• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi susu di tingkat peternak di Kawasan Usaha Ternak (KUNAK) Cibungbulang Bogor, dianalisis menggunakan model fungsi Cobb-Douglas yang menunjukkan hubungan matematis antara produksi susu dengan faktor produksi yang digunakan. Dalam menduga parameter pada fungsi persamaan Cobb-Douglas maka data diubah terlebih dahulu ke dalam bentuk logaritma natural (ln). Hal ini ditujukan untuk mempermudah interpretasi model. Penggunaan logaritma natural juga mengurangi perbedaan signifikan antara observasi yang bernilai besar dengan observasi yang bernilai kecil, sehingga membuat data tersebut tetap terdistribusi normal (Gujarati, 2003).

Faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap produksi susu pada usahaternak sapi perah di KUNAK Cibungbulang adalah jumlah penggunaan pakan hijauan (Kg/ekor/hari), pemberian konsentrat (Kg/ekor/hari), pemberian ampas tahu (Kg/ekor/hari), dan tenaga kerja (HOK) yang diharapkan dapat memberi penjelasan terhadap hasil produksi yaitu susu sapi (liter/ekor/hari). Faktor – faktor tersebut dianalisis untuk menghasilkan variabel apa saja yang berpengaruh nyata terhadap produksi susu dan yang tidak berpengaruh nyata terhadap besarnya jumlah produksi susu.

Analisis fungsi produksi yang dilakukan menggunakan 36 data dari 36 responden. Pengolahan data dilakukan dengan program komputer MINITAB versi 14 dengan menggunakan analisis regresi. Hasil fungsi produksi usaha ternak sapi perah KUNAK Cibungbulang ialah sebagai berikut:

dimana :

= Susu sapi perah (liter/ekor/hari) = Jumlah hijauan (kg/ekor/hari)

= Jumlah konsentrat (kg/ekor/hari) = Jumlah ampas tahu (kg/ekor/hari) = Jumlah tenaga kerja (HOK)

44

Tabel 12 Hasil Estimasi Faktor-faktor Produksi

Variabel Koefisien t-hit P-value VIF Konstanta 0,587 2,42 0,021

Ln x1 0,288 4,43 0,000* 1,7 Ln x2 0,101 3,38 0,002* 2,3 Ln x3 0,208 5,61 0,000* 1,1 Ln x4 0,067 4,45 0,000* 1,4

Keterangan: R-Sq= 87,9 % *Signifikan pada taraf nyata 5% R-Sq (adj)= 86,4 %

Hasil analisis regresi menunjukan nilai koefisien determinasi (R2) fungsi produksi dugaan sebesar 87,9 %. Nilai ini mengartikan bahwa sebesar 87,9 % keragaman dari hasil produksi mampu dijelaskan oleh faktor-faktor produksi yang terdapat dalam model, dan sisanya yaitu 12,1 % dijelaskan oleh faktor-faktor diluar model. Faktor-faktor lain di luar model yang diduga berpengaruh terhadap produksi susu adalah masa laktasi, pengaruh iklim dan cuaca, lingkungan peternak.

Hasil regresi juga menunjukan

Model fungsi Cobb-Douglas ini telah diuji asumsi klasik yaitu uji normalitas, multikolinearitas, heteroskedastisitas, dan autokorelasi. Hasil uji asumsi dapat dilihat pada lampiran 1.

Pada Tabel 12 dapat dilihat bahwa dari empat variabel bebas pada model, secara statistik variabel hijauan, konsentrat, ampas tahu dan tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap besarnya produksi susu pada taraf nyata 5%. Penjelasan variabel bebas tersebut adalah sebagai berikut:

1) Hijauan

Hipotesis hijauan diduga semakin tinggi penggunaan hijauan, maka semakin tinggi pula produksi susu yang di hasilkan. Hal ini karena hijauan merupakan pakan utama sapi perah, pakan hijauan mengandung kadar serat yang tinggi (Sudono, 1999).

Pada hasil regresi tingkat penggunaan hijauan memiliki p-value sebesar 0,000 lebih kecil dari taraf nyata 5 % maka tingkat penggunaan hijauan berpengaruh nyata terhadap produksi susu di daerah penelitian. Besar koefisien hijauan 0,288 artinya setiap peningkatan 1% pakan hijauan mampu meningkatkan produksi susu sebesar 0,288 % dengan asumsi variabel lain dianggap tetap

45 (cateris paribus). Rendahnya pengetahuan peternak tentang pengolahan pakan hijauan seperti pencacahan rumput lapang sebelum disajikan, pemilihan pakan hijauan dengan porsi daun yang lebih banyak dan porsi batang yang lebih sedikit, hijauan yang dilayukan dan perlakuan fisik lainnya pada pakan hijauan yang dapat meningkatkan produktivitas susu kurang diperhatikan. Menurut Syarif dan Harianto (2011), sebelum diberikan kepada sapi, pakan rumput segar harus dilayukan terlebih dahulu minimum selama enam jam setelah dipanen. Tujuannya untuk menghindari kembung pada sapi. Rumput juga sebaiknya dicacah terlebih dahulu agar sapi mudah memakannya dan akan meningkatkan konsumsi sapi terhadap pakan rumput.

