• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Keterbukaan Perdagangan terhadap Pertumbuhan Ekonom

LAPANGAN USAHA 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009

5.2. Analisis Pengaruh Keterbukaan Perdagangan terhadap Pertumbuhan Ekonom

Setelah semua asumsi telah terpenuhi, langkah selanjutnya adalah menguji validitas model pengaruh ekspor riil, impor riil, nilai tukar riil, TPAK dan dummy krisis terhadap pertumbuhan ekonomi, dilakukan serangkaian uji antara lain :

A. Uji F

Berdasarkan hasil penghitungan didapatkan nilai Fstastistik sebesar 15,91057,

dengan nilai prob(Fstatistik) sebesar 0,000000. Dengan demikian diperoleh

kesimpulan bahwa variabel ekspor riil, impor riil, nilai tukar riil, TPAK dan dummy krisis secara simultan berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, karena nilai F-hitung > F-tabel sehingga kita menolak H0. Hal ini diperkuat dengan nilai prob (Fstatistik) sebesar 0,000000 (Tabel 5.4).

Tabel 5.4 Nilai Statistik Model Pengaruh Ekspor Riil, Impor Riil, Nilai Tukar Riil, TPAK dan Dummy Krisis terhadap pertumbuhan ekonomi.

R-squared 0,694464 F-statistic 15,91057

Adjusted R-squared 0,650816 Prob(F-statistic) 0,000000

B. Koefisien Determinasi (R2)

Model pengaruh keterbukaan perdagangan yang terdiri dari variabel ekspor riil, impor riil, nilai tukar riil, TPAK dan dummy krisis sebagai variabel independen dalam penelitian ini memiliki R2 sebesar 0,694464, yang berarti

model mampu menjelaskan variabel pertumbuhan ekonomi sebesar 69,45 persen (Tabel 5.4).

C. Uji t

Dengan tingkat kepercayaan 95 persen, dari kelima variabel independen hanya variabel ekpor riil, TPAK dan dummy krisis yang berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Tabel 5.5 Hasil Estimasi Persamaan Pengaruh Ekspor Riil, Impor Riil, Nilai Tukar Riil, TPAK dan Dummy Krisis terhadap Pertumbuhan Ekonomi.

Variable Independen

Variabel dependen : PDRB ADHK 2000 (Juta Rp)

Koefisien Nilai Statistik t Prob.

(1) (2) (3) (4)

Konstanta -3,218073 -0,741626 0,4633

Log Ekspor Riil (Juta Rp) 0,387074 7,087292 0,0000 Log Impor Riil (juta Rp) -0,092043 -0,785257 0,4376 Log Nilai Tukar Riil (Rp) 0,110989 0,749949 0,4583

Log TPAK (persen) 3,031273 2,966864 0,0054

Dummy Krisis 0,231057 4,599158 0,0001

Model dari persamaan pengaruh keterbukaan perdagangan yang terdiri dari variabel ekspor riil, impor riil, nilai tukar riil, TPAK dan dummy krisis mempunyai nilai R2 sebesar 0,694464 yang berarti model mampu menjelaskan variabel pertumbuhan ekonomi sebesar 69,45 persen (Tabel 5.4). Hal ini berarti keterbukaan perdagangan yang terjadi di Provinsi Papua mampu mendorong pertumbuhan ekonomi Papua. Dengan demikian Papua dapat dikategorikan sebagai daerah berkarakteristik Export Led Growth.

67

Sedangkan pada masing-masing variabel independen yang signifikan dapat diinterpretasikan sebagai berikut :

1. Variabel ekspor riil dengan tingkat elastisitas sebesar 0,38 artinya dengan asumsi ceteris paribus setiap kenaikan ekspor sebesar satu persen akan meningkatkan PDRB Papua sebesar 0,38 persen (Tabel 5.5).

2. Variabel TPAK dengan tingkat elastisitas sebesar 3,03 artinya dengan asumsi ceteris paribus setiap kenaikan TPAK sebesar satu persen akan meningkatkan PDRB Papua sebesar 3,03 persen (Tabel 5.5).

3. Variabel dummy krisis yang pengaruhnya signifikan artinya dengan asumsi ceteris paribus krisis global yang terjadi pada tahun 2008 berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Papua (Tabel 5.5).

