• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendapatan usaha ternak sapi perah merupakan selisih dari penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan. Penerimaan usaha ternak sapi perah adalah penerimaan yang berasal dari penjualan susu sapi.

Analisis pendapatan ini meliputi analisis pendapatan atas biaya total dan analisis pendapatan atas biaya tunai peternak responden dengan rata-rata kepemilikan sapi laktasi sebanyak 8,42 ST dan sapi non laktasi sebanyak 4,04 ST. Biaya yang dikeluarkan oleh peternak untuk usaha ternak sapi perah terdiri dari biaya tunai dan biaya diperhitungkan.Biaya tunai terdiri dari biaya pembelian konsentrat, ampas tahu, biaya inseminasi buatan (IB), iuran anggota koperasi, listrik, air, biaya tenaga kerja luar keluarga, dan biaya potongan kavling. Biaya diperhitungkan terdiri dari biaya hijauan dan biaya penyusutan peralatan. Analisis pendapatan usaha ternak sapi perah KUNAK Cibungbulang dapat dilihat pada Tabel 13.

49 Tabel 13 Analisis Pendapatan Usaha Ternak di KUNAK Cibungbulang

Kabupaten Bogor Per Bulan

No Komponen Jumlah Harga Satuan

(Rp/satuan)

Nilai

(Rp/bulan) %

A TOTAL PENERIMAAN 12.782.853

Penerimaan Tunai

1. penjualan susu (liter/bulan) 2.304,17 4.132 9.520.830

2. penjualan sapi 1.087.269

Penerimaan diperhitungkan

1. susu untuk pedet (liter/bulan) 526,32 4.132 2.174.754

B TOTAL BIAYA TUNAI 8.544.459 99,41

1. sarana Produksi

a. konsentrat (kg/bulan) 1.252,23 2.041 2.555.801 29,73 b. ampas tahu (kg/bulan) 6.948,94 600 4.169.364 48,51

2. biaya IB (ekor/bulan) 8,42 4.792 40.349 0,47

3. iuran anggota (liter/bulan) 2.304,17 10 23.042 0,27

4. listrik (Rp/bulan) 97.692 1,14

5. air (Rp/bulan) 10000 0,12

6. tenaga kerja luar (HOK) 1,29 35.517 1.374.508 15,99

7. potongan kavling KUNAK 273.703 3,18

C BIAYA NON TUNAI 50.861 0,59

1. penyusutan alat 50.861 0,59

D TOTAL BIAYA 8.595.320 100

E PENDAPATAN ATAS BIAYA TUNAI

4.238.394 F PENDAPATAN ATAS BIAYA

TOTAL

4.187.533

Berdasarkan Tabel 13 komponen biaya produksi terbesar yang dikeluarkan oleh peternak adalah biaya ampas tahu, sebesar 48,51 % dari keseluruhan biaya total atau sebesar Rp 4.169.364 biaya yang dikeluarkan untuk membeli pakan ampas tahu per bulan. Rata-rata peternak di lokasi penelitian menggunakan ampas tahu sebanyak 6.948,94 kilogram per bulan atau sekitar 231,63 kilogram per hari dengan rincian 18,59 kilogram per satauan ternak perhari, harga ampas tahu per kilogramnya sebesar Rp 600. Ampas tahu ini diperoleh peternak dengan cara membeli dari pabrik tahu terdekat atau dari peternak lain. Para peternak memilih untuk menggunakan ampas tahu untuk tambahan pakan bagi ternaknya karena ampas tahu dianggap dapat meningkatkan produksi susu.

Pengeluaran terbesar kedua ialah untuk pakan konsentrat yaitu sebesar 29,73 % dari biaya total atau Rp 2.555.801. Rata-rata peternak di lokasi penelitian menggunakan konsentrat sebanyak 1.252,23 kilogram per bulan atau sekitar

50

41,74 kilogram per hari dengan rincian 3,35 kilogram per satauan ternak perhari, dengan harga konsentrat per kilogramnya sebesar Rp 2.041. Konsentrat diperoleh peternak dengan cara membeli dari pihak koperasi yaitu KPS Bogor dan pabrik konsentrat yang berada di Bandung. Konsentrat yang berasal dari Bandung ini dianggap memiliki kualitas yang baik, meski harganya sedikit lebih mahal dari harga konsentrat di KPS, pihak produsen konsentrat ini akan langsung mengantarkan konsentrat ke tempat peternak.

