• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Beberapa Studi Terdahulu

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

DAFTAR LAMPIRAN

2.1. Tinjauan Pustaka

2.1.4. Tinjauan Beberapa Studi Terdahulu

Keong, Yusop, dan Sen pada tahun 2005 melakukan penelitian dengan

mengambil judul “Export-Led Growth Hypothesis in Malaysia : An Investigation Using Bound Test”. Dengan menggunakan data agregat Malaysia tahun 1960 sampai dengan 2001 meliputi GDP, Ekspor, Impor, Nilai Tukar Riil dan Angkatan

18

kerja, melakukan Test Perikatan (Bounds Test) dengan metode Autoregressive Distribution Leg, membuktikan bahwa perekonomian negara Malaysia mendukung export led growth.

Oiconta (2006) melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Ekspor dan Output Nasional di Indonesia : Periode 1980–2004 Kajian Tentang Kausalitas dan

Kointegrasi”. Analisis yang digunakan adalah Uji Kausalitas Greger, dengan

mengunakan data output nasional (GDP) dan Ekspor agregat Indonesia tahun 1980 sampai 2004 dalam data kuartalan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam periode analisis secara keseluruhan diperoleh hubungan pengaruh GDP terhadap ekspor dan pengaruh ekspor terhadap GPD. Sedangkan untuk periode flexible exchange rate regime (setelah tahun 1998) diperoleh hubungan hanya pengaruh GDP terhadap ekspor.

Salomo (2007) melakukan penelitian dengan judul “Peranan Perdagangan

Internasional Sebagai Salah Satu Sumber Pertumbuhan Ekonomi Indonesia”. Data

yang digunakan adalah data agreagat Indonesia tahun 1980 sampai 2006 meliputi Pendapatan Domestik Bruto, Ekspor Riil, Impor Riil, Nilai Tukar Riil Rupiah terhadap Dolar, Jumlah Pekerja dan Krisis yang melanda Indonesia, dengan metode Bound Testing Cointegration pendekatan ARDL (Autoregressive Distributed Leg) menghasilkan sebuah kesimpulan bahwa dalam jangka panjang ekspor riil, impor riil, nilai tukar riil, jumlah pekerja dan krisis berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Miankhel (2009) melakukan penelitian dengan judul “Foreign Direct Investment, Exports, and Economic Growth in South Asia and Selected Emerging

”.

Vector Auto Regressive untuk Multivariate. Penelitian ini mengenai keterkaitan Penanaman Modal Asing (PMA), ekspor, dan pertumbuhan ekonomi di enam negara berkembang yang memiliki tahap pertumbuhan berbeda-beda, yaitu India dan Pakistan di Asia Selatan, Malaysia dan Thailand di Asia Tenggara, serta Meksiko dan Chili di Amerika Latin.

Hasil penelitiannya mendukung hipotesis bahwa ekspor akan mendorong pertumbuhan ekonomi (export led growth), khususnya di Asia Selatan. Dalam jangka panjang pertumbuhan ekonomi akan mendorong perkembangan variabel- variabel lainnya, yaitu mendorong ekspor di Pakistan dan mendorong PMA di India. Hubungan yang berbeda terlihat dalam jangka pendek di Amerika Latin, yaitu PMA memengaruhi pertumbuhan melalui ekspor di Chili dan PMA memengaruhi pertumbuhan secara langsung di Meksiko. Ekspor memengaruhi pertumbuhan dan PMA di kedua negara tersebut dalam jangka panjang. Sementara itu, untuk kasus di Asia Tenggara ditemukan hubungan kausalitas dua arah antara PDB dengan PMA di Thailand, dan sebaliknya keduanya tidak memiliki hubungan sebab-akibat di Malaysia.

