• Tidak ada hasil yang ditemukan

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1.Uji Asumsi

Pengujian asumsi dilalukan untuk memastikan bahwa model yang dipilih telah memenuhi asumsi yang telah ditentukan. Ada empat tahapan pengujian asumsi yang harus dipenuhi sebelum model dari persamaan regresi linier berganda dapat digunakan. Keempat pengujian tersebut adalah uji kenormalan, uji autokorelasi, uji heteroskedastisitas dan uji multikolinearitas.

5.1.1. Uji Kenormalan

Uji asumsi pertama yaitu uji kenormalan digunakan Jarque-Bera test. Hipotesis yang digunakan adalah :

H0 : Error berdistribusi normal.

H1 : Error tidak berdistribusi normal.

Gambar 5.1 Hasil uji kenormalan dengan metode Jarque-Bera. 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 -0.2 -0.1 -0.0 0.1 0.2 Series: Residuals Sample 2000:4 2010:4 Observations 41 Mean -1.32e-15 Median -0.007733 Maximum 0.225273 Minimum -0.198508 Std. Dev. 0.101143 Skewness 0.357588 Kurtosis 2.675070 Jarque-Bera 1.054138 Probability 0.590333

Berdasarkan hasil penghitungan, didapatkan nilai p-value Jarque-Bera sebesar 1,054138 (Gambar 5.1). Nilai tersebut lebih besar dari nilai 5 persen, maka tidak tolak H0. Artinya error model berdistribusi normal.

5.1.2. Uji Autokorelasi

Pengujian autokorelasi menggunakan menggunakan Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test. Hipotesis uji ini adalah :

H0 : Tidak ada masalah otokorelasi.

H1 : Ada masalah otokorelasi.

Tabel 5.1 Nilai Obs*R-squared dan Prob. Chi-Square(2) dari pengujian Breusch- Godfrey Serial Correlation LM Test.

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 2,445140 Prob. F(2,33) 0,1023 Obs*R-squared 5,291633 Prob. Chi-Square(2) 0,0709

Berdasarkan hasil pengujian Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test didapatkan hasil Probability chi square hitung sebesar 0,0709 (Tabel 5.1). Nilai ini lebih besar dari α (5%), artinya tidak tolak H0 yang berarti tidak terdapat

masalah autokorelasi.

5.1.3. Uji Heteroskedastisitas

Uji asumsi selanjutnya adalah pengujian heteroskedastisitas yang dilakukan dengan uji Breusch-Pagan-Godfrey test. Hipotesis dalam pengujian ini adalah :

64

H

0 : Tidak terdapat heteroskedastistas.

H

1 : Terdapat heteroskedastisitas.

Tabel 5.2 Nilai Obs*R-squared dan Prob. Chi-Square(4) dari pengujian Breusch- Pagan-Godfrey test.

Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey

F-statistic 2,305079 Prob. F(4,35) 0,0653 Obs*R-squared 10,15663 Prob. Chi-Square(4) 0,0709 Scaled explained SS 6,198990 Prob. Chi-Square(4) 0,2873

Berdasarkan hasil penghitungan didapatkan nilai probability chi square hitung sebesar 0,0709 (Tabel 5.2). Nilai tersebut lebih besar dari 5 persen, artinya tidak tolak H0 yang berarti tidak ada heteroskedastisitas.

5.1.4. Uji Multikolinieritas

Tabel 5.3 Matrik Korelasi Antar Variabel Independen.

LOG (Ekspor Riil)

LOG (Impor Riil)

LOG

(Nilai Tukar Riil) LOG(TPAK) Dummy Krisis LOG

(Ekspor Riil) 1 -0.06694 0.19435 -0.01045 -0.23414

LOG

(Impor Riil) -0.06694 1 -0.72848 0.37075 0.52574

LOG

(Nilai Tukar Riil) 0.19435 -0.72848 1 -0.13830 -0.56752

LOG(TPAK) -0.01045 0.37075 -0.13830 1 0.26639

Dummy Krisis -0.23414 0.52574 -0.56752 0.26639 1

Uji asumsi terakhir adalah uji multikolinieritas, dimana dalam model yang dipilih tidak ada korelasi tinggi antar variabel independen. Berdasarkan matrik korelasi antar variabel independen terlihat bahwa korelasi antar variabel tidak ada

yang lebih besar dari 0,8, sehingga dapat disimpulkan bahwa model telah memenuhi asumsi terbebas dari multikolinieritas (Tabel 5.3).

