• Tidak ada hasil yang ditemukan

KORELASI SUPERVISI KLINIS KEPALA SEKOLAH DENGAN KINERJA GURU DI SD NEGERI BANYUSARI KEC. GRABAG KAB. MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KORELASI SUPERVISI KLINIS KEPALA SEKOLAH DENGAN KINERJA GURU DI SD NEGERI BANYUSARI KEC. GRABAG KAB. MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015 - Test Repository"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

KORELASI SUPERVISI KLINIS KEPALA SEKOLAH DENGAN

KINERJA GURU DI SD NEGERI BANYUSARI KEC. GRABAG

KAB. MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

S K R I P S I

Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata I (S.Pd.I)

Dalam Ilmu Tarbiyah

Disusun Oleh :

UFA NASHIROH AZZI

111 10 022

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

(2)

KORELASI SUPERVISI KLINIS KEPALA SEKOLAH DENGAN

KINERJA GURU DI SD NEGERI BANYUSARI KEC. GRABAG

KAB. MAGELANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

S K R I P S I

Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata I (S.Pd.I)

Dalam Ilmu Tarbiyah

Disusun Oleh :

UFA NASHIROH AZZI

111 10 022

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

(3)
(4)

DEKLARASI

ﻢﻴﺣﺮﻟﺍ

ﻦﲪﺮﻟﺍ

ﺍ

ﻢﺴﺑ

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pernah diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran orang lain di luar referensi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup mempertanggungjawabkan kembali keaslian skripsi ini di hadapan sidang munaqosah skripsi.

Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.

Salatiga, …. ……… …… Penulis,

Ufa Nashiroh Azzi

NIM. 111 10 022

KEM ENTERIA N A G A M A

SEKO LA H TIN G G I A G A M A ISLA M NEG ERI (STA IN) SA LA TIG A Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721

(5)
(6)
(7)
(8)

MOTTO

“ Hiduplah seperti pohon kayu yang lebat buahnya, hidup di tepi

jalan dan dilempari orang dengan batu, tetapi dibalas dengan

buah”.

- Abu Bakar Sibli

(9)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan untuk :

1. Orang tuaku tersayang Bapak Rozin dan Ibu Ibtidaiyatun yang sudah

banyak pengorbanan tanpa letih maupun pamrih demi kesuksesan putrinya.

Terimakasih atas cinta dan kasih sayang yang telah diberikan selama ini, juga

setiap dukungan moral maupun spiritual serta restu yang tulus diberikan, semoga

selalu dalam limpahan kasih sayang Allah SWT dunia dan akhirat.

2. Adikku tersayang Aqib Nasirudin yang selalu memberi semangat dan

dukungan, serta Kakekku Muh Umar dan Nenekku Siti Khasanah yang

selalu memberiku semangat beserta do’a.

3. Ibu Dra. Siti Farikhah, M.Pd. yang selalu sabar membimbing hingga

terselesaikannya skripsi ini.

4. Bapak Drs. H. Nasafi, M. Pd.I dan Ibu Asfiyah beserta Putra-Putrinya

selaku Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Asna Pulutan, Salatiga yang

selalu memberikan ilmu agama dan mengarahkan dalam kebaikan.

5. Teman-teman di Nurul Asna yang selalu menemani hari-hariku.

6. Teman-teman PAI angkatan 2010 terutama PAI A yang selalu menemani

dan memberi semangat tanpa kenal lelah.

7. Sahabat-sahabatku yang telah mengisi hari-hariku dengan penuh kasih

sayang dan motivasi khususnya Susi, Tari, Desi, Likah, Iroh, Ela, Eri, dan

(10)

KATA PENGANTAR

ﻢﻴﺣﺮﻟﺍ

ﻦﲪﺮﻟﺍ

ﺍ

ﻢﺴﺑ

Alhamdulillahi rabbil'alamin penulis ucapkan sebagai rasa syukur kehadirat

Allah SWT atas segala nikmat yang tak terhitung dan rahmat-Nya yang tiada

henti. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi

Agung Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

judul “Korelasi Supervisi Klinis Kepala Sekolah Dengan Kinerja Guru Di Sd

Negeri Banyusari Kec.Grabag Kab.Magelang Tahun Pelajaran 2014/2015”.

Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat dan tugas untuk

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (SPd.I) di Sekolah Tinggi Agama

Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Skripsi ini berjudul “Korelasi Supervisi Klinis

Kepala Sekolah Dengan Kinerja Guru di SD Negeri Banyusari Kec.Grabag

Kab.Magelang Tahun Pelajaran 2014/2015”.

Penulis skripsi ini pun tidak akan dapat terselesaikan tanpa bantuan dari

berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya

kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd., selaku Ketua Sekolah Tinggi Agama

Islam Negeri Salatiga.

(11)

3. Ibu Dra. Siti Farikhah, M. Pd., selaku Dosen Pembimbing yang telah

memberikan bantuan dan bimbingan dengan penuh kesabaran sehingga

skripsi ini dapat terselesaikan.

4. Kepada Kepala Sekolah beserta rekan-rekan guru di SD Negeri Banyusari

yang telah memberi ijin dan membantu dalam penelitian ini.

5. Bapak dan Ibu dosen STAIN Salatiga yang telah membekali berbagai ilmu

pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi

ini.

6. Ayah dan Ibu tercinta yang telah mengasuh, mendidik, membimbing serta

memotivasi kepada penulis, baik moral maupun spiritual.

7. Keluarga dan teman-teman yang banyak membantu dalam kesulitan yang

di hadapi penulis.

8. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan ini yang tidak dapat

penulis sebutkan, semoga segala bantuan yang telah diberikan mendapat

balasan dan ridlo dari Allah SWT serta tercatat dalam bentuk amalan

ibadah. Amin

Skripsi ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan

kritik dan saran yang bersifat membangun dan semoga hasil penelitian ini

dapat berguna bagi penulis khususnya serta para pembaca pada umumnya.

Salatiga, 08 Desember 2014

(12)

ABSTRAK

Azzi, Ufa Nashiroh. 2014. “Korelasi Supervisi Klinis Kepala Sekolah Dengan Kinerja Guru Di SD Negeri Banyusari Kec.Grabag Kab.Magelang Tahun Pelajaran 2014/2015.” Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Dosen Pembimbing Dra. Siti Farikhah, M. Pd.

Kata kunci : Supervisi Klinis Kepala Sekolah. Kinerja Guru.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi supervisi klinis kepala sekolah dengan kinerja guru di SD Negeri Banyusari Kec. Grabag, Kab. Magelang Tahun Pelajaran 2014/2015. Penelitian tersebut menggunakan pendekatan kuantitatif dengan subyek penelitian kepala sekolah dan guru di SD Negeri Banyusari. Analisis ini menggunakan metode angket dan dokumentasi. Subyek penelitian ini sebanyak 10 responden menggunakan teknik populasi. Pengumpulan data menggunakan kuesioner untuk menjaring data supervisi klinis kepala sekolah dan kinerja guru.

Pengujian hipotesis penelitian menggunakan analisis product moment. Pengujian hipotesis penelitian, terdapat pengaruh positif supervisi klinis kepala sekolah dan kinerja guru di SD Negeri Banyusari. Hal ini disimpulkan dari hasil angket yang memperoleh nilai 75% ada 3 responden dari 10 responden bahwa supervisi klinis kepala sekolah dalam kategori Baik yaitu pada kuartil mulai dari 38 keatas. Untuk kinerja guru yang memperoleh nilai 75% ada 4 responden dari 10 responden dengan kategori Baik yaitu pada kuartil mulai dari 34 keatas.

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

LEMBAR LOGO... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii

PENGESAHAN... iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... v

MOTTO... vi

PERSEMBAHAN... vii

KATA PENGANTAR... viii

ABSTRAK... x

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR LAMPIRAN……….. xv

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 6

C. Tujuan Penelitian... 6

D. Hipotesis Penelitian... 7

E. Manfaat Penelitian... 8

F. Definisi Operasional... 9

G. Metode Penelitian... 12

H. Sistematika Penulisan... 18

BAB II KAJIAN PUSTAKA………... 20

A. Konsep Dasar Supervisi Pendidikan……… 20

1. Pengertian Supervisi Pendidikan………... 20

2. Tujuan Supervisi Pendidikan………. 22

3. Fungsi-Fungsi Supervisi Pendidikan………. 24

(14)

B. Supervisi Klinis……… 32

1. Pengertian Supervisi Klinis……… 32

2. Tujuan Supervisi Klinis………. 34

3. Ciri-Ciri Supervisi Klinis……….. 35

4. Manfaat Supervisi Klinis………... 37

5. Langkah-Langkah Supervisi Klinis……… 38

C. Kinerja Guru………. 41

1. Pengertian Kinerja Guru………. 41

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Guru…. 42 3. Macam-Macam Kinerja Guru………. 44

