• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

B. Supervisi Klinis

1. Pengertian Supervisi Klinis

Di dalam supervisi pembelajaran terdapat beberapa pendekatan, pendekatan yang penulis ambil yaitu pendekatan klinikal (klinis) yang dilakukan secara kolegial oleh supervisor dengan guru. Melalui hubungan kolegial atau kesejawatan tersebut, kemampuan mengajar guru dapat di tingkatkan.

supervisi klinis ialah suatu proses tatap muka antara supervisor dengan guru yang membicarakan hal mengajar dan yang ada hubungannya dengan itu. Pembicaraan ini bertujuan untuk membantu pengembangan professional guru dan sekaligus untuk perbaikan proses pengajaran itu sendiri. Pembicaraan ini biasanya dipusatkan kepada penampilan mengajar guru berdasarkan hasil observasi (Soetjipto, 1999: 247)

Sedangkan menurut Acheson dan Gall menyatakan bahwa supervisi klinis ialah proses membina guru untuk memperkecil jurang antara perilaku mengajar nyata dengan perilaku mengajar seharusnya/yang ideal (Pidarta, 1992: 249).

Sementara itu Sergiovani berpendapat bahwa supervisi pembelajaran dengan pendekatan klinik adalah suatu pertemuan tatap muka antara supervisor dengan guru, membahas tentang hal mengajar di dalam kelas guna perbaikan pembelajaran dan pengembangan profesi (Imron, 2011:59).

Dari beberapa definisi tentang supervisi klinis tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa supervisi klinis adalah tatap muka antara supervisor dengan guru, proses bantuan professional kepada guru melalui siklus perencanaan yang sistematis, pengamatan yang cermat, dan umpan balik yang objektif dan segera, serta seorang supervisor mampu memahami masalah-masalah yang di hadapi oleh guru, dan juga di dalam supervisi klinis seorang supervisor harus bisa berhubungan baik dan dekat dengan seorang guru, seperti teman sejawat. Agar seorang supervisor lebih mudah dalam memecahkan masalah dan juga mampu memperkecil jurang kegagalan guru.

2. Tujuan Supervisi Klinis

Tujuan supervisi klinis adalah perbaikan pengajaran dan bukan perbaikan kepribadian guru. Untuk ini supervisor diharapkan untuk mengajarkan berbagai ketrampilan kepada guru. Biasanya sasaran ini dioperasikan dalam sasaran-sasaran yang lebih kecil, yaitu bagian ketrampilan mengajar yang bersifat spesifik, yang mempuyai arti sangat penting dalam proses mengajar. Analisis kontruktif dilakukan

yang berhasil, dan mengarahkan serta tidak mencela atau menghukum pola-pola tingkah laku yang belum sukses. Dalam supervisi klinis, supervisor dan guru merupakan teman sejawat dalam memecahkan masalah-masalah pengajaran di kelas.

Pada umumnya supervisi pendidikan lebih tertuju kepada supervisi kelas. Supervisi macam ini lebih mengutamakan kegiatan kunjungan kelas untuk mengobservasi proses belajar mengajar di kelas. Kunjungan ini biasanya didahului dengan konferensi atau wawancara yang pada umunya membicarakan program semester, satuan pelajaran, kehadiran, dan penilaian hasil belajar. Setelah kunjungan kelas lazim juga diadakan paska observasi yang terdiri dari konferensi dan wawancara untuk memberikan tanggapan dan kesan, penilaian dan diskusi. Sering pula hasil penilaian terhadap guru dikemukakan dalam kesempatan ini.supervisi dengan langkah-langkah tersebut digolongkan sebagai jenis supervisi klinikal atau klinis (Daryanto, 2008: 176).

3. Ciri-Ciri Supervisi Klinis

Menurut Goldhammer, Anderson, dan Krawjewski dalam bukunya Soetjipto dan Kosasi (1999: 247) menjelaskan bahwa ciri-ciri supervisi sebagai berikut:

a. Merupakan tekhnologi dalam meperbaiki pengajaran.

b. Merupakan intervensi secara sengaja ke dalam proses pengajaran.

c. Berorientasi kepada tujuan, mengombinasikan tujuan sekolah, dan mengembangkan kebutuhan pribadi.

d. Mengandung pengertian hubungan kerja antara guru dan supervisor.

e. Memerlukan saling kepercayaan yang dicerminkan dalam pengertian, dukungan dan komitmen untuk berkembang

f. Suatu usaha yang sistematik, namun memerlukan keluwesan dan perubahan metodologi yang terus menerus.

g. Menciptakan ketegangan yang kreatif untuk menjembatani kesenjangan antara keadaan real dan ideal.

h. Mebgansumsi bahwa supervisor mengetahui lebih banyak dibandingkan dengan guru.

i. Memerlukan latihan untuk supervisor.

