• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis pengaruh Metode Pengakuan Laba terhadap Rasio Kecukupan Modal (Capital Adequacy Ratio / CAR) pada PT. Bank Muamalat

HASIL PENELITIAN DANANALISIS PEMBAHASAN

B. Analisis pengaruh Metode Pengakuan Laba terhadap Rasio Kecukupan Modal (Capital Adequacy Ratio / CAR) pada PT. Bank Muamalat

Indonesia, Tbk.

1. Analisis CAR (Capital Adequacy Ratio) / Rasio Kecukupan Modal

Tingkat kesehatan suatu Bank di ukur dari tingkat kecukupan modal minimum atau CAR, suatu bank akan dinilai sehat atau layak untuk menjalankan usahanya jika bank tersebut memiliki nilai CAR lebih dari 8 persen. Cara pengitungan CAR ada dua yaitu:

1 Dengan cara membandingkan modal dengan dana-dana pihak ketiga.

2 Dengan cara membandingkan modal dengan aktiva beresiko. Untuk sekarang ini ukuran yang kedua inilah yang digunakan dalam penghitungan CAR yang di tetapkan oleh BIS Bank for International Settlemnts dalam cara penghitungan yang kedua ini modal di bandingkan dengan aktiva berresiko atau ATMR.

CAR =

Aktiva Tertimbang Menurut Resiko

1. Modal

Modal merupakan faktor yang amat penting bagi perkembangan dan kemajuan bank sekaligus menjaga kepercayaan masyarakat. Setiap penciptaan aktiva, disamping berpotensi menghasilkan keuntungan juga berpotensi menimbulkan terjadinya resiko. Oleh karena itu modal juga harus dapat digunakan untuk menjaga kemungkinan terjadinya risiko kerugian atas investasi pada aktiva, terutama yang berasal dari dana-dana pihak ketiga atau masyarakat. Sedangkan modal dalam bank syariah diperoleh dari modal inti dan ekuitas. Modal inti adalah modal yang berasal dari para pemilik bank, yang terdiri dari modal yang disetor oleh para pemegang saham, cadangan dan laba ditahan. Sedangkan kuasi ekuitas adalah dana-dana yangtercatat dalam rekening-rekening bagi hasil (Mudhorobah. Modal inti inilah yang berfungsi sebagai penyangga dan penyerap kegagalan atau kerugian bank dan melindungi kepentingan para pemegang rekening titipan (Wadiah) atau pinjaman (qard), termasuk atas aktiva yang didanai oleh modal sendiri dan dana-dana Wadia’ah atau qard.

Sebenarnya dana-dana rekening bagi hasil (mudhorobah) dapat juga dikategorikan sebagai modal, yang oleh karenanya disebut kuasi ekuitas. Namun demikian rekening ini hanya dapat menanggung resiko

atas aktiva yang dibiayai oleh dana dari rekening bagi hasil itu sendiri. Selain itu, pemilik rekening bagi hasil dapat menolak untuk menanggung resiko atas aktiva yang dibiayainya, apabila terbukti bahwa risiko tersebut timbul akibat salah urus (mis management), kelainan atau kecurangan yang dilakukan oleh manajemen bank selaku mudhorib. Dengan demikian sumber dana ini tidak dapat sepenuhnya berperan dalam fungsi pemodalan bank.

2. Aktiva Tertimbang Menurut Risiko

Resiko atas modal berkaitn dengan dana yang di investasikan pada aktiva beresiko, baik yang beresiko rendah ataupun resikonya yang lebih tinggi dari yang lain. ATMR adalah faktor pembagi (denominator) dari CAR sedangkan modala adalah faktor yang dibagi (numerator) untuk mengukur kemampuan modal menanggung resiko atas aktiva terserbut.

Dalam menelaah ATMR pada bank syariah, terlebih dahulu harus dipertimbangkan, bahwa aktiva perbankan syariah terbagi atas:

- Aktiva yang didanai oleh modal sendiri dan/ atau kewajiban atau hutang (wadi’ah atau qard dan sejenisnya)

- Aktiva yang didanai oleh rekening bagi hasil (Profit and loss Sharing Investment Account) yaitu Mudharabah Baik (General Investment Account/mudharabah mutlaqah yang tercatat pada neraca/on balance sheet maupun Restricted Investment Account/

mudharabah muqayyadah yang dicatat pada rekening administratif/ off balance sheet).