4. Model-Model Kinerja………. 45

5. Standar Kompetensi Guru………... 46

6. Membangun Kinerja Guru Yang Positif………. 49

D. Kaitan Supervisi Klinis Dengan Kinerja Guru…………. 51

BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN... 53

A. Gambaran Umum Daerah Penelitian…….……… 53

1. Tinjauan Histori SD Negeri Banyusari……… 53

2. Keadaan Geografis SD Negeri Banyusari……… 53

3. Struktur Organisasi SD Negeri Banyusari……….... 54

4. Visi, Misi, dan Tujuan SD Negeri Banyusari…………... 56

5. Data Sekolah SD Negeri Banyusari……….. 58

6. Data Siswa SD Negeri Banyusari………. 59

7. Keadaan Guru dan Karyawan SD Negeri Banyusari…… 60

8. Fasilitas SD Negeri Banyusari……….. 62

B. Data Hasil Penelitian………... 65

BAB IV ANALISIS DATA………... 69

A. Analisis Pendahuluan……….. 70

1. Variabel 1 Supervisi Klinis Kepala Sekolah………. 71

2. Variabel 2 Kierja Guru……….. 75

(15)

BAB V PENUTUP... 85

A. Kesimpulan... 85

B. Saran-saran... 86

DAFTAR PUSTAKA………. 87

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Daftar Siswa SD N Banyusari... 59

Tabel 3.2 Daftar Keadaan Guru dan Karyawan SD N Banyusari………... 61

Tabel 3.3 Daftar Sarana dan Prasarana SD N Banyusari……… 63

Tabel 3.4 Daftar Keadaan Sarana dan Prasarana SD N Banyusari………. 64

Tabel 3.5 Daftar Responden……… 65

Tabel 3.6 Daftar Jawaban Angket Supervisi Klinis Kepala Sekolah………….. 66

Tabel 3.7 Daftar Jawaban Angket Kinerja Guru………. 68

Tabel 4.1 Daftar Distribusi Angket Supervisi Klinis Kepala Sekolah………… 71

Tabel 4.2 Daftar Diagram Tempat Kedudukan Kuartil Dalam Distribusi Supervisi Klinis Kepala Sekolah……… 74

Tabel 4.3 Daftar Distribusi Angket Kinerja Guru……….. 76

Tabel 4.4 Daftar Diagram Tempat Kedudukan Kuartil Dalam Distribusi Kinerja Guru……… 79

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup ... 89

Lampiran 2 Nota Pembimbing Skripsi ... 90

Lampiran 3 Surat Ijin Penelitian... 91

Lampiran 4 Angket ... 92

Lampiran 5 Lembar Konsultasi ... 98

(18)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kepemimpinan kepala sekolah tidak terkecuali peninjauan

(supervisi pembelajaran) kepala sekolah terhadap kinerja guru juga harus

diperhatikan. Yang bertujuan agar tercipta situasi belajar mengajar yang

menyenangkan untuk mencapai hasil yang maksimal (Soekarto, 2006: 87).

Banyak orang berbicara tentang merosotnya mutu pendidikan.

Dilain pihak banyak pula yang menandaskan perlu dan pentingnya

pembaharuan pembelajaran. Tetapi sedikit sekali yang berbicara tentang

konsep-konsep pemecahan masalah perbaikan pendidikan dan

pengajaran.malah guru yang sering disalahkan,

Sebagaimana semua orang mempunyai banyak masalah baik

pribadi maupun jabatan. Mereka perlu pemecahannya. Guru-guru

membutuhkan bantuan orang lain yang mempunyai cukup perlengkapan

jabatan professional equipment. Mereka membutuhkan bantuan dalam

mencoba mengerti tujuan-tujuan pendidikan, tujuan-tujuan kurikulum,

tujuan-tujuan intruksional secara operasional. Mereka mengharapkan apa

dan bagaimana cara memberi pengalaman belajar yang sesuai dengan

kebutuhan anak-anak dan masyarakat yang sedang berkembang. Mereka

membutuhkan bantuan dalam menggali bahan-bahan pengalaman belajar

(19)

modern. Mereka membutuhkan pengalaman mengenal dan menilai hasil

belajar anak-anak dan mereka mengharapkan bantuan dalam hal

memecahkan persoalan-persoalan pribadi dan jabatan mereka.

Semuanya membutuhkan bantuan dari seseorang yang mempunyai

kelebihan. Orang yang berfungsi memberi bantuan kepada guru-guru

dalam menstimulir guru-guru ke arah usaha mempertahankan suasana

belajar dan mengajar yang lebih baik, orang tersebut kita sebut

“supervisor” (Imron, 2011: 8). Dunia pendidikan perlu adanya pemimpin.

Seorang pemimpin bertugas untuk mengatur, mengawasi, dan memberi

contoh pada anggotanya. Sebagaimana firman Allah dalam surat

As-Sajdah ayat 24 :

Artinya : “Dan kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin

yang memberi petunjuk dengan perintah kami ketika mereka sabar dan

adalah mereka meyakini ayat-ayat kami”. (QS. As-Sajdah :24).

Dalam surat tersebut menyebutkan bahwa menjadikan seseorang

menjadi pemimpin agar kita diberi petunjuk yang benar, dan juga

pemimpin yang bersabar artinya yang bisa mengatur dan mampu

menuntun anak buahnya menjadi lebih baik dengan cara berkala dan

berkelanjutan.

Berdasarkan kenyataan itulah, maka seorang guru memerlukan

(20)

adanya pengawasan pada semua jenjang pendidikan itu selalu

dioptimalkan untuk memacu mutu pendidikan. Karena guru adalah salah

satu unsur penentu keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Tidak semua

guru memahami seluk beluk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar

dengan baik dan benar. Hal ini dapat terjadi disebabkan adanya

perkembangan dan kemajuan dunia pembelajaran yang belum di ketahui

oleh guru tersebut. Guru yang demikian memerlukan bimbingan atau

pelayanan dari supervisor.

Kegiatan utama pendidikan di sekolah yakni bertujuan untuk

mewujudkan kegiatan pembelajaran. Seluruh aktifitas organisasi bermuara

pada pencapaian efisiensi dan efektivitas pembelajaran. Oleh karena itu

tugas kepala sekolah sebagai supervisor, yaitu mensupervisi pekerjaan

yang dilakukan oleh tenaga kependidikan (Mulyasa, 2007: 111). Dunia

pendidikan perlu adanya seorang pemimpin. Seorang pemimpin bertugas

untuk mengatur, mengawasi dan memberikan contoh pada anggotanya

(guru atau para staf-stafnya).

Orang-orang yang khususnya guru-guru dan para personalia

lainnya di sekolah yang berhubungan langsung dengan belajar mengajar

para siswa, adalah merupakan individu yang tidak sempurna. Masih

banyak yang tidak mereka ketahui tentang dirinya dan lingkungannya.

Itulah sebabnya mereka membutuhkan belajar banyak hal dalam menjalani

kewajibannya sebagai seorang guru, terutama dalam hal belajar mengajar,

(21)

mereka dapat mengajar dengan baik. Dan mereka membutuhkan

petunjuk-petunjuk orang lain yang lebih tahu. Serta melalui proses yang dapat

membina guru untuk memperkecil jurang tersebut dengan cara

mendekatkan diri kepada orang tersebut yang bernama “supervisi klinis”.

Dalam menjalankan tugas kesehariannya guru tidak selalu dapat

mengerjakan tugasnya dengan lancar. Adakalanya pada waktu-waktu

tertentu mengalami hambatan. Hambatan-hambatan itu dapat berasal dari

pekerjaan itu sendiri, dari lingkungan pekerjaan atau dari guru yang

mengerjakannya.

Ketidaksempurnaan individu nampak jelas dalam pengamatan kita

sehari-hari. Guru kadangkala keliru menjelaskan sesuatu kepada

siswa-siswanya sebab ia kurang bersiap sebelumnya. Atau contoh yang lain

yaitu, petugas laboratorium dapat keliru menyiapkan bahan-bahan

praktikum karena kondisi basan kurang sehat. Petugas konseling bisa

keliru menganalisis pribadi siswa karena catatan hilang tidak diketahui

tempatnya. Ketidaksempurnaan pribadi, kemampuan, maupun cara kerja

membutuhkan supervisi untuk meningkatkannya.

Maka dari itu sebagai kepala sekolah harus tanggap terhadap

bawahannya (guru) ketika mengalami hambatan tersebut, dengan cara

melaksanakan supervisi klinis yang diharapkan dapat membantu dan

mendorong kinerja guru, dan bertujuan memperbaiki perilaku guru-guru

(22)

tentang hal mengajar didalam kelas guna perbaikan pembelajaran dan

pengembangan profesi ( Imron, 2011: 59).

Setelah terlaksana proses supervisi klinis kepala sekolah dengan

baik, maka dapat mempersiapkan lembaga pendidikan yang berkualitas

yang akan melahirkan cara berfikir, bersikap dan berperilaku dengan hasil

yang maksimum dari potensi yang ada. Serta sanggup memecahkan

persoalan-persoalan yang berhubungan dengan tugas mengajarnya,

sehingga dengan demikian akan memudahkan pencapaian tujuan

pendidikan. Serta dapat membentuk pribadi anak secara maksimal dan

secara langsung mengadakan perbaikan terhadap proses belajar mengajar (

Daryanto, 2008: 177).