Dari ketiga variabel yang signifikan, TPAK mempunyai koefisien tertinggi yaitu sebesar 3,03. Hubungan yang positif dan tingginya koefiisien tersebut mengindikasikan bahwa peran tenaga kerja dalam pertumbuhan ekonomi Papua masih sangat tinggi. Selain itu, hal juga mengindikasikan bahwa kegiatan ekonomi Papua masih bersifat padat karya.

Sesuai dengan teori pertumbuhan neoklasik Solow, untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dapat dilakukan dengan cara meningkatkan jumlah tenaga kerja. Akan tetapi untuk menjaga pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, peningkatan jumlah tenaga kerja ini harus diikuti dengan peningkatan modal, karena peningkatan tenaga kerja bersifat deminishing return apabila berjalan sendiri.

Variabel kedua yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi Papua adalah ekspor. Tingginya kontribusi sektor pertambangan dan penggalian dalam struktur ekonomi Papua serta dominasi konsentrat tembaga (yang merupakan hasil dari pertambangan dan penggalian) dalam ekspor Papua memperkuat bukti bahwa ekspor Papua mampu mendorong pertumbuhan ekonominya.

Sesuai dengan teori keunggulan absolut, untuk dapat memperoleh keuntungan yang lebih besar dalam perdagangan, hendaknya Papua melakukan spesisalisasi dalam memproduksi komoditi yang manjadi keunggulan absolutnya. Kekayaan Papua yang berupa konsentrat tembaga, kayu dan ikan dapat dijadikan sebagai keunggulan absolut Papua. Dengan demikian untuk dapat memperoleh keuntungan dalam perdagangan, Papua harus melakukan spesialisasi dalam produksi konsentrat tembaga, kayu dan ikan.

Walaupun jumlah konsentrat tembaga yang dimiliki Papua sangat banyak, akan tetapi karena sifat tembaga dan emas tidak dapat diperbaharui, maka dalam spesialisasi jangka panjang, hendaknya lebih diprioritaskan pada kayu dan ikan. Sedangkan jangka pendek, untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi dapat dilakukan dengan cara meningkatkan produksi dan ekspor konsentrat tembaga. Dengan strategi pengelolaan keunggulan absolut ini, pertumbuhan ekonomi Papua yang berkelanjutan akan dapat terjaga.

Untuk mendukung proses spesialisasi komoditi ekspor, strategi export promotion juga harus diterapkan, sehingga keuntungan yang didapatkan bisa maksimal. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam strategi export promotion adalah mengurangi pajak perusahaan; memberikan bantuan modal sehingga dapat

69

meningkatkan produksi dan menyerap lebih banyak tenaga kerja; memberikan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan dan kreativitas produksi; serta mempermudah proses perizinan ekspor.

Variabel ketiga yang signifikan adalah dummy krisis. Dummy krisis dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh krisis terhadap pertumbuhan ekonomi Papua. Berdasarkan hasil pengujian didapatkan bahwa krisi global 2008 berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Papua.

Variabel impor, walaupun dalam pengujian statistik tidak signifikan, akan tetapi apabila dilihat dari arah hubungannya yang negatif terhadap pertumbuhan ekonomi, hal ini menunjukkan bahwa semakin besar impor makan pertumbuhan ekonomi akan semakin menurun. Sedangkan variabel nilai tukar yang hubungannya positif menunjukkan bahwa apabila nilai tukar melemah (nilai nominalnya semakin besar) maka pertumbuhan ekonomi semakin tinggi.

Hubungan nilai tukar ini dapat dijelaskan melalui mekanisme perdagangan sebagai berikut, apabila nilai tukar melemah maka harga komoditi ekspor di pasar internasional semakin murah. Karena harga komoditi murah, maka akan meningkatkan jumlah permintaan komoditi tersebut. Sehingga jumlah penjualan komoditi tersebut akan meningkat. Dengan meningkatnya penjualan maka keuntungan yang diperoleh semakin besar. Keuntungan tersebut akan terakumulasi dalam PRDB, sehingga nilai pertumbuhan ekonomi semakin besar.