5.2.Analisis Pengaruh Keterbukaan Perdagangan terhadap Pertumbuhan Ekonomi

Setelah semua asumsi telah terpenuhi, langkah selanjutnya adalah menguji validitas model pengaruh ekspor riil, impor riil, nilai tukar riil, TPAK dan dummy krisis terhadap pertumbuhan ekonomi, dilakukan serangkaian uji antara lain :

A. Uji F

Berdasarkan hasil penghitungan didapatkan nilai Fstastistik sebesar 15,91057,

dengan nilai prob(Fstatistik) sebesar 0,000000. Dengan demikian diperoleh

kesimpulan bahwa variabel ekspor riil, impor riil, nilai tukar riil, TPAK dan dummy krisis secara simultan berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, karena nilai F-hitung > F-tabel sehingga kita menolak H0. Hal ini diperkuat dengan nilai prob (Fstatistik) sebesar 0,000000 (Tabel 5.4).

Tabel 5.4 Nilai Statistik Model Pengaruh Ekspor Riil, Impor Riil, Nilai Tukar Riil, TPAK dan Dummy Krisis terhadap pertumbuhan ekonomi.

R-squared 0,694464 F-statistic 15,91057

Adjusted R-squared 0,650816 Prob(F-statistic) 0,000000

B. Koefisien Determinasi (R2)

Model pengaruh keterbukaan perdagangan yang terdiri dari variabel ekspor riil, impor riil, nilai tukar riil, TPAK dan dummy krisis sebagai variabel independen dalam penelitian ini memiliki R2 sebesar 0,694464, yang berarti

66

model mampu menjelaskan variabel pertumbuhan ekonomi sebesar 69,45 persen (Tabel 5.4).

C. Uji t

Dengan tingkat kepercayaan 95 persen, dari kelima variabel independen hanya variabel ekpor riil, TPAK dan dummy krisis yang berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Tabel 5.5 Hasil Estimasi Persamaan Pengaruh Ekspor Riil, Impor Riil, Nilai Tukar Riil, TPAK dan Dummy Krisis terhadap Pertumbuhan Ekonomi.

Variable Independen

Variabel dependen : PDRB ADHK 2000 (Juta Rp)

Koefisien Nilai Statistik t Prob.

(1) (2) (3) (4)

Konstanta -3,218073 -0,741626 0,4633

Log Ekspor Riil (Juta Rp) 0,387074 7,087292 0,0000 Log Impor Riil (juta Rp) -0,092043 -0,785257 0,4376 Log Nilai Tukar Riil (Rp) 0,110989 0,749949 0,4583

Log TPAK (persen) 3,031273 2,966864 0,0054

Dummy Krisis 0,231057 4,599158 0,0001

Model dari persamaan pengaruh keterbukaan perdagangan yang terdiri dari variabel ekspor riil, impor riil, nilai tukar riil, TPAK dan dummy krisis mempunyai nilai R2 sebesar 0,694464 yang berarti model mampu menjelaskan variabel pertumbuhan ekonomi sebesar 69,45 persen (Tabel 5.4). Hal ini berarti keterbukaan perdagangan yang terjadi di Provinsi Papua mampu mendorong pertumbuhan ekonomi Papua. Dengan demikian Papua dapat dikategorikan sebagai daerah berkarakteristik Export Led Growth.

Sedangkan pada masing-masing variabel independen yang signifikan dapat diinterpretasikan sebagai berikut :

1. Variabel ekspor riil dengan tingkat elastisitas sebesar 0,38 artinya dengan asumsi ceteris paribus setiap kenaikan ekspor sebesar satu persen akan meningkatkan PDRB Papua sebesar 0,38 persen (Tabel 5.5).

2. Variabel TPAK dengan tingkat elastisitas sebesar 3,03 artinya dengan asumsi ceteris paribus setiap kenaikan TPAK sebesar satu persen akan meningkatkan PDRB Papua sebesar 3,03 persen (Tabel 5.5).

