• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Bahaya Erosi dan Status Kesuburan Tanah di Wilayah Kerja PT Korintiga Hutani, Kalimantan Tengah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tingkat Bahaya Erosi dan Status Kesuburan Tanah di Wilayah Kerja PT Korintiga Hutani, Kalimantan Tengah"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT BAHAYA EROSI DAN STATUS KESUBURAN

TANAH DI WILAYAH KERJA PT KORINTIGA HUTANI,

KALIMANTAN TENGAH

WAHYU ISKANDAR

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Tingkat Bahaya Erosi dan Status Kesuburan Tanah di Lahan IUPHHK-HT PT Korintiga Hutani (PT KTH) Kalimantan Tengah adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2013

Wahyu Iskandar

(4)

ABSTRAK

WAHYU ISKANDAR. Tingkat Bahaya Erosi dan Status Kesuburan Tanah di Wilayah Kerja PT Korintiga Hutani (PT KTH) Kalimantan Tengah. Dibimbing oleh HENDRAYANTO.

Dinamika perubahan tutupan lahan dapat mempengaruhi aliran permukaan dan selanjutnya erosi permukaan. Tebang habis, sebagai bentuk penerapan sistem silvikultur tentunya akan menurunkan evapotranspirasi dan menyebabkan meningkatnya jumlah air permukaan. Erosi permukaan sebagai dampak utama dari peningkatan air permukaan, begitu nyata mempengaruhi peningkatan erosi permukaan. Erosi dapat mencuci unrsur hara dan tentunya berdampak terhadap penurunan kesuburan tanah. Penelitian ini memetakan tingkat bahaya erosi di PT Korintiga Hutani (PT KTH) Kalimantan tengah. Dalam penelitian ini tercatat laju erosi di area penanaman akasia (Acacia mangium), ekaliptus (Eucaliptus pellita), DPSL (kawasan tidak terganggu), dan penebangan dan jalan sarad berturut-turut: 3.0, 3.2, 1.5, 4.8 dan 5.0 (ton/ha/tahun). Hampir seluruh area bertaraf kesuburan rendah.

Kata kunci: laju erosi, tingkat kesuburan tanah

ABSTRACT

WAHYU ISKANDAR. Erosion Hazard Vulnerability and Soil Fertility Status in Forest Plantation Concession Area of IUPHHK HT-PT Korintiga Hutani, Central Kalimantan Supervised by HENDRAYANTO.

(5)

Ringkasan

WAHYU ISKANDAR. Tingkat Bahaya Erosi dan Status Kesuburan Tanah di Wilayah Kerja PT Korintiga Hutani (PT KTH) Kalimantan Tengah. Dibimbing oleh HENDRAYANTO.

(6)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Manajemen Hutan

TINGKAT BAHAYA EROSI DAN STATUS KESUBURAN

TANAH DI WILAYAH KERJA PT KORINTIGA HUTANI,

KALIMANTAN TENGAH

DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2013

(7)
(8)

Judul Skripsi : Tingkat Bahaya Erosi dan Status Kesuburan Tanah di Wilayah Kerja PT Korintiga Hutani, Kalimantan Tengah

Nama : Wahyu Iskandar NIM : E14080105

Disetujui oleh

Dr. Ir. Hendrayanto, M. Agr Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Didik Suharjito, MS Ketua Departemen

(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret-Mei 2012 ini ialah erosi, dengan judul Tingkat Bahaya Erosi dan Status Kesuburan Tanah di Wilayah Kerja PT Korintiga Hutani, Kalimantan Tengah.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Hendrayanto, M.Agr selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada PT KTH yang telah mendukung terlaksananya penelitian ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, rekan-rekan UKF dan rekan kelas MNH 45 atas segala doa, kasih sayang, gagasan dan tempaan yang dikaruniakan.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juni 2013

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Manfaat Penelitian 1

METODE 2

Waktu dan Lokasi Penelitian 2

Jenis dan Cara Pengumpulan Data 2

Analisis Data 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Sifat Fisika-Kimia dan Kesuburan Tanah 6

