• Tidak ada hasil yang ditemukan

PANDANGAN FIKIH DAN ILMU KEDOKTERAN DALAM MELIHAT PERKAWINAN ODHA (Orang dengan HIV/AIDS)

D. Analisis Penulis

Menurut analisa penulis perkawinan merupakan salah satu perintah agama kepada yang mampu untuk segera melaksanakannya. Pernikahan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku pada semua makhluknya, baik manusia, hewan, maupun tumbuh-tumbuhan. 166 Sebagaimana kita ketahui bahwa menikah itu penting dan perlu. 167

Sebelum menikah masing-masing dari calon suami dan istri harus menggali informasi sebanyak-banyaknya tentang calon pasangannya, keluarga, cita-citanya, maupun komitmen

ara langsung dengan ODHA Heri Hermawan diKantor KELIMA, Minggu 30 Mei 2010

166 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, (Jakarta, Pena Pundi Aksara, 2006), cet. Ke-1, h. 477.

165 Hasil Wawanc

167 Ibid., h. 494.

masa depannya.168 dan bagi masing-masing calon haruslah jujur dalam menyampaikan informasi tentang dirinya masing-masing, ia tidak boleh menipu dengan menyebutkan keturunan, harta, dan perkerjaan palsu169 serta keadaan kesehatan dirinya masing-masing.

Dan apabila setelah mendapatkan informasi didapatkan cacat atau diantara mereka terjangkit suatu penyakit menular dan berbahaya yaitu HIV/AIDS biasa disebut ODHA (Orang dengan HIV/AIDS), dimana seperti yang kita ketahui penyakit HIV/AIDS merupakan penyakit kelamin yang menyengsarakan baik fisik, mental maupun sosial yang berakhir dengan kematian,170 dari sudut psikososial HIV/AIDS adalah penyakit kelamin yang mematikan, dikatakan penyakit kelamin karena penularannya melalui hubungan seksual, dikatakan mematikan karena hingga sekarang dan 10 tahun mendatang belum ditemukan obatnya dan yang bersangkutan akan meninggal karnanya.171 Sebagaimana diketahui hingga kini belum ditemuka cara-cara yang efektif untuk mencegah penularan dan penyebaran virus HIV/AIDS.172

Namun demikian, bukan berarti mereka yang kesehatannya kurang terjamin atau yang mempunyai cacat tubuh tertentu dilarang menikah.173 Dalam syarat suatu perkawinan pihak

168 Sutarmadi, Mesraini, Administrasi Pernikahan Dan Manajemen Keluarga, (UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta), 2006, h. 114.

ri, Konsep Agama (Islam) Menanggulangi HIV-AIDS, (Jakarta, Dana Bhakti Prima Yasa, 2002), C . Pertama, h. 10.

169 Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah, Jakarta, Pena Pundi Aksara, 2006, cet. Ke-1, h. 492.

170 Dadang Hawa et

171 Ibid., h. 11.

172 Ibid., h. 59.

173 Sutarmadi, Mesraini, Administrasi Pernikahan Dan Manajemen Keluarga, (UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2006), h. 89.

yang melangsungkan perkawinan itu dirumuskan dengan kata-kata kerelaan calon istri dan suami atau persetujuan mereka,174

Mengidap HIV bukanlah suatu halangan bagi pasangan untuk menikah, dengan catatan masing-masing mengetahui kondisi kesehatan mereka sehingga tahu bagaimana merawat diri. Hampir sebagian besar pengidap HIV juga berkeinginan untuk menikah dan meneruskan keturunan.175 Namun terkadang mereka dilanda kecemasan berlebihan ketika divonis mengidap virus HIV. Sebaiknya sebelum melakukan perkawinan seorang ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) hendaklah berkonsultasi dan memeriksakan dirinya terlebih dahulu.

Apabila salah satu dari mereka sudah mengetahui kondisi dari pasangannya yang terjangkit HIV/AIDS dan mereka sepakat untuk melaksanakan sebuah perkawinan dan perkawinan tersebut didasarkan atas kerelaan dan kesepakatan antara kedua belah pihak maka perkawinan tersebut dibolehkan. Pertimbangan yang paling penting dalam hal ini bukanlah soal kekuranagan itu, melainkan bagaimana sikap mereka terhadap aib badaniah itu. Yang penting dalam hal ini adalah “menghadapi masalah secar jujur dan bijaksana”.176

174 Abd Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, (Jakarta, Prenada Media Grup, 2006), Cet. Ke-2, h. 33.

175 Pencarian lewat internet www.google,com kata pencarian : HIV/AIDS Menurut Ilmu kedokteran Artikel diakses pada 23 mei 2010.

aini, Administrasi Pernikahan Dan Manajemen Keluarga, UIN Syarif Hidayatullah, (Jakarta, 2006), h. 89.

