• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

E. Analisis dan Pembahasan 1 Analisis Deskriptif

2. Analisis Pengujian Statistik 1 Analisis Likuiditas

Likuiditas merupakan alat yang digunakan untuk menguji optimal price range hipotesis dan liquidity hipotesis. Kedua hipotesis ini menyatakan bahwa stock split dan reverse stock split akan membawa

harga pada tingkat yang optimal sehingga perdagangan saham akan lebih aktif yang berarti terjadi peningkatan likuiditas.

Dalam melakukan analisis terhadap likuiditas, langkah pertama yang dilakukan dalam menganalisa perubahan likuiditas adalah melakukan uji normalitas data terhadap trading volume activity yang merupakan indikator likuiditas. Tujuan dilakukannya uji normalitas data adalah untuk melihat apakah data memiliki distribusi yang normal atau tidak.

Uji normalitas data yang digunakan adalah dengan menggunakan grafik distribusi normal. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka variabel-variabel tersebut memenuhi asumsi normalitas. Dan sebaliknya, jika data menyebar dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal maka variabel-variabel tersebut tidak memenuhi asumsi normalitas.

Hasil uji normalitas data terhadap trading volume activity

menunjukkan bahwa data memiliki distribusi yang tidak normal. Hal ini dapat dilihat pada lampiran 4 dan lampiran 5. Data semua sampel tidak menyebar disekitar garis diagonal melainkan berkumpul menjauhi garis diagonal, maka dapat disimpulkan variabel-variabel tersebut tidak memenuhi asumsi normalitas.

Karena data dalam penelitian ini tidak bersifat normal, maka dalam penelitian ini menggunakan metode non-parametrik dengan melakukan uji tanda (sign test). Dengan uji tanda, akan dibandingkan rata-rata trading volume activity sampel selama 60 hari sebelum dan 60 hari setelah

dilaksanakan split. Kemudian dapat ditarik kesimpulan tentang apakah

stock split dan reverse stock split mempunyai pengaruh terhadap likuiditas atau tidak.

Tabel 4.7

Perbandingan Trading Volume Activity (TVA) Sebelum dan Sesudah Stock Split

Nama Emiten TVA

Sebelum

TVA

Sesudah Tanda

Kalbe Farma Tbk 0,001608197 0,00103209 -

Indosat Tbk 0,001778963 0,00262317 +

Jakarta Internasional Hotel & Dev Tbk 0,003803472 0,00188518 - International Nickel Indonesia Tbk I 0,000236363 0,00010511 -

Rig Tenders Indonesia Tbk 0,000155276 5,7062E-05 -

Bakrie Sumatra Plantations Tbk 0,004071985 0,01851631 + Ekadharma International Tbk 0,001249396 0,00054944 -

Ciputra Surya Tbk 0,002749009 0,01315123 +

Hexindo Adiperkasa Tbk 0,001399509 0,00033301 -

Lippo Karawaci Tbk 0,003826264 0,0026128 -

Tempo Scan Pacific Tbk 0,001028741 0,00280942 +

Arpeni Pratama Ocean Line Tbk 0,001602027 0,00108896 -

Davomas Abadi Tbk 0,000498531 0,00051209 +

Jaya Pari Steel Tbk 0,003729324 0,00138103 -

International Nickel Indonesia Tbk II 0,006402185 0,00168543 -

Panorama Sentrawisata Tbk 0,003656875 3,2280633 +

Dalam tabel tersebut, secara umum dapat dikatakan bahwa semua emiten yang melakukan stock split mengalami penurunan trading volume activity (TVA) yang berarti juga penurunan likuiditas. Hanya enam emiten saja yang trading volume activity (TVA)-nya mengalami kenaikan yakni PT. Indosat Tbk, PT. Bakrie Sumatra Plantations Tbk, PT. Ciputra Surya Tbk, PT. Tempo Scan Pacific Tbk, PT. Davomas Abadi Tbk, dan PT. Panorama Sentrawisata Tbk.

Dari keenam emiten tersebut hanya PT. Panorama Sentrawisata Tbk yang mengalami kenaikan TVA sangat signifikan dari 0,003656875

sebelum mengalami stock split menjadi 3,2280633 setelah mengalami

stock split. Sedangkan PT. Davomas Abadi Tbk adalah emiten yang mengalami kenaikan TVA paling rendah dengan kenaikan sebesar 0,000013558.

Diantara kesepuluh emiten yang trading volume activity (TVA)-nya justru menurun setelah melakukan stock split, PT. International Nickel Indonesia Tbk II adalah yang mengalami penurunan paling signifikan dibandingkan dengan yang lain. Sebelum mengalami stock split TVA PT. International Nickel Indonesia Tbk II sama dengan 0,00640218. Namun setelah mengalami stock split TVA menurun menjadi hanya 0,0016854.

Untuk emiten yang melakukan reverse stock split, perbandingan

trading volume activity (TVA) akan disajikan pada tabel berikut. Tabel 4.8

Perbandingan Trading Volume Activity (TVA) Sebelum dan Sesudah Reverse Stock Split

Nama Emiten TVA

Sebelum

TVA

Sesudah Tanda

Redland Asia Capital Tbk 0,0018042 0,003287667 +

Sierad Produce Tbk 0,000232216 0,00079266 +

Inti Agri Resources Tbk 0,000712029 0,003839784 +

Bakrie & Brothers Tbk I 0,002688677 0,023623124 +

Lippo E-net Tbk 0,001352835 0,000639301 -

Pan Pacific Internasional Tbk 0,001839173 0,000401637 -

Sentul City Tbk 7,72451E-05 0,000119133 +

Bakrie & Brothers Tbk II 0,006217721 0,019826092 +

Berkebalikan dengan yang dialami oleh emiten yang melakukan stock split, secara keseluruhan emiten-emiten yang melaksanakan reverse stock split mengalami peningkatan trading volume activity (TVA) yang berarti peningkatan likuiditas.