Laju Erosi, Tingkat Bahaya Erosi (TBE), dan Laju Kehilangan Hara 8

SIMPULAN DAN SARAN 11

Simpulan 11

Saran 11

DAFTAR PUSTAKA 12

LAMPIRAN 14

(11)

DAFTAR TABEL

1 Sifat fisika dan kimia tanah yang dianalisis 3

2 Klasifikasi Tingkat Bahaya Erosi (TBE) Dephut (1998) 5 3 Sifat fisika contoh tanah di wilayah kerja PT KTH Kalteng 6 4 Hasil uji t terhadap nilai BD antar lokasi pengambilan contoh tanah 6

5 Sifat kimia contoh tanah di kerja PT KTH 7

6 Laju erosi (ton/ha/thn) dan erosi total (Et) di berbagai penggunaan

lahan di PT KTH 8

7 Laju kehilangan unsur hara 11

DAFTAR GAMBAR

1 Lokasi wilayah kerja PT KTH 2

2 Lokasi pengambilan contoh tanah 3

3 Proses pembuatan peta sebaran erosi dan TBE 5

4 Sebaran erosi di wilayah kerja PT KTH (ton/ha/tahun) 8 5 Sebaran Tingkat Bahaya Erosi (TBE) di wilayah kerja PT KTH 10

DAFTAR LAMPIRAN

1 Parameter penentu kesuburan tanah 14

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Penerapan sistem silvikultur tebang habis dengan permudaan buatan (THPB) dalam pembangunan hutan tanaman mengakibatkan berubahnya sifat-sifat penutupan lahan, dan tanah serta selanjutnya mengubah laju dan jumlah limpasan dan erosi permukaan. Pembersihan lahan (land clearing) dalam rangkaian penerapan Sistem Silvikultur THPB, selain meniadakan vegetasi, dapat pula menyebabkan pemadatan tanah (soilcompaction) dan menghilangkan lapisan permukaan tanah (top soil) akibat aktivitas alat berat (Bruijnzeel 1997; Matangaran 2002). Dampak tersebut meningkatkan limpasan permukaan dan berimplikasi menyebabkan percepatan erosi permukaan (Arsyad 2010; Khasanah

et al. 2004).

Limpasan permukaan dan erosi permukaan dapat menyebabkan penurunan kesuburan tanah di tempat (in-site) akibat tercuci dan terangkatnya unsur hara (Fölster and Kanna 1997; Khasanah et al. 2004; Storey 2003). Hartemink (2003) menambahkan bahwa pengusahaan hutan tanaman menurunkan kandungan unsur hara tanah. Hutan tanaman (HT) mengurangi kandungan unsur hara dari tanah dan mengubah ke dalam bentuk biomasa kayu (Fölster and Kanna 1997). Selain itu, pengolahan tanah yang intensif di HT dapat mengubah sifat fisika dan kimia tanah yang dapat mempengaruhi kesuburan tanah (Mackensen 2000).

Penelitian tentang laju erosi, tingkat bahaya erosi (TBE), dan status kesuburan tanah hutan yang dikelola dengan Sistem Silvikultur THPB di Indonesia dinilai masih sedikit, padahal luas hutan produksi tetap tersebut termasuk di dalamnya yang dikelola dengan sistem silvikultur THPB mencapai 34.142.045 ha (Kemenhut 2012). PT Korintiga Hutani (PT KTH) merupakan salah satu perusahaan yang menerapkan Sistem Silvikultur THPB dalam mengelola hutan produksi tetap seluas 94440 ha, yang diduga mengalami percepatan erosi dan penurunan tingkat kesuburan tanah terutama di lahan bekas tebangan.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menduga Tingkat Bahaya Erosi (TBE) dan status kesuburan tanah di lahan yang masih berhutan alam dan di lahan lokasi penerapan THPB di wilayah kerja PT KTH.