Dari uraian di atas penulis tertarik untuk mengetahui seberapa jauh

korelasi positif supervisi klinis kepala sekolah dengan kinerja guru.

Maka judul yang peneliti ambil adalah “ KORELASI SUPERVISI

KLINIS KEPALA SEKOLAH DENGAN KINERJA GURU DI SD

NEGERI BANYUSARI KEC. GRABAG KAB. MAGELANG TAHUN

PELAJARAN 2014 / 2015 ”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang penulis paparkan diatas, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah supervisi klinis kepala sekolah di SD Negeri

Banyusari Kec. Grabag Kab. Magelang Tahun Pelajaran 2014 /

(23)

2. Bagaimanakah kinerja guru di SD Negeri Banyusari Kec. Grabag

Kab. Magelang Tahun Pelajaran 2014 / 2015?

3. Adakah korelasi antara supervisi klinis kepala sekolah dengan

kinerja guru di SD Negeri Banyusari Kec. Grabag Kab. Magelang

Tahun Pelajaran 2014 / 2015?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang

akan penulis capai sesuai dengan rumusan masalah diatas adalah sebagai

berikut :

1. Mengetahui bagaimana supervisi klinis kepala sekolah di SD

Negeri Banyusari Kec. Grabag Kab. Magelang Tahun Pelajaran

2014 / 2015.

2. Mengetahui bagaimana kinerja guru di SD Negeri Banyusari Kec.

Grabag Kab. Magelang Tahun Pelajaran 2014 / 2015.

3. Mengetahui adakah korelasi antara supervisi klinis kepala sekolah

dengan kinerja guru di SD Negeri Banyusari Kec. Grabag Kab.

Magelang Tahun Pelajaran 2014 / 2015.

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian adalah jawaban yang bersifat sementara

terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang

terkumpul, atau tebakan pemecahan atau jawaban yang diusulkan

(24)

Dari pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa hipotesis

adalah dugaan atau kesimpulan sementara mengenai jawaban atas rumusan

masalah yang masih perlu dibuktikan dilapangan atau masih perlu diuji

melalui penelitian.

Dalam penelitian ini penulis mengajukan hipotesis, “ada korelasi

yang signifikan antara supervisi klinis kepala sekolah dengan kinerja guru

di SD Negeri Banyusari Kec. Grabag Kab. Magelang Tahun Pelajaran

2014/2015.”, artinya semakin tinggi supervisi klinis kepala sekolah maka

semakin meningkat pula kinerja guru di sekolah tersebut.

E. Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat secara teoritis dan praktis.

1) Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberi wawasan dan sumbangan

bagi pengembangan pendidikan pada umumnya, khususnya dapat

memperkaya khasanah pendidikan agama Islam (tarbiyah) yang diperoleh

dari hasil penelitian

2) Manfaat praktis

a) Bagi supervisor: sebagai masukan bagi supervisor agar lebih

banyak memberi dorongan kepada para guru agar para guru tetap

bekerja dengan baik sehingga kinerjanya semakin meningkat. Dan

mampu membina guru dalam mengembangkan profesi termasuk

(25)

b) Bagi guru : dapat membangkitkan inisiatif bagi para guru agar

kreatif mencari cara-cara baru yang lebih baik dalam membimbing

proses belajar mengajar siswa. Dan lebih semangat bekerja menjadi

satu kesatuan kekuatan yang dinamis dalam melaksanakan

tugasnya sehari-hari di sekolah.

F. Definisi Operasional

Agar tidak menimbulkan kesalah pahaman terhadap pokok masalah

yang dimaksud, maka sebelumnya penulis menguraikan tentang batasan

pengertian yang dimaksud dalam judul ini adalah:

1. Supervisi klinis kepala sekolah

a. Supervisi berasal dari bahasa Inggris “supervision” yang terdiri

dari dua perkataan “super” dan “vision”. Super berarti atas

atau lebih sedangkan Vision berarti melihat atau meninjau.

Oleh karena itu secara etimologis supervisi berarti melihat atau

meninjau dari atas (orang yang memiliki kelebihan) terhadap

perwujudan kegiatan dan hasil kerja bawahan. Pengertian

seperti itu merupakan arti kiasan yang menggambarkan suatu

posisi yang melihat berkedudukan lebih tinggi daripada yan

dilihat ( Subari, 1994: 1)

b. Klinis berasal dari kata Clinical artinya berkenaan dengan

menangani orang sakit. Sama halnya dengan mendiagnosis

(26)

membuat guru itu tidak dapat mengajar dengan baik. Kemudian

aspek-aspek itu satu-persatu diperintahkan secara intensif. Jadi

supervisi klinis itu merupakan salah satu model atau proses

supervisi yang difokuskan pada perbaikan pembelajaran

melalui siklus yang sistematis mulai dari tahap perencanaan,

pengamatan, dan analisis yang intensif terhadap penampilan

pembelajarannya dengan tujuan untuk memperbaiki proses

pembelajaran (Waliman, 2011: 10).

Jadi supervisi klinis kepala sekolah adalah proses

supervisi yang difokuskan pada perbaikan pembelajaran

melalui siklus yang sistematis mulai dari tahap perencanaan,

pengamatan, dan analisis yang intensif terhadap penampilan

pembelajarannya dengan tujuan memperbaiki proses

pembelajaran yang dilakukan oleh pimpinan suatu lembaga

pendidikan.

2. Kinerja Guru

a. Kinerja merupakan sikap terhadap kerja, ciri-ciri atau sifat

mengenai cara bekerja yang dimiliki oleh seseorang atau

segolongan (Buchori, 1994: 73).

b. Guru berarti orang yang kerjanya mengajar di sekolah (

Samana, 1994: 13).

Jadi yang dimaksud dengan kinerja guru merupakan

(27)

Dengan demikian penulis membagi dua variabel yang memerlukan

pembahasan, yaitu :

1. Variabel bebas adalah supervisi klinis kepala sekolah.

Indikatornya :

a. Meningkatkan pembelajaran guru di dalam kelas (Membantu guru

mengembangkan ketrampilan-ketrampilan analisis kelas)

b. Memotivasi guru

c. Melakukan pengawasan dan mengontrol kwalitas guru dalam

proses pembelajaran

d. Memberi nasehat atau pengarahan kepada guru ketika menghadapi

kesulitan

e. Melakukan komunikasi secara intensif

f. Mengecek presensi kehadiran guru

2. Variabel terikat adalah peningkatan kinerja guru.

Indikatornya :

a. Keprofesionalan (disiplin) yang tinggi

b. Rasa tanggung jawab tinggi dalam pelaksanaan tugas

c. Menyelesaikan tugas dengan baik sesuai dengan rumusan tujuan

pembelajaran secara operasional

d. Terampil dalam pengelolaan kelas

e. Kemampuan pelaksanaan, perencanaan, evaluasi pembelajaran

(28)

G. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan ilmu yang membahas metode ilmiah

dalam proses penelitian (Suprayogo dan Tobroni, 2003: 7). Adapun pada

penelitian ini, penulis mengambil beberapa metode. Diantaranya sebagai

berikut:

1. Pendekatan dan rancangan penelitian

Dalam pelaksaan penelitian ini, peneliti menggunakan

pendekatan kuantitatif. Sedangkan rancangan penelitian ini adalah

penelitian korelasi.

Penelitian korelasi adalah penelitian yang dimaksudkan untuk

mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa variable

(Arikunto, 1997: 247). Peneliti hanya mencari korelasi dari variabel X,

yaitu supervisi klinis kepala sekolah terhadap variabel Y, yaitu kinerja

guru.

Dalam penelitian ini, peneliti bermaksud meneliti korelasi

supervisi klinis kepala sekolah dengan kinerja guru. Dengan kata lain

apakah supervisi klinis kepala sekolah berkorelasi dengan kinerja guru.

Penelitian ini mengarah pada studi korelasi, dengan tehnik angket.

Penelitian ini meliputi dua variabel yaitu supervisi klinis kepala

sekolah sebagai variabel X dan sikap kinerja guru sebagai variabel Y.

Asumsi dasar penelitian ini adalah bahwa variabel X yaitu

supervisi klinis kepala sekolah berkorelasi dengan variabel Y yaitu

(29)

2. Populasi penelitian

a. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek

atau subjek yang memepunyai kwalitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulan (Sugiono, 2010: 117). Populasi yaitu keseluruhan

subjek penelitian (Arikunto, 2005: 115).

Populasi penelitian ini mencakup semua guru SD Negeri

Banyusari Kec. Grabag Kab. Magelang Tahun Pelajaran

2014/2015.

3. Metode pengumpulan data

Langkah-langkah yang digunakan penulis dalam pengumpulan

data adalah dengan menggunakan metode observasi, metode angket

atau kuesioner, dan metode dokumentasi.

a. Metode Angket (kuesioner)

Angket (kuesioner) merupakan suatu cara atau metode

penelitian dengan menggunakan daftar pertanyaan yang harus

dijawab oleh orang-orang yang dikenal, atau disebut responden.

