• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DANANALISIS PEMBAHASAN

A. Modal Inti

Modal di setor 492.790.792 492.790.792

Cadangan tambahan modal

agio saham 132.448.258 132.498.258

Cadangan umum dan tujuan 126.444.653 68.314.682 Laba tahun berjalan

setelah pajak (50%) 102.270.204 72.662.465

Total modal inti 861.238.951 773.501.241

B. Modal Pelengkap

Cadabgan umum penyisihan

penghapusan aset produktif 103.092.515 110.204.078 Pinjaman subordinasi 312.436.175 100.000.000 Jumlah modal pelengkap 415.528.690 210.204.078 Total modal inti dan

modal pelengkap 1.276.767.641 983.705.319 Penyertaan (-/-) (41.559.263) (41.238.467)

Total modal 1.235.208.378 942.466.852

Aset tertimbang menurut

risiko (ATMR) 11.402.270.390 8.816.326.240 Risiko kewajiban penyediaan

modal minimum (KPMM) yang tersedia untuk kredit

dan risiko pasar (CAR) 10,83% 10,69%

Rasio kewajiban penyediaan modal minimum (KPMM)

2 Rasio kecukupan modal

Bagi sebuah bank, modal memiliki fungsi yang sangat penting. PT Bank muamalat Indonesia Tbk. Menggunakan modal untuk membiayai kegiatan oprasionalnya dalam upaya menghasilkan keuntungan sehingga kelangsungan hidupnya terjaga dan makin berkembang.

Modal juga berfungsi sebagai penopang risiko kerugian yang mungkin timbul dari penanaman dana-dana dalam aktiva produktif yang mengandung risko dan sebagai dasar bagi penetapan batas maksimal kredit selain itu jumlah modal yang besar akan mempengaruhi strategi pemasaran dalam mengembangkan usahanya. Modal yang besar tersebut akan memungkinkan perusahaan melakukan perluasan usaha sehingga membuka peluang-peluang untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar pula.

Sebagaiman tercantum dalam peraturan BI No.7/13/PBI/2005 tentang kewajiban modal minimum (KPMM) bank umum. Bank Indonesia mewajibkan setiap bank umum memiliki modal minimum sebesar 8 persen dari ATMR

Tabel 4.2

PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Perhitungan CAR (Dalam Juta Rupiah)

Pos-pos 2006 2007 2008

I. Komponen Modal

B. Modal Pelengkap Penyertaan TOTAL MODAL 204.709 (6.6.77) 929.190 210.204 (41.238) 942.467 415.528 (41.559) 1.235.208 II. ATMR 6.530.364 8.816.327 11.402.270 III. CAR 14.23 % 10.69 % 10,83%

3 Tingkat kesehatan Bank

Tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan standar edaran Bank Indonesia No.9/24DPbS tanggal 30 Oktober 2007 adalah hasil penilaian atas berbagai aspek yang mempengaruhi kondisi atau kinerja suatu bank melalui penilaian kuantitatif dan kualitatif terhadap faktor-faktor permodalan, kualitas asset, rentabilitas, sensifitas terhadap risiko psar dan penilaian kualitatif terhadap faktor manajemen. Nilai akhir dari penilaian tingkat kesehatan bank di nyatakan dalam pringkat komposit.

Berdasarkan perhitungan manajemen pada tanggal 31 Desember 2008 bank memiliki peringkat komposit 2A dengan demikian Bank Muamalat, Tbk tergolong baik dan mampu mengatasi pengaruh negatif kondisi perekonomiaan dan industri keungan namun bank masih memiliki kelemahan-kelemahan minor yang dapat segera di atasi oleh tindakan rutin.

Tabel 4.3

PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk Kesehatan Bank

Komponen

Utama Rasio

Bank

Rasio Standar BI Penilaian peringkat komposit Bobot Penilaian peringkat faktor Faktor finansial

Permodalan/ CAR 10,83 Lebih besar = 12% 2 Baik 25 % 0,50

Rentabilitas 2,85 Lebih dari 3% 2 Baik 10 % 0,10 Likuiditas 41,67% Lebih dari 25% 1 sangat Baik 10 % 0,05 Sensifitas terhadap pasar 53,37% Lebih dari 12% 1 sangat Baik 5 % 2 Penilaian peringkat

faktor financial

Faktor Manajemen

Manajemen umum A A Baik

Manajemen risiko A A Baik

Manajemen kepatuhan A A Baik

Penilaian peningkatan faktr manajmn

A

Peningkatan Komposit 2A

4 Metode Pengakuan Laba oleh PT. Bank Muamalat Indonesia

Pengakuan pendaptan pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk diakui secara aklrual hanya untuk keperluan penyusunan laporal laba rugi saja sedangkan untuk perhitungan pendapatan dengan tujuan penghitungan bagi hasil dengan menggunakan dasar kas (Kas Basis). Dalam PSAK No. 59 ada beberapa pendapatan yang di akui secara akrual basis yaitu:

a. Pendapatan yang berasal dari penyaluran performing.

b. Pendapatan yang berasal dari jual beli (mudhorobah, salam, istisna) di akui secara akrual basis karena margin keuntungan yang akan di peroleh sudah di ketahui sejak awal terjadi akad jual beli tersebut. c. Pendapatan prinsip bagi hasil (murabahah, musyarakah) diakui secara

akrual jika ada laporan dari nasabah yang dapat di peratanggung jawabkan.