Manfaat Penelitian

(13)

2

METODE

Waktu dan Lokasi Penelitian

Pengambilan data di lapangan dilaksanakan pada bulan Maret-Mei 2012 di wilayah kerja Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman (IUPHHK-HT) PT KTH. PT KTH terletak di dua wilayah kabupaten, yaitu Kabupaten Kotawaringin Barat (Kec. Arut Utara dan Kec. Arut Selatan) dan Kabupaten Lamandau (Kec. Mentobi Raya), Kalimantan Tengah dengan luas 94440 ha. Jarak dari Palangkaraya ke Basecamp ± 200 km (Gambar 1).

Gambar 1 Lokasi Wilayah Kerja PT KTH Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan mencakup data areal kerja PT KTH, realisasi penanaman, RKT 2012, pembukaan wilayah hutan, curah hujan harian, jenis tanah, sifat fisika-kimia jenis tanah, topografi, dan penggunaan lahan di lokasi penelitian.

(14)

3 Contoh tanah tidak terganggu untuk analisis sifat fisik tanah diambil dari 3 jenis tanah dominan dengan 5 jenis penggunaan lahan yang berbeda, yaitu tegakan

Acacia mangium (akasia), tegakan Eucalyptus pellita (ekaliptus) masing-masing berumur 6 tahun, Daerah Pelestarian Satwa Liar (DPSL) sebagai kawasan tidak terganggu, area penebangan, dan jalan sarad. Contoh tanah diambil dari permukaan tanah di kedalaman 0-10 cm, masing-masing diambil 3 contoh tanah sebagai ulangan. Lokasi pengambilan contoh tanah disajikan dalam Gambar 2.

Gambar 2 Lokasi pengambilan contoh tanah

Contoh tanah komposit untuk analisis sifat kimia tanah diambil dari 5 titik dalam wilayah 1 m2 di sekitar pengambilan contoh tanah tidak terganggu. Prosedur pengambilan contoh tanah mengacu pada Panduan Pengambilan Contoh Tanah Utuh (Balitbang Tanah 2006). Contoh tanah dianalisis di Laboratorium Ilmu Tanah Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian IPB tanggal 20 Mei 2012 hingga 20 Juni 2012. Sifat fisika dan kimia tanah yang dianalisis disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1 Sifat fisika dan kimia tanah yang dianalisis

Sifat Tanah Jenis data

Fisika bulk density, porositas, kadar air, permeabilitas, tekstur tanah, dan air tersedia

Kimia

(15)

4

Analisis Data

Pendugaan erosi dalam penelitian ini menggunakan Universal Soil Loss

Equation (USLE) (Wischmeier dan Smith 1978). Model USLE adalah sebagai

berikut:

... (1); dengan A adalah jumlah tanah tererosi (ton/ha/tahun), R = indeks erosivitas, K = indeks erodibilitas, LS = indeks panjang dan kemiringan lereng C = Indeks tanaman dan P = Indeks pengelolaan lahan.

Indeks erosivitas (R) dihitung dari data curah hujan harian menggunakan persamaan Lenvain (DHV 1989), dengan persamaan sebagai berikut:

... (2); dengan R dalam satuan Joule ha-1mm h-1dan P

b adalah curah hujan bulanan (mm). K menunjukkan resistensi partikel tanah terhadap pelepasan dan pengangkutan partikel-partikel tanah tersebut oleh daya kinetik hujan (Asdak 2002). Dalam penelitian, K dihitung dengan menggunakan persamaan yang dikembangkan oleh Wischmeier dan Smith (1978) seperti berikut ini:

... (3); dengan K dalam ton (Joule mm h-1)-1; M merupakan % debu dan pasir sangat halus x (100 - % liat); a adalah % karbon organik; b = kelas struktur tanah; dan c = kelas permeabilitas tanah. Nilai M, a, b, dan c didapat dari hasil analisis sifat tanah yang dipadukan dengan klasifikasi menurut Wischmeier dan Smith (1978)

LS merupakan bilangan pembanding antara besarnya kehilangan tanah untuk panjang dan kemiringan lereng tertentu dengan besarnya kehilangan tanah untuk lokasi dengan panjang lereng 22.1 m dan kemiringan lereng 9 % (petak percobaan Wischmeier dan Smith (1978)). Dalam penelitian ini, indeks LS diperoleh dari persamaan yang dikembangkan oleh Mitasova (1999), sebagai berikut:

(16)

5

Gambar 3 Proses pembuatan peta sebaran erosi dan TBE. Tabel 2 Klasifikasi Tingkat Bahaya Erosi (TBE) Dephut (1998)

Tebal solum Erosi (ton/ha/thn)

Penilaian status kesuburan tanah menggunakan kriteria KTK, KB, ketersediaan unsur C, P, dan K (Fahrunsyah 2012) sebagaimana disajikan dalam lampiran 4. Kehilangan unsur hara akibat erosi permukaan diduga dengan persamaan berikut:

(17)

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sifat Fisika-Kimia dan Status Kesuburan Tanah

Nilai rata-rata ( dan simpangan baku (σ) sifat fisika contoh tanah hasil analisis di laboratorium disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 3 Sifat fisika contoh tanah di wilayah kerja PT KTH

Penggunaan Lahan BD DPSL = Daerah Pelestarian Satwa Liar

Tanah hutan tanaman akasia, ekaliptus, lokasi penebangan dan jalan sarad relatif lebih padat dibandingkan dengan tanah di DPSL. Kepadatan tanah di 4 lokasi-lokasi terganggu tersebut dicirikan dengan nilai BD yang lebih tinggi, porositas yang lebih rendah dan permebilitas yang lambat. Secara umum tanah di lokasi terganggu tersebut rentan tererosi dibandingkan dengan tanah DPSL yang ditunjukkan dengan nilai K yang lebih besar. Hasil uji t untuk mengetahui signifikansi perbedaan BD disajikan berikut ini:

Tabel 4 Nilai t-hitung uji nilai rata-rata BD antar lokasi pengambilan contoh tanah Lokasi Akasia Ekaliptus DPSL Penebangan Jalan Sarad

Akasia - 1.73tn 4.89* 3.38* 2.43* DPSL dan lokasi penebangan. Walaupun demikian berdasarkan uji signifikansi antara BD jalan sarad dengan ekaliptus yang memiliki nilai rata-rata yang tidak jauh berbeda dengan nilai t-hitung = 0.30, yang berimplikasi terima H0 atau

(18)

7 sarad dengan BD ekaliptus. Sehingga dapat dikatakan bahwa secara uji statistik, BD di ekaliptus tidak lebih padat daripada BD jalan sarad dan secara umum BD DPSL ≤ penebangan ≤ ekaliptus ≤ jalan sarad < akasia.

Rendahnya BD di lokasi penebangan dibandingkan dengan BD di lokasi tegakan (akasia dan ekaliptus) diduga karena pemanenan dengan menggunakan alat berat sering kali memfungsikan daun dan ranting-ranting untuk mengurangi pemadatan tanah (Matangaran 2002). Limbah penebangan menyediakan ruang dalam tanah sehingga porositas dan permeabilitas relatif lebih tinggi. Hal ini juga diperkuat dengan melimpahnya limbah yang hancur akibat terlindas alat berat selanjutnya terbenam di dalam tanah dengan ditunjukkan oleh kadar C-organik tertinggi di lokasi penebangan.

Tabel 5 Sifat kimia contoh tanah di kerja PT KTH

Keterangan: M = masam, SM = sangat masam, R = sendah, S = sedang , T= tinggi, SR = sangat rendah, DPSL = Daerah Pelestarian Satwa Liar; KTK = kapasitas tukar kation; KB = kejenuhan basa; Al = kadar alumunium

Berdasarkan analisis sifat kimia tanah, C-organik, N-total, Ca, K, dan Na di lokasi penebangan berturut-turut sebesar 3.11 %, 0.29 %, 53.44 ppm, 12.86 ppm, 12.86 ppm dan terbesar daripada penggunaan lahan lainnya. Namun untuk unsur hara makro lainnya, P, Mg, terbesar terdapat di lokasi DPSL dengan nilai berturut-turut 11.3 ppm, 21.81 ppm. Tingginya kadar C dan N di lokasi penebangan diduga karena penebangan dengan menggunakan alat berat membenamkan limbah penebangan dan selanjutnya terurai menjadi sebagai bahan organik. Tingginya bahan organik dapat meningkatkan jumlah kation dikarenakan pada umumnya bahan organik bersifat anion sehingga dapat mengikat kation seperti Ca, K, dan Na (Indranada 1989).