Berdasarkan data yang diperoleh, pemberian pakan hijauan oleh peternak reponden berbeda-beda, pemberian hijauan maksimal yang dilakukan peternak responden ialah sebesar 45 kg/ekor/hari sedangkan pemberian hijauan minimal yang dilakukan peternak responden ialah sebesar 20 kg/ekor/hari, dengan rata-rata tingkat penggunaan pakan hijauan untuk sapi laktasi oleh peternak responden ialah sebesar 30,8 kg/ekor/hari. Menurut Asmaki et al. (2009) jumlah pakan hijauan yang diberikan kepada sapi perah dewasa agar dapat memproduksi susu secara maksimal ialah sekitar 10 % dari berat badan sapi.

Ketersedian pakan hijauan di lokasi penelitian masih memadai, hal ini karena setiap peternak di lokasi penelitian memiliki lahan hijauan sendiri. Ketika ketersediaan hijauan di lahan milik mereka mulai menipis, peternak bisa mendapatkan hijauan di lahan milik koperasi ataupun membeli hijauan di produsen lain.

2) Konsentrat

Hipotesis variabel konsentrat akan berbanding lurus dengan jumlah produksi susu yang dihasilkan. Hal ini karena konsentrat merupakan pakan tambahan terhadap pakan utama sapi perah, konsentrat mengandung energy dan protein yang tinggi dan serat kasar yang rendah, sehingga peningkatan pemberian pakan konsentrat akan meningkatkan produksi susu.

Berdasarkan hasil regresi variabel konsentrat memiliki p-value sebesar 0,002 lebih kecil dari taraf nyata 5 % maka jumlah pakan konsentrat yang diberikan berpengaruh nyata terhadap jumlah produksi susu. Besar koefisien

46

variabel konsentrat adalah 0,101 artinya setiap peningkatan 1 % penggunaan pakan konsentrat akan meningkatkan produksi susu sebesar 0,101 % dengan asumsi cateris paribus. Hal ini sesuai dengan hipotesis bahwa semakin tinggi tingkat pemberian pakan konsentrat maka susu yang di produksi pun semakin meningkat.

Tidak semua zat makanan dan nutrisi dapat terpenuhi dari pakan hijauan oleh karena itu perlu bahan makanan pelengkap bagi ternak yang berfungsi untuk melengkapi nutrisi yang dibutuhkan oleh ternak. Konsentrat merupakan salah satu jenis pakan pelengkap bagi ternak.

Berdasarkan hasil perhitungan analisis fungsi Cobb-Douglas diketahui bahwa pengaruh peningkatan konsentrat terhadap peningkatan produksi susu relatif kecil. Hal ini diduga karena oleh beberapa hal antara lain: 1) berdasarkan hasil pengamatan di lokasi penelitian, peternak tidak menggunakan takaran yang pasti dalam pemberian jumlah konsentrat, peternak hanya menggunakan perkiraan saja, 2) berdasarkan hasil wawancara diketahui pula bahwa terdapat beberapa peternak yang mengeluh karena kualitas konsentrat yang kurang baik.

Data yang diperoleh menunjukan bahwa pemberian pakan konsentrat oleh peternak reponden bervariasi, rata-rata tingkat penggunaan pakan konsentrat untuk sapi laktasi oleh peternak responden ialah sebesar 3,35 kg/ekor/hari, dengan pemberian konsentrat tertinggi yang dilakukan peternak responden ialah sebesar 6 kg/ekor/hari sedangkan pemberian konsentrat terendah yang dilakukan peternak responden ialah sebesar 1,23 kg/ekor/hari. Menurut Syarif dan Harianto (2011), pakan yang diberikan kepada sapi perah pada masa produksi salah satunya ialah pakan konsentrat yang memiliki kandungan protein 15 %. Rata-rata peternak di lokasi penelitian memperoleh pakan konsentrat dengan membeli di koperasi, namun ada pula peternak yang memperoleh pakan konsentrat dengan membeli dari produsen lain.