Aktiva yang di danai oleh modal sendiri dan kewajiban atau hutang, resikonya di tanggung oleh modal sendiri, sedangkan aktiva yang didanai oleh rekening bagi hasil, resikonya di tanggung oleh dana rekening bagi hasil itu sendiri. Namun demikian, sebagaimana telah diuraikan diatas, pemilik rekening bagihasil dapat menolak untuk menanggung resiko atas aktiva yang dibiayainya, apabila terbukti bahwa resiko tersebut timbul akibat salah urus (mis management), kelalaian atau kecurangan yang dilakukan oleh manajemen bank selaku mudhorib. Olehkarenanya tetap ada potensi resiko, ( katakanlah dengan probability 50%), yang harus di tanggung oleh modal bank sendiri. Hal ini mengandung konsekuensi bahwa atas aktiva ini harus pula di bentuk PPAP.

Berdasarkan pembagian jenis aktiva tersebut diatas, maka pada prinipnya bobot resiko bank syariah atas:

Aktiva yang dibayar oleh modal bank sendiri dan / atau dana

pinjaman (wadi’ah card dan sejenisnya )adalah 100%

Aktiva yang dibiayai oleh pemegang rekening bagi hasil (baik

general ataupun restricted investment account) adalah 50%. 3. Contoh Perhitungan CAR

1. Misalnya Bank Muamalat Indonesia memberikan pembiayaan pada nasabah sebesar Rp. 1.000.000.000 yang berasal dari modal bank yang bobot resikonya 20 % maka ATMRnya adalah: 1.000.000.000 X 20% = 200.000.000

2. Misalnya, setelah tahun berjalan Bank Muamalat Indonesia memiliki modal sebesar Rp 100.000.000.000, dan ATMR setelah di jumlahkan sebesar 120.000.000 maka nilai CARnya adalah

100.000.000.000

= 8,33 120.000.000

Maka jika dengan hasil perhitungan diatas maka Bank Muamalat Indonesia dapat dinyatakan sehat dan dapat menjalankan usahanya, karena nilai CARnya diatas 8%

2. Analisis Pengakuan Laba Terhadap Nilai CAR

Dalam pembahasan Kerangka Dasar penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Bank Syari’ah, paragraf 16 dijelaskan bahwa: “Asumsi dasar akuntansi perbankkan syari’ah sama dengan asumsi dasar akuntansi keuangan yang berlaku umum, yaitu konsep kelangsungan usaha (going concern) dan dasar akrual (accrual basic). Perhitungan pendapatan untuk tujuan bagi hasil menggunakan dasar kash (cash basic).” perbandingan laporan laba / rugi Bank Muamalat dengan format

akuntansi syariah (baik yang merupakan adopsi akuntansi konvensional maupun yang murni syari’ah) dan akuntansi konvensional seperti disajikan berikut:

TABEL 4.4

PT. BANK MUAMALAT INDONESIA, Tbk. LAPORAN LABA / RUGI BANK

Per Desember 2008 dan 2007

2008 Rp

2007 Rp PENDAPATAN DAN PENGELOLAAN

DANA OLEH BANK SEBAGAI MUDHARIB

Pendapatan dari penjualan Pendapatan dari bagi hasil Pendapatan dari Ijarah bersih Pendapatan usaha utama lainya Jumlah pendapatan pengelolaan dana oleh Bank sebagai mudharib

596.330.338 655.175.757 28.696.628 40.702.149 1.320.90.868 533.189.337 545.077.345 27.473.840 59.579.032 1.165.319.554

HAK PIHAK KETIGA ATAS BAGI HASIL DANA SYARIAH TEMPORER

(515.423.413) (500.150.515)

HAK BAGI HASIL MILIK BANK 805.481.455 665.169.039

PENDAPATAN USAHA LAINYA 147.129.137 117.867.763

BEBAN USAHA

Beban kepegawaian

Beban umum dan administrasi Beban penyisihan penghapusan aktiva produktif bersih

Beban estimasi kerugian komitmen dan kontijenitas

Beban bonus giro wadiah Beban lain-lain

Jumlah beban usaha

(136.812.606) (397.236.094) (2.510.526) (2.369.870) (8.514.466) (56.068.656) (643.512.218) (108.973.028) (296.375.116) (113.634.036) (75.565) (4.075.33) (38.534.533) (561.667.612) LABA USAHA 309.098.374 221.369.190