Tanah di wilayah kerja PT KTH umumnya sangat masam. Menurut Indranada (1989); Hardjowigeno (2007) kemasaman tanah menurunkan

(19)

8

ketersediaan sebagaian besar hara makro. Terbatasnya unsur hara makro menurunkan KB dan selanjutnya menurunkan KTK yang merupakan parameter penentu kesuburan tanah. Rendahnya KTK menyebabkan tanaman kesulitan mengabsopsi unsur hara. Tanah masam juga mengandung banyak kation asam; H+ dan Al3+ yang dapat mengikat P dan K. Al3+ dapat pula bersifat toksik sehingga dapat melukai dan menghambat pertumbuhan akar. Selain itu, keracunan juga dapat terjadi karena tanah masam memungkinkan kandungan sulfat dan, unsur hara mikro tinggi (Hardjowigeno 2007). Pertimbangan lain seperti yang disebutkan dalam Hardjowigeno (2007) adalah terbatasnya perkembangan mikroorganisme mutualistik bagi tanaman pada pH rendah.

Laju Erosi, Tingkat Bahaya Erosi (TBE), dan Laju Kehilangan Hara

Hasil pendugaan laju erosi permukaan menggunakan persamaan USLE (1) disajikan dalam Tabel 5, dan sebarannya disajikan dalam Gambar 4.

Tabel 6 Laju erosi (ton/ha/thn) dan erosi total (Et) (ton/thn) di berbagai penggunaan lahan di PT KTH

Jenis Tanah Penggunaan Lahan

DPSL Akasia Ekaliptus Penebangan Jalan Sarad

Dystropepts Erosi 1.55 4.70 4.42 6.17 3.32

Et 12314.54 14307.16 48325.91 15364.88 234.10

Hapludults Erosi 1.58 2.27 3.25 5.09 6.44

Et 6348.65 34195.42 46493.06 27042.10 966.53

Tropaquults Erosi 1.52 2.03 1.83 3.25 5.15

Et 1478.78 11994.03 8233.56 9568.23 428.67

Rata-rata Erosi 1.55 3.00 3.17 4.84 4.97

(20)

9

Gambar 4 Sebaran erosi di wilayah kerja PT KTH (ton/ha/tahun)

Erosi yang tinggi sebagian besar terjadi di jalan sarad (blok tebangan) sebesar 4.97 ton/ha/tahun yang terletak di wilayah berbukit. Tingginya erosi disebabkan oleh besarnya indeks panjang dan kemiringan lereng (LS) yang tinggi dan tidak adanya penutupan lahan. Sistem THPB tidak hanya menghilangkan vegetasi berkayu, tetapi semak belukar dan tumbuhan bawah juga hilang akibat aktivitas alat berat saat pemanenan. Satu blok tebangan dipanen dengan habis sebelum berpindah ke blok lain. Penyaradan kayu menggunakan alat berat selain memadatkan tanah, mengakibatkan pula penggerusan tanah. Pemadatan tanah menurunkan infiltrasi dan meningkatkan limpasan permukaan. Sementara tanah yang tergerus sangat mudah tererosi. Dampak langsung dari penebangan dapat pula meningkatkan perusakan oleh aliran, mempersingkat waktu konsentrasi, dan meningkatkan beban sedimen hingga 20 kali (Douglas et al, 1992).

Laju erosi di lokasi bervegetasi, hutan tanaman berumur 5-6 tahun dan DPSL, kurang dari 10 ton/ha/tahun (Tabel 5). Nilai dugaan ini lebih rendah dibandingkan hasil penelitian Saptarini et al (2007) sebesar 26.02 ton/ha/thn dengan rotasi 6 tahun dan 24.6 ton/ha/thn dengan rotasi 7 tahun di HT dengan jenis yang sama.