3. Variabel dummy krisis yang pengaruhnya signifikan artinya dengan asumsi ceteris paribus krisis global yang terjadi pada tahun 2008 berpengaruh secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Papua (Tabel 5.5).

Dari ketiga variabel yang signifikan, TPAK mempunyai koefisien tertinggi yaitu sebesar 3,03. Hubungan yang positif dan tingginya koefiisien tersebut mengindikasikan bahwa peran tenaga kerja dalam pertumbuhan ekonomi Papua masih sangat tinggi. Selain itu, hal juga mengindikasikan bahwa kegiatan ekonomi Papua masih bersifat padat karya.

Sesuai dengan teori pertumbuhan neoklasik Solow, untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dapat dilakukan dengan cara meningkatkan jumlah tenaga kerja. Akan tetapi untuk menjaga pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, peningkatan jumlah tenaga kerja ini harus diikuti dengan peningkatan modal, karena peningkatan tenaga kerja bersifat deminishing return apabila berjalan sendiri.

68

Variabel kedua yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi Papua adalah ekspor. Tingginya kontribusi sektor pertambangan dan penggalian dalam struktur ekonomi Papua serta dominasi konsentrat tembaga (yang merupakan hasil dari pertambangan dan penggalian) dalam ekspor Papua memperkuat bukti bahwa ekspor Papua mampu mendorong pertumbuhan ekonominya.

Sesuai dengan teori keunggulan absolut, untuk dapat memperoleh keuntungan yang lebih besar dalam perdagangan, hendaknya Papua melakukan spesisalisasi dalam memproduksi komoditi yang manjadi keunggulan absolutnya. Kekayaan Papua yang berupa konsentrat tembaga, kayu dan ikan dapat dijadikan sebagai keunggulan absolut Papua. Dengan demikian untuk dapat memperoleh keuntungan dalam perdagangan, Papua harus melakukan spesialisasi dalam produksi konsentrat tembaga, kayu dan ikan.

Walaupun jumlah konsentrat tembaga yang dimiliki Papua sangat banyak, akan tetapi karena sifat tembaga dan emas tidak dapat diperbaharui, maka dalam spesialisasi jangka panjang, hendaknya lebih diprioritaskan pada kayu dan ikan. Sedangkan jangka pendek, untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi dapat dilakukan dengan cara meningkatkan produksi dan ekspor konsentrat tembaga. Dengan strategi pengelolaan keunggulan absolut ini, pertumbuhan ekonomi Papua yang berkelanjutan akan dapat terjaga.

Untuk mendukung proses spesialisasi komoditi ekspor, strategi export promotion juga harus diterapkan, sehingga keuntungan yang didapatkan bisa maksimal. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam strategi export promotion adalah mengurangi pajak perusahaan; memberikan bantuan modal sehingga dapat

meningkatkan produksi dan menyerap lebih banyak tenaga kerja; memberikan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan dan kreativitas produksi; serta mempermudah proses perizinan ekspor.

Variabel ketiga yang signifikan adalah dummy krisis. Dummy krisis dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh krisis terhadap pertumbuhan ekonomi Papua. Berdasarkan hasil pengujian didapatkan bahwa krisi global 2008 berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Papua.

Variabel impor, walaupun dalam pengujian statistik tidak signifikan, akan tetapi apabila dilihat dari arah hubungannya yang negatif terhadap pertumbuhan ekonomi, hal ini menunjukkan bahwa semakin besar impor makan pertumbuhan ekonomi akan semakin menurun. Sedangkan variabel nilai tukar yang hubungannya positif menunjukkan bahwa apabila nilai tukar melemah (nilai nominalnya semakin besar) maka pertumbuhan ekonomi semakin tinggi.

Hubungan nilai tukar ini dapat dijelaskan melalui mekanisme perdagangan sebagai berikut, apabila nilai tukar melemah maka harga komoditi ekspor di pasar internasional semakin murah. Karena harga komoditi murah, maka akan meningkatkan jumlah permintaan komoditi tersebut. Sehingga jumlah penjualan komoditi tersebut akan meningkat. Dengan meningkatnya penjualan maka keuntungan yang diperoleh semakin besar. Keuntungan tersebut akan terakumulasi dalam PRDB, sehingga nilai pertumbuhan ekonomi semakin besar.

BAB VI

Dokumen terkait