Variabel pakan lainnya ialah hijauan, rata-rata peternak responden menggunakan pakan hijauan sebanyak 30,8 kilogram per satuan ternak sehingga peternak membutuhkan 11.513,04 kilogram hijauan per bulannya. Pada umumnya setiap peternak memiliki lahan kering untuk ditanami hijauan untuk pakan ternaknya. Tugas tenaga kerja salah satunya ialah memanen rumput gajah (hijauan) di sekitar lahan kering peternak, sehingga biaya pakan hijauan sudah termasuk dalam biaya upah tenaga kerja luar keluarga. Menurut Ako (2013), penggunaan tanaman pakan yang diproduksi sendiri perlu dimaksimumkan, karena itu usaha peternakan sapi perah sangat memerlukan lahan untuk ditanami pakan. Efisiensi produksi bergantung pada cara pemberian pakan yang ekonomis, pakan hijauan sebaiknya berasal dari tanaman sendiri, hal ini secara umum dapat menurunkan biaya pakan.

Biaya lainnya ialah biaya Inseminasi Buatan (IB), IB adalah salah satu cara untuk membuahi sapi perah betina. IB dilakukan dengan cara menyuntikan semen ke sapi yang akan dibuahi. Untuk melakukan proses IB, peternak membeli semen dari KPS, proses penyuntikan semen ini pun juga dilakukan oleh petugas kesehatan dari KPS. Rata-rata keberhasilan IB di lokasi penelitian adalah 2,3 per periode laktasi, dengan biaya sebesar Rp 25.000 per sekali IB, sehingga rata-rata biaya yang dikeluarkan peternak untuk IB ialah sebesar Rp 50.000 per tahun atau sebesar Rp 4.792 per bulan per ekor. Oleh karena itu untuk kepemilikan sapi perah sebanyak 8,42 ekor biaya IB yang dikeluarkan perbulan nya adalah sebesar Rp 40.349.

Biaya lain yang dikeluarkan peternak setiap bulannya adalah biaya iuran anggota, biaya listrik, air, upah tenaga kerja dan potongan kavling. Biaya iuran anggota didapat dari biaya yang dikeluarkan anggota sebesar Rp 10 per liter susu

51 yang dijual peternak ke KPS. Rata-rata biaya listrik yang dikeluarkan peternak di lokasi penelitian ialah sebesar Rp 97.692 per bulan. Biaya listrik ini termasuk biaya penerangan kandang dan penerangan untuk rumah peternak karena di KUNAK Cibungbulang ini terdiri dari kavling- kavling berisi rumah, lahan kering dan kandang. Para peternak membeli kavling ini dengan cara kredit, setiap bulannya rata-rata mereka harus mengeluarkan biaya untuk membayar kredit sebesar Rp 273.703 per kavling. Biaya lainnya ialah biaya untuk air sebesar Rp 10.000 per bulan, air merupakan salah satu komponen penting dalam usaha ternak sapi perah, selain untuk minum sapi, setiap harinya peternak menggunakan air untuk membersihkan kandang dan memandikan sapi. Air bersih di kawasan ini dikelola oleh pihak KPS.

Biaya lainnya ialah upah tenaga kerja (HOK), rata-rata peternak responden menggunakan tenaga kerja luar keluarga, hal ini dikarenakan para pemilik usaha ternak banyak yang berasal dari luar kawasan penelitian, sehingga mereka lebih memilih untuk meperkerjakan orang lain. Rata-rata tenaga kerja yang digunakan per satuan usaha ternak ialah sebanyak 1,29 HOK, dengan biaya tunai yang dikeluarkan untuk tenaga kerja luar keluarga per HOK adalah sebesar Rp 35.517. Penerimaan utama peternak sapi perah berasal dari produksi susu yang dihasilkan. Setiap harinya peternak reponden memperoleh hasil susu rata-rata sebanyak 76,81 liter, sehingga dalam satu bulan, rata-rata peternak dapat memperoleh susu sebanyak 2.304,17 liter, dengan harga rata-rata jika dijual ke KPS sebesar Rp 4.132 per liter. Harga ini dapat berubah-ubah sesuai dengan kualitas susu yang diperoleh peternak, rata-rata susu yang diperoleh peternak di lokasi peneliian memiliki kadar lemak sebesar 3,88 dan kadar protein sebesar 2,80. Menurut Sudono (1999) bangsa sapi Fries Hollands rata-rata menghasilkan susu dengan kadar lemak sebesar 3,45 dan kadar protein sebesar 3,15.

