• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Analisis Motivasi Belajar Siswa

Data yang diperoleh di kelompokkan dengan ketentuan seperti pada Tabel 3.8. Data motivasi belajar siswa dapat dikelompokkan sebagai berikut:

Tabel 4.9 Kategorisasi Nilai Motivasi Belajar Siswa Siswa Skor Akhir

Motivasi Belajar Kategori

S1 63 Tinggi S2 61 Tinggi S3 65 Tinggi S4 61 Tinggi S5 57 Cukup S6 63 Tinggi S7 68 Tinggi S8 49 Cukup S9 63 Tinggi S10 69 Tinggi S11 65 Tinggi S12 70 Tinggi S13 61 Tinggi S14 65 Tinggi S15 65 Tinggi S16 62 Tinggi S17 65 Tinggi S18 65 Tinggi S19 61 Tinggi S20 59 Cukup

Siswa Skor Akhir

Motivasi Belajar Kategori

S21 54 Cukup S22 64 Tinggi S23 66 Tinggi S24 63 Tinggi S25 61 Tinggi S26 60 Cukup S27 66 Tinggi S28 65 Tinggi S29 61 Tinggi S30 61 Tinggi S31 64 Tinggi S32 60 Cukup S33 52 Cukup S34 60 Cukup S35 69 Tinggi S36 61 Tinggi

Tabel 4.10 Statistik Data Motivasi Belajar Siswa

Berdasarkan Tabel 4.10 dapat dijelaskan bahwa motivasi belajar siswa terendah (minimum) sebesar 49 dan motivasi belajar siswa tertinggi (maksimum) sebesar 70. Rata-rata jawaban motivasi belajar siswa adalah 62,33.

91

2. Uji Hipotesis

Untuk mengetahui pengaruh penggunaan model Blended Learning dengan media Quipper School terhadap hasil belajar siswa, maka diperlukan uji hipotesis. Uji hipotesis meliputi uji normalitas, uji homogenitas, dan uji t dua sampel independen. Uji t dua sampel independen dilakukan dua kali analisis. Analisis yang pertama menggunakan uji t dua sampel independen dengan dua sisi untuk mengukur perbedaan kemampuan awal antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Analisis yang kedua menggunakan uji t dua sampel independen satu sisi untuk menguji hipotesis yang diajukan yaitu terdapat pengaruh penggunaan model blended learning dengan media

Quipper School terhadap hasil belajar siswa. Analisis data

menggunakan perhitungan SPSS 16.

a. Uji Normalitas

1) Uji Normalitas Hasil Belajar Kelas Eksperimen (i) Data Pre-test

(a) Hipotesis :

: data pre-test dari populasi yang terdistribusi normal : data pre-test tidak berasal dari populasi yang

terdistribusi normal (b) Taraf signifikansi (c) Wilayah Kritis :

di tolak jika

0,242 (dengan dan = 30) (d) Statistik Uji :

= 0,112 (e) Kesimpulan

Karena maka tidak cukup bukti untuk menolak sehingga dapat disimpulkan bahwa data

pre-test kelas eksperimen berdistribusi normal.

(Tabel perhitungan SPSS terdapat pada lampiran D.1)

(ii) Data Post-test (a) Hipotesis :

: data post-test dari populasi yang terdistribusi normal

: data post-test tidak berasal dari populasi yang terdistribusi normal (b) Taraf signifikansi (c) Wilayah Kritis : di tolak jika 0,227 (dengan dan = 36) (d) Statistik Uji : = 0,152 (e) Kesimpulan

93

Karena maka tidak cukup bukti untuk menolak sehingga dapat disimpulkan bahwa data post-test kelas eksperimen berdistribusi normal. (Tabel perhitungan SPSS terdapat pada lampiran D.3)

2) Uji Normalitas Hasil Belajar Kelas Kontrol (i) Data Pre-test

(a) Hipotesis :

: data pre-test dari populasi yang terdistribusi normal : data pre-test tidak berasal dari populasi yang terdistribusi normal (b) Taraf signifikansi (c) Wilayah Kritis : di tolak jika 227 (dengan dan = 36) (d) Statistik Uji : = 0,144 (e) Kesimpulan

Karena maka tidak cukup bukti untuk menolak sehingga dapat disimpulkan bahwa data

pre-test kelas kontrol berdistribusi normal.