Santoso (2010) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Perdagangan

Luar Negeri terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia”. Penelitian ini

menggunakan data tahun 1994–2008 meliputi Pertumbuhan Ekonomi, Impor Barang Modal, Ekspor, Investasi, Tenaga kerja dan Kurs Valutas Asing, dengan metode regresi linier berganda mendapatkan kesimpulan bahwa secara simultan variabel impor barang modal, ekspor, investasi, tenaga kerja dan valutas asing

20

berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Akan tetapi secara parsial variabel impor barang modal, ekspor, investasi, tenaga kerja dan kurs valuta asing tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Maryen (2006) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Sektor-

Sektor Potensial Perekonomian Provinsi Papua”. Penelitian ini menggunakan data PDRB Provinsi Papua dan PDB Nasional periode 1999-2003, dengan alat analisis Location Quotient dan Shift-Share Klasik mendapatkan kesimpulan bahwa sektor pertambangan dan penggalian dapat dikategorikan sebagai sektor basis secara konsisten setiap tahunnya selama periode penelitian. Sementara sektor pertanian sub sektor kehutanan dan perikanan baru masuk kategori basis pada tahun 2001.

Berbeda dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini bermaksud untuk menganalisis hubungan keterbukaan perdagangan terhadap pertumbuhan ekonomi di Papua selama kurun waktu 2000-2010. Pada penelitian ini akan dianalisis pengaruh ekspor, impor, tingkat partisipasi angkatan kerja, nilai tukar dan dummy krisis terhadap pertumbuhan ekonomi Papua baik secara simultan maupun parsial. Selain itu juga akan dianalisis karakteristik ekonomi yang membangun perekonomian Papua sehingga dapat digunakan sebagai dasar penentu kebijakan ekonomi Papua di masa depan. Analisis yang digunakan adalah metode regresi linier berganda. Data yang digunakan adalah data triwulanan PDRB atas harga konstan 2000, ekspor riil, impor riil, nilai tukar riil, tingkat partisipasi angkatan kerja dan dummy krisis.

2.2.1. Teori Pertumbuhan Neoklasik

Inti dari teori pertumbuhan neoklasik Solow yang dikembangkan oleh Robert Solow adalah bahwa pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh faktor modal dan tenaga kerja. Model pertumbuhan ini berpegang pada konsep skala hasil yang terus berkurang (deminishing return) dari faktor modal dan tenaga kerja apabila keduanya dianalisis secara terpisah. Maksudnya apabila modal ditingkatkan akan tetapi tenaga kerja tidak ditambah maka pada suatu waktu tertentu penambahan modal tidak akan meningkatkan output. Begitu pula sebaliknya, apabila tenaga kerja ditambah terus, sedangkan modal tetap maka pada suatu waktu tertentu penambahan tenaga kerja tidak akan meningkatkan output. Akan tetapi apabila faktor modal dan tenaga kerja keduanya bertambah maka output akan terus bertambah (Todaro, 2006).

Dalam teori pertumbuhan neoklasik Solow juga dikenalkan variabel teknologi sebagai variabel independen. Artinya, walaupun faktor modal dan tenaga kerja tetap, akan tetapi penemuan teknologi baru dapat membuat faktor modal atau tenaga kerja lebih efisien, maka output akan bertambah.

Fungsi pertumbuhan neoklasik Solow adalah :

keterangan: Y adalah produk domestik bruto, K adalah stok modal fisik dan modal manusia, L adalah jumlah tenaga kerja dan A adalah produktivitas tenaga kerja, yang pertumbuhannya ditentukan secara eksogen.

22

Lebih lanjut, dalam teori pertumbuhan neoklasik tradisional dikemukakan bahwa pada negara yang menggunakan perekonomian tertutup (tidak menjalin hubungan dengan negara lain) apabila tingkat tabungannya rendah (dalam kondisi cateris paribus) maka dalam jangka pendek pasti akan mengalami laju pertumbuhan yang lebih lambat dibandingkan dengan perekonomian lainnya yang memiliki tingkat tabungan lebih tinggi. Sedangkan pada negara yang menggunakan perekonomian terbuka, walaupun tingkat tabungannya rendah, pasti akan mengalami suatu konvergensi peningkatan pendapatan karena adanya arus permodalan yang masuk dari negara kaya ke negara-negara miskin dimana rasio modal-tenaga kerjanya masih rendah sehingga pengembalian atas investasi (return of investment) lebih tinggi.