Menurut Suharsimi Arikunto (2007: 151) kuesioner adalah

sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh

informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya

(30)

Dalam penelitian ini angket digunakan untuk mengetahui

proses supervisi beserta kinerja guru. Angket yang digunakan

adalah angket tertutup, dimana responden hanya memilih jawaban

yang sudah ditentukan oleh peneliti.

b. Metode Wawancara

Suprayogo dan Tobrono (2003: 167) menyatakan metode

wawancara adalah percakapan langsung dan tatap muka (face to

face) dengan maksud tertentu.

Sedangkan menurut Esterberg dalam Sugiyono (2011: 231)

wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar

informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat

dikonstruksikan makna dalam suatu topik. Metode ini digunakan

oleh penulis sebagai cross cheking atas metode angket.

c. Metode Observasi

Metode observasi merupakan metode dengan jalan

pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap

fenomena-fenomena yang diselidiki (Sukandar dan Rumidi, 2004: 67).

Sedangkan menurut Sugiyono, (2011: 144) Observasi

adalah sebagai bentuk pengumpulan data yang mempunyai ciri

spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain yaitu

wawancara dan kuesioner karena observasi tidak terbatas pada

orang, tapi juga objek-objek alam lain. Metode ini digunakan untuk

(31)

Metode ini diharapkan dapat membantu dalam melengkapi

data yang diperlukan dengan jalan mengamati proses supervisi

klinis kepala sekolah terhadap peningkatan kinerja para guru di SD

Negeri Banyusari Kec. Grabag Kab. Magelang Tahun Pelajaran

2013/2014.

d. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi merupakan tehnik pengumpulan data

dengan menelusuri berbagai macam dokumen (Sandjaya, 2006:

144). Metode ini digunakan untuk melengkapi data tentang kondisi

dan keadaan objek penelitian serta memberikan gambaran umum

tentang obyek penelitian.

4. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan

oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih

mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti cermat, dan sistematis

sehingga lebih mudah diolah (Arikunto, 2006: 160).

Penelitian ini menggunakan instrument penelitian yang berupa

angket yang terdiri dari dua, yaitu yang pertama angket tentang proses

supervisi klinis kepala sekolah angket kedua tentang kinerja guru.

5. Analisis Data

Analisis data adalah proses mengatur urutan data,

(32)

memperlihatkan hubungan antara fenomena yang terdapat dalam

penelitian (Iqbal, 2004: 30). Fenomena tersebut yaitu kondisi yang

terjadi pada kinerja guru di SD Negeri Banyusari Kec. Grabag Kab.

Magelang Tahun Pelajaran 2014/2015, berkaitan dengan supervisi

klinis kepala sekolah.

a. Analisis Pendahuluan

Dalam analisis pendahuluan ini digunakan rumus kuartil.

Kuartil ialah titik atau skor atau nilai yang membagi seluruh

distribusi frekuensi ke dalam empat bagian yang sama besar, yaitu

masing masing sebesar ¼ N. Jadi akan dijumpai tiga buah kuartil,

yaitu kuartil pertama (Q1), kuartil kedua (Q2), dan kuartil ketiga

(Q3).

Ketiga kuartil inilah yang membagi seluruh distribusi

frekuensi dari data yang penulis selidiki menjadi empat bagian

yang sama besar, masing-masing sebesar ¼ N.

Karena penulis hanya menggunakan sampel 10 maka

Rumus kuartil data tunggal untuk jumlah data (n) genap dan tidak

habis dibagi empat, maka Rumus kuartil yang penulis gunakan

Yaitu:

Kuartil 1 :

(33)

Kuartil 3 :

Keterangan :

: Kuartil ke-1

: Kuartil ke-2

: Kuartil ke-3

n : Banyak data

b. Analisis Uji Hipotesis

Digunakan analisis data Product Moment dengan menggunakan

rumus sebagai berikut :

Keterangan:

: Koefisien korelasi

: Kuadrat Y

: Kuadrat X

: Jumlah skor total variabel X

: Jumlah skor total variabel Y

: Jumlah sampel yang diteliti

(34)

A. Latar belakang masalah

B. Rumusan masalah

C. Tujuan penelitian

D. Hipotesis penelitian

E. Manfaat penelitian

F. Definisi operasional

G. Metode penelitian

1. Pendekatan dan rancangan penelitian

2. Tempat dan waktu penelitian

3. Populasi dan sampel

4. Metode pengumpulan data

5. Instrument penelitian

6. Analisis data

H. Sistematika penulisan.

BAB II: KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian tentang supervisi klinis kepala sekolah

B. Kajian tentang kinerja guru

C. Pengaruh supervisi klinis kepala sekolah terhadap kinerja

guru

BAB III: LAPORAN HASIL PENELITIAN

Gambaran umum SD Negeri Banyusari Kec. Grabag Kab.

(35)

keadaan guru, dan sarana prasarana. Data tentang supervisi

klinis kepala sekolah dan kinerja guru.

BAB IV: ANALISIS DATA

A. Analisis pendahuluan

B. Analisis uji hipotesis

C. Analisis lanjut

BAB V: PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

(36)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Supervisi Pendidikan 1. Pengertian Supervisi Pendidikan

Supervisi berasal dari bahasa inggris “supervision” yang terdiri

dari dua perkataan “super” dan “vision”. Super berarti atas atau lebih

sedangkan Vision berarti penglihatan atau meninjau. Oleh karena itu

secara etimologis supervisi itu merupakan arti kiasan yang

menggambarkan suatu posisi yang melihat berkedudukan lebih tinggi

daripada yang dilihat (Subari, 1994 : 1).

Supervisi kaitannya dengan proses belajar mengajar yang

dikutip oleh Mulyasa (2004: 155) dalam Carter Goods Dictionary Of

Education, adalah segala usaha pejabat sekolah dalam memimpin

guru-guru dan tenaga kependidikan lainnya, untuk memperbaiki

pengajaran termasuk menstimulasi, menyeleksi pertumbuhan dan

perkembangan jabatan guru-guru, menyeleksi dan merevisi tujuan

pendidikan, bahan pengajaran dan metode-metode mengajar serta

(37)

Ada juga yang menjelaskan supervisi sebagai berikut:

a. Mc. Nemey

Supervision is the procedures of giving direction to and

providing critical evaluations of the instructional process (Subari,

1994: 5).

Dari kutipan diatas penulis mengartikan bahwa supervisi

adalah prosedur memberikan arah serta mengadakan penilaian

secara kritis terhadap proses pengajaran.

b. Boardman et al

Supervisi adalah suatu usaha menstimulir, mengkoordinir,

dan membimbing secara berlanjut pertumbuhan guru-guru baik

secara pribadi maupun kelompok agar lebih memahami dan lebih

efektif dalam mewujudkan seluruh fungsi pengajaran (Soekarno,

2006: 88).

c. P. Adams dan Frank G. Dickey

Supervision is a planned program for the improvement of

instruction (Daryanto, 2008: 170).

Dari kutipan di atas penulis mengartikan bahwa supervisi

adalah suatu program yang berencana untuk memperbaiki

pengajaran.

Dari beberapa definisi diatas, supervisi dapat diartikan sebagai

(38)

membantu guru dalam memecahkan masalah yang di hadapinya

sehubungan dengan pelaksanaan tugasnya dikelas, dan mampu

memberi arahan kepada guru-guru, dapat juga diartikan sebagai suatu

bagian yang tidak terpisahkan dari seluruh administrasi pendidikan

yang ditujukan terutama untuk mengembangkan efektifitas kinerja

personalia sekolah yang berhubungan dengan tugas-tugas utama

pendidikan.

2. Tujuan Supervisi Pendidikan

Tujuan supervisi pendidikan adalah untuk meningkatkan

kemampuan profesional guru dalam meningkatkan proses hasil belajar

melalui pemberian bantuan yang terutama bercorak layanan

professional kepada guru. Jika proses belajar meningkat, maka hasil

belajar diharapkan juga meningkat. Dengan demikian, rangkaian usaha

supervisi akan memperlancar pencapaian tujuan kegiatan belajar

mengajar.

Secara umum, supervisi pembelajaran bertujuan untuk

memberikan bantuan dalam mengembangkan situasi belajar mengajar

yang lebih baik, melalui usaha peningkatan professional mengajar,

menilai kemampuan guru sebagai pendidik dan pengajar dalam bidang

masing-masing guna membantu mereka melakukan perbaikan dan

bilamana diperlukan dengan menunjukkan kekurangan-kekurangan

(39)

Dalam rumusan yang lebih rinci, Fachrudi (1993: 71)

mengemukakan tujuan supervisi pendidikan adalah sebagai berikut:

1. Membantu guru melihat dengan jelas tujuan pendidikan yang

sebenarnya dan peranan khusus sekolah dalam usaha mencapai

tujuan.

2. Membantu guru melihat dengan jelas persoalan dan kebutuhan

murid dan membantu mereka sedapat mungkin agar dapat

memenuhi kebutuhan itu.

3. Membantu guru mengembangkan kecakapan mengajar yang lebih

besar

4. Membantu guru melihat kasukaran murid belajar dan membantu

merencanakan pelajaran yang efektif.