(Tabel perhitungan SPSS terdapat pada lampiran D.2)

(ii) Data Post-test (a) Hipotesis :

: data post-test dari populasi yang terdistribusi normal

: data post-test tidak berasal dari populasi yang terdistribusi normal (b) Taraf signifikansi (c) Wilayah Kritis : di tolak jika 0,227 (dengan dan = 36) (d) Statistik Uji : = 0,109 (e) Kesimpulan

Karena maka tidak cukup bukti untuk menolak sehingga dapat disimpulkan bahwa data

post-test kelas kontrol berdistribusi normal.

(Tabel perhitungan SPSS terdapat pada lampiran D.4)

b. Uji Homogenitas 1) Data Pre-test

a) Hipotesis :

: data pre-test homogen ( ) : data pre-test tidak homogen ( ) b) Taraf signifikansi

c) Wilayah Kritis :

95 dan (dengan dan = 36) d) Statistik Uji : e) Kesimpulan : atau atau

Karena nilai statistik uji tidak masuk dalam wilayah kritis, maka tidak cukup bukti untuk menolak . Sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua data pre-test homogen (memiliki variansi sama).

(Tabel perhitungan SPSS terdapat pada lampiran D.5)

2) Data Post-test a) Hipotesis :

: data post-test homogen ( ) : data post-test tidak homogen ( ) b) Taraf signifikansi

c) Wilayah Kritis :

di tolak jika atau

dan (dengan dan = 36) d) Statistik Uji :

e) Kesimpulan :

atau atau

Karena nilai statistik uji tidak masuk dalam wilayah kritis, maka tidak cukup bukti untuk menolak . Sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua data post-test homogen (memiliki variansi sama).

(Tabel perhitungan SPSS terdapat pada lampiran D.6)

c. Uji t Dua Sampel Independen 1) Analisis data pre-test

Analisis data pretest bertujuan untuk mengukur kemampuan awal dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Analisis menggunakan uji t dua sampel independen dua sisi. Dalam uji homogenitas diketahui bahwa data pre-test memiliki variansi sama (homogen).

a) Hipotesis :

: kemampuan awal kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak berbeda ( )

: kemampuan awal kelas eksperimen dan kelas konrtol berbeda ( )

Keterangan:

97

= rata-rata kemampuan awal kelas kontrol b) Taraf signifikansi

c) Wilayah Kritis :

di tolak jika atau

(dengan dan = 36 ) d) Statistik Uji : e) Kesimpulan : atau atau

Karena nilai statistik uji tidak masuk dalam wilayah kritis, maka tidak cukup bukti untuk menolak . Sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak berbeda.

(Tabel perhitungan SPSS terdapat pada lampiran D.7)

2) Analisis data post-test

Analisis data post-test bertujuan untuk menguji hipotesis awal yang dirumuskan yaitu terdapat pengaruh penggunaan model blended learning dengan media Quipper School terhadap hasil belajar siswa. Analisis menggunakan uji t dua sampel independen satu sisi. Pada uji homogenitas diketahui bahwa data post-test memiliki variansi sama (homogen). a) Hipotesis :

H0 : tidak ada pengaruh penggunaan model blended

learning dengan media Quipper School terhadap hasil

belajar matematika ( )

H1 : ada pengaruh penggunaan model blended learning dengan media Quipper School terhadap hasil belajar matematika ( )

Keterangan:

= rata-rata nilai post-test kelas eksperimen = rata-rata nilai post-test kelas kontrol b) Taraf signifikansi c) Wilayah Kritis : di tolak jika (dengan dan = 36) d) Statistik Uji : e) Kesimpulan :

Karena maka cukup bukti untuk menolak sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh penggunaan model blended learning dengan media

Quipper School terhadap hasil belajar siswa.