2.2.2. Teori Pertumbuhan Endogen

Teori pertumbuhan endogen (endogenous growth theory) yang dipelopori oleh Romer (1986) dan Lucas (1988) memiliki peran dalam menjelaskan model pertumbuhan yang lebih maju, dimana perubahan teknologi bersifat endogen (berasal dari dalam sistem ekonomi) dan memiliki pengaruh pada pertumbuhan jangka panjang. Pengertian modal dalam model ini tidak sekedar modal fisik (physical capital), tetapi mencakup pula modal manusia (human capital). Selain itu, teori ini mengasumsikan tingkat pengembalian yang meningkat (increasing return to scales) pada fungsi produksi agregatnya dan menekankan peran eksternalitas dalam menentukan tingkat pengembalian investasi modal (Arsyad, 2010).

pertumbuhan tradisional dan dirancang untuk menjelaskan fenomena ekuilibrium dalam jangka panjang yang bisa positif dan bervariasi antarnegara. Menurut teori ini, faktor-faktor yang menyebabkan perbedaan tingkat pendapatan per kapita antarnegara adalah adanya perbedaan stok pengetahuan, kapasitas modal fisik, kualitas modal manusia, dan ketersediaan infrastruktur. Lebih lanjut, dalam proses pertumbuhan endogen dimungkinkan pula ruang bagi munculnya kebijakan, baik pada perekonomian tertutup maupun perekonomian terbuka.

2.2.3. Teori Perdagangan Internasional

Teori perdagangan internasional yang paling awal muncul adalah merkantilisme. Teori ini menyatakan bahwa satu-satunya cara bagi suatu negara untuk menjadi kuat dan kaya adalah dengan melakukan sebanyak mungkin ekspor dan sesedikit mungkin impor. Kelebihan teori merkantilisme ini adalah negara akan memperbesar jumlah ekspor karena negara akan kaya, makmur dan kuat bila ekspor lebih besar dari impor. Sedangkan kelemahan teori ini adalah logam mulia yang digunakan sebagai alat pembayaran akan menyebabkan banyaknya jumlah uang yang beredar sehingga akan terjadi inflasi dan harga barang impor menjadi rendah, akhirnya logam mulia berkurang (Oktaviani dan Novianti, 2009).

Dalam teori merkantilisme ini, karena tidak semua negara secara simultan dapat menghasilkan surplus ekspor, sedangkan jumlah emas dan perak tetap pada saat tertentu, maka sebuah negara hanya akan memperoleh keuntungan dengan mengorbankan negara lain. Akibatnya penganut teori merkantilisme ini banyak

24

melakukan penjajahan terhadap negara lain untuk mendapatkan logam mulia lebih banyak.

Pada tahun 1776, Adam Smith menjelaskan bahwa dua negara hanya akan melakukan perdagangan secara sukarela jika kedua negara tersebut memperoleh keuntungan. Maka terciptalah sebuah teori perdagangan yang dinamakan teori keunggulan absolut. Menurut Adam Smith, jika sebuah negara lebih efisien (memiliki keunggulan absolut) terhadap negara lain dalam memproduksi sebuah komoditas, namun kurang efisien dibandingkan (atau memiliki kerugian absolut terhadap) negara lain dalam memproduksi komoditi lainnya, maka kedua negara tersebut dapat memperoleh keuntungan dengan cara masing-masing melakukan spesialisasi dalam memproduksi komoditi yang memiliki keunggulan absolut. Melalui proses ini, sumber daya di kedua negara dapat digunakan dalam cara yang paling efisien. Output kedua komoditi yang diproduksi pun akan meningkat. Peningkatan dalam output ini akan mengukur keuntungan dan spesialisasi produk untuk kedua negara yang melakukan perdagangan (Salvatore, 1997).

