• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis model bioekonomi merupakan kajian terhadap sumberdaya udang dari aspek biologi dan aspek ekonomi dengan tujuan memaksimumkan manfaat ekonomi dengan kendala aspek biologi. Pada perikanan udang perlu

dilakukan standardisasi upaya agar dapat menggambarkan upaya secara satu kesatuan unit, yakni unit jaring udang. Dari hasil standardisasi upaya dan produksi aktual, kemudian dianalisis guna memperoleh fungsi hasil tangkap lestari, tingkat degradasi atau depresiasi dan nilai optimal dari parameter : stock udang, hasil tangkap, upaya (effort) dan rente ekonominya pada kondisi maximum sustainable yield (MSY), open access (OA), maximum economic yield (MEY) dan system dinamik.

Proses standardisasi dilakukan dengan maksud agar dapat diketahui besaran upaya (effort) secara satu kesatuan unit, yakni unit jaring udang. Diketahui bahwa unit jaring udang meliputi alat tangkap dogol, trammel net dan jaring klitik. Alat tangkap yang dijadikan standar adalah alat tangkap yang memiliki daya tangkap tertinggi dalam menangkap udang, yakni alat tangkap dogol.

Ui

Estd = --- ………... (37) Ustd

dimana : Estd = effort standard

Ui = catch per unit effort (CPUE) alat tangkap ke – i Ustd = CPUE alat tangkap yang dijadikan standar

Pendugaan parameter model bioekonomi dimulai dengan menduga terhadap parameter biologi, yaitu : konstanta daya dukung perairan (K), konstanta pertumbuhan alami (r) dan konstanta daya tangkap (q). Untuk menduga parameter – parameter K, r dan q digunakan metode Algoritma Fox sebagai berikut :

q = geomean ׀ ln (x/y)/z ׀

x = (z/CPUEt) + 1/b ……..……….. (38) y = (z/CPUEt+1) + 1/b

z = – (a/b) – {( CPUEt + CPUEt+1)/2}

K = a/q ………..……….. (39)

R = Kq2/b ……… (40)

Koefisien a dan b diperoleh melalui pendugaan dengan melakukan regresi sederhana antara CPUE dan effort.

Parameter biaya penangkapan per upaya penangkapan ( c ) dihitung dari rata – rata biaya penangkapan total responden nelayan jaring udang di wilayah

penelitian. Biaya penangkapan meliputi biaya tetap dan biaya operasi per tahun. Biaya penangkapan rata – rata dihitung dengan menggunakan rumus rata – rata aritmatika sebagai berikut : B = ∑ Bi/n ……… (41) dimana : B = biaya penangkapan rata – rata

n = jumlah responden

Bi = biaya penangkapan responden ke – i

Variabel harga udang (p) ditentukan berdasarkan rata – rata harga per bulan selama periode penelitian (Maret 2006 s/d Maret 2007), yaitu :

p = ∑ pi/n ……….… (42) dimana : p = harga udang rata – rata per bulan (Rp/kg)

n = jumlah bulan

pi = harga udang di bulan ke – i

Data biaya penangkapan haruslah diubah terlebih dahulu kedalam nilai riil, kemudian disesuaikan dengan indeks harga konsumen (consumer price index) tahunan dari BPS untuk mendapatkan nilai biaya series tahunan. Konversi ke nilai riil (baik terhadap harga maupun biaya) dimaksudkan agar dapat menghilangkan pengaruh inflasi melalui teknik berikut ini :

crt = (cnt/IHK) x 100 ……….. (43) dimana : crt = biaya riil pada tahun t

cnt = biaya nominal pada tahun t

IHK = indeks harga konsumen pada tahun t Adapun nilai biaya series tahunan adalah sebagai berikut :

ct = (IHKt/IHKstd) x cstd ……….. (44) dimana : ct = biaya riil pada tahun t

cstd = biaya nominal pada tahun standar

IHKstd = indeks harga konsumen pada tahun standar IHKt = indeks harga konsumen pada tahun t

Tahap selanjutnya adalah proses penghitungan kondisi optimalisasi pemanfaatan sumberdaya udang, yakni terhadap parameter : (i) kondisi stok sumberdaya udang, (ii) kondisi produksi hasil tangkapan, (iii) kondisi upaya penangkapan (effort) dan (iv) kondisi rente ekonominya pada kondisi MSY (maximum sustainable yield) dan kondisi OA (open access). Pada kondisi MSY pemanfaatan sumberdaya udang lebih diperhatikan terhadap keamanan aspek biologinya, sedangkan pada kondisi OA pemanfaatan sumberdaya udang lebih diperhatikan pada kekhawatirannya terhadap status pemanfaatan sumberdaya udang yang mana semua pihak dibolehkan memanfaatkannya.