99

3. Analisis Wawancara

Untuk mendalami hasil penelitian, peneliti melakukan wawancara terhadap beberapa siswa yang mengalami penurunan nilai. Kategori hasil belajar siswa yang meliputi pre-test dan post-test kelas eksperimen sebagai berikut:

Tabel 4.11 Kategori Hasil Belajar Siswa Siswa Nilai Pre-test Nilai Post-test Kategori

S1 68 67,5 Meningkat S2 88 88 Tetap S3 79 85 Meningkat S4 76 95 Meningkat S5 59 75 Meningkat S6 59 75 Meningkat S7 51 27,5 Menurun S8 66 67,5 Meningkat S9 71 92,5 Meningkat S10 70 87,5 Meningkat S11 60 65 Meningkat S12 57 25 Menurun S13 69 85 Meningkat S14 80 95 Meningkat S15 77 87,5 Meningkat S16 65 80 Meningkat S17 74 72,5 Menurun S18 84 100 Meningkat S19 61 87,5 Meningkat S20 68 65 Menurun S21 76 95 Meningkat S22 77 80 Meningkat

Siswa Nilai Pre-test Nilai Post-test Kategori S23 73 72,5 Menurun S24 84 95 Meningkat S25 79 95 Meningkat S26 60 47,5 Menurun S27 76 82,5 Meningkat S28 68 35 Menurun S29 76 100 Meningkat S30 65 100 Meningkat S31 77 77,5 Meningkat S32 77 77,5 Meningkat S33 79 82,5 Meningkat S34 55 67,5 Meningkat S35 58 82,5 Meningkat S36 77 100 Meningkat

Berdasarkan Tabel 4.11 dapat ditunjukkan bahwa siswa yang mengalami peningkatan hasil belajar sebanyak 27 orang. Siswa yang mendapatkan hasil belajar tetap sebanyak 1 orang. Sedangkan siswa yang mengalami penuruan hasil belajar sebanyak 8 siswa.

Wawancara dilaksanakan pada tanggal 3 Mei 2019. Wawancara dilakukan kepada 7 siswa yang mengalami penurunan hasil belajar. Hasil wawancara adalah sebagai berikut.

1. Siswa (S1) merupakan siswa yang rajin di kelas karena mengikuti pembelajaran dengan baik. Saat pembelajaran siswa (S1) ikut berdiskusi, mengerjakan latihan soal dan aktif maju ke depan untuk menyelesaikan latihan soal. Siswa (S1) awalnya antusias dengan

101

pembelajaran yang menggunakan media Quipper School karena akses di sekolah mudah tetapi ketika berada di rumah siswa (S1) mengalami kesulitan dikarenakan akses internet yang kurang. Sehingga jarang membuka maupun menggunakan Quipper School. Menurutnya, materi yang ada di Quipper School membantu dalam mengerjakan soal yang ada di modul dan soal-soal yang ada di

Quipper School juga sudah ada penjelasannya sehingga mudah

dipahami. Namun siswa (S1) mengalami penurunan pada hasil belajar. Beberapa hal yang menyebabkan siswa (S1) mengalami penurunan hasil belajar diantaranya dari soal posttest yang diberikan terdapat angka yang besar sehingga siswa (S1) sudah malas untuk menyelesaikannya karena membutuhkan waktu yang lama. Materi dalam Trigonometri yang kurang dipahami yaitu untuk menentukan nilai sudut istimewa masih terbalik dan saat

post-test seketika siswa (S1) lupa akan nilai sudut istimewa. Dalam

materi Trigonometri, nilai perbandingan pada sudut istimewa adalah salah satu materi yang sulit karena harus dapat mengahafalkan nilainya sedangkan siswa (S1) merasa bahwa dirinya dalam proses berpikir cukup lama. Sehingga soal post-test yang mengandung nilai sudut istimewa mendapatkan skor rendah dan kurang ada memanfaatkan waktu dengan baik. Selain dari segi materi, siswa (S1) menyampaikan bahwa di SMA semangat untuk mengikuti pembelajaran matematika berkurang karena ada materi

yang sulit berbeda ketika masih SD dan SMP. Ketika ada materi yang sulit siswa (S1) menjadi malas untuk mengerjakan.