Kelemahan teori keunggulan absolut adalah apabila hanya satu negara yang memiliki keunggulan absolut maka perdagangan internasional tidak akan terjadi karena tidak ada keuntungan. Maka pada tahun 1817, David Ricardo menyempurnakan teori keunggulan absolut Adam Smith dengan mengemukakan teori keunggulan komparatif. David Ricardo mengatakan bahwa meskipun sebuah negara kurang efisien dalam memproduksi kedua komoditi, namun masih tetap dapat melakukan perdagangan. Negara satu harus berspesialisasi dalam memproduksi dan mengekspor komoditi yang memiliki kerugian terkecil

kerugian absolut lebih besar (memiliki kerugian komparatif).

Pada tahun 1936, Haberler menerangkan atau mendasarkan teori keunggulan komparatif pada teori biaya oportunitas. Teori yang dikemukakan Haberler ini disebut teori biaya oportunitas. Teori ini mengatakan bahwa biaya sebuah komoditi adalah jumlah komoditi kedua yang harus dikorbankan untuk memperoleh sumber daya yang cukup untuk memproduksi satu unit tambahan komoditi pertama. Implikasi dari teori ini adalah suatu negara yang memiliki biaya oportunitas lebih rendah dalam memproduksi sebuah komoditi akan memiliki keunggulan komparatif dalam komoditi tersebut (dan memiliki kerugian komparatif dalam komoditi kedua) (Salvatore, 1997).

Menyempurnakan model perdagangan klasik yang telah ada, Heckscher- Ohlin mengemukakan bahwa sebuah negara akan mengekspor komoditi yang produksinya lebih banyak menyerap faktor produksi yang relatif melimpah dan murah di negara itu, dan dalam waktu bersamaan ia akan mengimpor komoditi yang produksinya memerlukan sumber daya yang relatif langka dan mahal di negara itu. Artinya, sebuah negara yang relatif kaya atau berkelimpahan tenaga kerja akan mengekspor komoditi-komoditi yang relatif padat tenaga kerja dan mengimpor komoditi-komoditi yang relatif padat modal (yang merupakan faktor produksi langka dan mahal di negara yang bersangkutan). Teori yang dikemukakan oleh Heckscher-Ohlin selanjutnya disebut teori kepemilikan faktor atau teori proporsi faktor (Salvatore, 1997).

26

Teori pertumbuhan endogen (endogenous growth theory) yang dipelopori oleh Romer (1986) dan Lucas (1988) mampu menyajikan suatu ulasan analitis yang lebih menyeluruh dan meyakinkan mengenai hubungan antara perdagangan internasional dengan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang. Secara spesifik teori ini menyatakan bahwa penurunan hambatan-hambatan perdagangan dalam berbagai bentuk, baik tarif maupun non- tarif akan mempercepat tingkat pertumbuhan ekonomi dan pembangunan di suatu negara dalam jangka panjang (Salvatore, 1997).

2.3.Faktor-faktor Pendukung Keterbukaan Perdagangan

Manfaat yang diperoleh dari sistem perekonomian terbuka yang dianut oleh sebagian besar negara-negara di dunia tidak terlepas dari tingkat kesiapan dan kekuatan masing-masing negara tersebut dalam menghadapi persaingan di tingkat global. Berdasarkan penelitian Keong, Yusop dan Sen (2005) ada lima faktor keterbukaan perdagangan yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi. Kelima faktor tersebut adalah ekspor riil, impor riil, tenaga kerja, nilai tukar riil dan dummy krisis. Dalam penelitian ini, data tenaga kerja yang digunakan adalah data tingkat partisipasi angkatan kerja.