Langkah selanjutnya adalah proses penghitungan kondisi optimalisasi pemanfaatan sumberdaya udang pada kondisi statis MEY (maximum economic yield). Dari hasil penghitungan kondisi optimalisasi MEY kemudian dibandingkan dengan kondisi MSY dan OA. Hasil perbandingan tersebut sudah cukup dapat digunakan oleh pengambil kebijakan pengelolaan sumberdaya udang dalam penetapan kondisi mana yang diinginkannya, namun penggambaran kondisi optimal pemanfaatan sumberdaya udang tersebut masih dalam kondisi statis.

Apabila parameter ekonomi dimasukkan pada proses penghitungan kondisi optimalisasi pemanfaatan sumberdaya udang, maka status statisnya berubah menjadi dinamis. Kedinamisan tersebut disebabkan karena berubahnya discount rate (tingkat diskon) yang terjadi di masyarakat. Perubahan discount rate (tingkat diskon) lebih disebabkan karena adanya perubahan variabel – variabel ekonomi baik lokal, nasional maupun global.

Proses penghitungan matematis terhadap nilai optimal statis maupun dinamis dapat dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak excel. Pada penggunaan perangkat lunak excel, secara otomatis tidak dilakukan uji stasioner Dickey Fuller seperti halnya pada penggunaan perangkat lunak Shazam. Digunakannya perangkat lunak excel dikarenakan faktor kemudahan dan data runtut waktu yang dianalisis given dari data-data sekunder. Penghitungan terhadap kebutuhan analisis statistiknya dapat dilakukan dengan perangkat lunak minitab.

Penghitungan matematis terhadap nilai optimal statis maupun dinamis didekati dengan menggunakan metode surplus produksi seperti dapat dilihat berikut ini.

dx/dt = F (x) = rx (1 – x/K) ……… (45) dimana : dx/dt = F (x) = perubahan stok ikan (fungsi pertumbuhan stok ikan)

x = stok ikan

r = laju pertumbuhan intrinsik ikan K = kapasitas daya dukung perairan Aktivitas penangkapan ikan pada dasarnya merupakan :

H = q x E ……….… (46) dimana : H = hasil tangkapan

q = koefisien daya tangkap x = stok ikan

Dengan adanya aktivitas penangkapan seperti tersebut di atas, maka perubahan stok ikan menjadi :

dx/dt = F (x) = rx (1 – x/K) – H ……… (47) Persamaan (47) memberikan pemahaman bahwa terdapat 3 (tiga) kondisi stok ikan (Hartwick dan Olewiler 1998), yakni sebagai berikut :

(1) F (x) – H < 0 ; terjadi exces harvest (stok ikan akan segera punah bila penangkapan tidak dibatasi dan dikontrol). (2) F (x) – H = 0 ; terjadi keseimbangan statis pada titik yang tidak

stabil (glitch point atau MSY).

(3) F (x) – H > 0 ; stok ikan ditangkap pada posisi di sebelah kiri glitch point atau MSY yang akan menyebabkan ketidakstabilan karena ikan yang ditangkap masih berukuran kecil. Kestabilan akan terjadi bila penangkapan ikan berada di sebelah kanan glitch point atau MSY karena ukuran ikan yang ditangkap sudah besar, namun dengan kondisi yang mana F (x) – H belum negatip.

