A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengujian terhadap perilaku likuiditas pada masa sebelum dan sesudah pelaksanaan stock split dan reverse stock split yang didasari oleh
optimal price range hipotesis dan liquidity hipotesis; serta signifikansi abnormal
return disekitar hari pengumuman stock split dan reverse stock split sebagai bukti yang mendukung signaling hipotesis yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya,
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat perbedaan yang signifikan antara likuiditas sebelum dan sesudah pelaksanaan stock split. Hal ini ditandai dengan penurunan trading volume
activity (TVA) pada emiten yang melakukan stock split. Hasil penelitian ini tidak mendukung optimal price range hipotesis dan liquidity hipotesis yang
mendasari pelaksanaan stock split. Perubahan tingkat harga akibat pelaksanaan
stock split belum cukup membawa tingkat harga pada rentang harga optimal,
sehingga justru menurunkan likuiditas saham. Hal ini dapat disebabkan karena tidak adanya kepastian bisnis dalam pasar modal.
2. Terdapat perbedaan yang signifikan antara likuiditas sebelum dan sesudah pelaksanaan reverse stock split. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan
trading volume activity (TVA) sesudah pelaksanaan kebijakan tersebut. Hasil ini mendukung optimal price range hipotesis dan liquidity hipotesis yang
3. Terdapat abnormal return signifikan sebelum tanggal pengumuman stock
split. Hal ini disebabkan karena investor telah mengetahui terlebih dahulu informasi mengenai rencana stock split sebelum informasi tersebut
dipublikasikan secara resmi oleh emiten. Kebocoran informasi yang terjadi sebelum pengumuman stock split dipublikasikan mengakibatkan terdapat
abnormal return signifikan ditemukan pada hari-hari menjelang pengumuman
informasi tersebut, dimana investor telah bereaksi atas kebocoran informasi tersebut. Abnormal return signifikan ditemukan pada t-8 dan t-7 sebelum
pengumuman kebijakan tersebut. Hasil yang diperoleh membuktikan signaling
hipotesis pada stock split, dimana kebijakan tersebut membawa sinyal dari
emiten yang akan memberikan pandangan kepada investor dalam merespon informasi stock split.
4. Terdapat abnormal return signifikan sebelum tanggal pengumuman reverse
stock split. Hal ini disebabkan karena investor telah mengetahui terlebih dahulu informasi mengenai rencana reverse stock split sebelum informasi tersebut dipublikasikan secara resmi oleh emiten. Hal ini mengakibatkan terdapat abnormal return signifikan ditemukan pada hari-hari menjelang
pengumuman informasi tersebut dimana investor telah bereaksi atas kebocoran informasi tersebut. Abnormal return signifikan ditemukan pada t-
10, t-5 dan t-2 sebelum pengumuman kebijakan tersebut. Hasil yang diperoleh membuktikan signaling hipotesis pada reverse stock split, dimana kebijakan
tersebut membawa sinyal dari emiten yang akan memberikan pandangan kepada investor dalam merespon informasi reverse stock split.
B. Implikasi Penelitian
Berdasarkan pada penelitian yang telah dilakukan, mengenai motivasi dibalik
stock split dan reverse stock split dengan pembuktian pada likuiditas dan return
saham semoga hasil dari penelitian ini dapat berguna bagi berbagai pihak yang memiliki minat pada pasar modal:
1. Bagi lingkungan akademis
Penelitian ini memberikan tambahan bukti empiris terhadap optimal price
range hipotesis, liquidity hipotesis dan signaling hipotesis sebagai motivasi dibalik kebijakan stock split dan reverse stock split, sehingga hasil penelitian
ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan rujukan bagi penelitian selanjutnya di bidang manajemen keuangan, khususnya yang ingin mendalami dan meneliti lebih lanjut mengenai pengaruh stock split dan reverse stock split
terhadap likuiditas dan abnormal return saham di pasar modal dan motivasi-
motivasi yang mendasari emiten dalam melaksanakannya. 2. Bagi perusahaan
Penelitian terhadap likuiditas memberikan bukti empiris bahwa terdapat penurunan likuiditas setelah pelaksanaan stock split dimana hal ini tidak
mendukung optimal price range hipotesis dan liquidity hipotesis. Perubahan tingkat harga akibat pelaksanaan stock split belum cukup membawa tingkat
harga pada rentang harga optimal, sehingga justru menurunkan likuiditas saham. Hal ini dapat disebabkan karena tidak adanya kepastian bisnis dalam pasar modal. Oleh karena itu, bagi perusahaan yang mempunyai harga saham
yang tinggi sehingga kurang likuid, kebijakan stock split bukanlah alternatif
terbaik dalam meningkatkan likuiditas.
Hasil berbeda ditemukan pada emiten yang melakukan reverse stock split,
karena terjadi peningkatan likuiditas saham setelah emiten melaksanakan kebijakan tersebut. Hal ini sesuai dengan optimal price range hipotesis dan
liquidity hipotesis yang mendasari pelaksanaan reverse stock split. Bagi
perusahaan yang mempunyai harga saham yang terlalu rendah sehingga kurang menarik bagi investor, reverse stock split dapat dijadikan pilihan yang
tepat untuk meningkatkan likuiditas.
Secara umum, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagaimana keadaan atau kondisi harga saham di pasar modal terutama di Indonesia pada sebelum atau sesudah stock split dan reverse stock split.
Sehingga dapat menjadi referensi emiten dalam mengambil keputusan kebijakan.
3. Bagi investor
Dari penelitian pada return saham, ditemukan adanya abnormal return
disekitar tanggal pengumuman stock split dan reverse stock split. Hal ini
mendukung signaling hipotesis dimana informasi stock split dan reverse stock
split memiliki kandungan informasi yang akan mempengaruhi keputusan investor dalam melakukan transaksi.
Penelitian ini memberi masukan bahwa stock split dan reverse stock dapat
memberikan suatu sinyal bagi investor yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam keputusan transaksi.
Implikasi dari penelitian ini bagi investor adalah menambah bahan acuan sehingga dapat menginterprestasikan stock split dan reverse stock split sebagai
pertimbangan dalam mengambil keputusan investasi.
C. Saran
Sebagai peneliti penulis menyadari, bahwa dalam melakukan penelitian harus selalu dilakukan penyempurnaan secara terus-menerus, karena manajemen keuangan dan pasar modal Indonesia selalu berkembang dari waktu ke waktu, maka untuk penelitian selanjutnya penulis menyarankan sebagai berikut:
1. Sebaikanya dalam menganalisis perubahan likuiditas tolak ukurnya diperluas, tidak hanya diukur dengan volume perdagangan. Hal ini perlu untuk dilakukan karena likuiditas suatu saham juga dapat diukur dari persentase
spread-nya, ataupun besarnya komisi untuk broker karena komisi ini ikut menentukan likuiditas saham.
2. Sebaiknya periode estimasi dalam menganalisis return saham diperpanjang. Dengan periode estimasi yang lebih panjang, dapat dilihat lebih jelas dalam menghitung expected return.