176 Sutarmadi, Mesr

BAB V PENUTUP . Kesimpulan

Dari keseluruhan rangkaian yang penulis uraikan di bab-bab sebelumnya maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Menurut pandangan fiqh dan ilmu kedokteran dalam melihat perkawinan yang dilakukan oleh ODHA (Orang dengan HIV/AIDS), perkawinan merupakan jalan yang terbaik dan mencegah dari perbuatan zina, karena salah satu esensi dari perkawinan adalah untuk menghalalkan hubungan seksual. Pada hal seperti yang sudah kita ketahui A

bahwa hubungan seksual adalah cara penyebaran yang paling efektif, tetapi dengan

perkembangan zaman dan kemaj kedokteran resiko penularan HIV/AIDS ditekan walaupun tidak dapat dijamin tidak tertular sama sekali. .

2. Fa

ngan fiqh menerangkan cacat sebelum melakukan

semakin

B.

uan ilmu dapat lebih

ktor yang dapat melegalkan suatu perkawinan yang dilakukan oleh ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) menurut panda

perkawianan dan bersikap jujur tidak membohongi calon pasangannya dengan kondisi kesehatannya itu menjadi faktor utama dan wajib, serta menyembunyikan cacat, mengibulnya dan menipu dengan hal-hal yang haram, akan dapat merusak pernikahan tersebut. Selain itu persetujuan dan kerelaan atau dari kedua belah pihak itu menjadi faktor penting dalam melakukan perkawinan sehingga rumah tangga yang akan dibangun akan terasa nyaman, j dalam menjalaninya. Sedangkan menurut ilmu kedokteran faktor yang melegalkan perkawianan ODHA seperti kita ketahui

majunya perkembangan ilmu kedokteran semakin banyak juga metode-metode yang diterapkan agar perkawianan ODHA tidak berdampak buruk bagi pasangannya yaitu Cara paling aman untuk menghindari pasangan tertular HIV adalah dengan selalu menggunakan kondom secara konsisten dan benar. Tetapi untuk memiliki keturunan memang lebih rumit, namun dengan semakin majunya teknologi dalam dunia kedokteran maka ODHA pun dapat dengan aman memiliki keturunan.

3. HIV/AIDS bukanlah menjadi halangan dalam melakukan pernikahan dan mendapatkan keturunan. Selama mereka menyadari penyakitnya, mau melakukan perawatan, dan mengobati diri, kualitas hidup pun bahkan dapat meningkat.

Saran-Saran

Setelah adanya kesimpulan dari penelitian langsung ini, maka untuk bahan evaluasi akan dipaparkan beberapa saran antara lain :

1. Penderita HIV/AIDS akibat perzinaan, penyalahgunaan NAZA segeralah bertobat dan tidak melakukan kesalahan yang menyebabkan mereka terinfeksi HIV/AIDS.

iptakan kondisi/ suasana proses belajar ang kondusif bagi anak di sekolah sehingga kurikulum yang disampaikan dap

at penting dan menentukan dirumah dengan

n NAZA

iri karena

i atau setidaknya diketahui oleh pasangan masing-2. Pendidikan agama perlu ditanamkan sejak dini melalui tempat mereka mencari ilmu

seperti sekolah, sekolah haruslah memberi tambahan kurikulum mengenai pemahaman bahaya HIV/AIDS, sekolah haruslah menc

mengajar y

at ditangkap dan diterapkan dengan baik.

3. Peran dan tanggung jawab orang tua am

menciptakan kondisi linkungan yang sehat bagi perkembangan anak/ remaja 4. Perlu ditanamkan pada anak/remaja sedini mungkin bahwa penyalahgunaa

yang mengakibatkan kerusakan ‘haram’ hukumnya sebagaimana makan babi haram hukumnya menurut agama Islam

5. Penderita HIV/AIDS bukanlah seorang yang harus dijauhi, dukungan dari teman dan keluarga sangat membatu mereka dalam menjalani kehidupan kedepannya.

6. Pemerintah haruslah membuat kebijakan mengenai konsultasi pernikahan, setiap pasangan yang akan menikah untuk berkonsultasi dan cek kesehatan terlebih dahulu, sehingga para pasangan itu seperti memiliki kewajiban untuk memeriksakan d

saat ini banyak pasangan yang tidak terlalu menganggap penting konsultasi pernikahan sehingga, jika ada hal-hal yang tidak beres, baik itu dari segi kesehatan maupun emosional dapat segera tertangan

masing.

l- Quran Al- Qarim

li. M Hasan, Pedoman Hidup Berumah Tangga dalam Islam, Jakarta: PT. Siroja, 2003

sikin Zainal, Amiruddin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004

li Zainuddin, Hukum Perdata Islam Di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika, 2006

l- Zuhaily Wahbah, Al-Fiqh AL-Islami Wa Adillatuhu. Beirut-Lebanon: Dar El Fikr,t.th.

akry, Sidi Nazar, Kunci Keutuhan Rumah Tangga, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1993 A

A A

A A B

Batius, Info Dasar HIV?AIDS, Seminar Aksi Stop HIV/AIDS, Puskesmas Halimun, 13 Januari 2010