2.3.1. Ekspor

Ekspor adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke negara lain secara legal, umumnya dalam proses perdagangan. Proses ekspor pada umumnya adalah tindakan untuk mengeluarkan barang atau komoditas dari dalam negeri untuk memasukannya ke negara lain. Ekspor barang secara besar

maupun penerima. Ekspor adalah bagian penting dari perdagangan internasional, lawannya adalah impor (Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, 2011). Pada penelitian ini, definisi ekspor yang digunakan adalah proses transportasi barang ataupun jasa yang keluar wilayah Papua secara legal.

Ekspor merupakan faktor penting dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Ekspor akan memperbesar kapasitas konsumsi suatu negara, meningkatkan output dunia, serta menyajikan akses ke sumber-sumber daya yang langka ke pasar internasional. Sehingga negara-negara miskin dapat mengakses produk langka tersebut dan mampu mengembangkan kegiatan perekonomian nasionalnya. Ekspor juga dapat membantu semua negara dalam mengambil keuntungan dari skala ekonomi yang mereka miliki (Todaro, 2006).

Fungsi ekspor dalam perdagangan luar negeri adalah negara memperoleh keuntungan sehingga pendapatan nasional akan meningkat. Peningkatan pendapatan nasional ini akan menaikkan jumlah output dan laju pertumbuhan ekonomi (Jhingan, 2010).

Ekspor dapat berperan sebagai motor penggerak pertumbuhan ekonomi (Export Led Growth). Alasan yang mendukung hal ini adalah, pertama, pertumbuhan ekspor dapat mewakili kenaikkan dalam permintaan output negara yang kemudian menyebabkan kenaikan dalam outputriil. Kedua, ekspansi dalam ekspor dapat mempromosikan spesialisasi dalam produksi komoditi ekspor, yang kemudian akan meningkatkan tingkat produktivitas, dan dapat meningkatkan skill secara umum disektor tersebut. Selanjutnya hal ini akan menyebabkan realokasi

28

sumber daya dari sektor diluar komoditi ekspor yang relatif kurang efisien ke sektor komoditi ekspor yang lebih produktif. Perubahan produktivitas tersebut dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Ketiga, peningkatan dalam ekspor dapat meregangkan kendali nilai tukar sehingga menyebabkan kemudahan dalam mengimpor bahan baku komoditas ekspor sehingga memungkinkan terjadinya ekpansi ekpor yang lebih besar lagi (Sitorus, 2008).

Dalam suatu model persamaan dimana pertumbuhan ekonomi sebagai variabel dependen dan ekspor sebagai variabel independen, apabila hubungannya bernilai positif dan signifikan maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik perekonomian wilayah yang diteliti berkategori export led growth. Sebaliknya apabila hubungannya bernilai negatif dan signifikan maka karakteristik perekonomian wilayah yang diteliti adalah export reducing growth (Salomo, 2007).

2.3.2. Impor

Impor adalah proses transportasi barang atau komoditas dari suatu negara ke negara lain secara legal, umumnya dalam proses perdagangan. Proses impor umumnya adalah tindakan memasukkan barang atau komoditas dari negara lain ke dalam negeri. Impor barang secara besar umumnya membutuhkan campur tangan dari bea cukai di negara pengirim maupun penerima. Impor adalah bagian penting dari perdagangan internasional, lawannya adalah ekspor (Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, 2011). Sedangkan definisi impor yang digunakan adalah proses transportasi barang ataupun jasa yang masuk wilayah Papua secara legal.

pendapatan nasional. Akan tetapi impor memegang peran penting dalam memenuhi kebutuhan ekonomi suatu negara. Dengan impor, bahan baku industri yang lebih murah akan diperoleh, sehingga proses produksi dapat berjalan lebih efisien. Maka secara tidak langsung impor ini dapat meningkatkan keuntungan produksi, yang pada akhirnya dapat meningkatkan jumlah output dan pertumbuhan ekonomi.