Bila kondisi keseimbangan ekologi diasumsikan sama dengan nol, maka dx/dt = 0 dan nilai stok ikan dapat dinyatakan dengan persamaan berikut : X = K { 1 – (q/r) E} ……… (48) Bila persamaan (48) disubstitusi ke persamaan (46), maka akan diperoleh fungsi upaya hasil tangkap (yield effort curve) atau fungsi produksi lestari sebagai berikut :

H = KqE – (q2K/r) E2 ………….……….……. (49) H/E = Kq – (q2K/r) E ……….. (50)

U = α – β E ……… (51)

dimana : U = H/E = CPUE

α = Kq ………. (52)

β = Kq2/r ……… (53) Variabel U dan E dapat diperoleh melalui teknik regresi data time series, sehingga nilai koefisien α dan β dapat diketahui. Koefisien α dan β identik dengan a dan b pada perolehan proses algoritma fox. Bila α = Kq dan β = Kq2/r masing – masing disubstitusi pada fungsi produksi lestari (49), maka diperoleh fungsi produksi lestari dalam bentuk kuadrat, yaitu :

Nilai MSY dapat diperoleh dari menurunkan fungsi yield effort tersebut terhadap effort yang dibuat sama dengan nol (nilai maksimum), yaitu :

∂H/∂E = α – 2 β E = 0

α = 2 β E, sehingga diperoleh :

EMSY = α / 2 β = Kqr/2Kq2 = r/2q ……….………. (55) Nilai tingkat produksi lestari (HMSY) dapat diperoleh dengan mensubstitusi EMSY

pada persamaan (54), yaitu :

HMSY = α (α/2β) – β (α2/4β2) = Kr/4 ……….. (56) Keadaan stok udang pada kondisi MSY dapat diperoleh dengan mensubstitusi EMSY pada persamaan (48), yaitu :

XMSY = K { 1 – (q/r) α /2β } XMSY = K { 1 – (q/r) Kqr/2Kq2 }

XMSY = K/2 ……… (57) Bila kondisi lestari telah diketahui, maka perlu diketahui pula kondisi OA, MEY dan kondisi optimal dinamic sebagai pembanding dalam analisis pemanfaatan sumberdaya udang di wilayah penelitian.

Kondisi maximum economic yield (MEY) dapat diketahui melalui kalkulasi persamaan – persamaan berikut ini :

(1) Persamaan rente sumberdaya π = pHt – ctEt

Bila persamaan (54) dimasukkan pada persamaan π = pHt - ctEt , maka akan diperoleh π = p (αE – βE2) – ctEt . Nilai MEY diperoleh dengan menderivatifkan persamaan π = p (αE – βE2) – ctEt terhadap variabel E dan dibuat sama dengan nol, sehingga diperoleh :

∂π/∂E = pα – 2p β E – ct = 0 EMEY = (pα – ct)/2 p β EMEY = r(pqK – c)/2 Kpq2

EMEY = r/2q (1 – c/Kpq) ……….. (58) (2) Bila diasumsikan keseimbangan lestari F(x) = Ht , kemudian dengan

mensubstitusikan persamaan (45), F(x) dan H/qx kedalam persamaan rente sumberdaya, maka dengan menderivatifkannya terhadap variabel x dan dibuat sama dengan nol, maka diperoleh :

π = prx (1 – x/K) – crx/qx (1 – x/K) = (p – c/qx) rx (1 – x/K)

= prx – prx2/K – crx/qx + cx2/Kqx

(3) Bila kedua persamaan (58) dan (59) dimasukkan pada persamaan (46), maka akan diperoleh :

H = q XMEY EMEY

H = q K/2 (1 + c/Kpq) r/2q (1 – c/Kpq)

HMEY = rK/4 (1 + c/Kpq) (1 – c/Kpq) ….………... (60) Kondisi open access (OA) dapat diketahui melalui kalkulasi persamaan – persamaan berikut ini :

(1) Dalam kondisi open access (OA), maka π = 0. Oleh karenanya maka : Prx (1 – x/K) = crx/qx (1 – x/K)

XOA = c/pq ……….. (61)

(2) Dengan mensubstitusikan persamaan (61) kedalam persamaan (45), maka akan diperoleh :

HOA = F (x) = rxOA (1 – xOA/K)

HOA = rc/pq (1 – c/Kpq) ……… (62)

(3) Bila telah diketahui EOA = HOA/qxOA, maka : EOA = { rc/pq (1 – c/Kpq) } / { qc/pq }

EOA = r/q (1 – c/Kpq) ……….………. (63)