2. Siswa (S7) merupakan siswa yang sudah pernah menggunakan

Quipper School saat masih SMP sehingga saat pembelajaran

dengan media Quipper School respon siswa (S7) biasa saja. Menurutnya, belajar menggunakan Quipper School menjadi semakin bingung karena selalu menggunakan gadget dalam belajar. Siswa (S7) lebih menyukai pembelajaran tatap muka secara langsung karena jika menggunakan gadget materi yang ada belum tentu seutuhnya benar. Akses internet untuk membuka Quipper

School di rumah susah. Itulah yang menyebabkan siswa (S7) jarang

membuka Quipper School dan jarang membaca materi yang ada didalamnya. Siswa (S7) mengalami penuruan hasil belajar sangat jauh. Beberapa hal yang menjadi penyebabnya adalah soal posttest yang diberikan cukup sulit dan cara mengerjakannya masih bingung. Siswa (S7) masih bingung dalam menentukan perbandingan trigonometri apabila gambar segitiga diubah posisinya dan persiapan belajar hanya semalam. Selain itu, siswa (S7) masih terbalik untuk menentukan nilai sudut istimewa dan saat

post-test lupa nilai sudut istimewa. Siswa (S7) kesulitan saat

menyelesaikan soal perbandingan trigonometri yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Siswa (S7) menyampaikan bahwa tidak menyukai matematika karena matematika itu sulit.

103

3. Siswa (S12) adalah siswa yang mengalami penurunan hasil belajar sangat jauh. Menurutnya, soal post-test yang diberikan sulit dan mengalami kebingungan saat mengerjakan soal. Siswa (S12) bingung dan terbolak-balik dengan definisi dari setiap perbandingan trigonometri sehingga ketika menentukan perbandingan trigonometri apabila gambar segitiga diubah posisinya mengalami kesulitan. Persiapan belajar yang hanya semalam juga salah satu hal yang membuatnya mendapat nilai rendah. Siswa (S12) menyampaikan bahwa materi yang diajarkan sulit, karena menghafalkan nilai perbandingan sudut istimewa. Ketika mengerjakan post-test siswa (S12) lupa dengan nilai sudut istimewa sehingga soal-soal yang mengandung nilai sudut istimewa sulit dikerjakan. Menurut siswa (S12) matematika adalah pelajaran yang sulit dan materinya juga sulit. Siswa (S12) antusias dengan pembelajaran yang menggunakan media Quipper School namun saat di rumah terkendala dengan akses internet yang lambat sehingga jarang untuk membuka dan membaca materi di dalamnya.

4. Siswa (S17) cukup antusias saat pembelajaran menggunakan media

Quipper School karena tidak selalu menulis. Menurutnya,

pembelajaran menggunakan Quipper School dengan pembelajaran kontekstual tidak jauh berbeda. Siswa (S17) merasa terbantu dengan adanya materi di Quipper School. Namun ketika dirumah intensitas membuka Quipper School hanya jika ada tugas yang

diberikan sehingga tergolong jarang menggunakan media tersebut. Selain itu, siswa (S17) mudah tergoda untuk membuka konten lain dari pada Quipper School. Siswa (S17) menyampaikan bahwa pada soal posttest terdapat soal yang mudah dan soal yang sulit. Menurutnya, materi Trigonometri cukup mudah karena rumusnya tidak terlalu rumit. Siswa (S17) mendapat nilai rendah karena pada saat mengerjakan post-test belum hafal nilai sudut istimewa yaitu tangen, secan, cosecan, dan cotangen. Selain itu konsep perbandingan trigonometri belum dipahami sehingga ketika menjumpai soal perbandingan trigonometri dengan gambar segitiga yang diubah posisnya, siswa (S17) mengalami kebingungan untuk menyelesaikannya. Faktor lainnya yaitu dalam mengerjakan soal

post-test maupun soal ulangan apapun siswa (S17) memiliki

kebiasaan untuk cepat-cepat selesai dan tidak meneliti jawaban yang dikerjakan.

5. Siswa (S20) cukup antusias dengan penggunaan media Quipper

School dari segi materi yang ada dialamnya dapat membantu.