2.3.3. Nilai Tukar

Menurut Mankiw (2007), nilai tukar (exchange rate) antara dua negara adalah tingkat harga yang disepakati penduduk kedua negara untuk saling melakukan perdagangan. Para ekonom membedakan nilai tukar menjadi dua yaitu:

a. Nilai tukar nominal (nominal exchange rate) adalah harga relatif dari mata uang dua negara. Sebagai contoh, jika nilai tukar antara dolar Amerika dan rupiah Indonesia adalah 8.000 rupiah per dolar, maka Anda bisa menukar 1 dolar untuk 8.000 rupiah di pasar uang. Orang Indonesia yang ingin memiliki dolar akan membayar 8.000 rupiah untuk setiap dolar yang dibelinya.

b. Nilai tukar riil (real exchange rate) adalah harga relatif dari barang-barang di antara dua negara. Nilai Tukar riil menyatakan tingkat di mana kita bisa memperdagangkan barang-barang dari suatu negara untuk barang-barang dari negara lain. Nilai Tukar riil kadang-kadang disebut terms of trade. Nilai tukar riil dihitung dengan :

30

Nilai tukar memegang peran penting dalam sistem perdagangan, karena sekarang perdagangan yang dilakukan menggunakan mata uang sebagai alat pertukaran. Apabila nilai tukar melemah maka harga produk ekspor akan lebih murah, pada akhirnya jumlah ekspor akan meningkat, dan juga sebaliknya. Untuk itulah nilai tukar yang stabil menjadi perhatian pemerintah.

2.3.4. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)

Menurut BPS (2007) tenaga kerja diartikan sebagai penduduk usia kerja, yaitu penduduk yang berusia dari 15-64 tahun. Sebelum tahun 1997, definisi tenaga kerja adalah mereka yang berusia 10 tahun ke atas. Penduduk usia kerja dikelompokkan menjadi angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja adalah penduduk usia kerja yang bekerja, atau punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja, dan pengangguran. Sedangkan penduduk usia kerja yang tidak termasuk angkatan kerja mencakup penduduk yang bersekolah, mengurus rumah tangga atau melaksanakan kegiatan lainnya (BPS, 2007).

Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) mengindikasikan besarnya penduduk usia kerja yang aktif secara ekonomi di suatu negara atau wilayah. TPAK diukur sebagai persentase jumlah angkatan kerja terhadap jumlah penduduk usia kerja. Indikator ini menunjukkan besaran relatif dari pasokan tenaga kerja (labor supply) yang tersedia untuk memproduksi barang-barang dan jasa dalam suatu perekonomian.

produktivitas dari faktor produksi lain bergantung pada produktivitas tenaga kerja dalam menghasilkan produksi. Selain itu, tenaga kerja adalah penggerak pembangunan. Salah satu cara untuk meningkatkan output adalah dengan memperbanyak tenaga kerja. Akan tetapi peningkatan jumlah tenaga kerja harus diimbangi dengan peningkatan jumlah modal dan teknologi sehingga pertumbuhan ekonomi akan terus meningkat. Salah satu indikator tenaga kerja yang mencerminkan besarnya penduduk usia kerja yang aktif secara ekonomi adalah menggunakan data TPAK.

2.3.5. Krisis Ekonomi

Krisis global yang terjadi pada September 2008, sedikit banyak membawa pengaruh terhadap perekonomian dunia. Efek krisis yang sangat kuat dialami oleh perekonomian Amerika, Eropa, Australia dan beberapa mitra dari ketiga benua tersebut. Dengan adanya krisis, nilai tukar bisa melemah dan daya beli bisa berkurang. Dalam penggunaan variabel dummy krisis, pada periode triwilan pertama tahun 2000 sampai dengan triwulan kedua tahun 2008, nilai dummy adalah 0, sedangkan setelah triwulan kedua tahun 2008 bernilai 1.