Kondisi optimal dinamik menggambarkan situasi bahwa stok udang dapat dianggap sebagai capital yang memiliki dua manfaat, yakni dapat dipanen saat kini atau dapat dipanen pada masa yang akan datang (berperan sebagai investa- si). Manfaat kini dan yang akan datang melibatkan adanya penggunaan discount rate. Conrad (1999) mengemukakan adanya the fundamental equation of renewable resources sebagai berikut :

∂F/∂x + (∂π/∂x)/ (∂π/∂h) = δ ……… (64) dan F (x) = h ………. (65) Telah diketahui bahwa :

∂F/∂x = r (1 – 2x/K) ……….. (66) ∂π/∂x = ch/qx2 ……….. (67) ∂π/∂h = (p – c/qx) ……….. (68) Dengan mensubstitusi persamaan (66), (67) dan (68) kedalam persamaan (64), maka diperoleh :

r (1 – 2x/K) + (ch/qx2)/(p – c/qx) = δ ch = δ – r (1 – 2x/K) qx2(p – c/qx)

h = x/c (pqx – c) { δ – r (1 – 2x/K)} ……….. (69) h = Ф (X) merupakan sebuah kurva yang bergantung pada semua parameter bioekonomi, yaitu : K, q, r, p, c dan δ.

Dengan mensubstitusi fungsi pertumbuhan F (x) = rx (1 – x/K) kedalam persamaan (69) diatas, maka diperoleh kondisi optimal dari stok udang, tingkat panen dan besarnya tingkat effort, yaitu :

rx (1 – x/K) = x/c (pqx – c) { δ – r (1 – 2x/K)}

xOD = K/4 {(c/Kpq + 1 – δ/r) + √{(c/Kpq + 1 – δ/r)2+ (8cδ/Kpqr)} ….… (70)

hOD = rxOD (1 – xOD/K) ……… (71)

EOD = hOD/qxOD ……….. (72)

3.5.2 Analisis investasi unit penangkapan jaring udang

Dalam kasus kegiatan perikanan unit penangkapan jaring udang di wilayah pesisir Cirebon, investasi diasumsikan memiliki sifat irreversible. Hal ini dimung-kinkan karena jarang terjadi transaksi jual – beli kapal ikan berikut perangkat penangkapannya, sehingga dalam kasus ini analisis investasi terhadap unit penangkapan jaring udang dapat mengacu pada diagram kontrol seperti tampak sebagai berikut :

Fishing Capacity (E) L R3 σ1 Q R2 σ2 R1 E Biomas X X*var X*total

Gambar 8 Diagram kontrol umpan balik untuk kasus modal yang irreversible.

R1 : investasi dapat dilakukan pada tingkat yang maksimum,

R2 : jangan dilakukan investasi, karena perikanan berada dalam kapasitas penuh, R3 : jangan dilakukan investasi atau menangkap ikan

LQ : hasil tangkapan lestari sementara, E : keseimbangan jangka panjang (Clark 1985)

3.5.3 Analisis pemanfaatan pusat – pusat pendaratan armada jaring udang di wilayah Kabupaten Cirebon

Analisis strategi pengelolaan pelabuhan perikanan di wilayah Cirebon terkait dengan pelaksanaan kegiatan usaha penangkapan udang yang melibatkan berbagai unit alat tangkap jaring udang menggunakan matrix analisis SWOT. Analisis ini didasarkan pada logika yang mengupayakan memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan mengupayakan meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (treaths).

Tabel 4 Matriks analisis SWOT Faktor Internal Faktor Eksternal Kekuatan Strengths (S) Kelemahan Weaknesses (W) Strategi SO Strategi WO Peluang Opportunities (O)

Menyusun strategi dengan menggunakan kekuatan internal untuk

memperoleh keuntungan (manfaat) dari peluang yang ada.

Menyusun strategi untuk memperoleh keuntungan (manfaat) dari peluang yang ada dalam menga-tasi kelemahan internal.

Strategi ST Strategi WT

Ancaman Treaths (T)

Menyusun strategi dengan memanfaatkan kekuatan yang ada untuk

menghindari ancaman.

Menyusun strategi de-ngan cara meminimalkan kelemahan dan menghin-dari ancaman

Dokumen terkait