(21)

10

tersebut berarti hutan dapat mereduksi 99.5 % erosi potensial yang disebabkan karakter hujan, tanah, dan topografi. Walaupun bukit-bukit di DPSL bertopografi curam, vegetasi dan serasah yang rapat dapat menjaga stabilitas tanah hingga sulit tererosi (Asdak 2002; Chang, 2006). DPSL merupakan kawasan yang diperuntukkan bagi pelestarian keanekaragaman hayati. Beberapa jenis pohon raksasa dari keluarga dipterocarpaceae dengan tajuk yang lebar meredam energi tumbukan air. Sementara kawasan hutan tanaman, nilai C yang digunakan adalah 0.5. Nilai ini merupakan rata-rata dalam satu daur yang dimulai dari persiapan tanam, pemeliharaan hingga penebangan. Dengan nilai ini tegakan hutan tanaman dapat menekan erosi potensial hingga setengah kali dari lahan tanpa tutupan vegetasi di lokasi yang sama. Seperti yang dipaparkan oleh Chang (2006), vegetasi setinggi 4 m dapat menurunkan energi tumbukan hujan terhadap tanah hingga 69 % dari nilai energi tumbukan hujan dari ketinggian lebih dari 20 m. Penjangkaran akar dapat pula meningkatkan infiltrasi dan mencegah tanah tererosi dan/atau longsor (Arsyad 2010).

Solum tanah di wilayah kerja PT KTH termasuk dalam (> 0.6 m), sehingga TBE di sebagian besar wilayah PT KTH tergolong rendah walaupun laju erosinya tinggi. Sesuai klasifikasi TBE (Dephut 1998), 87.85 % luas lahan di wilayah kerja PT KTH bertaraf TBE ringan. Penyebaran TBE di wilayah kerja PT KTH disajikan dalam Gambar 5.

(22)

11 kehilangan hara melalui proses erosi berbanding lurus dengan hilangnya lapisan tanah. Storey (2003) menerangkan bahwa unsur N dan P yang sebagian besar terdapat di permukaan tanah akan hilang oleh pencucian hujan dan penggerusan oleh alat berat. Ditambahkan pula bahwa N banyak hilang di area terbuka. Jumlah kehilangan hara, C, N-total, P, dan K disajikan berikut:

Tabel 7 Laju kehilangan unsur hara (kg/ha/tahun)

Penggunaan Lahan Unsur Hara

Keterangan : DPSL = Daerah Pelestarian Satwa Liar

Tingginya laju kehilangan hara terutama di lokasi penebangan memungkinkan penurunan kesuburan tanah. Kondisi ini memerlukan perhatian khusus mengingat setelah penebangan aktivitas selanjutnya adalah penanaman. Dengan laju kehilangan hara tersebut, diduga tanaman akan kesulitan tumbuh dan berimplikasi menurunkan produktivitas.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Laju erosi di wilayah kerja PT KTH dari nilai terbesar hingga terkecil berturut-turut: DPSL, tegakan akasia, tegakan ekaliptus, penebangan, dan jalan sarad, dengan nilai berkisar 1.55 – 4.97 ton/ha/thn. Persentase luasan TBE di wilayah kerja PT KTH sebagian besar (87.85%) tergolong ringan, lainnya sedang (8.66%), sangat ringan (1.72%), berat (1.58%), dan sangat berat (0.18%). Tanah di wilayah kerja PT KTH bersifat masam dan sangat masam, dengan KTK rendah, KB sangat rendah, dan status kesuburan tanah rendah.