Departemen Agama RI, Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam, Direktorat Urusan

Hasan Muhammad Ali, Pedoman Hidup : Berumah Tangga dalam Islam. Jakarta: PT. Siroja,

Hawari Dadang, Infeksi HIV Pada Pasien Ketergantungan Narkotik Jenis Opiat (Heroin),

hakti Wakaf. 1996

02

2002

-Lebanon: Dar Al-Fikr. Dan Terjemahan shahih tirmizi, Cet.-II, Jakarta: Pustaka

Nurddi zhari Akmal Tarigan. Hukum Perdata Islam Di Indonesia: Studi Kritis Jakarta: Prenada Agama Islam, Koprs Penasehat Perkawinan dan Keluarga Sakinah, Jakarta: 2007

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1994

Fakultas Syariah dan Hukum (FSH). Buku Pedoman Penulisan Skripsi. Ciputat: FSH, 2007 Ghazaly Abdul Rahman, Fiqh Munakahat. Jakarta: Prenada Media. 2003

Hamidy Mu’ammal, dkk, Himpunan Hadis-Hadis Hukum, Juz 5, Terjemahan dari kitab, Nailul Authar

Hassan, A, Terjemahan Bulughul Maram, Bandung: Diponegoro, 2006

2003

Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2001

Hawari Dadang, Konsep Islam Memerangi AIDS&NAZA. Jakarta: Dana B

Hawari Dadang, Konsep Agama (Islam) Menanggulangi HIV-AIDS. Jakarta: Dana Bhakti Prima Yasa, 20

78

Hawari Dadang, Psikiater, Love Affair (perselingkuhan). Jakarta: FKUI,

Ibn, Abu Isa Muhammad, Shahih Sunan At-Tirmidzi, (Muhammad Jamil Al-A’thar),Juz 5, Beirut

Azzam, 2007

Kakhya, Nikah dan Seks Menurut Islam, Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2001 Kompilasi Hukum Islam, Cet. Ke-2. Bandung: Fokus Media, 2007

Mughniyah Muhammad Jawad, Fiqih Lima Mazhab, Jakarta: Lentera, 2009 n Amiur, A

Perkembangan Hukum Islam Dari Fikih, UU NO.1/1974 Sampai KHI.

Media, 2006

Pencarian Lewat Internet artikel diakses pada 30 Mei 2010 dari http://www.tanyadokter.com an lewat intern

Pencari et www.google,com kata pencarian : Cara Mendapatkan Keturunan Bagi ODHA Artikel diakses pada 30 Mei 2010

Pencarian Lewat Internet www.google,com kata pencarian : HIV/AIDS Menurut Ilmu kedokteran Artikel diakses pada 23 mei 2010

Pencarian lewat Internet www.google,com kata pencarian : Perkawinan ODHA Menurut

Pencari net www.google,com

Pandangan Islam Artikel diakses pada 25 mei 2010

an lewat inter kata pencarian : Perkawinan Bagi ODHA Artikel ei 2010

Sukandarrum

Sutarm rasi Pernikahan Dan Manajemen Keluarga. Jakarta:

UIN Syarif Hidayatullah, 2006

Syarifu akarta: Prenada Media. 2007

dan ka Al-Khautsar., 1993

at

Wawancara Pribadi dengan Sekertaris Samawati dikantor KELIMA, Minggu 20 Juni 2010

Wicaks Rakyat, 15 September 2005

Pelayanan Penyalahgunaan Narkoba & HIV/AIDS, Jakarta, Yayasan Kesatuan Peduli Masyarakat, diakses pada 23 m

Sholeh Asrorun Ni’am, Fatwa-Fatwa Masalah Pernikahan dan Keluarga, Jakarta: Elsas, 2008 Subekti, Ringkasan Tentang Hukum Keluarga dan Hukum Waris, Jakarta: PT Intermasa, 2004

idi, metodologi Penelitian, Jakarta: Gadjah Mada University Press, 2004 adi Ahmad& Mesraini, Administ

ddin Amir, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia. J

Syaikh Abdul Aziz bin Abdurrahman Al-Musna Khalid bin Ali Al-Anbari, Perkawinan Masalahnya, Jakarta: Pusta

Thaha Nashrudin, Pedoman Perkawinan Umat Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1960

Wawancara Pribadi dengan Dokter Spesialis Imunologi Nanang Sukmana di RS. Agung, Jum 23 juli 2010

Wawancara Pribadi dengan Ketua Umum Batius dikantor KELIMA, Rabu 23 Juni 2010

Wawancara Pribadi dengan ODHA Heri Hermawan dikantor KELIMA, Minggu 30 Mei 2010 ana Inu, “Konsultasi Kesehatan Jiwa.” Kedaulatan

Yayasan Kesatuan Peduli Masyarakat, Organization Profile Yayasan KELIMA 2010

Zahrah Muhamad Abu, Ushul Fiqih, Jakarta: Pustaka Firdaus, 2007

LAMPIRAN

Dokumen terkait