5. Membentuk moral kelompok yang kuat dan mempersatukan guru

dalam suatu tim yang efektif, bekerja sama dan saling menghargai

untuk mencapai tujuan yang sama.

6. Membantu memberi peringatan kepada masyarakat mengenai

program sekolah agar umum dapat mengerti dan membantu usaha

sekolah.

Jadi, supervisi hendaknya dapat menciptakan suatu proses

yang lebih baik, sehingga dapat meningkatkan kemampuan peserta

didik dengan meningkatkan mutu para pendidik, meningkatkan

(40)

3. Fungsi-Fungsi Supervisi

Fungsi utama supervisi adalah membina program pengajaran

yang ada sebaik-baiknya sehingga selalu ada usaha perbaikan

(Sahertian, 2008: 21).

Supervisi juga berfungsi untuk mengoordinasi, menstimulasi,

dan mengarahkan pertumbuhan guru-guru, mengoordinasi semua

usaha sekolah, memperlengkapi kepemimpinan sekolah, memperluas

pengalaman guru-guru, menstimulasi usaha-usaha yang kreatif,

memberi fasilitas dan penilaian yang terus menerus, menganalisis

situasi belajar mengajar, memberikan pengetahuan dan ketrampilan

guru serta staf, mengintegrasikan tujuan pendidikan dan membantu

meningkatkan kemampuan guru (Imron, 2011: 12).

Supervisor dapat membantu guru dalam menciptakan suasana

belajar yang kondusif dan menyenangkan untuk mencapai hasil yang

maksimal dan juga meningkatkan mutu pendidikan.

4. Prinsip-Prinsip Supervisi Pendidikan

Tidak sedikit masalah yang dihadapi oleh seorang supervisor

dalam melaksanakan tugasnya. Dalam usahanya memecahkan masalah

hendaklah ia berpegang teguh pada Pancasila yang merupakan prinsip

asasi, yang merupakan landasan utama pelaksanaan tugas dan

kewajibannya sebagai supervisor.

Di samping prinsip asasi itu Fachrudi (1993: 73) dalam

(41)

prinsip negatif. Yang dimaksudkan dengan prinsip positif ialah

prinsip-prinsip yang patut kita ikuti. Sedangkan yang dimaksud dengan

prinsip negatif ialah prinsip yang sebaiknya kita hindari.

a. Prinsip positif

a) Supervisi dilaksanakan secara demokratis dan kooperatif.

Maksudnya demokratis ialah seorang supervisor harus

menghargai kepribadian, pikiran, perasaan, dan pendapat guru.

Sedangkan kooperatif ialah terdapat kerjasama yang baik antara

supervisor dengan guru.

b) Supervisi bersifat kreatif dan konstruktif.

Maksudnya dalam melaksanakan supervisi hendaknya

mengarah kepada perbaikan, apapun perbaikannya dan

seberapapun perbaikannya seorang supervisor harus kreatif dan

teliti.

c) Supervisi harus inovatif dan progresif.

Maksudnya seorang supervisi harus mengikhtiarkan

pembaruan dan berusaha menemukan hal-hal baru dalam

supervisi dan dilaksanakan maju selangkah demi selangkah

namun tetap mantap.

d) Supervisi harus dapat memberi perasaan aman kepada guru.

(42)

f) Supervisi harus memberi kesempatan kepada supervisor dan

guru untuk mengevaluasi diri mereka sendiri, dan menemukan

jalan pemecahan atas keluarganya.

b. Prinsip negatif

a) Supervisi pendidikan tidak boleh di laksankan dengan otoriter.

b) Supervisi pendidikan tidak boleh mencari-cari kesalahan guru.

c) Supervisi pendidikan tidak boleh di laksanakan berdasarkan

tingginya pangkat.

d) Supervisi pendidikan tidak boleh terlalu cepat mengharapkan

hasil.

e) Supervisi pendidikan tidak boleh dilepaskan dari tujuan

pendidikan dan pembelajaran.

f) Supervisi pendidikan tidak boleh merasa lebih tahu

dibandingkan dengan guru.

g) Supervisi pendidikan tidak boleh terlalu memperhatikan hal-hal

yang terlalu kecil dalam mengajar sehingga membelokkan

maksud supervisor.

h) Supervisor tidak boleh lekas kecewa jika mengalami

kegagalan.

5. Teknik-Teknik Supervisi Pendidikan

Upaya dan kegiatan supervisi yang terarah pada usaha

mencapai sasarannya dilaksanakan dengan menggunakan teknik

(43)

dua macam, yaitu: teknik yang bersifat individual dan kelompok.

Teknik yang bersifat individual ialah teknik yang dilakukan atau

dilaksanakan untuk seorang guru secara individual dan teknik yang

bersifat kelompok ialah teknik yang dilaksanakan untuk melayani lebih

dari satu orang (Sahertian, 2008: 52).

Adapun teknik yang bersifat individual adalah sebagai berikut:

a. Kunjungan kelas

Kunjungan yang dilakukan oleh seorang supervisor

kedalam kelas untuk melihat guru mengajar dengan tujuan

memperoleh data mengenai keadaan sebenarnya selama guru

mengajar. Dengan kegiatan ini seorang supervisor dapat berdiskusi

dengan guru apa kesulitan yang dihadapi dan guru dapat

menjelaskan kesulitan serta hambatan yang dihadapi guru dalam

mengajar, serta guru dapat meminta bantuan dan dorongan,

kunjungan kelas dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:

1) Kunjungan tanpa diberitahukan sebelumnya.

2) Kunjungan dengan diberitahukan sebelumnya.

3) Kunjungan atas undangan guru.

b. Percakapan pribadi

Yaitu percakapan pribadi antara supervisor dengan guru.

Dalam percakapan ini keduanya berusaha berjumpa dalam

(44)

untuk memecahkan problema yang dihadapai oleh guru (Sahertian,

2008: 73).

c. Observasi kelas

Supervisor mengadakan observasi dengan jalan meneliti

suasana kelas selama kegiatan belajar mengajar untuk memperoleh

data yang subyektif mungkin sehingga dengan itu dapat digunakan

untuk menganalisa kesulitan yang dihadapi oleh guru dalam

memperbaiki proses kegiatan belajar mengajar (Sahertian, 2008:

73).

d. Saling mengunjungi kelas

Yaitu saling mengunjungi antara guru yang satu dengan

guru yang lainnya pada saat kegiatan belajar mengajar. Hal ini

merupakan langkah supervisi yang perlu dikembangkan di sekolah.

Terutama guru-guru yang masih kurang berpengalaman, dapat

belajar dari kemahiran mengajar guru-guru yang lain.

e. Menilai diri sendiri

Salah satu tugas tersukar bagi para guru ialah melihat

kemampuan diri sendiri dalam menyajikan bahan pelajaran. Untuk

mengukur kemampuan mengukur kemampuan mengajarnya,

disamping menilai murid-muridnya juga penilaian terhadap diri

sendiri merupakan teknik yang dapat membantu guru dalam

(45)

Adapun teknik supervisi yang bersifat kelompok (Sahertian, 2008:

86-100) di antaranya:

a. Pertemuan orientasi bagi guru baru

Yaitu suatu pertemuan yang bertujuan khusus

mengantar guru untuk memasuki suasana kerja yang baru.

Pertemuan orientasi ini bukan hanya guru baru tetapi juga

seluruh staf guru.

b. Panitia penyelenggara

Yaitu suatu kegiatan yang di adakan bersama, dimana

guru dillibatkan dalam kepanitiaan dan beberapa guru ditunjuk

sebagai penanggung jawab pelaksanaan kegiatan tersebut.

Dalam melaksanakan tugas ini guru mendapat pengalaman

dalam mencapai tujuannya sehingga guru dapat tumbuh dan

berkembang dalam profesi mengajarnya dengan adanya

pengalaman-pengalaman tesebut.

c. Rapat guru

Supervisor mengadakan pertemuan dengan guru-guru

guna membahas masalah-masalah yang timbul pada saat proses

belajar mengajar berlangsung. Jadi dengan adanya rapat ini,

guru dapat dibantu baik secara individu maupun secara

kelompok untuk menemukan dan menyadari kebutuhan

(46)

d. Studi kelompok antar guru

Yaitu sesuatu kegiatan dimana guru yang mengajar

mata pelajaran yang sama berkumpul untuk mempelajari suatu

masalah atau sejumlah bahan materi pelajaran, selain itu juga

membahas ilmu pengetahuan yang sedang berkembang.

e. Diskusi sebagai proses kelompok

Yaitu pertukaran pendapat tentang suatu masalah untuk

dipecahkan bersama, dengan adanya diskusi dapat

mengembangkan ketrampilan guru dalam mengatasi

kesulitan-kesulitan dengan jalan bertukar pikiran di guru.

f. Tukar menukar pengalaman

Yaitu suatu kegiatan dimana guru saling bertukar

pikiran atau pengalaman, saling memberi dan menerima, saling

belajar satu dengan yang lain. Dengan tujuan agar dapat belajar

dari pengalaman temannya dalam membimbing murid dalam

proses belajar mengajar.

g. Loka karya (workshop)

