yang ditetapkan dalam pra-observasi dan kriteria yang dipakai supervisor dalam melakukan observasi. Kegiatan ini akan mudah dilakukan apabila supervisor mempunyai catatan yang lengkap tentang proses kegiatan yang dilakukan.kalau mungkin kegiatan direkam dengan video tape ( Soetjipto, 1999: 249-251).

C. Kinerja Guru

1. Pengertian Kinerja Guru

Kinerja menurut Mangkunegara (2001: 67) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kualitas yang dilihat disini adalah dilihat dari kehalusan, kebersihan ketelitian dalam pekerjaan, sedangkan kuantitas dilihat dari jumlah atau banyaknya pekerjaan yang harus diselesaikan karyawan. Dalam hal ini adalah guru.

Smith dalam (Mulyasa, 2005: 136) menyatakan bahwa kinerja adalah “…..output drive from processes, human or otherwise”. Penulis

Dokumen terkait