3) Ampas Tahu

Variabel ampas tahu diduga berpengaruh positif terhadap produksi susu, semakin tinggi jumlah pemberian pakan ampas tahu semakin banyak produksi susu yang dihasilkan. Ampas tahu merupakan pakan tambahan untuk sapi perah, yang memiliki kandungan protein yang tinggi bermanfaat untuk memproduksi

47 susu dan pemeliharaan jaringan tubuh. Ampas tahu berasal dari limbah pembuatan tahu yang bahan utamanya berupa kacang-kacangan sehingga memiliki kandungan protein yang baik untuk sapi perah.

Hasil regresi variabel ampas tahu memiliki p-value sebesar 0.000 lebih kecil dari taraf nyata 5 %, hal ini menyatakan bahwa variabel ampas tahu berpengaruh nyata terhadap jumlah produksi susu. Besar koefisien ampas tahu sebesar 0,208 , artinya setiap 1 % peningkatan penggunaan pakan ampas tahu mampu meningkatkan produksi susu sebesar 0,208 % dengan asumsi variabel lain dianggap tetap (cateris paribus). Hasil ini sesuai dengan hipotesis, yaitu semakin tinggi penggunaan ampas tahu maka produksi susu akan semakin tinggi.

Pemberian pakan ampas tahu oleh peternak reponden bervariasi, dari data yang diperoleh menunjukan bahwa rata-rata tingkat penggunaan pakan ampas tahu untuk sapi laktasi oleh peternak responden adalah sebesar 18,59 kg/ekor/hari, dengan pemberian ampas tahu tertinggi yang dilakukan peternak responden adalah sebesar 27,27 kg/ekor/hari sedangkan pemberian konsentrat terendah yang dilakukan peternak responden adalah sebesar 7,27 kg/ekor/hari. Menurut Syarif dan Harianto (2011), penggunaan pakan ampas tahu pada sapi perah pada masa produksi adalah sekitar 10 kg/ekor/hari, menurutnya pemberian ampas tahu penting untuk mempertahankan kestabilan produksi susu.

Rata-rata peternak reponden memperoleh pakan ampas tahu dengan membelinya dari pihak swasta. Terkadang kebutuhan ternak akan ampas tahu ini tidak terpenuhi karena adanya keterbatasan produksi ampas tahu. Keterbatasan ketersediaan ampas tahu ini menyebabkan peternak untuk sementara menghentikan pemberian ampas tahu sebagai pakan ternaknya, hal ini biasanya berakibat pada turunya produksi susu yang dihasilkan ternak.

4) Tenaga Kerja

Tenaga kerja diduga berbanding lurus dengan jumlah susu yang dihasilkan ternak, karena semakin banyak jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan maka akan mempermudah perawatan ternak sehingga ternak akan lebih terawat dan jumlah susu yang dihasilkan pun semakin tinggi. Berdasarkan hasil perhitungan fungsi produksi, tenaga kerja memiliki p-value sebesar 0,000 lebih kecil dari taraf nyata 5 %, maka variabel tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap jumlah susu yang dihasilkan ternak pada taraf nyata 5 %. Besar koefisien tenaga kerja sebesar

48

0,0669 , artinya setiap 1 % peningkatan HOK mampu meningkatkan produksi susu sebesar 0,0669 % dengan asumsi variabel lain dianggap tetap (cateris paribus). Hasil ini sesuai dengan hipotesis, yaitu semakin tinggi tingkat penggunaan HOK maka produksi susu akan semakin tinggi, namun dari hasil perhitungan diketahui bahwa besar koefisien tenaga kerja masih tergolong rendah, hal ini diduga karena tenaga kerja tidak berpengaruh langsung terhadap produksi susu.

Tenaga kerja yang digunakan di lokasi penelitian, rata-rata adalah tenaga kerja luar keluarga. Peternak sepenuhnya memberikan kepercayaan kepada tenaga kerja luar keluarga untuk merawat ternaknya dari mulai kegiatan memberikan pakan, memandikan ternak, mencari rumput, memerah, hingga menganatarkan susu ke koperasi, tetapi ada juga peternak yang menangani usahaternak sendiri.

Tenaga kerja merupakan faktor penting dalam produksi karena berkaitan dengan tatalaksana pemeliharaan dan penanganan ternak. Seperti dalam proses pemerahan. Pada proses pemerahan sapi memerlukan penanganan khusus. Menurut Ako (2013), sapi perah lebih suka diperah secara teratur oleh pemerah yang sama. Dengan sIstem pemerahan tangan, pergantian pemerah dapat menyebabkan stress dan berujung pada menurunnya produksi susu.

Dokumen terkait