Saran

(23)

12

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad S. 2010. Konservasi Tanah dan Air. Bogor (ID): IPB Press. 472hlm

Asdak C. 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press. 618hlm

[Balitbang Tanah] Badan Penelitian Tanah. 2006. Sifat Fisika Tanah dan Metode

Analisisnya. Bogor (ID): Balai Besar Penelitian Sunberdaya lahan

Pertanian, Balitbang Pertanian Departemen Pertanian. 286hlm

Bruijzneel LAS. 1997. Hydrology of Forest Plantation in The Tropics. Di dalam: Nambiar EKS, Brown AG, editor. Managemen of Soil, Nutrients and

Water in Tropical Plantation Forest. Canberra (AU): ACIAR Monograph

(43): 125-168p

Chang M. 2006. Forest Hydrology: An Introduction to Water and Forests. Texas (US): Taylor and Francis Group. 474p

[Dephut] Departemen Kehutanan. 1998. Pedoman Penyusunan Rencana Teknik Rehabilitasi Teknik Lapangan dan Konservasi Tanah Daerah Aliran Sungai. Jakarta (ID): Departemen Kehutanan.

DHV Consulting Engineeer. 1989. Study on Catchment preservation and on Enviromental Impact of the Water Suplay Project of Bandung dan Sukabumi. Ministry of Public Works. Directorate General Cipta Karya. Douglas I, Spencerr T, Greer T, Bidin K, Sinun W, Wong WM. 1992. The Impact

of Selective Commercial Logging on Stream Hydrology, Chemistry and

Sediment load in The Ulu SAGAMA Rainforest, Sabah. London (UK): Phil.

TransR. Soc. Land. B335: 397-406p

Fahrunsyah. 2012. Studi Karakteristik Kimia Tanah dan Status Kesuburan Tanah di Kawasan Sentra Produksi Tanaman Pangan Kabupaten Tana Tidung. Samarinda (ID): Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Mulawarman. Zirra’ah. 33(1):1-9

Fölster H and Kanna PK. 1997. Dynamics of Nutrient Supply in Plantation Soils. Di dalam: Nambiar EKS, Brown AG, editor. Managemen of Soil, Nutrients and Water in Tropical Plantation Forest. Canberra (AU): ACIAR Monograph (43): 339-378p

Hardjowigeno S. 2007. Ilmu Tanah. Jakarta (ID): Akademika Pressindo. 233hlm Hartemink A. 2003. Soil Fertility Decline in the Tropics with Case Studies on

Plantations. Wageningen (NL): International SoilReference and

Information Centre (ISRIC). 375p

Indranada HK. 1989. Pengelolahan Kesuburan Tanah. Jakarta (ID): Bina Aksara. 90hlm

Khasanah N, Lusiana B, Farida, Noordwijk M van. 2004. Simulasi Limpasan Permukaan dan Kehilangan Tanah pada Berbagai Umur Kebun Kopi: Studi Kasus di Sumberjaya, Lampung Barat. Bogor (ID): ICRAFT SE Asia. Agrivita. 26(1)

[Kemenhut] Kementerian Kehutanan. 2012. Statistik Kehutanan Indonesia. Kementerian Kehutanan 2011. Jakarta (ID): Kementerian Kehutanan. Mackensen J. 2000. Pengelolaan Unsur Hara pada Hutan Tanaman Industri

(24)

13 Matangaran JR. 2002. Pemulihan Kepadatan Tanah pada Jalan. Bogor (ID): Laboratorium Keteknikan Pemanenan, Jurusan Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan IPB. J Teknologi Hasil Hutan. 15 (2)

Mitasova H. et al. 1999. Using Soil Erosion Modeling for Improved Conservation Planning: A GIS-based Tutorial [Internet]. Urbana (US): Geographic Modelling System Laboratorium University of Illinois at Urbana-Champaign. [Diunduh 21 Januari 2013]

Saptarini NCL., Kironoto BA., Jayadi R., 2007. Kajian Perubahan Erosi Permukaan Akibat Pembangunan Hutan Tanaman Industri di Areal Pencadangan HTI Kabupaten Ketapang Propinsi Kalimantan Barat [Skripsi]. Yogyakarta (ID): Universitas Gadjah Mada

Storey. P. J. 2003. The Conservation and Improvement of Sloping Land. Volume II: Practical Aplication and Soil Improvement. Schience Publishers.

Enfield-USA. 251p

Wischmeier WH. and Smith DD. 1978. PredictingRainfall Erosion Losses: A

Guide to Conservation Planning. Washington DC (US): Agriculture

(25)

14

Lampiran 1 Parameter penentu kesuburan tanah.