Hanya dua emiten yang mengalami penurunan TVA setelah melakukan reverse stock split yakni PT. Lippo E-net Tbk dan PT. Pan Pacific Internasional Tbk. Penurunan paling signifikan dialami oleh PT. Pan Pacific Internasional Tbk dari 0,001839173 sebelum mengalami

reverse stock split menjadi 0,000401637 setelah mengalami reverse stock split. Sedangkan PT. Lippo E-net, TVA sebelum melakukan reverse stock split sebesar 0,001352835 menjadi 0,000639301 setelah melakukan

reverse stock split.

Kenaikan TVA PT. Bakrie & Brothers I ternyata lebih besar dibandingkan emiten lainnya yang juga mengalami kenaikan. TVA PT. Bakrie & Brothers I sebelum mengalami reverse stock split sama dengan 0,002688677. Namun, setelah mengalami reverse stock split TVA-nya naik menjadi 0,023623124. Kenaikan TVA paling rendah dialami oleh PT. Sentul City Tbk yakni sebesar 0,0000418875.

Output SPSS dari pengujian ini dapat dilihat pada lampiran 6 untuk emiten yang melakukan stock split, dan lampiran 7 untuk emiten yang melakukan reverse stock split. Dari hasi output SPSS ini, dapat dilihat signifikansi dari perubahan TVA. Tabel 4.9 menyajikan hasil signifikansi dari TVA sebelum dan sesudah tanggal pelaksanaan stock split atau

Tabel 4.9

Hasil Signifikansi Perubahan TVA Sebelum dan Sesudah Pelaksanaan

Stock Split dan Reverse Stock Split

Perubahan TVA Sebelum dan Sesudah

Significance

(P-value)

Nilai Kritis bila

= 5% Keterangan

Stock Split 0,454 2,131 Signifikan Reverse Stock Split 0,289 2,365 Signifikan

Berdasarkan output Frequencies uji tanda pada emiten yang melakukan stock split (lampiran 6) terlihat bahwa jumlah selisih pasangan data TVA sesudah – TVA sebelum terdiri dari 10 pasang berselisih negatif, dan 6 pasang berselisih positif, dan tidak ada pasangan berselisih nol atau pasangan data bernilai sama (ties). Hal ini sesuai dengan tabel 4.7-Perbandingan Trading Volume Activity (TVA) sebelum dan sesudah

Stock Split yang telah disajikan sebelumnya.

Output SPSS memberikan P-value untuk uji dua sisi (two-tailed) sama dengan 0,454 pada emiten yang melakukan stock split seperti tampak pada lampiran 6. Adapun nilai kritis dengan tingkat keyakinan 95% ( = 5%) dan derajat kebebasan (degree of freedom) atau df sebesar 15 (nilai df = 15 diperoleh dari n-1, dimana n=16) adalah sebesar 2,131. Nilai ini dapat diperoleh dari tabel nilai t. Nilai P-value uji dua sisi ini lebih kecil dari = 5% sehingga merupakan bukti kuat untuk menolak Ho.

Hal ini membuktikan bahwa likuiditas mengalami perubahan signifikan setelah emiten melakukan stock split. Namun secara umum perubahan ini bersifat negatif atau dengan kata lain likuiditas mengalami penurunan setelah melakukan stock split. Hasil penelitian ini tidak

mendukung optimal price range hipotesis dan liquidity hipotesis yang mendasari pelaksanaan stock split. Perubahan tingkat harga akibat pelaksanaan stock split belum cukup membawa tingkat harga pada rentang harga optimal, sehingga justru menurunkan likuiditas saham. Hal ini dapat disebabkan karena tidak adanya kepastian bisnis dalam pasar modal.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wang Sutrisno (2000) dan Ade Wirman (2002) yang menyatakan bahwa likuiditas mengalami penurunan signifikan setelah mengalami stock split.

Data output Frequencies uji tanda pada emiten yang melakukan

reverse stock split (lampiran 7) menunjukkan jumlah selisih pasangan data TVA sesudah – TVA sebelum terdiri dari 2 pasang berselisih negatif, 6 pasang berselisih positif, dan tidak ada pasangan berselisih nol atau pasangan data bernilai sama (ties). Hasil ini sesuai dengan tabel 4.8- Perbandingan Trading Volume Activity (TVA) Sebelum dan Sesudah

Reverse Stock Split yang telah disajikan sebelumnya.

Output SPSS memberikan P-value untuk uji dua sisi (two-tailed) sama dengan 0,289 pada emiten yang melakukan reverse stock split seperti tampak pada lampiran 7. Adapun nilai kritis dengan tingkat keyakinan 95% ( = 5%) dan derajat kebebasan (degree of freedom) atau df sebesar 7 (nilai df = 7 diperoleh dari n-1, dimana n=8) adalah sebesar 2,365. Nilai P- value uji dua sisi ini lebih kecil dari = 5% sehingga merupakan bukti kuat untuk menolak Ho.

Hal ini membuktikan bahwa likuiditas mengalami perubahan signifikan setelah emiten melakukan reverse stock split. Secara keseluruhan perubahan ini bersifat positif atau dengan kata lain likuiditas mengalami peningkatan setelah melakukan reverse stock split. Hasil ini mendukung optimal price range hipotesis dan liquidity hipotesis yang merupakan motivasi dibalik pelaksanaan reverse stock split.

Penelitian ini menghasilkan bukti yang sejalan dengan penelitian yang dilakukan Lihua Jing (2002) yang menyatakan bahwa likuiditas saham meningkat setelah mengalami reverse stock split.

Dokumen terkait