2.4.Kerangka Pemikiran

Pertumbuhan keterbukaan perdagangan yang tidak sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Papua menjadi masalah yang harus dianalisis dengan cermat. Apakah selama ini keterbukaan perdagangan yang dilakukan Papua menguntungkan perekonomian Papua, ataukah malah merugikan. Untuk

32

menganalisis pengaruh keterbukaan perdagangan terhadap pertumbuhan ekonomi digunakan metode analisis deskriptif dan regresi linier berganda. Hasil analisis tersebut dapat digunakan sebagai rekomendasi bagi pemerintah Papua untuk menentukan kebijakan keterbukaan perdagangan di masa yang akan datang.

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran Apakah ekspor bisa sebagai motor penggerak bagi

pertumbuhan ekonomi (export-led growth) ?

Keadaan Perekonomian, ekspor dan impor

Analisis Deskriptif Analisis Regresi Linier Berganda

Rekomendasi strategi keterbukaan perdagangan di masa yang akan datang

Pertumbuhan keterbukaan perdagangan Papua tidak diikuti oleh pertumbuhan ekonominya

Keterbukaan perdagangan dan Pertumbuhan ekonomi Papua

Faktor-faktor pendukung keterbukaan perdagangan :

- Ekspor riil - Impor riil - Nilai tukar riil

- Tingkat partisipasi angkatan kerja

3.1.Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data time series triwulanan dengan periode data 2000–2010. Data diperoleh dari BPS RI, BPS Provinsi Papua dan Bank Indonesia (BI). Adapun rincian data yang digunakan adalah :

1. Data PDRB ADHK 2000 triwulanan Provinsi Papua selama periode 2000–2010. Data ini diolah dan dipublikasikan oleh BPS Provinsi Papua. Data ini dapat dikategorikan sebagai PDRB riil dengan tahun dasar 2000 dengan satuan juta rupiah.

2. Data PDRB ADHB triwulanan Provinsi Papua selama periode 2000-2010. Data ini diolah dan dipublikasikan oleh BPS Provinsi Papua.

3. Data ekspor impor triwulanan Provinsi Papua tahun 2000–2010, yang peroleh dari BPS RI. Karena cakupan ekspor impor dari BPS RI hanya ekspor impor antarnegara, maka data tersebut dikombinasikan dengan data ekspor impor dari PDRB ADHK 2000 triwulanan yang dirinci menurut penggunaan. Data ini diperoleh dari BPS Provinsi Papua. Kombinasi kedua data diolah lebih lanjut untuk menghasilkan nilai ekspor riil dan impor riil dengan tahun dasar 2000 dengan satuan juta rupiah.

34

4. Data nilai tukar triwulanan riil diolah dari data nilai tukar nominal dikalikan indeks harga konsumen Amerika dibagi indeks harga konsumen domestik. Nilai tukar nominal diperoleh dari BI, sedangkan indeks harga konsumen domestik diperoleh dari BPS RI dan indeks harga konsumen Amerika diperoleh dari situs web www.inflationdata.com.

5. Data TPAK Provinsi Papua tahun 2000-2010. Karena data TPAK yang tersedia hanya dalam bentuk tahunan, maka data tersebut diubah dalam bentuk triwulanan menggunakan metode interpolasi cubic splin.

3.2.Metode Analisis Data 3.2.1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif adalah analisis yang menggambarkan keadaan nyata dari data secara sederhana. Dalam analisis ini akan diberikan gambaran umum mengenai kondisi perekonomian, ekspor dan impor Papua sejak tahun 2000–2010. Beberapa indikator ekonomi yang akan dijelaskan meliputi struktur ekonomi, pertumbuhan ekonomi, perkembangan ekspor, perkembangan impor dan neraca perdagangan yang

Dokumen terkait