Selainnya untuk pengakuan pendapatan yang lain diakui atas dasar kas basis.

5 Pengakuan Pembiayaan PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk

Untuk pengukuran pembiayaan pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk semua pembiayaan diakui atas dasar kas basis. Sedangkan prodak-prodak pembiayaan yang ada pada Bank Muamalt Indonesia antara lain:

a. Pembiayaan Investasi yang terdiri atas: 1. Murabahah

2. Musyarakah 3. Mudharabah 4. Ijarah (Sewa beli)

5. Istisna (pesanan/ kontrak) b. Pembiayaan Modal Kerja

1. Murobahah (jual beli)

2. Musyarokah (kerjasama/ syirkah) 3. Mudharabah (100%)

4. Salam (untuk pertaniaan) 5. Rahn (gadai)

6. Qordh

c. Pembiayaan Konsumtif yang terdiri atas: 1. Pemilikan motor (kolektif)

2. Pemilikan mobil (baru/bekas) 3. Renofasi rumah

6 Perbandingan Antara Pengakuan Pendapatan Transaksi Pembiayaan dengan Prinsip Bagi Hasil atas Dasar Kas (Cash Basis) dan Dasar Akrual (Accruel Basis)

Salah satu konsep akuntansi yang harus dipahami adalah konsep dasar kas (cash basic) dan dasar akrual (accrual basic). Kedua basic ini membedakan cara pencatatan pendapatan dan biaya dalam laporan pendapatan dan biaya dalam laporan pendapatan dan biaya perusahaan.

Dalam cash basic, pendapatan merupakan semua pendapatan dalam bentuk tunai atau kas. Jumlah pendapatan yang dilaporkan adalah sama dengan total uang yang diterima oleh perusahaan pada satu priode. Sementara pengertian biaya adalah seluruh pengeluaran yang dibayar oleh perusahaan dalam satu priode yang menguragi kas perusahaan. Pada akhirnya, laba atau rugi adalah yang merupakan selisih antara pendapatan dan biaya, bila menggunakan cash basic dapat di ketahui secara cepat dengan menghitung berapa saldo kas yang ada pada akhir priode.

Accrual basic melakukan pencatatan berdasarkan apa yang seharusnya menjadi pendapatan dan biaya perusahaan pada satu priode. Apa yang seharusnya menjadi pendapatan dan biaya perusahaan pada satu priode. Apa yang seharusnya menjadi pendapatan adalah semua pendapatan yang telah menjadi hak perusahaan, terlepas apakah hak ini telah di wujudkan dalam bentuk penerimaan kas atau belum. Begitupun dengan biaya, yang menjadi

biaya perusahaan adalah semua biaya/ pengeluaran yang menjadi kewajiban perusahaan, terlepas apakah kewajiban ini telah di wujudkan dalam bentuk pengeluaran kas atau belum. Hal ini terjadi karena adanya prinsip “maching cos against revenue” yaitu menyandingkan biaya yang timbul dengan hasil yang diperoleh pada priode yang sama.

Metode accrual basic lebih memberikan gambaran yang tepat mengenai kondisi keuangan perusahaan akan tetapi cash basic lebih mudah dilakukan serta memberi gambaran yang mudah dimengerti mengenai status surplus atau defisit perusahaan dikaitkan dengan saldo kas yang dimiliki.

Alternatif lain adalah Modified Acrual basic (dasar akrual campuran) yang merupakan penggabungan dari cash basic dan accrual basic, dimana pendapatan dicatat berdasarkan cash basic sementara biaya dicatat berdasarkan acrual basic. Alternatif ini menggambarkan kehati-hatian (conservatism) yang tinggi dari manajemen perusahaan.

Tidak ada yang membatasi metode mana yang harus dipakai dalam pencatatan transaksi keuangan suatu perusahaan. Namun untuk laporan keuangan yang ditujukan untuk pihak eksternal maka yang bisa digunakan adalah accrual basic. Dalam akuntansi perbankan syariah di indonesia kecenderungan yang berlaku adalah penerapan accrual basic dalam laporan transaksi dan modified accrual basic dalam pelaporan laba/rugi.

Didalam PSAK No. 59 tentang akuntansi Perbankan Syariah, asumsi dasar yang di pakai adalah menggunakan dasar akrual tetapi khusus untuk

pengakuan pendapatannya atau perhitungan pendapatan untuk tujuan bagi hasil menggunakan dasar kas. Ada dua macam dasar akuntansi yang di pergunakan secara luas:

a. Akuntansi Berbasis Akrual

Pengaruh dari suatu kejadian langsung diamati pada saat terjadinya. Jadi usaha memberikan satu jasa, melakukan penjualan atau menyelesaikan beban, transaksi tersebut akan di catat tanpa memperhatikan apakah kas sudah di terima atau belum, apakah sudah di keluarkan atau belum.