Dengan adanya lokakarya ini dimaksudkan agar guru

dapat menyusun contoh model satuan pelajaran untuk tiap

bidang studi.

h. Diskusi panel

Diskusi panel adalah satu bentuk diskusi yang

(47)

dengan tujuan untuk memecahkan suatu problema yang mana

para panelistnya terdiri dari orang-orang yang dianggap ahli

dalam masalah yang didiskusikan.

i. Seminar

Kegiatan ini biasanya mendatangkan tokoh ahli yang

akan membahas suatu masalah tertentu kemudian akan

ditanggapi oleh partisipant yang akan menghasilkan suatu

kesimpulan dari masalah yang dibahas.

j. Pelajaran contoh

Suatu teknik yang bersifat kelompok bilamana

supervisor itu memberi penjelasan-penjelasan kepada

guru-guru tentang mengajar yang baik.

k. Membaca langsung

Guru membaca langsung sumber-sumber pustaka yang

ada di sekolah atau tempat lain.

l. Mengikuti kursus

Suatu media yang dapat membantu guru dalam

mengembangkan pengalaman profesi mengajar dan menambah

ketrampilan guru dalam melengkapi profesi mereka. Dalam hal

ini guru mengikuti kursus yang bersifat penataran sehingga

guru memperoleh pengetahuan dan ketrampilan tambahan

(48)

Semua pendidikan pasti menginginkan maju dan berkembang

dengan maksimal, jadi teknik keduanya tersebut, yaitu teknik individu

maupun kelompok semua perlu dilakukan agar guru semakin

meningkat dan profesional karena banyak berlatih dan belajar. Dengan

cara-cara atau teknik-teknik di atas.

B. Supervisi Klinis

1. Pengertian Supervisi Klinis

Di dalam supervisi pembelajaran terdapat beberapa pendekatan,

pendekatan yang penulis ambil yaitu pendekatan klinikal (klinis) yang

dilakukan secara kolegial oleh supervisor dengan guru. Melalui

hubungan kolegial atau kesejawatan tersebut, kemampuan mengajar

guru dapat di tingkatkan.

supervisi klinis ialah suatu proses tatap muka antara supervisor

dengan guru yang membicarakan hal mengajar dan yang ada

hubungannya dengan itu. Pembicaraan ini bertujuan untuk membantu

pengembangan professional guru dan sekaligus untuk perbaikan proses

pengajaran itu sendiri. Pembicaraan ini biasanya dipusatkan kepada

penampilan mengajar guru berdasarkan hasil observasi (Soetjipto,

1999: 247)

Sedangkan menurut Acheson dan Gall menyatakan bahwa

supervisi klinis ialah proses membina guru untuk memperkecil jurang

antara perilaku mengajar nyata dengan perilaku mengajar

(49)

Sementara itu Sergiovani berpendapat bahwa supervisi

pembelajaran dengan pendekatan klinik adalah suatu pertemuan tatap

muka antara supervisor dengan guru, membahas tentang hal mengajar

di dalam kelas guna perbaikan pembelajaran dan pengembangan

profesi (Imron, 2011:59).

Dari beberapa definisi tentang supervisi klinis tersebut penulis

dapat menyimpulkan bahwa supervisi klinis adalah tatap muka antara

supervisor dengan guru, proses bantuan professional kepada guru

melalui siklus perencanaan yang sistematis, pengamatan yang cermat,

dan umpan balik yang objektif dan segera, serta seorang supervisor

mampu memahami masalah-masalah yang di hadapi oleh guru, dan

juga di dalam supervisi klinis seorang supervisor harus bisa

berhubungan baik dan dekat dengan seorang guru, seperti teman

sejawat. Agar seorang supervisor lebih mudah dalam memecahkan

masalah dan juga mampu memperkecil jurang kegagalan guru.

2. Tujuan Supervisi Klinis

Tujuan supervisi klinis adalah perbaikan pengajaran dan bukan

perbaikan kepribadian guru. Untuk ini supervisor diharapkan untuk

mengajarkan berbagai ketrampilan kepada guru. Biasanya sasaran ini

dioperasikan dalam sasaran-sasaran yang lebih kecil, yaitu bagian

ketrampilan mengajar yang bersifat spesifik, yang mempuyai arti

(50)

yang berhasil, dan mengarahkan serta tidak mencela atau menghukum

pola-pola tingkah laku yang belum sukses. Dalam supervisi klinis,

supervisor dan guru merupakan teman sejawat dalam memecahkan

masalah-masalah pengajaran di kelas.

Pada umumnya supervisi pendidikan lebih tertuju kepada

supervisi kelas. Supervisi macam ini lebih mengutamakan kegiatan

kunjungan kelas untuk mengobservasi proses belajar mengajar di

kelas. Kunjungan ini biasanya didahului dengan konferensi atau

wawancara yang pada umunya membicarakan program semester,

satuan pelajaran, kehadiran, dan penilaian hasil belajar. Setelah

kunjungan kelas lazim juga diadakan paska observasi yang terdiri dari

konferensi dan wawancara untuk memberikan tanggapan dan kesan,

penilaian dan diskusi. Sering pula hasil penilaian terhadap guru

dikemukakan dalam kesempatan ini.supervisi dengan langkah-langkah

tersebut digolongkan sebagai jenis supervisi klinikal atau klinis

(Daryanto, 2008: 176).

3. Ciri-Ciri Supervisi Klinis

Menurut Goldhammer, Anderson, dan Krawjewski dalam

bukunya Soetjipto dan Kosasi (1999: 247) menjelaskan bahwa ciri-ciri

supervisi sebagai berikut:

a. Merupakan tekhnologi dalam meperbaiki pengajaran.

b. Merupakan intervensi secara sengaja ke dalam proses

(51)

c. Berorientasi kepada tujuan, mengombinasikan tujuan sekolah,

dan mengembangkan kebutuhan pribadi.

d. Mengandung pengertian hubungan kerja antara guru dan

supervisor.

e. Memerlukan saling kepercayaan yang dicerminkan dalam

pengertian, dukungan dan komitmen untuk berkembang

f. Suatu usaha yang sistematik, namun memerlukan keluwesan

dan perubahan metodologi yang terus menerus.

g. Menciptakan ketegangan yang kreatif untuk menjembatani

kesenjangan antara keadaan real dan ideal.

h. Mebgansumsi bahwa supervisor mengetahui lebih banyak

dibandingkan dengan guru.

i. Memerlukan latihan untuk supervisor.

Seperti halnya menurut Mulyasa (2004:112) salah satu

supervisi akademik yang populer adalah supervisi klinis, yang

memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Supervisi diberikan berupa bantuan (bukan perintah), sehingga

inisiatif tetap berada di tangan tenaga kependidikan.

b. Aspek yang disupervisi berdasarkan usul guru, yang dikaji

bersama kepala sekolah sebagai supervisor untuk dijadikan

kesepakatan.

(52)

d. Mendiskusikan dan menafsirkan hasil pengamatan dengan

mendahulukan interpretasi guru.

e. Supervisi dilakukan dalam suasana terbuka secara tatap muka,

dan supervisor lebih banyak mendengarkan serta menjawab

pertanyaan guru daripada memberi saran dan pengarahan.

f. Supervisi klinis sedikitnya memiliki tiga tahap, yaitu

pertemuan awal, pengamatan, dan umpan balik.

g. Adanya penguatan dan umpan balik dari kepala sekolah

sebagai supervisor terhadap perubahan perilaku guru yang

positif sebagai hasil pembinaan.

h. Supervisi dilakukan secara berkelanjutan untuk meningkatkan

suatu keadaan dan memecahkan suatu masalah.

4. Manfaat Supervisi Klinis

Dengan adanya supervisor yang selalu mengawasi dan

memperhatikan guru diharapkan dapat memberikan manfaat-manfaat

sebagai berikut:

Menurut Piet (2008: 150-151) manfaat dari supervisi klinis yaitu

sebagai berikut:

a. Membantu guru dalam mengahadapi kesulitan dalam mengajarkan

bidang studi

b. Mengembangkan sumberdaya guru dan staf sekolah

c. Membantu guru dalam memecahkan masalah-masalah pribadi yang

(53)

Sedangkan menurut Soetjipto dan Kosasi (1999: 248) manfaat dari

supervisi klinis adalah sebagai berikut:

a. Guru dapat memiliki ketrampilan mengamati dan memahami

proses pengajaran secara analistis

b. Guru mampu menguasai ketrampilan menganalisis proses

pengajaran secara rasional berdasarkan bukti-bukti pengamatan

yang jelas dan tepat.

c. Guru menguasai ketrampilan dalam pembaruan kurikulum,

pelaksanaan, serta pencobaannya.

d. Guru mahir dalam ketrampilan belajar mengajar

5. Langkah-Langkah Supevisi Klinis

Terdapat lima langkah dalam melaksanakan supervisi klinis,

yaitu: pembicaraan pra-observasi, melaksanakan observasi, melakukan

analisis dan menentukan strategi, melakukan pembicaraan tentang

hasil supervisi, serta melakukan analisis setelah pembicaraan.