6.1.Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang diuraikan di atas yaitu :

1. Dalam struktur ekonomi Papua, sektor pertambangan dan penggalian memegang peran yang sangat penting. Hal ini terlihat dari tingginya kontribusi sektor pertambangan dan penggalian terhadap PDRB yang nilainya lebih dari 57,53 persen selama periode 2000-2010. Selain itu, fluktuatifnya laju pertumbuhan ekonomi Papua selama sebelas tahun terakhir ini tidak lepas dari pengaruh produksi sektor pertambangan dan penggalian yang berfluktuasi.

2. Ekspor luar negeri Papua selama tahun 2000-2010 didominasi oleh komoditi konsentrat tembaga. Pangsa ekspor luar negeri Papua yang utama adalah Jepang dan Spanyol.

3. Impor luar negeri Papua yang terbanyak adalah golongan mesin- mesin/pesawat mekanik dan golongan bahan bakar mineral. Pangsa impor luar negeri Papua yang utama adalah Singapura, Australia dan Amerika. 4. Ekspor, impor, nilai tukar, tingkat partisipasi angkatan kerja dan dummy krisis

secara simultan berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Papua. Model persamaan pengaruh keterbukaan perdagangan mampu menjelaskan pertumbuhan ekonomi sebesar 69,45 persen.

71

5. Sedangkan secara parsial, hanya tingkat partisipasi angkatan kerja, ekspor dan dummy krisis yang berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Papua. Elastisitas tingkat pertisipasi angkatan kerja terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 3,03, sedangkan ekspor sebesar 0,38.

6. Besarnya pengaruh keterbukaan perdagangan terhadap pertumbuhan ekonomi Papua, maka wilayah Papua dapat dikategorikan sebagai daerah berkarakteristik Export Led Growth. Artinya ekspor Papua merupakan penggerak laju pertumbuhan Ekonomi Papua.

6.2.Saran

Setelah diketahui bahwa Papua berkarakteristik Export Led Growth dan kegiatan ekonominya bersifat padat karya, maka hendaknya pemerintah Papua lebih memperhatikan perkembangan sektor-sektor komoditi ekspor dan sektor- sektor yang banyak menyerap tenaga kerja. Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh pemerintah Provinsi Papua dalam meningkatkan pertumbuhan ekononomi Papua adalah sebagai berikut :

1. Dalam jangka pendek, pemerintah Provinsi Papua hendaknya berupaya untuk melakukan spesialisasi dalam produksi dan ekspor konsentrat tembaga. Hal ini dilakukan karena konsentrat tembaga adalah keunggulan absolut Papua dalam perdagangan.

2. Dalam jangka panjang, spesialisasi produksi dan ekspor hendaknya ditujukan pada komoditi kayu dan ikan karena kedua komoditi ini dapat diperbaharui.

3. Pemerintah Provinsi Papua hendaknya juga berupaya untuk meningkatkan penyerapan tenaga kerja pada sektor-sektor komoditi ekspor. Dalam sektor pertambangan, pemerintah Provinsi Papua dapat membuat peraturan daerah yang mengharuskan perusahaan pertambangan untuk lebih menggunakan tenaga kerja lebih banyak.

4. Dalam sektor pertanian khususnya sub sektor kehutanan, pemerintah Provinsi Papua hendaknya memberikan bantuan berupa modal dan pelatihan untuk mengolah kayu menjadi barang setengah jadi atau barang jadi, sehingga nilai jualnya menjadi lebih tinggi. Selain itu, pemerintah Provinsi Papua juga harus ketat dalam pengawasan penebangan kayu. Hal ini perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya penggundulan hutan yang tidak terkendali.

5. Dalam sektor pertanian khususnya sub sektor perikanan, pemerintah Provinsi Papua hendaknya memberikan bantuan kredit lunak kepada nelayan berupa kredit sarana produksi nelayan seperti ketinting, jaring, coolbox dan lainnya, sehingga dapat meningkatkan ekspor di sektor perikanan.

6. Untuk menunjang lancarnya proses ekspor, hendaknya dilakukan peningkatan sarana dan prasarana infrastruktur pelabuhan, jalan raya, listrik serta lainnya yang mendukung ekspor. Dengan sarana dan prasarana yang memadai maka biaya ekspor impor dapat lebih murah dan proses ekspor impor menjadi lebih lancar.

PENGARUH KETERBUKAAN PERDAGANGAN

Dokumen terkait