Sementara itu prinsip pengakuan pendapatan dengan dasar akrual menetapkan bahwa pendapatan diakui pada saat (Weygrant dan Keiso, m 1997: 597) yaitu:

1. Direalisaasi atau dapat direalisasi Realized, Pendapatan di realisasi bila barang-barang dan jasa-jasa diperlakukan untuk kas atau diklaim atau kas (piutang). Pendapatan dapat direalisasi bila aktiva yang di terima segera dapat di konfirmasi pada jumlah kas atau klaim atas yang diketahui.

2. Dihasilkan Earbe., Pendapatan dihasilkan bila kesatuan itu sebagian telah menyelesaikan apa yang harusnya di lakukan agar berhak mendapat manfaat yang diberikan dari pendapatan, yakni bila proses telah selesai atau sebenarnya telah selesai.

Keuntungan (yang dibedakan dengan pendapatan) biasanya dihasilkan dari transaksi dan kejadian lain yang tidak melibatkan “proses mencari laba”, untuk pengakuan keuntungan dihasilkan (Earned) umumnya kurang signifikan dibandingkan direalisasi atau dapat direalisasi. Keuntungan umumnya diakui padasaat penjualan aktiva, disposisi kewajiban atau ketika harga aktiva tentu berubah. Sesuai dengan prinsip ini maka:

a. Pendapatan dari penjualan produk diakui pada tanggal penjualan biasanya diinteprestasikan berarti tanggal pengiriman kepada pelanggan.

b. Pendapatan dari jasa yang diberikan diakui ketika jasa-jasa telah dilaksanakan dan dapat di tagih.

c. Pendapatan dari memberi memungkinkan bagi pihak lain untuk menggunakan aktiva perusahaan, seperti sewa, royalty diakui pada saat berlakunya waktu atau ketika aktiva itu digunakan.

d. Pendapatan dari pelepasan aktiva selain priodik pada tanggal penjualan.

Akuntan menggunakan prinsip realisasi untuk memilih sebuah peristiwa dan siklus untuk waktu pengakuan revenue dan income ke tahap yang berbeda dari suatu siklus oprasi.

Sebuah peristiwa dipilih untuk mengindikasikan terjadinya perubahan tertentu dalam assets dan utang untuk dicatat dan memadai

Definisi prinsip realisasi adalah:

- Makna realisasi ini adalah bahwa perubahan dalam asset atau utang secara memadai telah menjadi tertentu dan bertujuan untuk membenarkan pengakuan dalam akun. Pengakuan ini tergantung kepada pertukaran antara pihak-pihak yang independen (dalam praktiknya perdagangan yang berlaku atau dalam pengertian kinerja kontrak yang dianggap benar). (belkaovi, 2000:180)

- Pada Bank Non Syariah (Bank Konvensional) pendapatan diakui pada priode terjadinya bunga serta rate yang telah disepakati, karena sifat pembiayaan adalah hutang, padahal bank syariah pengakuan pendapatan menjadi unik karena prinsip yang digunakan bagi hasil.

Secara acrual, return terjadi pada saat nasabah melaporkan laba atau rugi yang secara teknis diketahui pada saat nasabah menyerahkan laporan keuangan (laporan laba rugi). Mekanisme pembiayaan bagi hasil yang yang ada pada Bank Muamalat Indonesia setiapnya pasti melaporkan bagi hasil yang telah

disepakati bersama memang dihitung perbulan yang akan membayar kas saat itu juga.

Argumen yang meragukan bahwa dasar akrual (accrual basis) akan mengakui pendapatan yang belum pasti laba bank berdasarkan laporan. Bagi hasil dengan dasar akrual pendapaatan diakui pada priode terjadinya.

b. Akuntansi Berbasis Kas

Tidak akan mencatat suatu transaksi jika belum ada uang kas yang di terima atau dikeluarkan, penerimaan kas akan diperlukan sebagai pendapatan, sedangkan pembayaran kas akan diperlukan sebagai beban.

Pendapat yang mendukung penggunaan gabungan dasar kas basis dan akrual basis dalam yang mendukung Akuntansi Bank Muamalat Indonesia (Sumber:www.Republika.com) adalah:

1 Pencatatan biaya yang di lakukan dengan dasar Akrual karena bank yang sudah mengetahui kewajiban yang belum jatuh tempo (accrual basis) harus mengikuti Sunatullah (QS 2:282-283) bahwa bank harus memasukkan yang diamanahkan kepadanya dan harus ditunaikan sesuai dengan akad yang telah dilakukan. Jadi tetap harus mencatat walaupun belum dibayar.

2 Pendapatan dicatat dengan dasar kas cas basis karena walaupun sudah ada akad tidak bisa diklaim pendapatan itu pasti akan diperoleh serta tidak dapat dipastikan berapa besar yang akan diperoleh dimasa akan datang, karena sifatnya yang tidak pasti. Bagaimanapun juga kewajiban harus diutamakan.

B. Analisis pengaruh Metode Pengakuan Laba terhadap Rasio Kecukupan

Dokumen terkait