Seperti halnya menurut Mulyasa (2004:112) salah satu supervisi akademik yang populer adalah supervisi klinis, yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Supervisi diberikan berupa bantuan (bukan perintah), sehingga inisiatif tetap berada di tangan tenaga kependidikan.

b. Aspek yang disupervisi berdasarkan usul guru, yang dikaji bersama kepala sekolah sebagai supervisor untuk dijadikan kesepakatan.

d. Mendiskusikan dan menafsirkan hasil pengamatan dengan mendahulukan interpretasi guru.

e. Supervisi dilakukan dalam suasana terbuka secara tatap muka, dan supervisor lebih banyak mendengarkan serta menjawab pertanyaan guru daripada memberi saran dan pengarahan.

f. Supervisi klinis sedikitnya memiliki tiga tahap, yaitu pertemuan awal, pengamatan, dan umpan balik.

g. Adanya penguatan dan umpan balik dari kepala sekolah sebagai supervisor terhadap perubahan perilaku guru yang positif sebagai hasil pembinaan.

h. Supervisi dilakukan secara berkelanjutan untuk meningkatkan suatu keadaan dan memecahkan suatu masalah.

4. Manfaat Supervisi Klinis

Dengan adanya supervisor yang selalu mengawasi dan memperhatikan guru diharapkan dapat memberikan manfaat-manfaat sebagai berikut:

Menurut Piet (2008: 150-151) manfaat dari supervisi klinis yaitu sebagai berikut:

a. Membantu guru dalam mengahadapi kesulitan dalam mengajarkan bidang studi

b. Mengembangkan sumberdaya guru dan staf sekolah

c. Membantu guru dalam memecahkan masalah-masalah pribadi yang berpengaruh terhadap kualitas kerja.

Sedangkan menurut Soetjipto dan Kosasi (1999: 248) manfaat dari supervisi klinis adalah sebagai berikut:

a. Guru dapat memiliki ketrampilan mengamati dan memahami proses pengajaran secara analistis

b. Guru mampu menguasai ketrampilan menganalisis proses pengajaran secara rasional berdasarkan bukti-bukti pengamatan yang jelas dan tepat.

c. Guru menguasai ketrampilan dalam pembaruan kurikulum, pelaksanaan, serta pencobaannya.

d. Guru mahir dalam ketrampilan belajar mengajar

5. Langkah-Langkah Supevisi Klinis

Terdapat lima langkah dalam melaksanakan supervisi klinis, yaitu: pembicaraan pra-observasi, melaksanakan observasi, melakukan analisis dan menentukan strategi, melakukan pembicaraan tentang hasil supervisi, serta melakukan analisis setelah pembicaraan.

a. Tahap Pembicaraan Pra-Observasi

Tahap ini disebut pula dengan tahap pembicaraan pendahuluan. Dalam tahap ini supervisor dan guru bersama-sama membicarakan rencana ketrampilan yang akan diobservasi atau dicatat. Pelaksanaan tahap ini memerlukan komunikasi terbuka, sehingga tercipta ikatan kolegial antara supervisor dengan guru dalam suasana kerja sama yang harmonis. Seperti: menciptakan

suasana akrab antara supervisor dengan guru, membicarakan bersama tentang instrumen yang akan dikembangkan.

b. Tahap Observasi

Pada tahap ini guru melakukan latihan dalam tingkah laku mengajar yang dipilih dan disepakati dalam pertemuan pendahuluan. Sementara guru berlatih, supervisor mengamati dan mencatat atau merekamnya. Supervisor dapat juga mengadakan observasi dan mencatat tingkah laku siswa di kelas serta interaksi antara guru dan siswa.

c. Tahap Analisis Data Dan Penetapan Strategi

Supevisor mengadakan analisis tentang hasil rekaman observasi. Tujuan tahap ini ialah mengartikan data yang diperoleh dan merencanakan manajemen petemuan yang akan di adakan dengan guru. Dalam melakukan analisis, supervisor harus menggunakan kategorisasi perilaku mengajar dan melihat data yang akan dikumpulkan itu atas kategori yang ditetapkan.

d. Pembicaraan Tentang Hasil

Tujuan pembicaraan ini adalah untuk memberikan balikan kepada guru dalam memperbaiki perilaku mengajarnya, memberikan imbalan dan perasaan puas, mendifinisikan isu dalam mengajar, memberikan bantuan kepada guru dalam memperbaiki teknik mengajar dan mengembangkan diri-sendiri.

Supervisi merupakan pekerjaan professional. Oleh karena itu pengalaman supervisor dalam melaksanakan supervisi harus dapat di manfaatkan untuk pertumbuhan jabatannya sendiri. Dalam analisis sesudah pembicaraan ini, supervisor harus menilik ulang tentang apa yang telah dilakukan dalam menetapkan kriteria perilaku mengajar yang ditetapkan dalam pra-observasi dan kriteria yang dipakai supervisor dalam melakukan observasi. Kegiatan ini akan mudah dilakukan apabila supervisor mempunyai catatan yang lengkap tentang proses kegiatan yang dilakukan.kalau mungkin kegiatan direkam dengan video tape ( Soetjipto, 1999: 249-251).

Dokumen terkait