Penggunaan Lahan Parameter Kriteria

Kesuburan

Keterangan : KTK = kapasitas tukar kation; KB = kejenuhan basa; C-org = karbon organik; P = fosfor; K = kalium; R= rendah; S = sedang; SR = sangat rendah; T = tinggi, DPSL = Daerah Pelestarian Satwa Liar

Lampiran 2 Parameter penentu kepekaan tanah tererosi (indeks erodibilitas)

(26)

15

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor. 29 April 1989 dari pasangan M. Ishak dan S. Wahyuni Maesaroh. Penulis merupakan anak kedua dari enam bersaudara. Pendidikan formal penulis dimulai dari sekolah dasar di SDN Cibening 1 Kec. Pamijahan. Kab. Bogor pada tahun 1995 – 2001. Selanjutnya penulis melanjutkan studi sekolah menengah pertama di SMP Negeri 1 Cibungbulang. Kec. Cibungbulang. Kab. Bogor dan lulus pada tahun 2004. Pendidikan menengah atas ditempuh penulis di SMA Negeri 1 Leuwiliang. Kec. Leuwiliang, Kab. Bogor.

Selanjutnya Penulis melanjutkan pendidikan tinggi di Institut Pertanian Bogor (IPB), Fakultas Kehutanan, Departemen Manajemen Hutan melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) pada tahun 2008. Selama masa studi di IPB. Penulis tercatat sebagai anggota dan pengurus Himpunan Mahasiswa Managemen Hutan (Forest Managemen Student Club - FMSC) dan Unit Kegiatan Mahasiswa Uni Konservasi Fauna (UKM UKF) IPB. Penulis juga pernah menjadi asisten praktikum beberapa mata kuliah diantaranya Mata Kuliah Ilmu Ukur Tanah dan Pemetaan Wilayah, Hidrologi Hutan, dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai pada tahun 2010 - sekarang. Beberapa prestasi penulis diantaranya: Lolos Program Kreativitas Mahsiswa (PKM) dibidang kemasyarakatan dan artikel ilmian berturut-turut pada tahun 2011 dan 2012.

Sebagai tugas akhir, Penulis melakukan penelitian dengan judul “Tingkat Bahaya Erosi dan Status Kesuburan Tanah di Wilayah Kerja PT Korintiga Hutani,

Gambar

Gambar 1 Lokasi Wilayah Kerja PT KTH
Gambar 2 Lokasi pengambilan contoh tanah
Gambar 3 Proses pembuatan peta sebaran erosi dan TBE.  Tabel 2 Klasifikasi Tingkat Bahaya Erosi (TBE) Dephut (1998)
Tabel 3 Sifat fisika contoh tanah di wilayah kerja PT KTH
+5

Referensi

Dokumen terkait

Model regresi logistik digunakan untuk melihat hubungan antara jenis keganasan kanker dengan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pasien penderita kanker

Metode yang digunakan ceramah, tanya jawab waktu yang digunakan untuk penyuluhan adalah 60 menit menggunakan media power point materi yang disampaikan 5 (lima)

Each State Party undertakes to cooperate in international exchange of seismological data to assist in the verification of compliance with the Comprehensive Nuclear-Test-Ban

dalam proses pembelajaran. 3) Mempermudah guru untuk menyampaikan bahan ajar di kelas. 4) Meningkatkan pemahaman materi kepada pesrta didik. Bagi Peserta Didik di MI

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala kasih, berkat dan rahmatNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Peningkatan Minat Dan Prestasi

(3) Surat teguran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 huruf e, dibuat oleh pelaksana Wasrik dan dikrim kepada Obrik yang tidak menindaklanjuti temuan sesuai jadwal yang

Walaupun tidak semua sasaran rencana Strategis termuat dalam Perjanjian Kinerja, namun dalam dokumen Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) tetap

Penataan produk minuman suplemen Hemaviton Jreng di pasar swalayan menimbulkan dorongan untuk membeli8. Penataan produk minuman suplemen Hemaviton Jreng di pasar swalayan