PENDAPATAN NON USAHA 3.916.563 1.686.589

LABA SEBELUM BEBAN PAJAK 301.168.647 212.038.351

MANFAAT (BEBAN) PAJAK

Kini Tangguhan

Beban pajak penghasilan-bersih

(96.628.241) 2.670.480 (93.957.761) (68.824.572) 2.111.151 (66.713.421) LABA BERSIH 207.210.886 145.324.930

LABA BERSIH PERSAHAM DASAR 252,62 177,17

Tabel 4.5

PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Perhitungan CAR (Dalam Juta Rupiah)

Pos-pos 2008 2007 I. Komponen Modal A. Modal Inti B. Modal Pelengkap Penyertaan TOTAL MODAL 861.238 415.528 (41.559) 1.235.208 773.501 210.204 (41.238) 942.467 II. ATMR 11.402.270 8.816.327 III. CAR 10,83% 10.69 %

Pada tabel diatas dapat kita lihat bahwa nilai CAR dapat dihasilkan dengan cara:

MODAL CAR =

Aktiva Tertimbang Menurut Resiko 2008 1.235.208

CAR =

11.402.270 = 10,83

Jadi ATMR untuk Tahun 2008 adalah 10,83

MODAL CAR =

Aktiva Tertimbang Menurut Resiko 2007 942.467

CAR =

= 10,69

Jadi ATMR untuk Tahun 2007 adalah 10,69

Dengan metode pengakuan laba atas dasar kas dan dasar akrual yang menghasilkan perhitungan laba rugi yang sama pada akhir periode, perbedaan metode pengakuan laba hanya mempengaruhi jika laporan laba yang dihasilkan oleh bank syariah akan kecil, karena hanya menghitung pendapatan yang benar-benar diterima oleh kas, pendapatan yang belum pasti diterima oleh kas tidak dimasukkan kedalam perhitungan laba. Tetapi jumlah pendapatan yang tidak dimasukkan dalam perhitungan akan dimasukkan dalam perhitungan pada saat jatuh tempo atau pada saat diterima pelunasan pada akhir periode.

Metode pengakuan laba yang diterapkan oleh Bank Muamalat Indonesia hanya sedikit mempengaruhi nilai CAR karena nilai CAR hanya di pengaruhi laba ditahan sebab nilai laba ditahan inilah dimasukkan pada perhitungan modal, semakin tinggi nilai laba ditahan yang dicadangkan oleh pihak bank maka perhitungan modal akan semakin tinggi.

BAB V PENUTUP A. Kesimpilan

Secara garis besar pembahasan dari bab-bab yang telah dibahas di atas dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Ekonomi Islam merupakan suatu pembahasan tentang kegiatan manusia dalam berekonomi dengan dilandaskan nilai dan norma yang diajarkan dalam agama Islam, yang memiliki prinsip keadilan dan berorientasi pada kesejahteraan sosial.

2. Permasalahan kemiskinan tidak dapat dipahami secara parsial, karena ia ada bukan datang dengan sendirinya, melainkan ada unsur-unsur yang berkaitan dengan itu. Struktur atau sistemlah yang mengakibatkan adanya kemiskinan. Adanya distorsi kekuasaan atau distorsi makna keuasaan itu sendiri yang mengakibatkan kemiskinan.

3. Ibn Khaldun yang lahir ketika peradaban Islam dalam proses penurunan dan disintegrasi, maka itu sangat mempengaruhi dalam pemikiran-pemikirannya. Ia pemikir yang dituntut untuk mengembalikan Islam pada kejayaannya. 4. Muqaddimah adalah buah karya dari cita-cita besarnya tersebut. Ia mencoba

untuk menjelaskan prinsip-prinsip yang menentukan kebangkitan dan keruntuhan dinasti yang berkuasa (daulah) dan peradaban ('umran). Tetapi bukan hanya itu saja yang dibahas, Muqaddimah juga berisi diskusi ekonomi,

sosiologi dan ilmu politik, yang tetap relevan untuk dikaji dalam menjwab persoalan-persoalan masa kini.

5. Pemikiran ekonomi dan politik Ibn Khaldunlah yang dikaji dalam upaya penuntasan kemiskinan. Menurutnya Negara harus berorientasi pada kesejahteraan rakyat, dan ini adalah sebuah akhir dari tujuan pemikran-pemikiran ekonomi dan politiknya.

B. Saran

Sebagai pengemban amanah rakyat pemerintah sudah seharusnya menjadi pelayan masyarakat, bukan malah menjadi penyengsara bagi rakyat. Dan kekuasaan harus berorientasi penuh pada kesejahteraan rakyat.

Dokumen terkait