a. Tahap Pembicaraan Pra-Observasi

Tahap ini disebut pula dengan tahap pembicaraan

pendahuluan. Dalam tahap ini supervisor dan guru bersama-sama

membicarakan rencana ketrampilan yang akan diobservasi atau

dicatat. Pelaksanaan tahap ini memerlukan komunikasi terbuka,

sehingga tercipta ikatan kolegial antara supervisor dengan guru

(54)

suasana akrab antara supervisor dengan guru, membicarakan

bersama tentang instrumen yang akan dikembangkan.

b. Tahap Observasi

Pada tahap ini guru melakukan latihan dalam tingkah laku

mengajar yang dipilih dan disepakati dalam pertemuan

pendahuluan. Sementara guru berlatih, supervisor mengamati dan

mencatat atau merekamnya. Supervisor dapat juga mengadakan

observasi dan mencatat tingkah laku siswa di kelas serta interaksi

antara guru dan siswa.

c. Tahap Analisis Data Dan Penetapan Strategi

Supevisor mengadakan analisis tentang hasil rekaman

observasi. Tujuan tahap ini ialah mengartikan data yang diperoleh

dan merencanakan manajemen petemuan yang akan di adakan

dengan guru. Dalam melakukan analisis, supervisor harus

menggunakan kategorisasi perilaku mengajar dan melihat data

yang akan dikumpulkan itu atas kategori yang ditetapkan.

d. Pembicaraan Tentang Hasil

Tujuan pembicaraan ini adalah untuk memberikan balikan

kepada guru dalam memperbaiki perilaku mengajarnya,

memberikan imbalan dan perasaan puas, mendifinisikan isu dalam

mengajar, memberikan bantuan kepada guru dalam memperbaiki

teknik mengajar dan mengembangkan diri-sendiri.

(55)

Supervisi merupakan pekerjaan professional. Oleh karena

itu pengalaman supervisor dalam melaksanakan supervisi harus

dapat di manfaatkan untuk pertumbuhan jabatannya sendiri. Dalam

analisis sesudah pembicaraan ini, supervisor harus menilik ulang

tentang apa yang telah dilakukan dalam menetapkan kriteria

perilaku mengajar yang ditetapkan dalam pra-observasi dan kriteria

yang dipakai supervisor dalam melakukan observasi. Kegiatan ini

akan mudah dilakukan apabila supervisor mempunyai catatan yang

lengkap tentang proses kegiatan yang dilakukan.kalau mungkin

kegiatan direkam dengan video tape ( Soetjipto, 1999: 249-251).

C. Kinerja Guru

1. Pengertian Kinerja Guru

Kinerja menurut Mangkunegara (2001: 67) adalah hasil kerja

secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam

melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan

kepadanya. Kualitas yang dilihat disini adalah dilihat dari kehalusan,

kebersihan ketelitian dalam pekerjaan, sedangkan kuantitas dilihat dari

jumlah atau banyaknya pekerjaan yang harus diselesaikan karyawan.

Dalam hal ini adalah guru.

Smith dalam (Mulyasa, 2005: 136) menyatakan bahwa kinerja

adalah “…..output drive from processes, human or otherwise”. Penulis

(56)

performance dapat diartikan sebagai prestasi kerja, pelaksanaan kerja,

pencapaian kerja, hasil-hasil kerja atau unjuk kerja. Kinerja merupakan

suatu konsep yang bersifat universal yang merupakan efektifitas

operasional suatu organisasi, bagian organisasi, dan karyawannya

berdasarkan standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.

Selain itu kinerja juga dapat diartikan sebagai suatu hasil dari

usaha seseorang yang dicapai dengan adanya kemampuan dan

perbuatan dalam situasi tertentu. Sehingga kinerja tersebut merupakan

hasil keterkaitan antar usaha, kemampuan dan persepsi tugas (Ahmad

Sani dkk, 2010: 132).

Konsep kinerja merupakan singkatan dari kinertika energi kerja

yang padanannya ialah bahasa inggris adalah” performance”. Istilah

performance sering diindonesiakan sebagai performa atau yang sering

disebut dengan kinerja. Kinerja adalah keluaran yang dihasilkan oleh

fungsi-fungsi atau indikator-indikator suatu pekerjaan atau profesional

dalam waktu tertentu (Wirawan, 2009: 5).

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah

tingkat pencapaian hasil atas pelaksanaan tugas tertentu. Jadi kinerja

adalah proses dan hasil usaha seseorang yang ditunjang dengan

kemampuan baik fisik, sosio emosional dan budaya organisasi serta

lingkungan yang mendukungnya. Tidak tertutup kemungkinan faktor

yang mendukung menjadi prasyarat seseorang mempunyai kinerja

(57)

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja

Kinerja merupakan hasil sinergi dari sejumlah faktor.

Faktor-faktor tersebut adalah: Faktor-faktor internal organisasi, Faktor-faktor lingkungan

eksternal, dan faktor internal karyawan atau pegawai.

a. Faktor Internal Pegawai

Yaitu faktor-faktor dari dalam diri pegawai yang

merupakan faktor bawaan dari lahir dan faktor yang diperoleh

ketika ia berkembang. Faktor-faktor bawaan, misalnya: bakat, sifat

pribadi, serta keadaan fisik dan kejiwaan. Sementara itu

faktor-faktor yang diperoleh, misalnya: pengetahuan, ketrampilan, etos

kerja, dan motivasi kerja.

b. Faktor-Faktor Lingkungan Internal Organisasi

Dalam melaksanakan tugasnya, pegawai memerlukan

dukungan organisasi tempat ia bekerja. Dukungan itu sangat

berpengaruh terhadap tinggi rendahnya kinerja pegawai. Misalnya:

penggunaan teknologi robot oleh organisasi, strategi organisasi,

manajemen dan kompensasi.

c. Faktor Lingkungan Eksternal Organisasi

Faktor-faktor lingkungan eksternal organisasi adalah

keadaan, kejadian, atau situasi yang terjadi dilingkungan eksternal

organisasi yang mempengaruhi kinerja karyawan, misalnya: krisis

(58)

menurunkan nilai nominal upah dan gaji karyawan (Wirawan,

2009: 7-8)

3. Macam-Macam Kinerja Guru

a. Kinerja Guru Dalam Mendesain Program Pengajaran.

Nurdin dan Usman (2002: 83) mengemukakan salah satu

tahapan mengajar yang harus dilalui oleh guru professional adalah

menyusun perencanaan pengajaran atau dengan kata lain disebut

juga dengan mendesain program pengajaran.

b. Kinerja Guru Dalam Melaksanakan Proses Belajar Mengajar

Terdapat sejumlah kinerja guru/ staf pengajar dalam

melaksanakan proses belajar mengajar, yang popular adalah

“model Rob Norris, model Oregan dan model Stanford”. Ketiganya

dikenal dengan sebutan Standford Teacher of Competence (STAC).

Dalam buku yang sama mereka mendiskripsikannya sebagai

berikut:

1) Model Rob Norris, memiliki komponen:

a) Kualitas-kualitas personal dan professional

b) Persiapan pengajaran

c) Perumusan tujuan pengajaran

d) Penampilan guru dalam mengajar di kelas

e) Penampilan siswa dalam belajar, dan

(59)

2) Model Oregon

Model ini dikelompokkan menjadi lima bagian

a) Perencanaan dan persiapan mengajar

b) Kemampuan guru dalam mengajar dan kemampuan siswa

dalam belajar

c) Kemampuan mengumpulkan dan menggunakan informasi

hasil belajar

d) Kemampuan hubungan interpersonal yang meliputi

hubungan dengan siswa, supervisor dan guru sejawat

e) Kemampuan hubungan dengan tanggung jawab

professional

3) Model Stanford

Model ini membagi kemampuan mengajar dalam ilmu

komponen, tiga dari lima komponen tersebut dapat doibservasi

dikelas meliputi komponen tujuan, komponen guru mengajar

dan komponen evaluasi (Nurdin dan Usman, 2009: 91).

4. Model-Model Kinerja

Menurut Wibowo (2010: 98-101) proses kinerja organisasi

dipengaruhi oleh banyak faktor. Hersey dan Johnson menggambarkan

hubungan antara kinerja dengan faktor-faktor yang mempengaruhi

dalam bentuk satelit model.

(60)

manusia, posisi strategis proses sumber daya dan struktur, kinerja

dilihat sebagai pencapaian tujuan dan tanggung jawab pekerjaan dan

sosial dari prespektif yang mempertimbangkan. Faktor-faktor yang

mempengaruhinya, antara lain sebagai berikut:

a. Faktor pengetahuan masalah-masalah teknis, administratif, proses

kemampuan dan sistem

b. Sumberdaya non manusia meliputi peralatan, pabrik, lingkungan

kerja, teknologi, kapital dan dana yang dapat dipergunakan

c. Posisi strategis meliputi masalah keuangan, kebijakan sosial,

sumber daya manusia dan perubahan lingkungan.

d. Proses kemanusiaan terdiri dari masalah nilai, sikap, norma, dan

interaksi.

e. Sementara itu struktur mencakup masalah organisasi, sistem

manajemen, sistem informasi dan fleksibilitas.