Penerimaan lainnya diperoleh dari hasil penjualan ternak dan penerimaan susu untuk pedet. Dalam satu tahun rata-rata terdapat tiga jenis sapi yang dijual peternak yaitu sapi afkir, pedet, dan jantan dewasa, namun tidak semua peternak melakukan penjualan ternak setiap tahunnya. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa dalam satu tahun terdapat 10 orang peternak dari total 36 peternak responden yang menjual sapi afkir, rata-rata afkir yang dijual adalah

52

ialah 1,1 ekor per tahun, dengan harga Rp 14.000.000 per ekor, sehingga penerimaan yang diperoleh peternak dari penjualan afkir adalah sebesar Rp 4.277.778 per tahun, atau sekitar Rp 356.481 per bulan. Penjualan lainnya adalah penjualan pedet, pedet merupakan anak sapi, jenis sapi ini dijual karena belum dapat menghasilkan susu dan perlu biaya besar untuk memeliharanya, namun tidak sedikit pula peternak yang memelihara pedetnya untuk dibesarkan dan diperah susunya kelak. Berdasarkan hasil wawancara terdapat 12 orang peternak dari total 36 responden yang menjual pedet, rata-rata penjualan pedet per tahun ialah 1,83 ekor per peternak, dengan harga rata-rata Rp 4.350.000 per ekor, sehingga penerimaan yang diperoleh peternak dari penjualan pedet ialah sebesar Rp 2.658.333 per tahun, atau sekitar Rp 221.528 per bulan. Ternak lainnya ialah ternak jantan dewasa, berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa dalam satu tahun terdapat 10 orang peternak dari total 36 peternak responden yang menjual sapi jantan dewasa, dengan rata-rata penjualan sebanyak 1,1 ekor jantan dewasa per peternak per tahun, dengan harga rata-rata Rp 20.000.000 per ekor, sehingga penerimaan yang diperoleh peternak dari penjualan jantan dewasa per tahun ialah sebesar Rp 6.111.111, atau sekitar Rp 509.259 per bulan, maka rata- rata penerimaan dari penjualan ternak per peternak responden per tahun ialah sebesar Rp 13.047.222 atau sebesar Rp 1.087.269 per bulan. Penerimaan lainnya berasal dari penerimaan susu untuk pedet, penerimaan ini termasuk penerimaan diperhitungkan. Rata-rata penerimaan yang diperoleh dari susu untuk pedet ialah sebesar Rp 2.174.754 per bulan.

Dari data yang ada diperoleh biaya tunai yang harus dikeluarkan peternak untuk menjalankan usaha ternak nya adalah sebesar Rp 8.544.459 per bulan, sedangkan bila biaya diperhitungkan dimasukan ke dalam pengeluaran, maka didapat biaya total sebesar Rp 8.595.320 per bulan. Dengan demikian dapat diketahui pendapatan atas biaya tunai per peternak sebesar Rp 4.238.394 per bulan dan pendapatan atas biaya total per peternak bernilai Rp 4.187.533 per bulan. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Vidiyanti (2004) di KUNAK Cibungbulang diketahui bahwa pendapatan atas biaya tunai sebesar Rp 24.849.506 per tahun atau sekitar Rp 2.070.792 per bulan dan pendapatan atas biaya total sebesar Rp 7.690.979 per tahun atau sebesar Rp 640.914 per bulan.

53 Maka dapat disimpulkan usaha ternak sapi perah di KUNAK Cibungbulang terus berkembang menjadi lebih baik.

Berdasarkan hasil hasil perhitungan diketahui bahwa pendapatan yang diterima peternak sudah menguntungkan, namun ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu 1) masih rendahnya tingkat produktivitas ternak yang dipelihara, rata-rata produktivitas per ekor sapi di lokasi penelitian adalah sebesar 10,04 liter/ekor/hari hal ini dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain tingat kuantitas dan kualitas pakan yang kurang memadai dan manajemen budidaya ternak yang masih rendah 2) harga susu per liter yang diterima peternak masih rendah oleh karena itu perlu adanya peran koperasi.

Dokumen terkait