Menurutnya, dengan menggunakan Quipper School tidak perlu membawa banyak buku dan hanya membutuhkan gadget saja. Namun intensitas siswa (S20) dalam penggunaan Quipper School di rumah tergolong jarang dikarenakan minimnya sinyal dan akses yang lama. Beberapa hal yang menyebabkan siswa (S20) mendapatkan nilai rendah dalam post-test yaitu soal post-test yang

105

cukup sulit untuk dikerjakan, kesulitan dalam menghafalkan nilai sudut istimewa ada sebagian yang hafal dan ada sebagian yang tidak. Saat menghadapi soal yang diterapkan pada kehidupan sehari-hari siswa (S20) mengalami kebingungan untuk mengerjakannya dan konsep matematika dalam menyelesaikan suatu perbandingan masih lemah. Materi relasi antarsudut juga merupakan materi yang sulit bagi siswa (S20) karena belum sepenuhnya memahami materi tersebut serta kurangnya aktivitas membaca materi. Siswa (S20) memiliki kebiasaan untuk cepat-cepat selesai dan tidak meneliti jawaban yang dikerjakan.

6. Siswa (S26) merupakan siswa yang cukup rajin. Saat pembelajaran siswa (S26) mengikuti pembelajaran dengan baik, ikut berdiskusi dan mengerjakan latihan soal yang diberikan. Siswa (S26) tertarik dengan penggunaan Quipper School sebagai media pembelajaran karena selama pembelajaran tidak banyak mencatat materi. Namun ketika pembelajaran menggunakan gadget fokus siswa (S26) menjadi hilang karena dengan adanya gadget memberikan kesempatan untuk membuka konten lain selain Quipper School. Di rumah, siswa (S26) jarang membuka Quipper School untuk belajar mandiri, hanya membuka Quipper School ketika ada tugas untuk mengerjakan kuis. Menurut siswa (S26) materi yang sulit adalah relasi antarsudut dan nilai sudut istimewa sehingga dalam materi ini siswa (S26) mendapat skor rendah. Siswa (S26) belum dapat

menghafalkan nilai sudut istimewa sehinga soal-soal post-test yang mengandung sudut istimewa sulit untuk dikerjakan. Selain itu, siswa (S26) lebih menyukai pembelajaran yang mengandung banyak hafalan daripada menghitung. Siswa (S26) hanya belajar sehari sebelum post-test dan menurutnya, nilai mengalami penurunan karena kesulitan belajar yang timbul dari dalam diri sendiri sehingga ketika materi yang disampaikan tidak dipahami, siswa (S26) tidak berusaha untuk belajar dan mengulang materi. Siswa (S26) lebih memilih melakukan hal-hal lain.

7. Siswa (S28) adalah siswa yang cukup rajin. Saat pembelajaran siswa (S28) mengikuti pembelajaran dengan baik, ikut berdiskusi dan mengerjakan latihan soal yang diberikan. Pendapat siswa (S28) mengenai media Quipper School yaitu kurang tertarik karena pada saat awal di perkenalkan, siswa (S28) mengalami kebingungan dan untuk mengerjakan kuis yang diberikan juga kesulitan. Ketika pembelajaran menggunakan gadget fokus siswa (S28) menjadi hilang karena dengan adanya gadget memberikan kesempatan untuk membuka konten lain selain Quipper School. Siswa (S28) jarang membuka Quipper School di luar jam pembelajaran, hanya membuka Quipper School ketika ada tugas untuk mengerjakan kuis saja. Penuruan nilai yang dialami siswa (S28) disebabkan kesulitan yang timbul dari dalam diri sendiri karena selama pembelajaran siswa lebih sering berbicara dengan teman, ketika siswa (S28)

107

sudah malas maka tidak berusaha, kurang memahami konsep materi dan jarang membuka materi pada Quipper School. Siswa (S28) hanya belajar sehari sebelum post-test. Menurut siswa (S28) materi yang diajarkan sulit khususnya materi nilai sudut istimewa dan relasi antarsudut. Siswa (S28) belum dapat menghafalkan nilai sudut istimewa. Oleh karena itu, soal-soal post-test yang mengadung nilai sudut istimewa mendapatkan skor rendah.

Dokumen terkait