5. Standar Kompetensi Guru

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2003

tantang guru dan dosen dijelaskan bahwa: “kompetensi adalah

seperangkat pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang harus

dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam

melaksanakan tugas keprofesionalan (Mulyasa, 2008: 25).

Adapun kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru, yaitu

kompetensi pribadi, kompetensi sosial, dan kompetensi professional.

(61)

oleh ketiganya, dengan penekanan kepada kemampuan mengajar.

Adapun uraian dari masing-masing kompetensi adalah sebagai berikut

(Hamzah B. Uno, 2008: 18).

a. Kompetensi Pribadi

Berdasarkan kodrat manusia sebagai individu dan sebagai

makhluk Tuhan, seorang guru harus mempunyai kompetensi yang

menunjang yang ada pada pribadinya. Kompetensi itu antara lain:

1) Kemantapan dan integritas pribadi

2) Peka terhadap perubahan dan pembaharuan

3) Berfikir alternatif

4) Adil, jujur dan objektif

5) Disiplin dalam menjalankan tugas

6) Simpatik dan menarik, luwes, bijaksana, serta sederhana dalam

bertindak

7) Kreatif

8) Berwibawa.

b. Kompetensi Sosial

Berdasarkan kodrat manusia sebagai makhluk sosial. Guru

harus memposisikan dirinya dengan tepat, baik dengan peserta

didik atau lingkungan. Adapun kompetensi yang harus dimiliki

yaitu:

(62)

3) Dapat bekerja sama dengan komite sekolah

4) Pandai bergaul dengan kawan

c. Kompetensi Profesional

Berdasarkan peran guru sebagai pengelola proses

pembelajaran, harus memiliki kemampuan :

1) Melaksanakan sistem pembelajaran

a) Memilih priorotas materi yang akan diajarkan

b) Memilih dan menggunakan sumber metode yang ada

c) Memilih dan menggunakan media pembelajaran

a) Memilih bentuk kegiatan pembelajaran yang tepat

b) Menyajikan urutan pembelajaran secara tepat

2) Mengevaluasi sistem pembelajaran

a) Memilih dan menyusun jenis evaluasi

b) Melaksanakan kegiatan evaluasi sepanjang proses

c) Mengadministrasikan hasil evaluasi

3) Mengembangkan sistem pembelajaran

a) Mengoptimalisasi potensi peserta didik

b) Meningkatkan wawasan kemampuan diri sendiri

c) Mengembangkan program pembelajaran lebih lanjut.

Berdasarkan paparan diatas bahwa standar kompetensi guru adalah

suatu ukuran yang ditetapkan atau dipersyaratkan dalam bentuk

(63)

berkelayakan menduduki jabatan fungsional sesuai dengan bidang

tugas, kualifikasi, dan jenjang pendidikan.

6. Membangun Kinerja Guru Yang Positif

Cara membangun kinerja guru yang positif Isjoni (2006:

108-109) mengemukakan bahwa Indikator suatu bangsa sangat ditentukan

oleh tingkat sumber daya manusianya, dan indikator sumber daya

manusia di tentukan oleh tingkat pendidikan masyarakatnya. Semakin

tinggi sumber daya manusianya, maka semakin baik tingkat

pendidikannya. Demikian pula sebaliknya. Oleh sebab itu, indikator

tersebut sangat ditentukan oleh kinerja guru.

Guru yang baik tidak akan pernah putus asa. Ia menjadikan

kritikan sebagai pemicu baginya dalam melakukan perbaikan dan

pembenahan diri di masa yang akan datang. Kritik terhadap kinerja

guru perlu dilakukan, tanpa itu bagaimana guru dapat mengetahui

kinerja yang sudah dilakukannya selama ini. Dengan demikian akan

menjadi bahan renungan bagi guru untuk perbaikan lebih lanjut.

Bila kita amati di lapangan, guru sudah menunjukkan kinerja

maksimal dalam menjalankan tugas dan fungsinya sebagai pendidik,

pengajar, dan pelatih. Akan tetapi barangkali masih ada sebagian guru

yang belum menunjukkan kinerja yang baik, tentunya akan

berpengaruh terhadap kinerja guru secara makro.

(64)

b. Profesi yang di embannya

c. Rasa tanggung jawab moral di pundaknya

d. Rasa tanggung jawab mempersiapkan segala perlengkapan

pengajaran sebelum melaksanakan proses pembelajaran

e. Seorang guru harus mempersiapkan metode-metode yang akan

digunakan, seperti media dan alat yang akan digunakan evaluasi.

Sudah seharusnya guru memberikan kontribusi kepada bangsa

ini menjadi agent of change dan membangun pondasi yang kuat

didunia pendidikan.

Kinerja guru akan menjadi optimal bilamana diintregasikan

dengan komponen persekolahan, apakah itu supersivor, kepala

sekolah, guru, karyawan maupun anak didik. Kinerja akan lebih

bermakna dan positif bila di barengi nawaitu yang bersih dan ikhlas,

serta selalu menyadari akan kekurangan yang ada pada dirinya, dan

berupaya untuk dapat meningkatkan kekurangannya sebagai upaya

untuk meningkatkan ke arah yang lebih baik dan positif. Kinerja yang

dilakukan hari ini akan lebih baik dari kinerja hari kemarin, dan

tentunya kinerja masa depan lebih baik dari kinerja hari ini.

D. Kaitan Supervisi Klinis Dengan Kinerja Guru

Seperti yang telah dikemukakan, supervisi klinis kepala sekolah

bertujuan untuk membantu guru dalam memperbaiki proses belajar

mengajar melalui peningkatan kinerja guru itu sendiri dalam

(65)

segala kegiatan, usaha bantuan ini tidak akan berhasil apabila tidak ada

keinginan untuk bekerja sama dan tidak ada sikap kooperatif baik diri yang

di bantu yaitu guru sendiri maupun kepala madrasah yang menjadi

supervisor klinis. Dengan demikian kinerja guru terhadap berhasil

tidaknya program supervisi klinis ini sangat besar. Peranan guru dalam

supervisi klinis secara lebih rinci dapat ditelusuri dari proses pelaksanaan

supervisi klinis yang dilakukan kepala madrasah itu.

Guru hendaknya secara aktif memberikan masukan kepada

supervisor klinis tentang masalah yang dihadapi dalam mengajar. Seperti

halnya pasien kepada dokternya, karena sikap seorang supervisi klinis

harus mendekati guru seperti halnya teman sejawat, jadi guru harus

berterus terang tentang masalah yang di hadapinya, sehingga dapat dicari

cara pemecahan yang tepat. Sikap terbuka dan kooperatif ini sangat

penting dalam peningkatan kinerja guru dan kegiatan supervisi klinis. Dari

pengetahuannya tentang berbagai teknik supervisi klinis, guru dapat

menyarankan kepada supervisor klinis dalam memilih teknik yang

dianggap paling cocok untuk dipergunakan supervisor klinis dalam

membantu meningkatkan kemampuan dan kinerja guru.

Tugas seorang supervisi klinis bukanlah untuk mengadili tetapi

untuk membantu, mendorong, dan memberikan keyakinan kepada guru,

bahwa proses bealajar mengajar dapat dan harus diperbaiki.

(66)

guru harus dibantu secara professional sehingga guru tersebut dapat

berkembang dalam kinerjanya.

Seorang guru yang mendapat layanan supervisi klinis akan

mengalami proses belajar. Ia akan melakukan refleksi dari pengalaman

mengajarnya dan dengan bantuan supervisor berusaha untuk memperbaiki

Gambar

Tabel 3.1.
Tabel 3.2.
Tabel 3.3.
Tabel 3.4.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Di hadapan Anda telah tersedia 6 sampel es krim, Anda diminta untuk menguji tekstur, creaminess dan sandiness serta memberikan penilaian terhadap es krim tersebut berdasarkan

Metodologi siklus Plan-Do-Check-Act digunakan untuk membantu dalam melakukan audit (pemantauan, pengukuran, dan evaluasi) terhadap kualitas layanan atau QOS (Quality Of Service)

pengembangan objek pariwisata unggulan belanja makanan dan minuman JB: Barang/jasa JP: Jasa Lainnya.. 5

Dari hasil percobaan yang dilakukan dengan waktu pengamatan yang berbeda diperoleh bahwa tegangan maksimal yang mampu dihasilkan oleh sistem adalah V = 3,115 volt,

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh penulis, kegiatan yang sering dilakukan oleh lembaga dalam memperkenalkan teknik “PARENTING” tersebut melalui

Kita kerja keras tetapi mendapat hasil sangat sedikit Apa yg terjadi ketika kita menghadapi kesukaran.. Semuanya tidak terjadi seperti yg

PDRB per kapita provinsi Kalimantan Timur mencapai Rp.100 juta manakala PDRB per kapita Maluku, Maluku Utara, dan Nusa Tenggara Timur kurang dari Rp.5 juta. Data di sini adalah

Hasil pada asuhan kebid anan secara komprehensif pada Ny “P” selama kehamilan trimester III dengan nyeri punggung, pada persalinan nifas, BBL , neonatus dan